Kunjungan Studi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 April 2015
OUTLINE 3 Pendahuluan 3 Postur APBN 3 Praktik Penyusunan APBN 3 Siklus APBN 3 Transparansi Anggaran 2
3 Pendahuluan 3
FUNGSI APBN Ekspansif Stabilisasi Kontraktif Defisit APBN Surplus APBN Alokasi Distribusi Barang Publik: -Jalan -Jembatan -Pelayanan -Kesehatan -Hankam -dll Pajak Progresif Kegiatan pro-poor 4
Belanja yang berkualitas merupakan salah satu cara untuk mewujudkan sustainable budget Mitigasi perubahan iklim, konservasi lingkungan, & menjaga iklim investasi Balance Productivity Sustainable Budget Optimalisasi pendapatan, efisiensi & meningkatkan kualitas belanja negara Resilience Cadangan risiko fiskal & fleksibilitas penyesuaian subsidi energi Defisit terkendali & debt ratio turun Prudent
STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA 1. Membangun untuk manusia dan masyarakat 2. Upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku -pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan 3. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem TIGA DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA Pendidikan Kesehatan Perumahan Mental/karakter DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi & Ketenagalistrikan Kemaritiman & Kelautan Pariwisata & Industri DIMENSI PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur KONDISI PERLU Kepastian dan Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA 6
3 POSTUR APBN 7
Asumsi Dasar Ekonomi Makro Asumsi dasar: indikator ekonomi makro yang mendasari perhitungan APBN dan/atau APBNP, yang mencakup: Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Nilai Tukar Suku Bunga SPN 3 Bulan Harga Minyak Lifting Minyak Lifting Gas (mulai 2013) Bappenas Bank Indonesia Badan Pusat Statistik Kemen ESDM Kemenkeu Asumsi Dasar Ekonomi Makro SKK Migas 8
Komponen Pendapatan Negara Penerimaan Perpajakan Pajak Dalam Negeri Pajak Penghasilan (PPh) PPh Migas PPh Non Migas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak lainnya Cukai Pajak Perdagangan Internasional Bea Masuk Bea Keluar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) PNBP Sumber Daya Alam (SDA) Pendapatan SDA Migas Pendapatan SDA Non Migas Pertambangan Mineral dan Batubara Panas Bumi Kehutanan Perikanan Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya Pendapatan BLU 1.600,0 1.400,0 1.200,0 1.000,0 800,0 600,0 400,0 200,0 - Triliun Rp 450,0 400,0 350,0 300,0 250,0 200,0 150,0 100,0 50,0 0,0 11,26 11,77 11,90 11,45 12,38 11,42 13,69 723,3 873,9 980,5 1.077,3 1.246,1 1.146,5 1.489,3 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 268,9 Perkembangan Penerimaan Perpajakan 331,5 Penerimaan Perpajakan Tax Ratio (%) Perkembangan PNBP 351,8 354,8 2010 2011 2012 2013 2014 APBNP 2014 Real. 386,9 390,7 2014 Real. 2015 APBNP 269,1 2015 APBNP 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Hibah Penerimaan Negara Bukan Pajak 9
Klasifikasi Belanja Pemerintah Pusat UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 11 ayat (5) : Anggaran Belanja Negara dirinci menurut ORGANISASI, FUNGSI, dan JENIS BELANJA. RINCIAN MENURUT ORGANISASI RINCIAN MENURUT FUNGSI RINCIAN MENURUT JENIS BELANJA (KLASIFIKASI EKONOMI) Disesuaikan dengan susunan Kementerian Negara/Lembaga pemerintah pusat yang berlaku (1) pelayanan umum (2) pertahanan; (3) ketertiban dan keamanan; (4) ekonomi; (5) lingkungan hidup; (6) perumahan dan fasilitas umum (7) kesehatan; (8) pariwisata dan budaya; (9) agama (10) pendidikan (11) perlindungan sosial (1) belanja pegawai; (2) belanja barang; (3) belanja modal; (4) pembayaran bunga utang; (5) subsidi; (6) belanja hibah; (7) bantuan sosial; (8) belanja lain-lain. Pengalokasian belanja dilakukan berdasarkan Bagan Akun Standar 10 10 10
PERBANDINGAN ANGGARAN SUBSIDI ENERGI, PENDIDIKAN, INFRASTRUKTUR & KESEHATAN (Rp triliun) 450,0 400,0 350,0 300,0 250,0 200,0 150,0 100,0 50,0,0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Subsidi Energi Anggaran Pendidikan Anggaran Infrastruktur Anggaran Kesehatan Sumber: Kementerian Keuangan 11
PERKEMBANGAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT APBN 2005-2015 (Rp triliun) 1600,0 1400,0 1200,0 1000,0 800,0 600,0 400,0 200,0,0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 APBNP 2014 Belanja K/L Belanja Non K/L APBN 2015 APBNP 2015 Sumber: Kementerian Keuangan 12
Transfer ke Daerah dan Dana Desa I. Transfer ke Daerah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Otonomi Khusus Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (mulai tahun 2014) Dana Transfer Lainnya 700,0 600,0 500,0 400,0 300,0 200,0 100,0 0,0 344,7 Transfer ke Daerah dan Dana Desa, 2010-2015 (Triliun Rupiah) II. Dana Desa (mulai tahun 2015) Transfer ke Daerah diarahkan untuk terus memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan Daerah serta keseimbangan horizontal antardaerah 411,3 480,6 513,3 2010 2011 2012 2013 573,8 REAL 2014 664,6 APBNP 2015 13
Defisit Anggaran Keseimbangan Umum (Overall Balance) Pendapatan Negara Belanja Negara Keseimbangan Primer (Primary Balance) Pendapatan Negara Belanja Negara (tidak termasuk pembayaran bunga utang) Menggambarkan kemampuan membayar utang Pemerintah. Keseimbangan Primer + Pemerintah mampu membayar sebagian atau seluruh utang tanpa menerbitkan utang baru (tergantung besaran surplus dan besaran pembayaran utang) Keseimbangan Primer - Pemerintah harus menerbitkan utang untuk membayar utang Keseimbangan Primer dan Defisit, 2010-2015 Miliar Rupiah Triliun Rupiah 60.000,0 0,0 40.000,0 20.000,0 (0,5) 0,0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (1,0) (20.000,0) (40.000,0) (1,5) (60.000,0) (80.000,0) (2,0) (100.000,0) (120.000,0) (2,5) Keseimbangan Primer Defisit 14
Pembiayaan DN Perbankan Dalam Negeri Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman Saldo Pembiayaan Anggaran (SAL) Non Perbankan Dalam Negeri Penerimaan Privatisasi Hasil Pengelolaan Asset (PT PPA dan DJKN) Surat Berharga Negara (SBN) neto Pinjaman Dalam Negeri Dana Investasi Pemerintah dan Restrukturisasi BUMN Pembiayaan LN Penarikan Pinjaman LN (bruto) o Pinjaman Program o Pinjaman Proyek Bruto i. Penarikan Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat ii. Untuk Penerusan Pinjaman (SLA) Penerusan Pinjaman (SLA) Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN Pembiayaan Anggaran (trillion rupiah) 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000-28,4% 26,1% 24,4% 24,0% 26,2% 25,9% 24,7% 2009 2010 2011 2012 2013 Realisasi Sementara 2014 Debt Stock GDP Debt to GDP Ratio (RHS) APBNP 2015 1. Stok Utang Pemerintah dapat dikendalikan peningkatannya sedangkan rasio utang terhadap PDB diupayakan menurun. 2. Pengurangan stok utang ke depan sangat dipengaruhi oleh arah pengendalian defisit yang semakin menurun. (percent) 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 15
APBNP 2015 (triliun rupiah) APBN RAPBNP APBNP Selisih A. PENDAPATAN NEGARA 1.793,6 1.769,0 1.761,6 (31,9) I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.790,3 1.765,7 1.758,3 (32,0) 1. PENDAPATAN PERPAJAKAN 1.380,0 1.484,6 1.489,3 109,3 Tax Ratio (termasuk SDA migas dan Pertambangan) 14,61 13,57 13,69 2. PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK 410,3 281,1 269,1 (141,3) II. PENDAPATAN HIBAH 3,3 3,3 3,3 0,1 B. BELANJA NEGARA 2.039,5 1.994,9 1.984,1 (55,3) I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.392,4 1.330,8 1.319,5 (72,9) 1. Belanja K/L 647,3 779,5 795,5 148,2 2. Belanja Non KL 745,1 551,2 524,1 (221,1) a.l. Pembayaran Bunga Utang 152,0 155,4 155,7 3,8 Subsidi Energi 344,7 158,4 137,8 (206,9) - Subsidi BBM, LPG & BBN 276,0 81,8 64,7 (211,3) - Subsidi Listrik 68,7 76,6 73,1 4,5 II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 647,0 664,1 664,6 17,6 1. Transfer ke Daerah 638,0 643,4 643,8 5,9 a.l. Dana Alokasi Khusus 0,0 55,8 58,8 23,0 2. Dana Desa 9,1 20,8 20,8 11,7 Total Anggaran Pendidikan 409,1 406,7 408,5 (0,6) Rasio Anggaran Pendidikan 20,06 20,39 20,59 0,53 C. KESEIMBANGAN PRIMER (93,9) (70,5) (66,8) 27,2 D. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (245,9) (225,9) (222,5) 23,4 % Defisit terhadap PDB (2,21) (1,90) (1,90) E. PEMBIAYAAN (I + II) 245,9 225,9 222,5 (23,4) I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 269,7 244,5 242,5 (27,2) a.l - Surat Berharga Negara (neto) 277,0 308,3 297,7 20,6 - Dana Investasi Pemerintah (12,6) (64,0) (58,8) (46,2) II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (23,8) (18,6) (20,0) 3,8 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 47,0 49,2 48,6 1,6 2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN (66,5) (63,5) (64,2) 2,3 KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN 0,0 (0,0) 0,0 0,0 a. Pertumbuhan ekonomi (%) 5,8 5,8 5,7 b. Inflasi (%) y-o-y 4,4 5,0 5,0 c. Tkt bunga SPN 3 bulan (%) 6,0 6,2 6,2 d. Nilai tukar (Rp/US$1) 11.900 12.200 12.500 e. Harga minyak (US$/barel) 105 70 60 f. Lifting Minyak (ribu barel/hari) 900 849 825 g. Lifting Gas (MBOEPD) 1.248 1.177 1.221 16
3 Praktik Penyusunan APBN 17
Fiscal Rule & Mandatory Spending Dalam Penyusunan APBN Fiscal Rule Maksimal Defisit 3% (Konsolidasi APBN dan APBD) UU 17 Tahun 2003 Outstanding Utang 60% PDB UU 17 Tahun 2003 Mandatory Spending Anggaran Pendidikan 20% APBN UUD 1945 pasal 31 (4) DAU minimal 26% PDN Netto UU 33 Tahun 2004 Anggaran Kesehatan 5% UU 36 Tahun 2009 Dana Desa 10% dari transfer ke daerah (secara bertahap) UU Desa 18
Tahapan Penyusunan APBN Teknokrat Politik Administratif 19
Asumsi Dasar Ekonomi Makro Parameter Realisasi tahun lalu Kebijakan Fiskal Pendapatan Negara Pajak PNBP Hibah Belanja Negara Belanja Pemerintah Pusat Hibah Surplus/Defisit Pembiayaan Dalam Negeri Luar Negeri 20
-Asumsi Dasar Ekonomi Makro -Parameter -Realisasi Tahun Lalu -Kebijakan -kebijakan APBN dan Sasaran Pembangunan Rupiah Murni PNBP Kapasitas Fiskal Hibah?= Surplus/ Defisit max 3% (kumulatif) Kebutuhan Fiskal Belanja Alamiah Belanja Nondiscretionary Belanja Discretionary Kebutuhan Pembiayaan DBH DAU Otsus Pegawai Barang Operasional Bunga Utang Subsidi Anggaran Pendidikan Sebagian Belanja Lainnya Barang Non Operasional Belanja Modal Bantuan Sosial Sebagian Belanja Lainnya PMN Cicilan Pokok Defisit Dana Bergulir SLA 21
Rapat Paripurna DPR RI Raker Banggar Raker Komisi Raker Banggar Rapat Paripurna Presiden Menyampaikan RUU APBN beserta Nota Keuangannya (Agustus) PANJA ASUMSI DASAR, KEBIJAKAN FISKAL, PENDAPATAN, DEFISIT, DAN PEMBIAYAAN Raker Komisi DPR RI dengan Mitra Kerja Pemerintah Laporan dan Pengesahan Hasil Panja Laporan Hasil Pembahasan PANJA KEBIJAKAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT Pendapat Akhir Mini Fraksi Persetujuan / Penolakan Fraksi PANJA KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH Pendapat Akhir Pemerintah Pendapat Akhir Pemerintah TIM PERUMUS DRAFT RUU TENTANG APBN Pengambilan Keputusan 22
3 SIKLUS PENYUSUNAN APBN 23
KETERKAITAN ANTAR SIKLUS ANGGARAN Siklus Anggaran tahun 2011 Siklus Anggaran tahun 2012 Siklus Anggaran tahun 2013 Perjalanan satu siklus anggaran membutuhkan waktu + 2,5 tahun: satu tahun perencanaan; satu tahun pelaksanaan; dan setengah tahun pertanggungjawaban. 24
SIKLUS ANGGARAN (APBN t-1) (APBN t+1) (APBN t) Penyusunan APBN berada pada tahap 1 dan 2 25
Siklus APBN Realisasi Akhir Tahun 2013 2014 Realisasi Akhir Tahun 2015 Resources Envelope KEM -PPKF NK & RAPBN RUU APBN Pagu Alokasi UU APBN LKPP Des/ Jan Feb Mar Mei Jun Jul Agu Sep Okt Des/ Jan NK & RAPBNP RUU APBNP Pagu Indikatif Pagu Anggaran UU APBNP Lapsem I Realisasi APBN Bulanan 26
3 TRANSPARANSI ANGGARAN
Berdasarkan Open Budget Index (OBI) tahun 2012 yang dikeluarkan oleh International Budget Partnership (IBP), Indonesia menjadi negara terbaik di Asia Tenggara dan terbaik ketiga di Asia (setelah Korea Selatan dan India). Peningkatan score OBI disebabkan oleh: ketersediaan dokumen dan publikasi: Dokumen kenegaraan: KEM PPKF, citizen budget (ringkasan anggaran), nota keuangan informasi target kinerja, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Buku buku tentang APBN : Dasar-dasar praktek penyusunan APBN, siklus APBN dan postur APBN. Perlu ditingkatkan: a.l. capaian kinerja dan melakukan konsultasi publik, tingkat keterlibatan masyarakat tergolong lemah memperluas partisipasi masyarakat. 28
New Zealand South Africa United Kingdom Sweden France Norway United States Czech Republic South Korea Russia Slovenia Brazil Germany India Slovakia Chile Bulgaria Uganda Spain Indonesia Portugal Italy Poland Georgia Argentina Philippines Malaysia Thailand Timor Leste Vietnam China The Open Budget Index 2012 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 93 90 88 84 83 83 79 75 75 74 74 73 71 68 67 66 65 65 63 62 62 60 59 55 50 48 39 36 36 19 11 29
30
TERIMA KASIH Informasi lebih lengkap terkait dengan APBN dapat dilihat pada situs: www.anggaran.depkeu.go.id Masukan, saran, dan pertanyaan terkait dengan APBN dapat dikirimkan melalui email: penyusunan.apbn@gmail.com 31