BAB I PENDAHULUAN. atau yang biasa diucapkan oleh banyak orang sebagai Materai, sebenarnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BEA MATERAI. Bea Materai

BEA MATERAI. Bea Materai

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Meterai.

BEA MATERAI. Pengenaan pajak atas dokumen

MAKALAH PAJAK BUMI DAN BANGUNAN BEA MATERAI

Bea meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa kertas yang menurut Undang- Undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai

NOMOR 13 TAHUN 1985 TENTANG BEA METERAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB IX BEA METERAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1985 TENTANG BEA METERAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menjelaskan Pengertian Bea Meterai. Menjelaskan Objek Pemungutan Bea Meterai. Menjelaskan Saat Terutangnya Bea Meterai

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR HUKUM, OBYEK DAN TARIF BEA MATERAI

UU 13/1985, BEA METERAI. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor:13 TAHUN 1985 (13/1985) Tanggal:27 DESEMBER 1985 (JAKARTA) Tentang:BEA METERAI

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup umat manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya

Seluruh tulisan pada modul ini merupakan milik dari Pusdiklat Pajak BPPK, hasil tulisan dari Widyaiswara Pusdiklat Pajak, Hasanuddin Tatang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Jalan... Telepon :... Fax :...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 27 /PJ/2013 TENTANG

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. empat untuk menyuplai pasokan barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak.

MEI SUBROTO NIM. R

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 476/KMK.03/2002 TENTANG PELUNASAN BEA METERAI DENGAN CARA PEMETERAIAN KEMUDIAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

Tabel 1: Sanksi Administrasi Berupa Denda, Bentuk pengenaan Denda, dan Besarnya Denda

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BEA METERAI. Modul PUSDIKLAT PERPAJAKAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

b. akta-akta notaris termasuk salinannya; c. akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPA[) termasuk rangkap-rangkapnya;

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian hukum normatif dan empiris. suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

DAFTAR PUSTAKA. Ash-shofa, Burhan, 2004, Metode Penelitian Hukum, cetakan keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Tujuan dari Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh makhluk dimuka bumi. Oleh karena itu, tanah memiliki peranan yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembayarannya bersifat wajib untuk objek-objek tertentu. Dasar hukum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMETERAIAN KEMUDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MASALAH PENGGUNAAN CEK KOSONG DALAM TRANSAKSI BISNIS

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

PELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt

BAB I PENDAHULUAN. Pressindo, Jakarta, 2009, hlm Erwin Kallo, Panduan Hukum Untuk Pemilik/Penghuni Rumah Susun, Minerva Athena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan yang menggunakan konsepsi logistis positivis. Konsepsi ini

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. pada khususnya, maka kebutuhan akan pendanaan menjadi hal yang utama bagi

A. Alasan Pemilihan Judul

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. (UUPT) modalnya terdiri dari sero-sero atau saham-saham.

BAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

BAB I A. LATAR BELAKANG

KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan setiap orang berhak untuk bekerja serta

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Meterai sudah sering digunakan oleh setiap orang dewasa ini, sehingga sudah bukan merupakan penggunaan yang asing lagi dalam masyarakat. Meterai atau yang biasa diucapkan oleh banyak orang sebagai Materai, sebenarnya yang dimaksud adalah benda meterai, dimana benda meterai tersebut terdiri dari meterai yang ditempelkan dan meterai yang berupa kertas atau yang biasa disebut orang sebagai kertas segel. 1 Meterai-meterai tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti membuat perjanjian, baik perjanjian jual-beli, sewa menyewa pembuatan surat kuasa, surat pernyataan, surat gugatan, akta notaris, akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan lain sebagainya. Penggunaan meterai untuk keperluan tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai sebagai peraturan pelaksanaannya. Secara prinsip kedua peraturan tentang Bea Meterai tersebut menentukan bahwa meterai digunakan sebagai pajak dokumen. Penggunaan meterai ini dilakukan juga oleh Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, layaknya seperti instansi dimana saja tidak dapat dipungkiri 1 Mohammad Umar. Apa dan Bagaimana Meterai Digunakan. Diakses melalui http://inclawhukum.com/index.php/hukum-pajak/87-apa-dan-bagaimana-meterai-digunakan. tanggal 28 April 2012. 1

2 akan berurusan dengan dokumen-dokumen penting yang pastinya akan melibatkan benda yang namanya meterai. Sebenarnya merupakan hal yang biasa tetapi akan menjadi sesuatu yang patut diperhatikan dengan seksama karena setelah mengamati, melihat dan sedikit bertanya kepada pihak-pihak yang sering berurusan dengan dokumen-dokumen yang harus atau wajib dibubuhkan meterai ada penggunaan meterai sepertinya tidak lazim. Penulis mendapatkan informasi bahwa meterai tidak hanya ditempelkan pada dokumen-dokumen saja tetapi juga terdapat pada kwitansi, nota dan struk kecil atau berupa nota belanja sebagai bukti pembayaran. Penggunaan meterai pada nota, struk kecil ini sepertinya tidaklah lazim dan tidak terdapat petunjuknya dalam Undang-undang tentang Bea Meterai beserta peraturan pelaksananya. Jadi rupanya ada hukum baru yang telah lazim yang digunakan di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh karena itulah, penulis tertarik untuk mengangkat tulisan dengan judul PENGGUNAAN METERAI ATAS DOKUMEN-DOKUMEN DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA. B. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 memberikan hak dan kewajiban yang sama kepada semua Warga Negara untuk berperan serta dalam pembangunan nasional. Dalam hal ini salah satu cara untuk mewujudkan peran serta masyarakat tersebut adalah dengan memenuhi kewajiban pembayaran atas pengenaan Bea Meterai terhadap dokumen-dokumen tertentu yang digunakan berdasarkan

3 ketentuan Undang-undang. 2 Pembiayaan untuk pembangunan membutuhkan uang yang cukup banyak sebagai syarat mutlak agar pembangunan dapat berhasil. Dalam hal ini pada umumnya negara mempunyai sumber-sumber penghasilan yang terdiri dari: bumi, air dan kekayaan alam, pajak-pajak, bea dan cukai, penerimaan negara bukan pajak (non tax), hasil perusahaan negara, serta sumbersumber lain, seperti: pencetakan uang dan pinjaman negara. 3 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pungutan pajak dan bea merupakan sumber dari pendapatan negara. Perlu adanya kesadaran rakyat yang tinggi bahwa dengan membayar pajak kepada negara berguna untuk ketentraman dan kesejahteraan rakyat. 4 Untuk itu diperlukan suatu keserasian antara penduduk dan negara dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila yaitu dengan adanya hukum pajak yang mengatur hubungan hukum antara orang dengan negara, sehingga hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik. 5 Dalam masyarakat, bea meterai merupakan satu hal yang sangat umum dijumpai. Hampir semua dokumen yang dibuat oleh masyarakat harus dilampiri dengan meterai tempel. 6 Definisi dokumen adalah "kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak berkepentingan" dalam hal ini dikenal 2 Penjelasan Umum Undang-undang No.13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai. 3 H. Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Ed. Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal. 11. 4 Marhainis Abdul Hay, Dasar-Dasar Hukum Pajak, Badan Penerbit Unit Penerbitan Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, Jakarta, 1982, hal. 3. 5 Ibid. hal. 23. 6 Rini Yesti. Tinjauan Penggunaan Meterai Dalam Surat Perjanjian. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2011, hal. 3.

4 sebagai surat dan dapat dikembangkan menjadi akta. 7 Bahkan sebagian masyarakat masih kuat anggapan bahwa bea meterai lebih sering dianggap sebagai suatu keharusan yang mutlak dilakukan dalam pembuatan dokumen. Dokumen perjanjian misalnya, tidak sah karena tidak diberi meterai. Atau setiap tanda terima uang harus diberi meterai supaya sah, tanpa tahu apa yang dimaksud dengan sah itu. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat tentang bea meterai memang masih tegolong rendah. Seperti diketahui, peraturan mengenai Bea Meterai yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-undang Nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai sebagai pengganti dari Aturan Bea Meterai Tahun 1921 (zegelverordening 1921) jo Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea Meterai sebagai peraturan pelaksanaannya. Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai (selanjutnya disebut UUBM) dinyatakan bahwa Dengan nama Bea Meterai dikenakan pajak atas dokumen yang disebut dalam undang-undang ini. Ayat ini mengisyaratkan bahwa yang menjadi objek Bea Meterai adalah dokumen. Adapun dokumen yang dikenakan Bea Meterai adalah dokumen yang berbentuk : (a) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata; (b) Akta-akta notaris sebagai salinannya; (c) Aktaakta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap- 7 Siahaan, Marihot Pahala, Bea Meterai di Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 15.

5 rangkapannya; (d) Surat yang memuat jumlah uang; (e) Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek; (f) Efek dalam nama dan bentuk apapun; (g) Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan. Dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 13 tahun 1985 tentang Bea Meterai (selanjutnya disebut UUBM) secara tegas dinyatakan bahwa dokumen yang dikenakan Bea Meterai adalah: (a) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata; (b) Akta-akta notaris sebagai salinannya; (c) Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkapannya; (d) Surat yang memuat jumlah uang; (e) Surat berharga seperti wesel, promes, aksep, dan cek; (f) Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan. 8 Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UUBM huruf a, huruf b, huruf e, dan huruf f dikenakan bea materai dengan tarif Rp. 6.000,- Sedangkan untuk dokumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, huruf d dan e dikenakan: (1) yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp. 250.000 tidak dikenakan Bea Meterai; (2) yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 250.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000; dan (3) yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000 dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000. 9 8 Pasal 2 ayat 1 Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai jo Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea Meterai. 9 Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea Meterai.

6 Penggunaan meterai di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (UKSW) bahwa materai tidak hanya ditempelkan pada dokumen-dokumen, misalnya dalam Surat Keterangan Masih Kuliah, seperti yang pernah penulis alami sendiri menggunakan meterai tersebut, tetapi juga terdapat pada kuitansi, nota dan struk kecil (nota juga hanya ukurannya lebih kecil) atau berupa nota belanja sebagai bukti pembayaran. Penggunaan materai seperti di UKSW ini ternyata berbeda dengan menurut hukum positif. Cara seperti yang dilakukan di UKSW sudah berjalan sejak beberapa tahun, menurut staf yang bertanggung jawab sendiri mengatakan sejak ia menjabat disana hal tersebut sudah berlaku. Demikian juga informasi yang diperoleh dari Kepala Bagian Keuangan bahwa hal tersebut sudah menjadi aturan turun-temurun sejak tahun 1987 (beliau mulai bekerja di sana). 10 Oleh karena itulah menarik untuk dilihat bagaimana kekuatan hukum dari penggunaan meterai seperti yang dilakukan oleh UKSW selama ini. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka fokus kajian dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah penggunaan meterai di UKSW sesuai dengan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tentang meterai? 2. Sumber hukum mana yang digunakan sebagai pedoman hingga berlaku sampai sekarang? 3. Apakah kekuatan hukum penggunaan meterai seperti itu? 10 Hasil pengamatan pendahuluan penulis dan wawancara dengan Kepala Bagian Keuangan Universitas Kristen Satya Wacana, pada tanggal 25 Mei 2013, pukul 13.35. WIB.

7 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui apakah penggunaan meterai di UKSW sesuai dengan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku atau tidak. b. Untuk menggambarkan perilaku penggunaan materai tersebut bersumber/berpedoman darimana sehingga sampai sekarang tetap digunakan. c. Untuk menggambarkan kekuatan hukum penggunaan meterai seperti tersebut dapat dibenarkan atau sahkah menurut hukum positif. 2. Manfaat Penelitian a. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum, khususnya aspek penggunaan dan kekuatan hukum Bea Meterai dalam lalu lintas hukum dan ekonomi. b. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga bagi semua pihak yang terkait dengan penggunaan meterai secara benar menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam setiap transaksi perdagangan maupun jasa.

8 E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif (doktrinal). Menurut Johnny Ibrahim, penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. 11 Sedangkan menurut Ronny Hanitijo Soemitro, penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal condong bersifat kualitatif dan berdasarkan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, dapat berupa publikasi/laporan. 12 2. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah status approach. Pendekatan status approach adalah pendekatan undangundang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani 13 dalam hal ini peraturan tentang bea meterai yaitu Undang-Undang No 13 Tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2000 3. Bahan Hukum 11 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Malang, 2006, hal. 57. 12 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri. UI Press, Jakarta, 1994, hal. 11. 13 Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2002, hal. 93.

9 Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga bagian, yaitu : a. Bahan hukum primer, meliputi : 1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai. 3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai. 4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000 tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan Cara Lain. 5) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002 tentang Pelunasan Bea Meterai dengan Cara Pemeteraian Kemudian 6) Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122b/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan Bea Meterai dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan. 7) Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122d/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan Bea Meterai dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai dengan Sistem Komputerisasi. 8) Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-02/PJ./2003 tentang Tatacara Pemeteraian Kemudian. b. Bahan hukum sekunder yaitu berbagai tulisan ahli di bidang hukum yang isinya relevan dengan permasalahan yang diteliti.

10 c. Bahan hukum tersier yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum Indonesia-Belanda, Kamus Bahasa Inggris dan buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti sebagai pedoman untuk memahami berbagai pengertian terdapat pada bahan hukum primer dan sekunder. Selain itu, digunakan pula wawancara untuk memperoleh data dan informasi mengenai situasi yang berkaitan dengan masalah penelitian agar lebih akurat. d. Sumber hukum lain yaitu Wawancara dilakukan kepada informan yang memiliki kompetensi dan terkait dengan penggunaan meterai, yaitu: Kepala Bagian Keuangan, Manajer Keuangan, Staf Bagian Tata Usaha, dan Staf Bagian Perpustakaan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan terstruktur dan terbuka, yaitu bentuk pertanyaan yang telah disiapkan penulis sebelumnya sebagai pedoman wawancara. 4. Unit Analisis Unit analisis yang menjadi fokus kajian penelitian adalah kekuatan hukum penggunaan meterai atas dokumen-dokumen di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.