BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI TERHADAP PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI DI KLINIK BERSALIN BERSAMA MEDAN TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius pemerintah dan masyarakat, mengingat bahwa ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

Pemberian ASI Eksklusif Pada Wanita Pekerja Pabrik Lebih Sedikit Daripada Ibu Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

1

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI UPT PUSKESMAS BANYUDONO I KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi dengan ibunya, setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir (Roesli,2011).

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI MENGGUNAKAN DOT DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI POSYANDU WILAYAH PUSKESMASDANUREJAN I YOGYAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. 1.8 Latar Belakang. Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan penyediaan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari delapan target Millenium Development Goals (MDGs). yang mesti

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perempuan mendapat anugerah Tuhan untuk dapat mengandung, melahirkan,dan menyusui. Kodrat yang diberikan kepada perempuan ini ditandai oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk tempat tumbuh kembang janin selama didalam kandungan, dan payudara untuk dapat menyusui anak ketika sudah dilahirkan di dunia. Semua perempuan berpotensi untuk menyusui anaknya, sama dengan potensi untuk mengandung dan melahirkan (Perinasia. 2004.hlm.1). Tidak semua perempuan dapat memahami dan menghayati kodratnya sebagai perempuan. Faktor penyebabanya yaitu karena pengetahuan yang kurang memadai, atau persepsi yang keliru tentang payudara dan menyusui, pemahaman yang kurang tentang peran dan fungsi sebagai seorang ibu, payudara tidak dilihat sebagai perangkat untuk menyusui anakanya. Akibatnya air susu ibu (ASI) menjadi terbuang percuma karena tidak dimanfaatkan dengan baik. Ibu lebih suka menggunakan susu formula padahal manfaat ASI sampai sekarang belum ada tandingannya (Perinasia. 20004.hlm.1). Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta hurufpun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironisnya, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan (Roesli. 2000.hlm.2). Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibunya maupun masalah yang terjadi pada bayinya. Sebagian besar ibu yang tidak paham dengan masalah ini menganggap kegaglan menyusui sering dianggap problem pada anaknya. Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca perasalinan dini, dan masa persalinan lanjut. Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi bingung putting atau sering menangis. Karena hal tersebut ibu dan keluarga sering mempresentasikan bahwa ASI tidak tepat bagi bayinya (Perinasia. 2004.hlm.16). World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI secara ekslusif sekurangnya selama usia 6 bulan pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping lain dan rekomendasi serupa juga didukung oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy Of Breastfeeding Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDAI. 2010.hlm.108). Pada tahun 1999, setelah pengalaman 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI ekslusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak Negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. Terlepas dari isi rekomendasi baru UNICEF tadi, masih ada pihak yang tetap mengusulkan pemberian makanan pada usia 4 bulan sesuai dengan isi deklarasi Innocent (1990), yaitu hanya diberi ASI sampai bayi berusia 4-6 bulan. Namun, pengetahuan terakhir tentang efek negatif pemberian makanan padat yang terlalu dini

telah cukup menunjang pembaharuan defenisi ASI ekslusif menjadi, ASI saja sampai usia sekitar 6 bulan (Roesli. 2000.hlm.3). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1997 sampai 2003, diketahui bahwa angka pemberian ASI ekslusif turun dari 49% menjadi 39%, sedangkan penggunaan susu formula meningkat tiga kali lipat (Prasetyono. 2012.hlm.23). Hasil SDKI (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) 2007 adalah sebanyak 44% bayi baru lahir di Indonesia mendapat ASI dalam 1 jam setelah kelahiran dan 62% bayi mendapat ASI pada hari pertama. Proporsi anak yang diberi ASI pada hari pertama paling rendah yaitu 43% untuk bayi yang dilahirkan dengan pertolongan tenaga kesehatan, dan tertinggi 54% untuk bayi lahir tanpa pertolongan. Sebanyak 65% bayi mendapatkan makanan selain ASI sejak dini. Hanya 32% bayi di Indonesia mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan (IDAI. 2010.hlm.147). Berat badan bayi meningkat secara tidak teratur, terutama pada bayi yang disusui. Rata rata, peningkatan berat badan bayi berkisar pada 150 200 gr per minggu, dan biasanya melambat setelah usia 3 bulan, kemudian menjadi lebih lambat lagi setelah 6 bulan. Ada waktu yang tepat bagi bayi untuk mengalami dorongan pertumbuhan yang cepat dan kenaikan berat badan (Khasanah. 2011.hlm.21). Penelitian yang dilakukan oleh Matondang. S (2008) kepada 30 orang sampel di peroleh ibu yang memberikan ASI Eksklusif dan kenaikan berat badan 0-6 bulan.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kenaikan berat badan bayi 0-6 bulan. Desain Penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental. Mayoritas ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 19 jiwa (63.3%) dan minoritas 11 jiwa (33.7%). Penelitian ini bersifat study korelasi dengan menggunakan data primer yaitu dengan menggunakan

kuisioner yang dibagikan kepada respoden. Dari hasil penelitian di peroleh bayi yang mempunyai kenaikan berat badan mayoritas 19 jiwa (63.3%) dan minoritas bayi yang tidak mempunyai kenaikan berat badan berjumlah 11 jiwa (33.7%). Dari data di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa mayoritas ibu yang memberikan ASI eksklusif mempunyai kenaikan berat badan pada bayi 0-6 bulan. Berdasarkan penelitian di atas di simpulkan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif mempunyai kenaikan berat badan pada bayi nya, dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di karenakan kurangnya memdapatkan sumber informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Budiaman. A (2009) di Desa Urban kepada 221 orang bayi yang terdiri dari 110 orang bayi yang diberi ASI ekslusif dan 111 orang bayi yang diberi makanan tambahan ASI. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi ekspermental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bayi usia 0-4 bulan berdasarkan berat badan bayi yang diberi ASI ekslusif dengan bayi yang diberi makanan pendamping ASI.. Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat pertambahan berat badan bayi yang diberi ASI ekslusif sampai 4 bulan, pertambahan berat badan yang terjadi sampai 0,14kg per bulan sedangkan pada bayi yang diberi makanan pendamping ASI terjadi penambahan berat badan hanya 0,12 kg per bulan. Dapat disimpulkan bahwa berat badan bayi yang diberi ASI ekslusif lebih besar penambahan berat badan yang terjadi dibanding dengan bayi yang diberi makanan pendamping ASI. Dalam laporan Riskesdas (2010) dikumpulkan data tentang pola pemberian ASI pada anak 0-23 bulan dari 69.300 sampel yang ada yang meliputi : proses mulai menyusui, pemberian kolostrum, pemberian makanan prelakteal, menyusui eksklusif, dan pemberian MP-ASI. Persentase proses mulai menyusui pada anak umur 0-23 bulan menurut provinsi di Indonesia yaitu persentase proses mulai menyusui kurang

dari satu jam (< 1 jam) setelah bayi lahir adalah hanya berkisar 29,3%, tertinggi di Nusa Tenggara Timur 56,2% dan presentase terendah di Maluku 13,0%. Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai menyusui dilakukan setelah 48 jam. Data yang diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten di Sumatera Utara pada tahun 2010 dari 3116 sampel yaitu proses menyusui bayi dimulai dari usia bayi < 1jam setelah bayi lahir terdapat 20,2%, pada waktu 1 6 jam setelah bayi lahir proses menyusui terdapat 34%, 7-23 jam setelah bayi lahir terdapat 12%, pada waktu 24 47 jam setelah bayi lahir terdapat 14,3%, sedangkan proses menyusui bayi yang dimulai 48 jam terdapat 19,5% (Riskesdas. 2010). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul hubungan frekuensi pemberian ASI ekslusif terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Nurbaini Medan karena masih banyaknya ibu ibu yang belum memberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan. B. Perumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di Klinik Bersalin Bersama Medan pada tahun 2013. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengidentifikasi hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik bersalin Bersama di Medan tahun 2013.

2. Tujuan khusus a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang meliputi umur bayi, dan jenis kelamin bayi, paritas bayi di klinik bersalin Bersama Medan tahun 2013 b. Untuk mengidentifikasi frekuensi pemberian ASI di klinik Bersama Medan tahun 2013 c. Untuk mengidentifikasi penambahan berat badan bayi yang diberi ASI di klinik Bersama Medan tahun 2013 d. Untuk mengidentifikasi hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi di klinik Bersama tahun 2013 D. Manfaat penelitian 1. Bagi ibu menyusui Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi ibu menyusui untuk mengetahui frekuensi menyusui yang efektif bagi bayi dalam 24 jam terhadap peningkatan berat badan bayi. 2. Bagi Pelayanan kebidanan Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu ibu pasca bersalin dalam memberikan ASI pada bayi. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan untuk penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya ASI terhadap penambahan berat badan bayi. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian penelitian lain yang berkaitan dengan frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan bayi.

4. Bagi peneliti Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu metodelogi penelitian yang diperoleh penulis di bangku perkuliahan. Penelitian ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis tentang pemberian ASI yang efektif bagi bayi.