BAB 2 DASAR PERANCANGAN COUPLER. Gambar 2.1 Skema rangkaian directional coupler S S S S. ij ji

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,

BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk

BAB III DUAL BAND WILKINSON POWER DIVIDERS

: Widi Pramudito NPM :

PERANCANGAN PENGKOPEL HYBRID 3 db UNTUK APLIKASI RADIO ALTIMETER YANG BEKERJA PADA FREKUENSI 4,3 GHz

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

STUDI PERANCANGAN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2.4 GHz dan 3.3 GHz)

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TEKNIK PLANAR ARRAY

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 1 MARET 2012

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS PENGUKURAN

Lower Frequency (MHz) Center Frequency (MHz)

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Konfigurasi Sirkuit Directional Coupler

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

DESAIN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULAR GERIGI UNTUK RADAR ALTIMETER

BAB III PERANCANGAN ANTENA ARRAY FRACTAL MIKROSTRIP

PERBANDINGAN KINERJA ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN PATCH

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Perancangan dan Unjuk Kerja Antena Mikrostrip Biquad Ganda pada Wireless Fidelity b

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. Antena adalah komponen pada sistem telekomunikasi nirkabel yang

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB II TINJAUAN TEORITIS

ANALISA PENENTUAN UKURAN SLOT PADA KARATERISTIK ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN PENCATU APERTURE COUPLED

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. Wireless Local Area Network (WLAN) merupakan salah satu aplikasi

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. Berdasarkan asal katanya, mikrostrip terdiri atas dua kata, yaitu micro

BAB 3 PERANCANGAN, SIMULASI dan PABRIKASI ANTENA

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

PENGARUH UKURAN GAP ANTAR RESONATOR PADA PERANCANGAN COUPLED EDGE BANDPASS FILTER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

[Type the document title]

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.

ANTENA MIKROSTRIP PANEL BERISI 5 LARIK DIPOLE DENGAN FEEDLINE KOAKSIAL WAVEGUIDE UNTUK KOMUNIKASI 2,4 GHz

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. radiasi antena tidak tetap, tetapi terarah dan mengikuti posisi pemakai (adaptive).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP SUSUN 2 ELEMEN PATCH SEGIEMPAT DENGAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK SEGIEMPAT

Sinusoida Vol. XIX No. 2, Oktober 2017 ISSN Program Studi Teknik Elektro - ISTN

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MEANDER LINE UNTUK SISTEM TELEMETRI ROKET UJI MUATAN

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

STUDI PERANCANGAN SALURAN PENCATU UNTUK ANTENA MIKROSTRIP ARRAY ELEMEN 2X2 DENGAN PENCATUAN APERTURE COUPLED

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP TRIANGULAR UNTUK APLIKASI WiMAX PADA FREKUENSI MHz dan MHz

Perancangan Antena Mikrostrip Planar Monopole dengan Pencatuan Coplanar Waveguide untuk Antena ESM

Gambar 2.1. Diagram blog dasar dari RF energy harvesting.

BAB III PERANCANGAN ANTENA. kerja, menentukan krakteristik substrat dan ukuran patch untuk mendapatkan

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR DUAL-BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED

BAB II DASAR TEORI. tipis dan mampu bekerja pada frekuensi yang sangat tinggi. Antena mikrostrip

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP. bahan substrat yang digunakan. Kemudian, menentukan bentuk patch yang

SKRIPSI. PERANCANGAN ANTENA BOW-TIE MIKROSTRIP PADA FREKUENSI 1.6 GHz UNTUK SISTEM GROUND PENETRATING RADAR (GPR) ALFIN HIDAYAT

BAB 2 ANTENA MIKROSTRIP

PERANCANGAN DAN ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT KOPLING APERTURE DENGAN FREKUENSI 2,45 GHz MENGGUNAKAN ANSOFT HFSS 11

STUDI PERBANDINGAN PARAMETER-PARAMETER PRIMER ANTENA MIKROSTRIP

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2,4 GHz DENGAN METODE PENCATUAN INSET

ANALISIS PENGARUH UKURAN GROUND PLANE TERHADAP KINERJA ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2.45 GHz

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB II DASAR TEORI. antena sebagai alat yang mengubah gelombang terbimbing dari saluran tranmisi

BAB 3 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN SINGLE BAND

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh personal area network untuk berkomunikasi secara wireless dalam jarak pendek

Unjuk Kerja Antena UWB Egg Berdasarkan Dimensinya

Gambar 4.1 Konfigurasi pengukuran port tunggal

BAB II TEORI DASAR ANTENA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Antena mikrostrip..., Slamet Purwo Santosa, FT UI., 2008.

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

Antena Mikrostrip Slot Double Bowtie Satu Larik Dengan Pandu Gelombang Coplanar Untuk Komunikasi Wireless Pada Frekuensi 2.4 GHz

KARAKTERISASI ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA SAMASISI DENGAN FREKUENSI KERJA 2,4 GHz UNTUK KOMUNIKASI WIRELESS

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)

BAB II TINJAUAN TEORITIS

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI ANTENA MIKROSTRIP OMNI DIRECTIONAL BERSTRUKTUR LARIK GAP FOLDED DIPOLE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DENGAN TIPE POLARISASI MELINGKAR MENGGUNAKAN ANSOFT

BAB II DASAR TEORI. dalam sistem komunikasi sehari-hari. Pada Bab ini akan dibahas antena

BAB I PENDAHULUAN. Penyesuaian impedansi (matching impedance) adalah suatu upaya untuk

Transkripsi:

5 BAB 2 DAAR PERANCANGAN COUPLER 2.1 DIRECTIONAL COUPLER Directional coupler memegang peranan penting dalam rangkaian microwave pasif. Divais ini di implementasikan dalam banyak cara untuk mendapatkan sejumlah kemampuan dengan batasan-batasannya. alah satu fungsinya adalah sebagai pembagi daya atau penggabung daya. ecara umum, directional coupler dapat didefinisikan sebagai rangkaian multi port (biasanya terdiri dari 4 port) yang idealnya bersifat matched, lossless dan timbal balik, yang memiliki suatu port yang terisolasi berdasarkan letak port sinyal inputnya. Bila di gambarkan, rangkaiannya akan terlihat seperti gambar 2.1 dibawah ini, yang terdiri dari 2 garis lurus sebagai jalur transmisi dengan sebuah garis menyilang sebagai coupling diantara 2 garis itu. Gambar 2.1 kema rangkaian directional coupler Definisi sebelumnya dari directional coupler membutuhkan sejumlah parameter s dengan harga sama dengan nol. Ini ditunjukkan dengan bagian dari definisi yang membutuhkan parameter s tersebut menjadi nol, seperti berikut ini : Matched : 0 11 22 33 44 Isolated Output : 0 41 23 Reciprocal : ij ji ;dimana i dan j = nomor port. ebuah rangkaian lossless pasif memiliki matriks parameter s yang berupa sebuah matriks unitary. Ini berarti bahwa matriks itu ketika dikalikan dengan tranposed dari matrix konyugasinya menghasilkan matriks identitas, seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.1 berikut. Persyaratan matematis ini diperoleh dari

6 kondisi sirkuit yang menginginkan daya total meninggalkan sirkuit persis sama dengan total daya yang masuk rangkaian, tanpa memperhatikan bebannya ataupun konfigurasi sumber. 0 12 13 0 0 12 13 0 1 0 0 0 12 0 0 24 12 0 0 24 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 13 34 13 34 0 24 34 0 0 24 34 0 Dari hasil perkalian matriks tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut : dan 12 24 13 34 (2.1) (2.2) (2.3) 12 13 24 34 Dimana hasil yang pertama (2.2) merupakan perkalian antara baris paling atas dengan kolom terakhir, sedangkan hasil yang kedua (2.3) merupakan perkalian antara baris kedua dengan kolom ketiga. Operasi pembagian yang dilakukan pada kedua hasil tersebut menghasilkan sebagai berikut : * 24 13 * 24 24 13 13 24 13 13 24 (2.4) Hal yang sama diterapkan untuk pasangan persamaan lainnya menghasilkan kondisi seperti yang ditunjukkan pada berikut ini : (2.5) 12 34 2 2 12 13 1 (2.6) 2 2 21 31 1 (2.7) Persamaan 2.7 menunjukkan bahwa daya yang masuk pada port 1 sama dengan jumlah daya yang keluar dari port 2 dan port 3. ehingga daya yang keluar dari port 4 sama dengan nol, yang berarti port 4 terisolasi saat port 1 menyalurkan daya. Penetapan posisi port dari sebuah directional coupler dimana port 1 sebagai input ditunjukkan oleh gambar 2.2 berikut ini.

7 Gambar 2.2 Penetapan posisi port pada sebuah directional coupler 2.2 PARAMETER UMUM COUPLER Kinerja dari suatu coupler ditentukan oleh parameter-parameter berikut ini [6] : Return Loss atau Reflection Loss menunjukkan suatu nilai kesesuaian dari impedansi input. Jika input match nya baik maka koefisien refleksi input akan rendah dan berarti hanya sedikit daya masuk yang dipantulkan kembali. Dengan demikian nilai return loss akan tinggi. Return Loss 20log 11 Insertion Loss menunjukkan suatu jumlah daya yang memasuki coupler namun gagal melewati direct portnya. Bila sebagian besar daya mengalami coupled, maka dikatakan adanya daya yang hilang pada direct portnya. Insertion Loss 20log 21 Koefisien Coupling menunjukkan suatu jumlah daya yang dikopel dari direct port nya dan ini menentukan jenis couplernya. ebuah 3 db coupler merupakan coupler yang memiliki daya yang dikopel sebesar setengah dari daya yang diberikan. Daya tersebut dibagi dua antara coupled port dan direct port. Coupling 20log 31 Isolation menunjukkan seberapa besar kemampuan coupler mampu mempertahankan daya sehingga tidak keluar melalui isolated port. Untuk sebuah coupler yang ideal, isolationnya akan sama dengan tak hingga (. Isolation 20log 41

8 2.3 QUADRATURE HYBRID COUPLER aat insertion loss dan koefisien coupling dari suatu directional coupler memiliki nilai yang sama, maka dikatakan coupler tersebut membagi daya yang sama pada port outputnya. Coupler ini dikenal dengan nama quadrature hybrid branch line coupler yang menghasilkan dua sinyal output yang memiliki beda fasa sebesar 90 o, atau digunakan untuk mengkombinasikan dua sinyal dengan tetap menjaga isolasi yang tinggi diantara mereka [6]. uatu hybrid coupler yang ideal, seharusnya memiliki perbedaan daya diantara kedua output port sebesar 0 db [10]. Namun pada prakteknya, frekuensi mempengaruhi keseimbangan amplitudo sehingga tidak dapat mencapai perbedaan ideal 0 db Hybrid tipe ini sangat mudah direalisasikan dengan menggunakan mikrostrip atau stripline dengan tujuan mendapatkan pembagian daya dengan beda phase 90 o. Quadrature Hybrid Coupler adalah jenis passive device yang terdiri dari empat port, yaitu port 1 digunakan sebagai port gelombang yang masuk (port input), port 2 sebagai output, port 3 adalah port untuk mengkopling (coupled port), dan port 4 digunakan sebagai isolation port. Bentuk geometris Quadrature Hybrid Coupler dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini: Gambar 2.3 Bentuk geometris Quadrature Hybrid Coupler Bila suatu Quadrature Hybrid coupler dicatu dengan impedansi sebesar Zo, maka nilai impedansi pada lengan shunt = Zo dan nilai impedansi pada lengan serinya = Zo/ 2. edangkan jarak antar lengan λ/4 ditentukan oleh frekuensi resonansi yang diinginkan.

9 Prinsip kerja Quadrature Hybrid coupler, yaitu output [ 21 ] dan kopling [ 31 ] memiliki daya yang terbagi. Beda fasa 90 o tergantung dari panjang λ/4, pada saat [ 21 ] panjangnya λ/4 dan saat di [ 31 ] panjangnya 2λ/4 jadi selisih antara [ 21 ] dan [ 31 ] adalah λ/4 yaitu sama dengan 90 o. Untuk isolasi pada rangkaian di atas memiliki beda fasa 180 o yaitu saat [ 41 ] panjangnya λ/4 dan saat dari port 1,menuju port 2, dan menuju port 3 dan terakhir ke port 4 memiliki panjang 3λ/4 jadi memiliki selisih 2λ/4 atau 180 o sehingga saling menghilangkan jadi idealnya isolasi adalah 0. Cara mendapatkan isolasi yang ideal dengan pengaturan panjang impedansi dan λ/4 karena tiap saluran memiliki panjang yang berbeda-beda. Matrix scattering dari hybrid coupler dapat dinyatakan sebagai berikut [6]: 0 j 1 0 1 j 0 0 1 (2.8) 2 1 0 0 j 0 1 j 0 Coupler ini memiliki bentuk simetri seperti yang ditunjukkan gambar 2.3 dan juga tercermin dari persamaan matrix scatteringnya. etiap port dapat menjadi port input. Port output selalu berada di simpang yang berlawanan dengan port inputnya, dan port isolasi akan berada disisi yang sama dengan port input. 2.4 MICROTRIP Microstrip merupakan bentuk teknik lajur transmisi planar yang paling populer. Mengingat ukurannya yang relatif kecil sehingga mudah diintegrasikan ke divais microwave aktif maupun pasif [6]. trukturnya terdiri berbentuk lapisan logam pada satu sisi bahan dielektrik yang ditutupi dengan logam di sisi lain. Bentuk rangkaian akan dicetak pada bagian depan lapisan dan bagian lainnya dapat berupa pentanahan atau bentuk rangkaian lainnya tergantung pada aplikasi, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.4 berikut. peradiasi substrat Gambar 2.4. truktur dasar mikrostrip pentanahan

10 Elemen peradiasi (radiator) atau biasa disebut sebagai patch, berfungsi untuk meradiasi gelombang elektromagnetik dan terbuat dari lapisan logam (metal) yang memiliki ketebalan tertentu. Jenis logam yang biasanya digunakan adalah tembaga (copper) dengan konduktifitas 5,8 x 10 7 /m. Elemen substrat (substrate) berfungsi sebagai bahan dielektrik dari antena mikrostrip yang membatasi elemen peradiasi dengan elemen pentanahan. Elemen ini memiliki jenis yang bervariasi yang dapat digolongkan berdasarkan nilai konstanta dielektrik ( r ) dan ketebalannya (h). Kedua nilai tersebut mempengaruhi frekuensi kerja dan bandwidth dari rangkaian yang akan dibuat. Ketebalan substrat jauh lebih besar daripada ketebalan konduktor metal peradiasi. edangkan elemen pentanahan (ground) berfungsi sebagai pembumian bagi sistem antena mikrostrip. Elemen pentanahan ini umumnya memiliki jenis bahan yang sama dengan elemen peradiasi yaitu berupa logam tembaga. Ada beberapa keuntungan dari menggunakan mikrostrip. Pertama, karena biaya rendah sehingga rangkaian mikrostrip sangat cocok untuk diproduksi dalam jumlah besar. Kedua, memilik berat dan volume yang lebih kecil dibandingkan rangkaian waveguide. Ketiga adalah dapat merupakan suatu rangkaian yang lengkap pada suatu substrat. Keempat, sangat cocok untuk integrasi rangkaian microwave terpadu. ebaliknya kelemahannya antara lain sulit untuk menganalisis. ehingga semua analisis dilakukan melalui asumsi-asumsi dan memerlukan waktu yang cukup lama jika ingin akurat. Dengan menggunakan simulasi microwave perangkat lunak, hal ini dapat diatasi. Ketika sebuah sirkuit mikrostrip dicetak maka akan sulit untuk dilakukan perbaikan atau penyesuaian. ehingga diperlukan suatu rangkaian yang baru. 2.4.1 Parameter Umum Rangkaian Microstrip Unjuk kerja (performance) dari suatu rangkaian mikrostrip dapat diamati dari parameternya. Beberapa parameter utama yang perlu diperhatikan pada suatu rancangan microstrip, akan dijelaskan sebagai berikut.

11 2.4.1.1. VWR (Voltage tanding Wave Ratio) VWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave) maksimum ( V max ) dengan minimum ( V min ) [11]. Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V + 0 ) dan tegangan yang direfleksikan (V - 0 ). Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan tegangan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan (Γ) [11]: V Z Z V Z Z 0 L 0 0 L 0 (2.9) Dimana Z L adalah impedansi beban (load) dan Z 0 adalah impedansi saluran lossless. Koefisien refleksi tegangan (Γ) memiliki nilai kompleks, yang merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari Γ adalah nol, maka [11]: Γ = 1 : refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat, Γ = 0 : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna, Γ = + 1 : refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka. edangkan rumus untuk mencari nilai VWR adalah [11]: ~ V 1 max (2.10) ~ 1 V min Kondisi yang paling baik adalah ketika VWR bernilai 1 (=1) yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Pada umumnya nilai VWR yang dianggap masih baik adalah VWR 2. 2.4.1.2. Return Loss Return Loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang direfleksikan terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return Loss

12 digambarkan sebagai peningkatan amplitudo dari gelombang yang direfleksikan (V - 0 ) dibanding dengan gelombang yang dikirim (V + 0 ). Return Loss dapat terjadi akibat adanya diskontinuitas diantara saluran transmisi dengan impedansi masukan beban (antena). Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas (mismatched), besarnya return loss bervariasi tergantung pada frekuensi [11]. V Z Z V Z Z 0 L 0 0 L 0 VWR 1 = VWR 1 (2.11) return loss 20log 10 (2.12) Dengan menggunakan nilai VWR 2 maka diperoleh nilai return loss yang dibutuhkan adalah di bawah -10 db. Dengan nilai ini, dapat dikatakan bahwa nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah dapat dianggap matching. Nilai parameter ini dapat menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah rangkaian sudah mampu bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak. 2.4.2 Lebar aluran Mikrostrip Lebar saluran mikrostrip (W) tergantung dari impedansi karakteristik (Z 0 ), ketebalan (h) dan konstanta dielektrik (ε r ) dari substrat yang digunakan. Adapun rumus untuk menghitung lebar saluran mikrostrip diberikan oleh persamaan di bawah ini [6]. 2h r 1 0,61 W B 1 ln(2b 1) ln( B 1) 0,39 2 r r (2.13) dengan ε r adalah konstanta dielektrik relatif dan B 2 60 Z 0 r (2.14)

13 2.5 IMPEDANCE MATCHING DENGAN TAPERED LINE Multisection matching transformer digunakan untuk mendapatkan bandwidth yang diinginkan pada suatu transmission line dengan nilai impedansi beban yang berubah-ubah [6]. Perubahan impedansi karakteristik tersebut bersifat monotonic dari Z 0 ke Z L (Z 0 <Z 1 <Z 2 <Z 3 <...<Z L ). elain dengan menggunakan cara perubahan stepped ini, juga dapat menggunakan continous taper. uatu tapered impedance matching network ditentukan oleh karakteristik panjang L dan fungsi taper Z 1 (z). Fungsi taper yang digunakan bersifat eksponensial seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut ini. Z z Z e az 1 0 0 < z < L (2.15) dimana 1 Z ln L a (2.16) L Z0 Gambar 2.5.a dan 2.5.b dibawah ini menunjukkan suatu pendekatan taper kontinyu untuk matching network, yang dibentuk dari sejumlah bagian line dengan panjang diferensial dz dan perubahan impedansi yang terjadi untuk tiap panjang dz dari satu bagian ke bagian lainnya. Gambar 2.5.a Taper kontinyu untuk matching network Gambar 2.5.b Garis kurva yang terbentuk karena tapered transition

14 Nilai impedansi yang tidak linier terdapat pada lengan seri. Penggunaan impedansi multisection dengan tapered transition ini, membuat lebar saluran transmisi pada lengan seri akan membentuk garis kurva. eperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.5.b. Bandwidth dari suatu multi section matching transformer meningkat seiring dengan jumlah sectionnya. Demikian juga halnya dengan bandwidth dari suatu tapered line akan meningkat seiring dengan peningkatan panjang L.