Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. dari satu tahap ke tahap berikutnya. Agar pembangunan dapat terlaksana dengan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BERITA RESMI STATISTIK

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar mata

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

Transkripsi:

1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sehingga pembangunan harus berpijak pada perencanaan yang matang melalui proses yang melibatkan segenap masyarakat, sejak persiapan, pelaksanaan, monitoring, sampai evaluasi bahkan dalam pembiayaan yang berasal dari perekonomian di suatu daerah. Pembangunan juga merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Perumusan perencanaan pembangunan pertanian perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi tepat guna, sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas dapat menghasilkan output yang optimal, yang akan berdampak positif terhadap pembangunan wilayah. Keberadaan Undang-Undang Republik Indonesia No.32 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang RI No.33 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, maka menuntut suatu daerah untuk dapat menopang keberlanjutan pembangunan di daerah yang bersangkutan. Hal tersebut mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan ekonomi dan strategi-strategi yang ditempuh untuk pembangunan dengan lebih mengandalkan pada potensi yang dimiliki sesuai dengan kondisi daerah baik kondisi sumberdaya alam maupun kondisi sumberdaya manusia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian di Indonesia yang memegang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai

2 penyerap tenaga kerja karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani. Selain itu, sektor pertanian juga mempunyai peranan sebagai penyediaan kebutuhan pangan nasional dan sebagai pemasok bahan baku untuk industri. Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dimana sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Kondisi perekonomian di Kabupaten Sragen bisa dilihat dan ditunjukkan berdasarkan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sragen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sragen tidak terlepas dari kontribusi sektor-sektor perekonomian di daerah tersebut yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan/kontruksi; perdagangan; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sragen tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sragen 2006 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sektor Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 709.415,56 56.176,90 66.690,14 8.547,84 22.356,71 PDRB (Juta Rupiah) 863.187,15 7.164,46 532.376,56 28.664,88 107.818,53 442.697,67 80.022,12 96.199,04 Persentase PDRB (%) 35,34 29,04 2,30 2,73 0,35 0,92 0,29 21,80 1,17 4,41 18,12 3,28 3,94 284.440,02 11,65 PDRB 2.442.570,43 100,0 Sumber : BPS Kabupaten Sragen 2006 b Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian di Kabupaten Sragen adalah

3 863.187,15 juta rupiah atau 35,34 persen dari total PDRB. Sektor tanaman bahan makanan memberikan sumbangan sebesar 709.415,56 juta rupiah atau 29,04 persen dari total PDRB. Hal ini berarti sektor pertanian memberikan kontribusi yang paling besar dibandingkan sektor perekonomian yang lain (khususnya sektor tanaman bahan makanan) terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Sragen. Selain itu, prosentase nilai PDRB sektor tanaman bahan makanan sebesar 29,04 persen berarti bahwa sektor tanaman bahan makanan dibutuhkan dan membutuhkan sektor lainnya karena dalam pertumbuhan sektor lain membutuhkan output dari sektor tanaman bahan makanan dan untuk meningkatkan produksi dari sektor tanaman bahan makanan diperlukan output dari sektor perekonomian lain sebagai input produksi. Kontribusi sektor tanaman bahan makanan terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Sragen dipengaruhi oleh adanya perubahan produksi padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor tanaman bahan makanan (BPS, 2006 a ). Jumlah produksi sektor tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Produksi Tanaman Bahan Makanan 2002-2006 di Kabupaten Sragen 1. 2. Jenis Tanaman Padi dan Palawija a. padi b. Jagung c. Ubi kayu d. Ubi Jalar e. Kacang Tanah f. Kedelai g. Kacang Hijau Sayursayuran dan buah-buahan a. Kacang Panjang b. Cabe c. Tomat 2002 4.667.000 157.530 889.570 730 152.880 21.400 30.380 3.596 22.817 973 Jumlah Produksi (kuintal) 2004 2003 4.330.360 238.850 882.660 2.890 145.080 8.460 5.140 3.179 25.585 1.220 4.445.710 211.350 847.130 220 158.330 26.360 28.490 3.860 15.683 574 2005 4.572.700 286.060 780.110 2.230 139.590 26.820 38.340 4.114 14.425 1.225 2006 4.783.720 314.910 893.930 360 168.520 39.880 32.090 3.093 12.737 1.234

4 d. Ketimun e. Kangkung f. Pisang g. Mangga h. Rambutan i. Melon j. Pepaya k. Nanas l. Belimbing 975 60 52.105 40.487 2.960 57.838 17.318 20 459 2.061 760 41.782 48.250 3.197 59.086 18.610 21 787 787 520 34.204 56.042 4.077 28.350 6.785 15 721 2.316 1.087 30.719 95.526 4.330 21.158 8.940 28 1.016 861 2.081 25.347 96.656 7.902 11.597 10.415 15 1.700 Sumber : BPS Kabupaten Sragen 2006 a Berdasarkan pada Tabel 2. terbukti adanya peningkatan produksi pada tahun 2006 dari tahun-tahun sebelumnya yaitu padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai, sedangkan untuk komoditas sayuran dan buah-buahan ada yang mengalami kenaikan dan penurunan produksi untuk tiap tahunnya. Adanya peningkatan produksi dari tahun ke tahun pada sektor tanaman bahan makanan menyebabkan kenaikan sumbangan bagi perekonomian wilayah Kabupaten Sragen sehingga berpengaruh terhadap peningkatan PDRB. Hubungan antara sektor tanaman bahan makanan dan sektor perekonomian lain di Kabupaten Sragen terjadi karena adanya keterkaitan satu sama lain, baik keterkaitan ke belakang maupun keterkaitan ke depan. Keterkaitan ke belakang adalah keterkaitan sektor tertentu dengan sektor lainnya yang ditunjukkan dengan pengaruh dari permintaan akhir sektor tersebut terhadap output sektor lainnya. Misalnya, singkong yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan keripik singkong di Kabupaten Sragen, untuk menghasilkan singkong maka dibutuhkan pupuk, pestisida dan sarana pengangkutan dalam proses produksi yang merupakan output dari sektor lain sebagai input untuk sektor tanaman bahan makanan. Keterkaitan ke depan adalah keterkaitan antar sektor tertentu dengan sektor lainnya yang ditunjukkan dengan besarnya output yang disediakan oleh sektor tersebut terhadap sektor lainnya. Misalnya, pada industri tempe kripik dibutuhkan kedelai sebagai input dalam proses produksi dan kedelai tersebut merupakan output dari sektor tanaman bahan makanan. Untuk mengetahui pengaruh sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor lain dapat terlihat dengan mengetahui besarnya indeks Keterkaitan ke Depan. Sedangkan, untuk

5 mengetahui pengaruh sektor perekonomian lain terhadap sektor tanaman bahan makanan dapat dilihat dengan menggunakan nilai indeks Keterkaitan ke Belakang. Adanya keterkaitan sektor tanaman bahan makanan tersebut akan mendorong kemajuan sektor perekonomian lain dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, kajian yang lebih mendalam mengenai keterkaitan sektor tanaman bahan makanan dengan sektor perekonomian lain di Kabupaten Sragen perlu dilakukan. B. Perumusan Masalah Perekonomian suatu daerah sangat tergantung dari SDA dan faktor produksi yang dimilikinya. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama satu periode tertentu tidak terlepas dari perkembangan masing-masing sektor atau sub sektor yang ikut membentuk nilai tambah perekonomian suatu daerah. Kesanggupan mencapai pertumbuhan tersebut juga merupakan refleksi dari kondisi ekonomi pada periode yang bersangkutan. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai suatu indikator mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengukur keberhasilan pembangunan yang telah dicapai serta menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, dimana dalam perhitungan PDRB Kabupaten Sragen tahun 2006 digunakan tahun dasar 2000. PDRB Kabupaten Sragen pada tahun 2006 atas dasar harga konstan sebesar 2.442.570,43 juta rupiah. Angka tersebut lebih besar dibandingkan PDRB Kabupaten Sragen tahun sebelumnya yaitu tahun 2005 sebesar 2.322.239,44 juta rupiah. Hal ini menunjukkan perkembangan pembangunan bidang perekonomian di Kabupaten Sragen meningkat yang terlihat dengan adanya peningkatan nilai PDRB. Menurut BPS (2006 a ), Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten penyangga pangan khususnya beras di Jawa Tengah sehingga produksi sektor tanaman bahan makanan terutama tanaman padi terus ditingkatkan. Pertumbuhan sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman

6 bahan makanan, di Kabupaten Sragen dapat dilihat dari kenaikan produksi padi sebesar 4,61 persen yaitu sebesar 478.372 ton lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2005 sebesar 457.270 ton. Untuk tanaman palawija produksi jagung pada tahun 2006 meningkat 10,08 persen, ubi kayu 14,59 persen, kacang tanah 20,72 persen, kedelai 32,75 persen, sedangkan kacang hijau mengalami penurunan sebesar 16,30 persen. Adanya pertumbuhan sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Sragen akan mendorong pertumbuhan sektor perekonomian lainnya karena terdapat keterkaitan antara sektor tanaman bahan makanan dengan sektor perekonomian lainnya. Bentuk keterkaitan tersebut terlihat dari penggunaan output sektor tanaman bahan makanan pada sektor perekonomian lain dan penggunaan output sektor perekonomian lain pada sektor tanaman bahan makanan untuk dijadikan input dalam proses produksinya. Misalnya, output sektor tanaman bahan makanan digunakan sebagai input oleh industri pengolahan, seperti industri keripik ketela di Sragen yang membutuhkan bahan baku singkong dan pada industri pembuatan tempe dibutuhkan bahan baku kedelai yang merupakan output dari sektor tanaman bahan makanan. Sebaliknya, untuk menghasilkan bahan baku tersebut, maka sektor tanaman bahan makanan membutuhkan output dari sektor lain untuk digunakan sebagai input. Misalnya, tanaman singkong dan tanaman kedelai membutuhkan output dari sektor perekonomian lain yaitu dari sektor industri berupa pupuk, pestisida, dan sarana pengangkutan untuk digunakan dalam proses produksi pertanian. Oleh karena itu, kajian lebih mendalam mengenai keterkaitan sektor tanaman bahan makanan perlu dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Berapa nilai keterkaitan ke belakang (backward linkage) sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di Kabupaten Sragen? 2. Berapa nilai keterkaitan ke depan (forward linkage) sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di Kabupaten Sragen?

7 3. Sektor perekonomian apakah yang menjadi sektor andalan dalam perekonomian Kabupaten Sragen? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui nilai keterkaitan ke belakang (backward linkage) sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di Kabupaten Sragen. 2. Mengetahui nilai keterkaitan ke depan (forward linkage) sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di Kabupaten Sragen. 3. Mengetahui sektor perekonomian yang menjadi sektor andalan dalam perekonomian Kabupaten Sragen. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian. 2. Bagi pembaca, penelitian ini sebagai bahan informasi dalam menambah pengetahuan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi pemerintah, penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terutama pembangunan dan pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Sragen.