ANALISIS EKONOMI DAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI BERBAGAI SKALA USAHA DI WILAYAH KABUPATEN JEMBER

dokumen-dokumen yang mirip
AGROINDUSTRY BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY TEMPE SOYBEAN BY USING ANALYSIS SWOT ( CASE STUDY FOR 4 VILLAGE IN JEMBER REGENCY)

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS EFISIENSI PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI ABON LELE KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI. Program Studi Agribisnis

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KELURAHAN NUNU KECAMATAN TATANGA KOTA PALU

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA AGROINDUSTRI KRIPIK BUAH SANUR DI KABUPATEN MALANG ABSTRACT

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali

Lukyta Prima Astiti, Djoko Soejono *, Sugeng Raharto

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ABSTRACT. Keywords: coconut sugar, added value, work productivity, SWOT, QSPM

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TORTILA RUMPUT LAUT DI INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI BUBUK ARABIKA PADA BERBAGAI SKALA USAHA DI KABUPATEN SITUBONDO

KAJIAN NILAI TAMBAH PRODUK PANGAN OLAHAN UBIKAYU DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

Prosiding Manajemen ISSN:

III. METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

ABSTRACT. Keywords: EOQ (Economic Order Quantity), Raw Materials, Inventories of Raw Materials. vii. Universitas Kristen Maranatha

Persediaan Bahan Baku Kopi Luwak Liar pada Bun Prink Coffee

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

AGUS PRANOTO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

ANALISIS PENENTUAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE STOCKHASTIC PADA PT. LOMBOK GANDARIA

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan Base Camp Clothing dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity ( EOQ)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN EVALUASI KELAYAKAN USAHA RAJANGAN TEMBAKAU SAMPORIS

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

Kata kunci : Efisiensi Biaya, Pendapatan, Biaya, Pelaku Budidaya Bibit Jamur Tiram

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK USAHA SALE PISANG INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

I. METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

AGROINDUSTRI TAHU PENYOKONG PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA TEJA TIMUR KABUPATEN PAMEKASAN. Zainol Arifin*)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN BAHAN BAKU DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI TAHU DI DESA KARANGANYAR KECAMATAN AMBULU

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH SERTA STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KACANG OVEN PADA CV. TDS MITRA GARUDA DI KABUPATEN JEMBER

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU, NILAI TAMBAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRUPUK NON IKAN DI DESA PUGER WETAN KECAMATAN PUGER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ROTAN PADA MEUBEL ROTAN TORA-TORA KELURAHAN UJUNA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM MENGEFISIENKAN BIAYA PERSEDIAAN PADA UMKM KUE NIKMAT RASA ABSTRAK

Prosiding Manajemen ISSN:

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

DIPONEGORO JOURNAL OF SOCIAL AND POLITIC Tahun 2013, Hal

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di agroindustri kelanting

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA

Prosiding Manajemen ISSN:

RENTABILITAS USAHA PADA INDUSTRI BAWANG GORENG SAL-HAN DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH. Profitability of Sal-Han fried onions in Palu -Central Sulawesi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

BAB V ASPEK TEKNIS / OPERASI

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CITRA LESTARI PRODUCTION DI KOTA PALU

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI PADA INDUSTRI TAHU MITRA CEMANGI DI KECAMATAN TATANGA KOTA PALU

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif

Transkripsi:

ANALISIS EKONOMI DAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI BERBAGAI SKALA USAHA DI WILAYAH KABUPATEN JEMBER 1 Nanang Agus Winandhoyo, 2 Imam Syafi i, 2 Djoko Soejono 1 Mahasiswa,Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jember 2 Staf pengajar, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jember email : brother_nanang@yahoo.com ABSTRACT Soy milk agroindustry is one of soy commodity processing with the aim to get added value by processingsoy milk product. This research aimed to determine: (1) the soy raw material stock, (2) the soy milk agroindustry income, (3) the efficiency of soy milk agroindustry production cost, (4) the value added of soy milk agroindustry, and (5) the development prospect of soy milk agroindustry. Research method used is descriptive and analysis methods. The sampling method using purposive sampling method. The result of this study showed that (1) the soy milk agroindustry have a total raw material cost which was bigger than EOQ total cost. (2) The income of soy milk agroindustry for home scale was Rp 15.987,95; Rp167.748,31 for small scale; and Rp 1.909.549,09 for medium scale industry.(3) The soy milk agroindustry production cost were efficient. (4) the value added of soy milk agroindustry in various scale are have been able to give the positive values.(5) the SWOT analysis result of soy milk agroindustry in Jember area showed that the industry were in white area (strengths - opportunities) which showed the industry have a prospect to be developed. Keywords : Soy milk Agroindustry, raw material stock, income, efficiency, Value added, SWOT PENDAHULUAN Sektor pertanian mampu menjadi tumpuan hidup masyarakat yang sedang menghadapi krisis ekonomi, tetapi untuk menjadikan sektor pertanian sebagai suatu leading sector dalam proses pembangunan bukanlah suatu hal yang mudah. Membangun suatu agroindustri yang mampu menjadi mesin pendorong pembangunan ekonomi yang handal, dibutuhkan investasi yang mahal (Soetrisno, 2002). Pertanian merupakan industri primer yang mencakup pengorganisasian sumberdaya tanah, air, dan mineral, serta modal dalam berbagai bentuk, pengelolaan dari tenaga kerja untuk memproduksi dan memasarkan berbagai barang yang diperlukan oleh manusia (Hanafie, 2010). Agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional sehingga peranan agroindustri akan semakin besar (Suprapto, 2005). Bahan baku yang digunakan oleh agroindustri skala rumah tangga, kecil dan sedang menggunakan bahan baku kedelai impor. Agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga di Kabupaten Jember cenderung lebih banyak, akan tetapi agroindustri skala rumah tangga banyak yang berhenti melakukan pengolahan susu kedelai. Dilain pihak terdapat agroindustri skala sedang yang dapat berkembang dengan baik. Produk susu kedelai baik yang bermerek dan tidak bermerek dapat diperoleh dengan mudah oleh para konsumen di pasar. Banyaknya produk susu kedelai di 56 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015

pasaran ternyata tidak sesuai dengan data adanya agroindustri susu kedelai. Peneliti tidak menemukan data mengenai agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember di dinas-dinas terkait seperti (BPS, UMKM, Dinas Pertanian, dan Disperindag). Banyaknya minat konsumen yang ingin mengkonsumsi susu kedelai susu kedelai, maka usaha susu kedelai baik perlu dikembangkan. Susu kedelai juga dikenal sebagai minuman kesehatan karena tidak mengandung kolesterol,tetapi mengadung phitokimia yaitu senyawa dalam bahan pangan yang mempunyai khasiat kesehatan (Cahyadi, 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) persediaan bahan baku kedelai pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember, (2) pendapatan agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember, (3) efisiensi penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember dan (4) nilai tambah kedelai pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember. METODOLOGI PENELITIAN Penentuan daerah pada penelitian ini ditentukan dengan sengaja (metode purposive method) yaitu di Kabupaten Jember. Pemilihan daerah penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa di Kabupaten Jember memiliki agroindustri susu kedelai berdasarkan pada skala industri rumah tangga, kecil dan sedang. Agroindustri tersebut memiliki potensi yang baik dalam meningkatkan pendapatan pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analitis. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember. Kabupaten Jember mempunyai beberapa agroindustri susu kedelai yang kemudian dipilih agroindustri dengan cara sengaja (Purposive Sampling). Terdapat 3 agroindustri susu kedelai yang dipilih berdasarkan skala industri yaitu industri rumah tangga tanpa merek dengan pekerja 1 orang terletak di gang Bengawan Solo Kecamatan Sumbersari, industri kecil dengan nama usaha SDMG (Susu Kedelai Madu Gingseng) dengan pekerja 5 orang terletak di Desa Dukuh Dempok Kecamatan Wuluhan, dan industri menengah dengan nama usaha SKM (Susu Kedelai Madu) dengan pekerja 23 orang terletak di perumahan Mastrip Block CC No.8 Kecamatan Sumbersari. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden, dengan cara mewawancarai secara langsung pada agroindustri olahan susu kedelai berdasarkan pada kuisioner yang telah disiapkan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Data diperoleh dari Dinas Pertanian dan BPS Kabupaten Jember. Pengujian permasalahan pertama mengenai persediaan bahan baku yaitu (a) Tingkat pemesanan bahan baku pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember yaitu menggunakan Economical Order Quantity (EOQ) dengan rumus sebagai berikut (Gitosudarmo, 2002): EOQ = 2 Ro c R = Jumlah kebutuhan bahan baku (Kg/bulan) o = Biaya pembelian setiap kali melakukan pembelian (Rp/bulan) c = Biaya penyimpanan tiap unit bahan baku (Rp/bulan) (b) Titik pemesanan kembali atau Reorder point (ROP) menggunakan rumus sebagai berikit (Bestari, 2004): ROP = (R x L) + SS JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 57

Keterangan: ROP = Titik pembelian kembali (kg) R = Kebutuhan bahan baku per produksi (kg) L = Waktu tenggang (hari) SS = Persediaan pengaman (kg) Metode yang digunakan untuk menguji hipotis kedua yaitu mengenai pendapatan pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember, dengan menggunakan analisis teori pendapatan (Soekartawi, 1995): Pd = TR-TC Keterangan: Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) Analisa hipotesis ketiga yaitu efisiensi penggunaan biaya produksi pada hasil olahan kedelai di Kabupaten Jember, dengan menggunakan Analisis efisiensi biaya (Soekartawi, 1995): a = TR/TC Analisa hipotesis keempat yaitu mengenai nilai tambah per kilogram bahan baku kedelai pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember yaitu menggunakan analisis teori nilai tambah (Sudiyono, 2002). VA = NP IC Keterangan : VA = Value Added atau Nilai Tambah susu kedelai (Rp/kg) NP = Nilai Produksi susu kedelai (Rp/kg) IC = Intermediate Cost atau biayabiaya yang menunjang dalam proses produksi selain biaya tenaga kerja (Rp/kg) Analisa hipotesis kelima yaitu mengenai pengembangan agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember yaitu menggunakan analisis teori SWOT (Rangkuti, 2003): Melakukan analisis berdasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakneeses) dan ancaman (Threats). HASIL DAN PEMBAHASAN Persediaan Bahan Baku Kedelai pada Usaha Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember Bahan baku kedelai yang digunakan setiap agroindustri susu kedelai baik dalam skala rumah tangga, kecil maupun sedang pada penelitian ini yaitu menggunakan bahan baku kedelai impor dari Amerika. Agroindustri susu kedeai menggunakan bahan baku kedelai impor dibandingkan dengan bahan baku kedelai lokal karena kedelai impor mempunyai kualitas yang lebih bagus sehingga susu kedelai yang dihasilkan lebih enak dan berkualitas. Biaya pemesanan bahan baku kedelai pada penelitian ini merupakan biaya pembelian bahan baku kedelai dikarenakan pada agroindustri susu kedelai skala rumah tangga, kecil dan sedang tidak melakukan pemesanan bahan baku kedelai akan tetapi melakukan pembelian langsung bahan baku kedelai. Tabel 1. menunjukkan bahwa biaya total saat kebutuhan pada agroindustri skala rumah tangga lebih besar dibandingkan dengan biaya totat saat pemesanan ekonomis dengan selisih sebesar Rp 85,76. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri skala rumah tangga harus membeli bahan baku kedelai sebanyak 2,37 kg/hari, hal ini harus dilakukan agar dapat menghemat biaya sebesar Rp 85,76/hari dengan cara mengurangi pengeluaran pada biaya produksi lainnya seperti biaya pengangkutan bahan baku kedelai dan biaya tenaga kerja seminimal mungkin. Agroindustri skala kecil juga memiliki biaya total saat kebutuhan lebih besar dibandingkan dengan biaya totat saat pemesanan ekonomis dengan selisih sebesar Rp 798,01. Agroindustri skala kecil memiliki nilai EOQ sebesar 7,48 kg/hari sedangkan kebutuhan setiap harinya yaitu sebesar 10 kg. 58 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015

Tabel 1. Selisih Total Cost pada Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember No Nama Skala Usaha TC pada Q TC pada Agroindustri (Rp) EOQ (Rp) Selisih 1 Tanpa Merek Rumah Tangga 5.990,00 5.904,23-85,76 2 SDMG Kecil 19.525,00 18.726,97-798,01 3 SKM Sedang 203.750,00 174.56,78-28.393,22 Sumber : Data primer diolah, 2014 Sebaiknya agroindustri skala kecil tetap membeli bahan baku kedelai sebanyak 10 kg/hari supaya tidak mengurangi produksi yang selama ini sudah berkembang akan tetapi agroindustri skala kecil harus mengurangi biaya pembelian bahan baku kedelai dengan cara mencari harga kedelai yang lebih murah lagi dan meminimalisir biaya kehilangan hasil akibat tercecernya kedelai. Agroindustri skala sedang memiliki biaya total saat kebutuhan lebih besar dibandingkan dengan biaya totat saat pemesanan ekonomis dengan selisih sebesar Rp 28.393,22. Agroindustri skala sedang juga memiliki nilai EOQ sebesar 71,28 kg/hari sedangkan kebutuhan setiap harinya yaitu sebesar 125 kg. Agroindustri skala sedang harus tetap membeli bahan baku kedelai sebanyak 125 kg/hari supaya tidak mengurangi produksi yang selama ini sudah berkembang akan tetapi agroindustri skala sedang harus meminimalkan biaya penyimpanan dengan cara mengurangi biaya pembelian bahan baku kedelai dengan mencari harga kedelai yang lebih murah lagi dan meminimalisir biaya kehilangan hasil akibat tercecernya kedelai sehingga sehingga tidak perlu mengurangi jumlah bahan bahan baku. Tingkat pemesanan kembali (Reorder Point) bahan baku kedelai pada agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember. Arti pemesanan pada penelitian ini yaitu berupa pembelian bahan baku kedelai, dikarenakan pada ketiga agroindustri tidak melakukan pemesanan akan tetapi melakukan pembelian bahan baku kedelai. Pembelian kembali dilakukan apabila jumlah persediaan bahan baku kedelai yang ada pada agroidustri susu kedelai berkurang terus. Pembelian kembali harus dilakukan agar barang dapat diterima pada saat dibutuhkan yang disebut reorder point). Sedangkan persediaan bahan baku yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang disebut sebagai safety stock (persediaan pengaman). Agroindustri skala rumah tangga, kecil dan sedang tidak melakukan pemesanan bahan baku kedelai akan tetapi agroindustri skala rumah tangga, kecil, dan sedang melakukan pembelian bahan baku kedelai pada saat persediaan bahan baku kedelai mulai habis. Agroindustri Skala rumah tangga, kecil dan sedang juga tidak melakukan persediaan pengaman bahan baku kedelai dikarenakan ketiga agroindustri susu kedelai tersebut selalu membeli bahan baku kedelai setiap hari dan bahan baku kedelai selalu tersedia sehingga ketiga agroindustri tidak melakukan Safety Stock bahan baku kedelai. Selain itu, dikarenakan dari ketiga agroindustri susu kedelai tersebut juga beralasan bahwa dengan menyimpan atau melakukan Safety Stock maka bahan baku kedelai yang dibelinya akan mengalami penyusutan sehingga akan mengurangi kualitas dari susu kedelai itu sendiri. Agroindustri rumah tangga, kecil dan sedang tidak juga tidak memiliki tempat penyimpanan gudang yang khusus untuk menyimpan bahan baku kedelai sehingga tidak melakukan Safety Stock. Dikarenakan ketiga agroindustri tidak melakukan pemesanan akan tetapi melakukan JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 59

pembelian maka waktu tenggang dalam pembelian bahan baku kedelai yaitu tidak ada. Pendapatan Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember Pendapatan yang dimaksud adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total selama proses produksi susu kedelai. Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh agroindustri susu kedelai yang bersifat tetap dalam rangka operasional agroindustri, sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan banyaknya faktor produksi susu kedelai yang digunakan serta besarnya unit proses produksi susu kedelai. Agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga melakukan proses produksi setiap hari. Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga, kecil dan sedang dapat dicari dengan cara mengurangi penerimaan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan selama proses produksi susu kedelai. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa pendapatan per proses produksi yang paling tinggi adalah pendapatan pada skala sedang yaitu sebesar Rp 1.909.549,09. Pendapatan yang cukup besar berikutnya adalah pada agroindustri susu kedelai skala kecil sebesar Rp 167.748,31. Sedangkan pendapatan yang terkecil adalah pada agroindustri susu kedelai skala rumah tangga. Pendapatan yang besar ini disebabkan oleh penerimaan total pada agroindustri susu kedelai skala sedang yang lebih besar dibandingkan pada skala lainnya, yaitu sebesar Rp 10.648.000,00. Penerimaan sebesar ini diperoleh dari harga jual susu kedelai perbungkus dengan harga Rp 1.000,00 dikali dengan jumlah produk yaitu 10.648 bungkus dengan isi per bungkus 180 ml. Sekalipun penerimaan yang diperoleh besar, biaya yang dikeluarkan oleh agroindustri skala sedang ini juga yang paling besar dibandingkan skala lainnya. Jumlah biaya total pada skala sedang adalah sebesar Rp 8.738.450,91 yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap sebesar Rp 44.193,61 per produksi dengan biaya variabel sebesar Rp 8.694.257,30 per proses produksi, sehingga agroindustri skala sedang memperoleh keuntungan sebesar Rp 1.909.549,09 per proses produksi. Efisiensi Penggunaan Biaya pada Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember Efisiensi biaya produksi sangat dipengaruhi oleh total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan. Perhitungan mengenai biaya yang dilakukan dalam suatu agroindustri susu kedelai sangat penting dilakukan. Perhitungan biaya tesebut bertujuan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari kegiatan proses produksi susu kedelai yang nantinya akan digunakan sebagai peninjauan supaya proses pengolahan susu kedelai lebih baik lagi sehigga dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Tabel 2. Pendapatan Agroindustri Susu Kedelai pada Berbagai Skala di Kabupaten Jember. No. Uraian Pendapatan Rumah Tangga Kecil Sedang 1 Total penerimaan 100.000,00 760.000,00 10.648.000,00 2 Total biaya 84.012,05 592.251,69 8.738.450,91 3 Pendapatan 15.987,95 167.748,31 1.909.549,09 Sumber : Data primer diolah, 2014 60 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015

Efisiensi biaya dapat dihitung dengan menggunakan analisis R/C ratio adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya yag dikeluarkan selama kegiatan produksi. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai R/C ratio terbesar adalah pada agroindustri susu kedelai skala kecil yaitu sebesar 1,28 yang berarti bahwa penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai dalam skala sedang sudah efisien karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu.. Nilai ini dapat diartikan bahwa dengan penggunaan biaya produksi sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.280,00. Sehingga keuntungan yang diperoleh agroindustri dalam skala kecil yaitu sebesar Rp 280,00. yang berarti bahwa penggunaan biaya produksi pada kecil sudah efisien karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Besarnya nilai tersebut menunjukkan bahwa kecil mampu mengalokasikan biaya produksinya secara efisien. Tabel 3. Tingkat Efisiensi Biaya Agroindustri Susu Kedelai pada Berbagai Skala Produksi di Kabupaten Jember No Uraian Nilai 1. Rumah Tangga 1,19 2. Kecil 1,28 3. Sedang 1,21 Sumber: Data primer diolah, 2014 Nilai R/C ratio yang cukup besar berikutnya adalah pada agroindustri susu kedelai skala sedang yaitu sebesar 1,21 yang berarti bahwa penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai dalam skala sedang sudah efisien karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Nilai R/C ratio sebesar 1,21 dapat diartikan bahwa dengan penggunaan biaya produksi sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.210,00. Sehingga keuntungan yang diperoleh agroindustri dalam skala sedang adalah sebesar Rp 210,00. Besarnya nilai tersebut menunjukkan bahwa agroindustri susu kedelai dalam skala sedang mampu mengalokasikan biaya produksinya secara efisien. Sedangkan nilai R/C ratio pada agroindustri rumah tangga adalah yang terkecil yaitu sebesar 1,19. Namun demikian penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga masih tergolong efisien karena nilai R/C ratio lebih besar dari satu. Dengan kata lain bahwa penggunaan biaya produksi sebesar Rp 1.000,00 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.190,00. Sehingga keuntungan yang diperoleh agroindustri dalam rumah tangga adalah sebesar Rp 190,00. Besarnya nilai tersebut menunjukkan bahwa agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga mampu mengalokasikan biaya produksinya secara efisien. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan biaya agroindustri skala rumah tangga harus meningkatkan penerimaan yang diperoleh dan menekan atau mengurangi biaya yang dikeluarkan dalam produksi susu kedelai, seperti dalam penggunaan biaya variable yaitu kedelai, gula, air, gas, daun pandan, dan lain-lainnya. Nilai Tambah Olahan Susu Kedelai pada Agroindustri Susu Kedelai di Kabupaten Jember Nilai tambah merupakan suatu pengolahan bahan yang menyebabkan adanya sutu penambahan nilai produk. Nilai tambah merupakan nilai keuntungan dari proses pengolahan yang diperoleh dari pengurangan nilai produk yang dihasilkan dengan biaya penunjang (intermediate cost) tidak termasuk tenaga kerja manusia. Nilai tambah yang dimaksud pada penelitian ini yaitu pengolahan kedelai menjadi susu kedelai yang akan memberikan nilai tambah yang lebih terhadap produk susu kedelai dibandingkan dengan menjual kedelai tanpa diolah. JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 61

Tabel 4. Nilai Tambah per Kg Bahan Baku kedelai pada Agroindustri Susu Kedelai Skala Rumah Tangga di Kabupaten Jember. No Uraian Nilai Rumah Tangga Kecil Sedang 1 Faktor Konversi 8,40 6,84 15,33 2 Intermediate Cost (Rp/Kg) 35.506,03 49.225,17 61.050,61 3 Nilai Produk (Rp/Kg) 49.999,99 75.999,99 85.183,91 4 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 14.493,96 26.774,82 24.133,30 b. Rasio Nilai Tambah (%) 28,99 35,23 28,33 5 a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg) 6.500,00 9.999,99 8.857,00 b. Rasio tenaga kerja % 44,85 37.35 36,70 6 a. Keuntungan (Rp/Kg) 7.993,96 16.774,82 15.276,30 b. Rasio Keuntungan (%) 15,99 22,10 17,93 Sumber : Data primer diolah, 2014 Tabel 4 menjelaskan bahwa nilai tambah pada agroindustri susu kedelai pada berbagai skala usaha adalah positif (mampu memberikan nilai tambah). Nilai tambah yang diperoleh dari olahan susu kedelai pada skala kecil adalah yang terbesar yaitu sebesar Rp 26.774,82 per kg bahan baku kedelai. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penerimaan kecil dari setiap kg bahan baku kedelai sebesar Rp 26.774,82 dengan nilai rasio nilai tambah sebesar 35,23%. Besarnya nilai tambah tersebut diperoleh dari pengurangan nilai produksi sebesar Rp 75.999,99 per kg dengan Intermediate cost sebesar Rp 49.225,17 per kg. Keuntungan yang diperoleh per kg bahan baku kedelai yaitu sebesar Rp 16.774,82 dengan rasio sebesar 22,10 %. Hal ini menunjukkan bahwa mengolah kedelai menjadi susu kedelai akan memberikan tambahan nilai produksi yang besar yaitu dengan harga bahan baku sebesar Rp 8.350,00 per kg akan menghasilkan nilai produk sebesar Rp 75.999,99 per kg. Pada tabel 3 juga terdapat nilai konversi yaitu sebesar 6,84. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg kedelai akan menghasilkan 6,84 liter susu kedelai. Faktor konversi merupakan perbandingan antara output dengan penggunaan bahan baku. Agroindustri susu kedelai dalam skala kecil mampu menjual susu kedelai dengan harga sebesar Rp 2.000/180 ml. Hal ini akan memberikan penerimaan yang lebih tinggi kepada agroindustri susu kedelai tersebut. Akan tetapi pada agroindustri ini tidak mampu mengalokasikan tenaga kerja dengan baik. Terbukti dengan nilai biaya tenaga kerja yang diperoleh yaitu sebesar Rp 9.999,99 per kg bahan baku kedelai. Tingginya biaya tenaga kerja tersebut akan mengurangi keuntungan yang diperoleh oleh agroindustri susu kedelai dalam skala kecil. Nilai tambah pada agroindustri susu kedelai berdasarkan skala sedang (SKM) adalah sebesar Rp 24.133,30/kg bahan baku kedelai. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penerimaan sedang dari setiap kg bahan baku kedelai yaitu sebesar Rp 24.133,30 dengan nilai rasio nilai tambah sebesar 28,33%. Besarnya nilai tambah tersebut diperoleh dari pengurangan nilai produk sebesar Rp 85.183,91/kg dengan Intermediate cost sebesar Rp 61.050,61/kg. Keuntungan yang diperoleh per kg bahan baku kedelai yaitu sebesar Rp 15.276,30 dengan rasio sebesar 17,93%. Hal ini menunjukkan bahwa mengolah kedelai menjadi susu kedelai akan memberikan tambahan nilai produksi yang besar yaitu dengan harga bahan baku sebesar Rp 8.200,00/kg akan menghasilkan nilai produk sebesar Rp 85.183,91/kg. 62 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015

SIMPULAN 1. Persediaan bahan baku agroindustri susu kedelai di Kabupaten Jember yaitu agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang memiliki biaya total saat kebutuhan bahan baku yang lebih besar dibanding dengan biaya total saat EOQ. agroindustri susu kedelai skala rumah tangga, kecil dan sedang tidak melakukan persediaan pengaman dan tidak melakukan pemesanan akan tetapi melakukan pembelian bahan baku kedelai. 2. Pendapatan pada agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga, kecil, dan sedang adalah menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh agroindustri susu kedelai per proses produksi dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang berturut-turut sebesar Rp 15.987,95, Rp167.748,31 dan Rp 1.909.549,09. 3. Penggunaan biaya produksi pada agroindustri susu kedelai sudah efisien, dengan nilai R/C ratio pada agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang berturut-turut sebesar 1,19, 1,28, dan 1,21. 4. Nilai tambah pada agroindustri susu kedelai baik dalam skala rumah tangga, kecil, dan sedang sudah mampu memberikan nilai tambah yang positif. Nilai tambah per kg bahan baku kedelai pada agroindustri susu kedelai dalam skala rumah tangga, kecil dan sedang yaitu berturut-turut sebesar Rp 14.493,96, Rp 26.774,82, dan Rp 24.133,30. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2011. Kabupaten Jember dalam Angka. Jember: Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. Cahyadi, Wisnu. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bandung: PT Bumi Aksara. Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Operasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Abdi Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Soetrisno, Loekman. 2002. Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Kanisius. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang: Universitas Muhamadiyah. Suprapto, 2005. Karakteristik, Penerapan, dan Pengembangan Agroindustri Hasil Pertanian Di Indonesia. http://research.mercubuana.ac.id/pr oceeding/penerapandanpengemban gan_agroindustrial.pdf. [diakses tanggal 02 November 2013]. Bestari, Mitra. 2004. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi (UPFE-UMY). JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 63