BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP. 5.1 Konsep dasar perancangan objek dengan tema extending tradition

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB IV ANALISA PERANCANGAN. tapak ini juga bertujuan untuk menyesuaikan objek perancangan dengan kondisi

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB IV: KONSEP. c) Fasilitas pendukung di hotel (event-event pendukung/pengisi kegiatan kesenian di hotel)

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

Jawa Timur secara umum

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB 6 HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan Pusat Kreativitas Budaya Kabupaten Ende ini adalah

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAGIAN DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

Bab V Konsep Perancangan

BAB IV SINTESA PEMBAHASAN. yang diusung dalam sebuah konsep desain Hotel Mulia adalah luxurious

BAB VI HASIL RANCANGAN. Kabupaten Bangkalan ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang memadahi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Komentar, Kritik dan Saran dari Diskusi Sidang Tugas Akhir (13 Juli 2011)

Laporan Tugas Akhir Bandung Concert Hall - Song in Architecture

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS AKOMODASI DI KAWASAN DANAU RANAU

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Komplek Wisata Budaya Madura merupakan sebuah rancangan yang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB 3. Metode Perancangan

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. merupakan hasil dari kumpulan alternatif-alternatif yang ada pada bab analisis.

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Hotel Resor dan Wisata Budidaya Trumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mengandungi elemen, dari dan ke atau daripada dan kepada. Maka hijrah

BAB V: DESAIN RANCANGAN

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

Transkripsi:

BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Penerapan Konsep Perancangan Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari proses melanjutkan atau mencari keberlanjutan sebuah tradisi dengan cara mengutip secara langsung bentukan dan nilai di masa lampau untuk lebih dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan masa kini secara inovatif tanpa menghilangkan unsur-unsur masa lampau. Keberlanjutan Rumah tradisional Jawa (Omah) dari segi nilai, bentuk dan tampilan dari Rumah Jawa (Omah) merupakan kosep dasar yang digunakan dalam proses merancang. 6.2 Hasil Perancangan Berdasarkan Unsur-Unsur Extending Tradition 6.2.1 Unsur pertapakan atau Kawasan A. Sirkulasi Pada konsep awal sirkulasi menyesuaikan dengan zoning tatanan ruang pada Rumah Jawa, namun pembagian zoning ini berorientasi ke jalan raya. Orientasi bangunan menghadap ke arah barat juga mempengaruhi sirkulasi pada rancangan yang seharusnya membagi zoning dan orientasi bangunan yang menghadap ke utara harus mengalami perubahan. Adapun perubahan zoning dalam rancangan sebagai berikut : 156

Gambar rancangan Gambar 6.1 Rancangan sirkulasi awal Sumber : hasil perancangan 2012 Perubahan sirkulasi pada rancangan awal karena sirkulasi pada rancangan awal masih rancu, selain pembagian zoning dan orientasi bangunan yang kurang sesuai dengan tema. Pintu masuk utama (lobby) terletak pada sebelah selatan tapak sedangkan pintu masuk terletak pada barat tapak, pada Rumah Jawa pintu Utama terletak pada bagian depan setelah entrance. Rancangan awal kurang memberikan kenyamanan bagi penggunanya karena selain tidak sesuai sesuai dengan tema, objek perancangan adalah bangunan publik sehingga diperlukan sebuah rancangan yang memudahkan bagi penggunanya baik pengelola maupun pengunjung. Rancangan sirkulasi mengunakan pola linier yang mengusung pola ruang yang terus menerus (sistem sirkulasi rumah jawa yang terus menerus), serta 157

sirkulasi yang memusat pada Rumah Jawa (dalem) juga diterapkan pada sirkulasi pengunjung yang diarahkan memusat ke lobby. Gambar rancangan Gambar 6.2 Rancangan sirkulasi Sumber : hasil perancangan 2013 Sirkulasi yang terdapat pada rancangan Galeri Seni Dwi Matra dirancang guna memberikan kenyaman dan kemudahan bagi pengunjung ataupun pengelola, sehingga dalam perancangan ini sirkulasi dibedakan sesuai dengan alat transportasi yang digunakan dalam kawasan. B. Penzoningan Penzoningan Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu mengacu pada translasi yang ada pada Rumah Jawa (Omah), Berdasarkan Penzoningan Pada Rumah Jawa (Omah) terdapat pendopo, Dalem (sentong), dan gandok. 158

Perubahan Pembagian zoning terjadi pada saat proses berlangsung, hal ini disebabkan ketidaksesuaian zoning sebelumnya karena pada rancangan sebelumnya orientasi bangunan menghadap ke arah barat sehingga letak zoning yang seharusnya dari arah utara dan ke selatan semakin ke selatan menjadi lebih privasi menjadi tidak sesuai. Adapun beberapa perubahan zoning pada perancangan sebagai berikut: Zoning awal Gambar 6.3 Zoning awal Sumber : Hasil perancangan 2012 Zoning pada rancangan awal adalah membagi zoning sesuai dengan tatanan Rumah Jawa yaitu pendopo (publik), peringgitan (semi publik), dalem (semi privat), sentong (privat), dan gandok (servis), namun orientasi pembagian zoning yang seharusnya menghadap ke arah utara. 159

Gambar rancangan konsep awal Keterangan 1. Kafe 2. Toko Sovenir 3. Penginapan 4. Perpustakaan 5 1 4 2 3 5. Kantor Pengelola Gambar 6.4 Rancangan konsep awal Sumber : Hasil Perancangan 2012 Tabel 6.1 Pembagian zoning sesuai konsep awal Sifat Zoning Zoning Rumah Jawa Implementasi Desain (Omah) Publik Pendopo Ruang Pameran, kantor pengelola Semi Publik Semi Privat Peringgitan Dalem Auditorium, Perpustakaan Workshop Privat Sentong Gendok Wisma (Penginapan) Kafe, Toko sovenir Sumber : Konsep Perancangan 2012 160

Zoning rancangan Gambar.6.5 Zoning Gambar Perancangan 11 2 3 5 4 8 6 9 7 10 11 Keterangan : Gambar.6.6 Rancangan 1. Kafe 7. Instalasi dan workshop seni lukis 2. Toko souvenir 8. Instalasi dan workshop 3. Workshop Seni Pasir 9. Penginapan 4. Auditorium 10. Mushola 5. Perpustakaan 11. Kantor Pengelola 6. Lobby 161

Tabel 6.2 Pembagian Zoning Sifat Zoning Zoning Rumah Jawa Implementasi Desain (Omah) Publik Pendopo Kafe, toko sovenir, perpustakaan, lobby. Semi Publik Peringgitan Auditorium Semi Privat Dalem, gendok kiwo, Workshop ( seni lukis gendok tengen. kanvas, fotografi, dan pasir) dan ruang istalasi pameran (fotografi dan seni lukis kanvas). Privat Sentong (Kiwo, tengah, tengen); Gendok mburi (servis) Penginapan, Mushola, dan kantor pengelola. 162

6.3 Perletakan bangunan dan massa bangunan Perubahan zoning pada hasil rancangan menyebabkan perubahan pada perletakan dan massa bangunan Galeri Seni Dwi Matra di Batu dengan konsep perancangan sebelumnya. Aplikasi dari konsep sebelumnya adalah sebagai berikut: Gambar rancangan awal 1 2 3 5 4 Gambar 6.7 Tatanan massa awal Sumber : Hasil Perancangan 2012 Keterangan : 1. Kafe 2. Toko Sovenir 3. Penginapan 4. Perpustakaan 5. Kantor Pengelola 163

Perletakan bangunan pada rancangan mengikuti pembagian zoning pada rancangan, sehingga dalam rancangan awal pembagian zoning menghadap ke barat dan kurang sesuai dengan penerapan tema extending tradition yang orientasinya mengahadap ke utara. Rancangan menyesuaikan dengan pembagian zoning sesuai dengan tema dan jumlah dan letak kontur pada tapak. Hasil Perancangan tatanan massa setelah mengalami perubahan Gambar 6.8 Rancangan tatana massa Penerapan pola tatanan massa Rumah Jawa (Omah) dalam rancangan yang didalamnya terdapat tatanan ruang yang diterapkan pada lay out (Rancangan) yaitu : Pendopo, peringgitan, dalem, sentong, dan gandok. 164

6.2.2 Unsur Peratapan Mengutip secara langsung bentukan dari masa lampau lalu dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan masa kini secara inovatif tanpa menghilangkan unsur-unsur Rumah Jawa (Omah). Beberapa perubahan rancangan bentuk atap sebagai berikut : Gambar rancangan awal Gambar 6.9 Bentuk atap awal Sumber : Hasil Perancangan 2012 Perubahan pada rancangan awal karena bentukan yang dihasilkan dari bentuk denah juga lay out yang simetris dan kurang modifikasi, sehingga mengasilkan bentukan yang kurang menarik dan monoton. Bentukan atap pada perancangan pertama adalah mengutip secara langsung tanpa ada modifikasi bentukan atap serontongan atau atap kampung. Hasil rancangan selanjutnya tidak hanya mempergunakan bentukan simetris seperti persegi panjang dan persegi yang biasa dipergunakan pada Rumah Jawa pada umumnya, namun dalam rancangan ini menggunakan seperti bentukan-bentukan lainya seperti lingkaran 165

dan menyesuaikan dengan letak dan bentuk kontur. Atap yang dihasilkan dari rancangan selanjutnya menghasilkan modifikasi beberapa atap Rumah Jawa yang tetap memiliki satu kesatuan satu dengan yang lainnya. Gambar Perancangan Gambar 6.10 Tampak kawsan Gambar rancangan Gambar 6.11 Rancangan atap kafe Sumber : hasil perancangan 2013 166

Gambar rancangan Gambar 6.12 Rancangan atap auditorium Sumber : hasil perancangan 2013 Mengambil bentukan dari atap Joglo yang sedikit dimodifikasi sehingga tidak merubah keseluruhan bentuk awal dan memberikan ornamen pada atapnya. Menyesuaikan dengan fungsi dan bentukan dari bangunan itu sendiri. 6.2.3 Unsur Perangkaan Menggunakan struktur rangka baja yang disesuaikan dengan bentukan atap. Struktur dan material yang digunakan berbeda dari konsep awal yang mempergunakan kayu dan bambu. Hal ini disebabkan karena struktur dan material bangunan yang digunakan pada rancangan kurang sesuai dengan fungsi dan bentuk dari bangunan. Adapun perubahan struktur dan material yang digunakan sebagai berikut : 167

konsep awal Gambar 6.13 Konsep rangka awal Sumber : Hasil perancangan 2012 Konsep awal struktur yaitu memodifikasi atau menggabungkan sistem struktur knock down yang ada pada rumah jawa, serta penggunaan material bambu dalam konstruksinya, selain pemanfaatan material dan struktur ini selain inovativ namun penerapan dalam rancangan kurang sesuai dengan fungsi dan bentukan rancangan yang telah mengalami penambahan dan pengurangan fungsi bangunan dalam rancangan. Gambar rancangan Gambar 6.14 Rangka atap kafe Sumber : Hasil perancangan 2013 Hasil rancangan menggunakan kuda-kuda yaitu mengutip dari sistem atap Rumah Jawa namun dalam perancangan material baja ringan dan sudah tidak 168

mengunakan sitem knock down. peratapan dan perangkaan pada Rumah Jawa yang semula hanya berawal dari denah yang berbentuk kotak atau persegi panjang dalam perancangan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, seperti auditorium yang berbentuk lingkaran mempergunakan kuda-kuda. Gambar rancangan Gambar 6.15 Rangka atap auditorium Sumber : Hasil perancangan 2013 6.2.4 Unsur Persolekan Ornamen yang dipergunakan pada rancangan dibuat lebih sederhana, karena pada Rumah Jawa (Omah) ornamen-ornamen yang dipergunakan dalam bentuk ukir-ukiran yang diletakan pada selubung bangunan seperti pada saka (tiang) dan pada balok (blandar atau tumpang). Perancangan awal mempergunakan struktur grid sehingga memungkinkan meletakan ornamen pada bagian kolom sama halnya ornamentasi yang terdapat pada soko guru (Rumah Jawa) pada umumnya. Perubahan rancangan oranamen pada proses perancangan 169

dilakukan karena bantukan dan lay out sebelumya jauh berbeda dengan rancangan selanjutnya, adapun perubahan tersebut sebagai berikut : Gambar rancangan awal Gambar 6.16 Rancangan awal Sumber : Hasil perancangan 2012 Rancangan awal Gambar 6.17 Rancangan ornamen awal Sumber : Hasil perancangan 2012 170

Rancangan ornamen sebelumnya yaitu menyederhanakan ornamentasi yang sudah ada lalu meletakannya pada beberapa bagian sudut ruang dan bangunan, seperti pada kolom dan balok pada selubung bangunan, namun karena struktur dan material yang dipergunakan berbeda. Ornamen yang digunakan juga mengalami perubahan baik dalam bentukan, material dan juga perletakan ornamen tersebut. Perletakan ornamen pada bangunan diletakkan pada bagian atap dan ada juga digunakan sebagai ventilasi. Gambar rancangan Gambar 6.18 Rancangan ornamen Sumber : Hasil perancangan 2013 6.2.5 Unsur Persungkupan A. Tata Ruang Tatanan ruang yang berada pada rancangan yaitu mengikuti tatanan Rumah Jawa yang terdiri dari beberapa bagian bangunan disesuaikan dengan fungsi dan zoning galeri seni. Tatanan ruang Rumah Jawa ini juga diterapkan pada bangunan-bangunan pada rancangan, namun dalam penataan tata ruang tersebut terjadi perubahan tatanan ruang pada rancangan karena bentuk dan massa 171

bangunan yang awalnya satu massa bangunan menjadi beberapa bangunan (massa banyak). Tatanan ruang Rumah Jawa meliputi pendopo (publik), peringgitan (semi publik), Dalem (semi privat), Senthong (privat), dan Gandok (servis). Perubahan tersebut antara lain : Gambar rancangan Gambar 6.19 Denah perpustakaan Sumber : Hasil perancangan 2013 Pengaplikasian tatanan ruang Rumah Jawa yang diterapkan pada denah perpustakaan adalah resepsionis (publik), ruang referensi (semi publik), ruang baca (semi privat), tempat penitipan barang (privat), ruang staf dan kamar mandi (servis). 172

Gambar rancangan Gambar 6.20 Rancangan tatanan ruang penginapan Tatanan ruang dalam penginapan juga menerapkan prinsip tatanan ruang Rumah Jawa sesuai letak dan urutannya. Adapun penerapan tatanan ruang tersebut antara lain: Pada bagian depan setelah entrance ruang tamu (publik), ruang nonton tv (semi privat), ruang tidur (privat), dapur dan kamar mandi (servis). C. Interior Interior pada rancangan bermaksud menghadirkan suasana extending tradition Rumah Jawa, tetapi dalam proses perancangan mengalami perubahan karena rancangan awal kurang kurang memberikan kesan dan suasan Rumah Jawa. Adapun beberapa perubahan pada Interior antara lain : Ruang rapat menampilkan kesederhanaan penghuni rumah jawa, sehingga kesan modern yang ditampilkan tetap tidak menghilangkan suasana ruang pada Rumah Jawa yang sederhana dengan perabot dan material yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna di dalamnya. 173

Gambar 6.21 Rancangan interior ruang rapat awal Perubahan pada interior selanjutnya adalah memadukan unsurunsur masa lampau dengan meterial dan teknologi sesuai dengan kebutuhan interior rapat, guna memberikan kenyamanan bagi pengguna di dalamnya. Gambar 6.22 Rancangan interior ruang rapat Interior ruang make up atau ruang untuk persiapan yang bernuansa coklat menimbulkan suasana yang hangat. Suasana hangat yang diberikan dari warna dan perabot pada ruang make up, justru menghilangkan suasana Rumah Jawa. 174

Gambar 6.23 Rancangan ornamen awal Rancangan memberikan suasana sentong (privasi) dengan memberikan unsurunsur Rumah Jawa dalam perabot, daun pintu serta permainan pada plafon. Kesan Rumah Jawa masih bisa dirasakan dengan nuansa modern. Gambar 6.25 Rancangan ruang make up 175

Gambar 6.26 Rancangan kafe awal Interior kafe yang memberikan suasana kebersamaan, dengan perabot yang terbuat dari bambu. Ruang publik yang berbeda dengan pendopo pada rumah jawa yang biasa membiarkan tanpa perabot (lesehan). Interior kafe lebih memberikan kesan kebersamaan dengan memberikan perabot (kursi dan meja). Suasana yang dihadirkan pada interior kafe justru kurang menghadirkan suasana Rumah Jawa, sehingga perubahan pada proses perancangan. 176

Interior Kafe pada rancangan memberikan kesan Rumah Jawa dengan menambahkan beberapa perabot serta menggati perabot seperti kursi dan meja. Memadukan unsur-unsur Jawa dengan kebutuhan sekarang terlihat pada bar atau lounge yang tetap memberikan ornamentasi ukir-ukiran dari batu dan rak yang dirancang sederhana tanpa ada penambahan ornametasi. Gambar 6.27 Rancangan kafe 177

B. Utilitas Gambar 6.28 Rancangan ornamen awal Sumber : Hasil Perancangan 2012 Keterangan : Air bersih Hydrant Listrik Air kotor Konsep awal utilitas mempergunakan Pompa air yaitu persungkupan dari rumah Jawa yang dulunya mempergunakan senggot untuk memperoleh air. Utilitas yang ada pada rancangan adalah bangunan publik sehingga kurang sesuai dengan konsep utilitas sebelumnya, sehingga utilitas yang ada pada rancangan disesuaikan dengan bentuk bangunan dan tatanan massa bangunan pada tapak. 178