Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016

dokumen-dokumen yang mirip
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

III. METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI I DPR RI KE NEGARA AUSTRIA TANGGAL NOVEMBER 2011

URGENSI DAN EFEKTIVITAS PENGATURAN PENCEGAHAN PENDANAAN PROLIFERASI SENJATA PEMUSNAH MASSAL DISAMPAIKAN OLEH: DR. DIAN EDIANA RAE WAKIL KEPALA PPATK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Upaya Peserta KTT Keamanan Nuklir Dalam Mengantisipasi Ancaman Terorisme Nuklir

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

DIPLOMASI PEMERINTAH IRAN TERHADAP TEKANAN INTERNASIONAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN NUKLIR TAHUN

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

DUKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI TERHADAP KEAMANAN NUKLIR DI KAWASAN PABEAN

MENTERI RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB 1718 (2006), Rekomendasi 7 FATF (2016), dan PERATURAN BERSAMA PEMBEKUAN ASSET (2017)

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Konferensi Asia Afrika: Pentingnya Diplomasi dalam Menggalang Ingatan Dunia

KESELAMATAN DAN KEAMANAN PENGEMBANGAN ENERGI NUKLIR INDONESIA

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL

PENGAWASAN dan SINERGI Fungsi Pengawasan Tenaga Nuklir

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG TIM KOORDINASI MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

Untuk menjamin KEAMANAN NUKLIR NASIONAL. Dedik Eko Sumargo Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir DKKN - BAPETEN

PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL ATAS PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DAN DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN DITIMBULKAN 1 Oleh: Roberto Phispal 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA 2016 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL "PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL"

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kerjasama dalam menjaga keamanan internasional dengan mengadakan

Peran DPR RI dalam Agenda. Hj. Siti Masrifah Anggota Komisi IX DPR RI Panitia Kerja SDGs BKSAP DPR RI

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu

PENDAHULUAN. Indonesia pada 1 Januari 2007 resmi sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN KERJA SAMA ASEAN. Meningkat adalah bertambah tingkatan/kuat dari kondisi sebelumnya.

I. PENDAHULUAN. minyak. Terus melambungnya harga minyak dunia, bahkan sempat menyentuh

INFO SHEET PROLEGNAS DAN PROLEGNAS PRIORITAS 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : (1)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DUTA BESAR LUAR BIASA DAN BERKUASA PENUH REPUBLIK INDONESIA UNTUK FEDERASI RUSIA MERANGKAP REPUBLIK BELARUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding dalam penelitian ini ada dua. Kajian pustaka pertama yang digunakan

Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs)

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Terms of Reference (TOR) KONFERENSI INFORMASI PENGAWASAN

Para Kepala Kepolisian, Ketua Delegasi, Para Kepala National Central Bureau (NCB),

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

BAB I PENDAHULUAN. terhadap negara-negara yang menandatangani atau meratifikasi perjanjian multilateral

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RESUME SKRIPSI PERAN IAEA DALAM MENGATASI KASUS KEBOCORAN NUKLIR DI FUKUSHIMA

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBUK INDONESIA

Keamanan Nuklir Kaitannya dengan Pemblokiran Dana

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pember

BAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari

URGENSI PENGGANTIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

REALISASI PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2014

PERAN IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY) DALAM MENYIKAPI TINDAKAN KOREA UTARA DALAM PENGEMBANGAN TENAGA NUKLIR UNTUK TUJUAN TIDAK DAMAI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGELOLAAN COORDINATED RESEARCH PROJECT (CRP) IAEA Nomor: SOP /KS 01 02/HHK

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia

KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PROGRAM PEMBANGUNAN PLTN

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

Capaian 8 situs terinskripsi dalam daftar warisan dunia UNESCO (alam maupun budaya); 8 elemen terinskripsi dalam daftar warisan budaya tak-benda

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

Transkripsi:

Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016

SAFETY SAFEGUARDS SECURITY IPTEK NUKLIR

Keamanan nuklir mencakup keamanan bahan nuklir dan radioaktif serta instalasi nuklir dari ancaman pihak-pihak yang tidak berhak, termasuk aktor non-negara (teroris). Pernyataan Presiden AS Barack Obama tanggal 5 April 2010 di Praha, Republik Ceko: Nuclear terrorism is one of the greatest threats to international security. Atas dasar tersebut, pada tahun 2010 AS berinisiatif menyelenggarakan KTT Keamanan Nuklir (Nuclear Security Summit) di Washington DC Indonesia berpartisipasi.

NSS sejalan dengan mandat konstitusi (ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial) dan komitmen Indonesia dalam mencapai perlucutan senjata nuklir, non-proliferasi senjata nuklir dan penggunaan energi nuklir untuk maksud damai (tiga pilar NPT). NSS bertujuan untuk mendukung visi mewujudkan dunia yang bebas dari senjata nuklir, yang selama ini menjadi salah satu prinsip kebijakan luar negeri Indonesia pada forum global seperti PBB dan GNB, maupun forum regional terkait lainnya. Indonesia meyakini bahwa cara terbaik menghentikan proliferasi nuklir dan meyakinkan bahwa materi nuklir dan radioaktif tidak digunakan untuk tindakan teror adalah dengan mewujudkan dunia yang bebas dari senjata nuklir. Outcome proses NSS merefleksikan keseimbangan antara komitmen politik dan hal-hal bersifat teknis yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya bersama dalam meningkatkan keamanan nuklir di tingkat nasional.

PROSES NUCLEAR SECURITY SUMMIT (NSS) Penyelenggaraan NSS NSS I: 12-13 April 2010 di Washington D.C., AS (Delri dipimpin oleh Wakil Presiden RI) NSS II: 26-27 Maret 2012 di Seoul, Republik Korea (Delri dipimpin oleh Presiden RI) NSS III: 24-25 Maret 2014 di Den Haag, Belanda (Delri dipimpin oleh Wakil Presiden RI) NSS IV (terakhir): 31 Maret 1 April 2016 di Washington D.C., AS (Delri dipimpin oleh Wakil Presiden RI) Peserta NSS Tercatat 52 negara (termasuk Indonesia) dan 4 organisasi internasional (Uni Eropa, International Atomic Energy Agency/IAEA, Interpol, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) menjadi peserta proses NSS. Catatan: Rusia menarik diri dari proses NSS pada November 2014.

NSS 2016 NSS 2016 dilaksanakan pada 31 Maret-1 April 2016 di Washington DC dan merupakan NSS terakhir yang diselenggarakan. Delri dipimpin oleh Wakil Presiden RI. Hasil-hasil NSS 2016: Komunike NSS 2016 dan 5 Action Plan: IAEA Action Plan, UN Action Plan, Interpol Action Plan, Global Initiative to Counter Nuclear Terrorism (GICNT) Action Plan, dan Global Partnership Against the Spread of Weapons and Materials of Mass Destruction (GP) Action Plan.

ELEMEN-ELEMEN KUNCI COMMUNIQUE NSS 2016 1. Komitmen negara peserta dengan tanggung jawab negara dalam hal penguatan arsitektur keamanan nuklir yang efektif pada tingkat nasional, regional, dan global. 2. Komitmen untuk memajukan kerjasama internasional dan memperkuat arsitektur keamanan nuklir internasional melalui penguatan instrumen hukum. 3. Pemajuan peran sentral International Atomic Energy Agency (IAEA), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Interpol dan inisiatif internasional terkait lainnya. 4. Dorongan kepada negara-negara untuk mengambil langkah guna memperkuat keamanan nuklir, tanpa mengabaikan hak negara-negara untuk menggunakan energi nuklir bagi tujuan damai.

ELEMEN-ELEMEN KUNCI COMMUNIQUE NSS 2016 (Lanjutan) 5. Dukungan kepada IAEA untuk menyelenggarakan konferensi internasional secara berkala, seperti konferensi internasional tingkat menteri mengenai keamanan nuklir pada bulan Desember 2016. 6. Komitmen untuk menciptakan lingkungan internasional yang damai dan stabil melalui pengurangan ancaman terorisme nuklir. 7. Komitmen untuk mempertahankan jejaring kerjasama antar pejabat pemerintah, pakar kemanan nuklir, dan organisasi nonpemerintah. 8. Komitmen untuk melaksanakan Action Plans NSS 2016 secara penuh.

KOMITMEN INDONESIA PADA NSS 1. Pengesahan International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism (ICSANT) melalui UU No. 10 Tahun 2014. 2. Pembentukan The Indonesia Center of Excellence on Nuclear Security and Emergency Preparedness (I-CoNSEP) sebagai wadah koordinasi antar instansi dalam negeri, pada Agustus 2014. 3. Pemasangan Radioactive Portal Monitor pada sejumlah pelabuhan utama yakni di Batam, Belawan, Makassar, Bitung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan dalam waktu dekat di Semarang. 4. Memulai proses downblending dan konversi Highly Enriched Uranium (HEU) menjadi Low Enriched Uranium (LEU) untuk produksi radioisotop dan operasional reaktor riset. (Catatan: Saat ini proses sedang berlangsung)

KOMITMEN INDONESIA PADA NSS (Lanjutan) 5. Penyampaian gift basket pada NSS 2014 di Den Haag, berupa dokumen National Legislation Implementation Kit on Nuclear Security (NLIK), suatu model legislasi di bidang keamanan nuklir. Catatan: NLIK memperoleh dukungan dari 26 negara peserta NSS dan tercantum dalam Joint Statement mengenai NLIK serta dalam paragraf 11 The Hague Communique. 6. Penyusunan Undang Undang terkait Keamanan Nuklir. Catatan: Saat ini Pemerintah tengah membahas draft RUU Keamanan Nuklir. Diharapkan dokumen tersebut dapat segera disampaikan kepada DPR dan masuk dalam Prolegnas.

PERAN DAN KONTRIBUSI INDONESIA PADA PROSES NSS Partisipasi pada seluruh pertemuan KTT yaitu tahun 2010 (Washington DC), 2012 (Seoul), 2014 (Den Haag), 2016 (Washington DC), serta pertemuan tingkat senior officials (Sherpa). Menyampaikan kontribusi gift basket pada NSS 2014 di Den Haag, berupa dokumen National Legislation Implementation Kit on Nuclear Security (NLIK), suatu model legislasi di bidang keamanan nuklir. Menegaskan pentingnya NSS dalam menciptakan arsitektur baru dan mendorong upaya peningkatan keamanan nuklir di tingkat global, regional, dan nasional. Mendorong agar sejumlah Communiqué dan Action Plan yang telah dihasilkan dalam proses NSS dapat terus ditindaklanjuti melalui lembaga internasional yang mumpuni, khususnya IAEA. Mendorong agar rancangan Communiqué NSS dapat secara eksplisit memuat komitmen terkait 3 (tiga) pilar Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT). Memberikan usulan mengenai pentingnya penekanan bahwa Communiqué akan mencantumkan Action Plans NSS yang bersifat voluntary, serta disesuaikan dengan hukum nasional, dan kapasitas nasional masing-masing negara.

HARAPAN KE DEPAN Pemri kiranya terus berperan aktif pada forum internasional terkait penguatan arsitektur keamanan nuklir (contoh: partitipasi pada Pertemuan Tingkat Menteri terkait Keamanan Nuklir di Wina pada akhir tahun 2016). Pemri kiranya selalu mendorong upaya penguatan keamanan nuklir pada seluruh level, yaitu nasional, regional, dan global, melalui penguatan instrumen hukum terkait keamanan nuklir, membangun kapasitas nasional, dan memperkuat aktivitas terkait nuclear security culture. Kemlu mendukung implementasi nasional komitmen Indonesia terkait keamanan nuklir, khususnya penyelesaian penyusunan RUU Keamanan Nuklir. Kemlu mendukung keterlibatan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait, seperti kalangan experts dan civil society, dalam konteks penguatan keamanan nuklir. Kemlu mendukung penyelesaian proses downblending dan konversi Highly Enriched Uranium (HEU) ke Low Enriched Uranium (LEU) untuk produksi radioisotop dan pengoperasian reaktor riset.

TERIMA KASIH Direktorat Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri RI