PANDUAN KEGIATAN QUICK COUNT IDENTIFIKASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

dokumen-dokumen yang mirip
1 Halaman 1. Kabupaten Banyuwangi

KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Permukiman

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) SAYEMBARA KARYA TULIS INOVASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DALAM RANGKA PERINGATAN HARI HABITAT DUNIA 2015

Registrasi Peserta Sayembara

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) SAYEMBARA KARYA TULIS INOVASI PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DALAM RANGKA PERINGATAN HARI HABITAT DUNIA 2015

-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi

BABIII PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA MEDAN

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

SUPLEMEN TATACARA PEMUTAKHIRAN DATA BASELINE

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PELAYANAN BIDANG SARANA DAN PRASARANA DASAR KABUPATEN KUTAI TIMUR. Arif Mudianto.

PROFIL BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM) Bilah Makmur

Visi, Misi, dan Tujuan Keorganisasian BKM. Keberadaan BKM dan Lingkungan. Misi Masyarakat Puraka lebih madani tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

PROFIL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

CARA PERHITUNGAN SPM Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2014

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

5.1. Area Beresiko Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

III. METODE PENELITIAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

sebagian besar kota/kabupaten telah menunjukkan kesiapan dari sisi administrasi

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

KOTA TANGERANG SELATAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PEM ERI NTAH K AB U PAT EN B AL ANG AN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

PENGANTAR. Jakarta April 2016 Penyusun. ii P a g e

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERA CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Sosialisasi Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan dan

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

PELAKSANAAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA PERMUKIMAN LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Mendapatkan gambaran tentang kondisi dan rencana penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2017

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016

POHON KINERJA DINAS PEKERJAAN UMUM TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

Transkripsi:

2014 PANDUAN KEGIATAN QUICK COUNT IDENTIFIKASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH Direktorat Pengembangan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

PANDUAN QUICK COUNT IDENTIFIKASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 2014 1. UMUM Saat ini Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum tengah melalukan upaya pemutakhiran data kumuh di Indonesia. Upaya pemutakhiran tersebut untuk menberikan dukungan data dan informasi yang akurat terkait rencana penanganan kumuh melalui pendekatan kawasan, yang mana penanganan yang dilakukan akan dapat mengurangi luasan kawasan kumuh yang ada (dari target 2014 sebesar 675 kawasan sudah ditangani sebesar 240 kawasan atau sebesar 67%) dan mendukung program MDGs (sebagai dukungan data tanpa kumuh tahun 2020). Untuk mendukung upaya pemutakhiran data kumuh tersebut diatas, diperlukan kegiatan survey identifikasi kawasan kumuh dengan justifikasi yang tepat dalam relevansinya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan dengan kriteria kumuh yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. Namun, mengingat banyaknya kota-kota yang menjadi target data dan sempitnya waktu pelaksanaan pendataan, serta hasil pendataan yang perlu digunakan dalam waktu dekat, maka survey identifikasi kumuh yang akan dilakukan merupakan Quick Count, dengan tetap menjamin kualitas data dan informasi sesuai dengan standar dan norma yang berlaku di Direktorat Jenderal Cipta Karya. Selanjutnya agar kegiatan identifikasi kawasan permukiman kumuh dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, diperlukan suatu panduan pelaksanaan kegiatan. Buku panduan identifikasi kawasan kumuh ini adalah merupakan quick count terkait bagaimana melakukan survey PANDUAN PELAKSANAAN 1

identifikasi kawasan kumuh yang dilengkapi dengan informasi penjelasan lingkup data, penjelasan tahapan, penejelasan hasil dan SOP kegiatan. Tata caraquick count identifikasi kawasan permukiman kumuh yang dilakukan ini merujuk pada Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh yang disusun oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kementerian Pekerjaan Umum. Proses identifikasi dilakukan melalui pendekatan penyederhanaan proses dengan quick count tanpa mengeliminasikan substansi secara keseluruhan mengenai identifikasi kawasan permukiman kumuh yang terdapat pada Rapermen tersebut. 2. MAKSUD DAN TUJUAN Buku panduan survey identifikasi kawasan kumuh ini bermaksud untuk membantu pelaksana tugas pendataan dan surveyor dalam melakukan tahapan-tahapan kegiatan sesuai dengan jenjang yang direkomendasikan, sehingga tujuan dari kegiatan ini dalam mengasilkan produk data kawasan kumuh menurut standar teknis dan tupoksi Direktorat Jenderal Cipta Karya dapat tercapai. 3. SASARAN Sasaran pokok dari buku panduan survey identifikasi kumuh adalah : 1) Pelaksana kegiatan dan surveyor dapat memahami dan melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar; 2) Memastikan target data dan informasi terpenuhi; 3) Produk data dan informasi terkait hasil identifikasi kawasan kumuh dapat dipergunakan untuk pemutakhiran data kumuh. 2 PANDUAN PELAKSANAAN

4. STRATEGI KEGIATAN Identifikasi kawasan kumuh ini merupakan quickcount, maka agar target waktu, target hasil dan kualitasnya dapat terpenuhi, maka diperlukan strategi pelaksanaan sebagai berikut : 1) Menggunakan kriteria-kriteria penetapan kumuh yang berorientasi ke aspek fisik; 2) Memaksimalkan data-data sekunder terkait informasi kumuh seperti peta citra, peta tata ruang, dan data-data awal kondisi kekumuhan; 3) Melakukan koordinasi dan diskusi untuk melakukan penyepakatan kriteria dan lokasi kumuh, termasuk didalamnya penyepakatan terkait jumlah lokasi, luasan lokasi, peta lokasi dan kualitas tingkat kekumuhan. 5. METODE DAN PENDEKATAN Metodologi yang digunakan untuk melakukan kegiatan survey ini dengan menggunakan teknik criteria referrenced survey. Yaitu menilai secara bertahap langkah demi langkah (step by step assessment) setiap komponen dan menilai secara keseluruhan (overall assessment) dengan kriteria survei dari komponen kekumuhan menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya dan kemudian diikuti dengan referensi data kebenaran normatif yang bersumber pada hasil praktik di lapangan. 6. INFORMASI DASAR YANG DIPERLUKAN Informasi dasar yang dapat diperlukan dalam kegiatan ini mencakup. 1) Data Spasial RTRW a. Peta dasar Citra Satelit b. Peta Administrasi c. Peta Kawasan strategis d. Peta Perkotaan e. Peta Penggunaan Lahan f. Peta Sebaran Permukiman PANDUAN PELAKSANAAN 3

g. Peta Jumlah dan Kepadatan Penduduk h. Peta Jaringan Jalan i. Peta Jaringan Drainase j. Peta Jaringan Air Bersih k. Peta Jaringan Limbah dan Sanitasi l. Peta Jaringan Persampahan 3 2) Data SPPIP/RPKPP : a. Peta Kawasan Permukiman prioritas b. Peta Permukiman Padat c. Peta Potensi dan Permasalahan Permukiman 3) Data penetapan kawasan kumuh : a. Data SK Kumuh i. Lokasi Kumuh ii. Luas Kumuh b. Rekomendasi Hasil Studi atau Laporan terkait Kumuh 4) Data PPSP Direktorat PPLP Data Kelurahan/Desa Rawan Sanitasi 5) Data Studi Direktorat PAM Data Kelurahan/Desa Rawan Air 6) Data Statistik BPS 7. SUBSTANSI PELAKSANAAN SURVEI Adapun secara substansi, quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh terdiri dari 2 proses, yaitu : 1) Tahapidentifikasi lokasi, yang meliputi: a. Identifikasi Satuan Permukiman; b. Identifikasi Permasalahan Kekumuhan (Fisik); 2) Tahap penetapan lokasi, yang meliputi: a. Penilaian Daftar Lokasi; 4 PANDUAN PELAKSANAAN

b. Penentuan Klasifikasi; c. Penentuan Skala Prioritas; dan d. Penetapan SK Kepala Daerah. Secara skematis, tata caraquick count identifikasi kawasan permukiman kumuh dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini. Gambar 1 Skema Kegiatan Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh PERSIAPAN KEGIATAN IDENTIFIKASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH TAHAP IDENTIFIKASI TAHAP PENETAPAN 01 IDENTIFIKASI SATUAN PERMUKIMAN 02 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEKUMUHAN 03 PENILAIAN KEKUMUHAN 04 PENETAPAN LOKASI 1 Satuan Perumahan 1 Kondisi Bangunan 1 Tingkat Kekumuhan 1 SK Kepala Daerah 2 Kondisi Aksesibilitas 2 Skala Prioritas 2 Daftar Lokasi 3 Kondisi Drainase 3 Peta Lokasi 4 Pelayanan Air Minum 5 Pengelolaan Sanitasi 6 Pengelolaan Persampahan 1) Identifikasi Satuan Permukiman Identifikasi satuanpermukiman merupakan tahap identifikasi untuk menentukan batasan obyek kajian yang difokuskan pada skala skala permukiman.sesuai dengan pengertian dalam UU-PKP, maka satuan permukiman terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan (minimal dua satuan perumahan) yang mempunyai PSU. Pendekatan Pendekatan yang dilakukan melalui indikasi lokasi permukiman kumuh yang terdapat pada beberapa dokumen pembangunan pada kota/kabupaten. PANDUAN PELAKSANAAN 5

Melalui identifikasi indikasi awal lokasi ini, maka akan diperoleh sebaran indikasi permukiman kumuh dalam suatu wilayah kabupaten dan kota sebagai obyek kajian quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh pada tahap selanjutnya. Adapun dokumen tersebut seperti : Tabel 1 Sumber Referensi Indikasi Awal Lokasi Permukiman Kumuh DOKUMEN SPPIP Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) SK Penetapan Permukiman Kumuh PPSP Studi Dit. PAM - BPS Studi Pemutakhiran Dit. Bangkim Studi Kota/Kab Terkait Kumuh JENIS DATA/INFORMASI Permukiman kumuh prioritas Permukiman kumuh Permukiman kumuh Kel/desa rawan sanitasi Kel/desa rawan air Permukiman kumuh Permukiman kumuh 2) Identifikasi Permasalahan Kekumuhan Identifikasi Permasalahan Kekumuhan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan permasalahan kekumuhan pada obyek kajian yang difokuskan pada aspek kualitas fisik bangunan dan infrastruktur keciptakaryaan pada suatu lokasi secara quick count. Identifikasi permasalahan kekumuhan dinilai berdasarkan pemenuhan terhadap kriteria dan indikator dengan merujuk pada pertimbangan pengertian permukiman kumuh secara yuridis di dalam undang-undang dan/atau peraturan, persyaratan teknis sesuai ketentuan yang berlaku, serta standar pelayanan minimal yang dipersyaratkan secara nasional. Penilaian terhadap permasalahan kekumuhan ini dilakukan secara sederhana dengan melihat pada pemenuhan minimal satu indikator dari sebelas indikator penilaian pada kegiatan ini. Berikut ini merupakan kriteria dan indikator yang dipergunakan dalam identifikasi permasalahan kekumuhan: 6 PANDUAN PELAKSANAAN

Tabel 2 Kriteria dan Indikator dalam Identifikasi Permasalahan Kekumuhan (Fisik) KRITERIA Kondisi Bangunan Hunian Kondisi Aksesibilitas Lingkungan Kondisi Drainase Lingkungan Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku Kondisi Pengelolaan Air Limbah Kondisi Pengelolaan Persampahan INDIKATOR Keteraturan Bangunan Hunian Kepadatan Bangunan Hunian Kelayakan Bangunan Hunian Jangkauan Jaringan Jalan Kualitas Jaringan Jalan Kejadian Genangan Kualitas Sumber Air Minum/Baku Kecukupan Pelayanan Air Minum Prasarana Sanitasi Lingkungan Pengelolaan Persampahan Lingkungan a. Kondisi Bangunan Hunian Terdapat 3 indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh pada kriteria kondisi bangunan hunian, yaitu keteraturan bangunan hunian, kepadatan bangunan hunian, dan kelayakan bangunan hunian. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteria kondisi bangunan hunian sebagai berikut. PANDUAN PELAKSANAAN 7

Tabel 3 Penjelasan Kriteria Keteraturan Bangunan Hunian KRITERIA KONDISI BANGUNAN Indikator Penjelasan Parameter Keteraturan Bangunan 1. Keteraturan bangunan dapat dilihat pada perumahan formal, dimana orientasi umumnya menghadap jalan, ukuran bangunan dan lahan walaupun berbeda-beda tetapi memilikipola tipe yangjelas serta bentuk bangunan, dan walaupun tampak berbeda-beda tetapi memilikiketeraturan pola tertentu. 2. Ketidakteraturan bangunan dilihat dari orientasi, ukuran dan bentuk, sebagai contoh: Bila orientasi bangunan berbeda-beda antara satu dengan yang lain, misalnya tidak menghadap jalan, membelakangi sungai, dll Bila orientasi bangunan cenderung menghambat pelayanan PSD Permukiman karena terhadang oleh bangunan lainnya (ketidakserasian pola blok hunian dan sarana ) Bila bangunan hunian berdiri diatas lahan dengan topografi kemiringan melebihi 15% Bila jaringan jalan berkelok-kelok tidak menandakan struktur dan arah akses yang jelas Bangunan berdiri diatas lahan kawasan lindung (catchment area), daerah buangan limbah pabrik, diatas lahan rawa tanpa pertimbangan syarat ekologis, lahan bantaran sungai, lahan dibawah jaringan listrik tegangan tinggi (sutet), dll Sumber Referensi Penilaian Catatan 3. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian 1. Observasi lapangan 2. Analisis Peta Citra Satelit 3. Analisis Peta Block Plan Kawasan Skala 1:5000 Mayoritas bangunan hunian pada lokasi permukiman tidak teratur Mayoritas bangunan hunian pada lokasi permukiman teratur Dapat menyertakan proporsi dari bangunan hunian teratur atau tidak teratur (%) 8 PANDUAN PELAKSANAAN

Tabel 4 Penjelasan Kriteria Kepadatan Bangunan Hunian KRITERIA KONDISI BANGUNAN Kriteria Penjelasan Parameter Sumber Referensi Kepadatan Bangunan Hunian 1. Kepadatan tinggi bangunan ditentukan dengan jumlah unit bangunan terhadap satuan luas (ha). 2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian 1. Observasi lapangan 2. Analisis Peta Citra Satelit 3. Analisis Peta Block Plan Kawasan Skala 1:5000 Penilaian Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan tinggi Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan sedang Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan rendah Catatan Informasi Tambahan Untuk Kota Metro & Kota Besar Kepadatan Bangunan tinggi (>300 Unit/Ha) Kepadatan Bangunan sedang (250-300 Unit/Ha) Kepadatan Bangunan rendah (<250 Unit/Ha) Untuk Kota Sedang & Kota Kecil Kepadatan Bangunan tinggi (>250 Unit/Ha) Kepadatan Bangunan sedang (200-250 Unit/Ha) Kepadatan Bangunan rendah (<200 Unit/Ha) PANDUAN PELAKSANAAN 9

Tabel 5 Penjelasan Kriteria Kelayakan Bangunan Hunian KRITERIA KONDISI BANGUNAN Kriteria Penjelasan Parameter Kelayakan Bangunan Hunian 1. Persyaratan teknis bangunan ditentukan dengan melihat beberapa indikator sebagaimana diacu dalam indikator MDGs, yaitu: Rumah tidak memenuhi luas lantai per kapita > 7,2 m2. Misalnya rumah yang dihuni 5 jiwa tidak memenuhi luas minimal 5x7,2 = 36 m2. Jenis material atap, lantai dan dinding tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Misalnya lantai masih tanah atau dinding atau atap terbuat dari dedaunan, tidak dapat menahan hujan dan terik matahari, serta sirkulasi tata udara tidak sehat. 2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian Sumber Referensi Observasi lapangan Penilaian Mayoritas bangunan hunianmemiliki dengan luas lantai < 7,2 m 2 Mayoritas bangunan hunianmemiliki dengan luas lantai > 7,2 m 2 Mayoritas bangunan hunianmemiliki material alas, atap dan dinding non permanen Mayoritas bangunan hunianmemiliki material alas, atap dan dinding permanen 10 PANDUAN PELAKSANAAN

b. Kondisi Aksesibilitas Lingkungan Terdapat 2 indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh ini pada kriteriakondisi aksesibilitas lingkungan, yaitu jangkauan pelayanan jaringan jalan, dan kualitas jaringan jalan. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteriakondisi aksesibilitas lingkungan sebagai berikut. Tabel 6 Penjelasan Indikator Jangkauan Pelayanan Jaringan Jalan KONDISI AKSESIBILITAS LINGKUNGAN Kriteria Penjelasan Parameter Jangkauan Pelayanan Jaringan Jalan 1. Jangkauan pelayanan jaringan jalan ditentukan dengan melihat jaringan jalan di dalam lokasi kajian, bila ada bagian dalam lokasi yang tidak terlayani maka cakupan layanan jaringan jalan belum memadai 2. Kemudahan pencapaian (aksesibilitas), jalan permukiman yang memberikan rasa aman, nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara bermotor dengan ketersediaan prasarana pendukung jalan (co. perkerasan, drainase, trotoar, rambu, lansekap, dll) 3. Jalan yang dimaksud adalah jalan yang menghubungkan intra perumahan dalam satu satuan permukiman, sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi lalu-lintas orang dan kendaraan secara aman dan sekaligus mendukung terciptanya perumahan yang layak, sehat, aman, dan nyaman 4. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian Sumber Referensi Observasi lapangan Penilaian Mayoritas lokasi permukiman tidak terlayani jaringan jalan yang memadai Mayoritas lokasi permukiman terlayani jaringan jalan yang memadai PANDUAN PELAKSANAAN 11

Tabel 7 Penjelasan Indikator Kualitas Jaringan Jalan KONDISI AKSESIBILITAS LINGKUNGAN Indikator Kualitas Jaringan Jalan Penjelasan 1. Kualitas jaringan jalan ditentukan dengan melihat kondisi permukaan jalan yang ada di lokasi kajian. Merujuk pada fungsi jaringan jalan/ kenyamanan pengguna jalan dan keselamatan/keamanan pengguna jalan 2. Hal ini tidak dipengaruhi oleh material penutupnya apakah beton, aspal, conblok, jerambah kayu, sirtu, dll. Dalam arti apapun materialnya bila kondisinya baik tidak menjadi masalah. 3. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian Sumber Referensi Observasi lapangan Penilaian Mayoritas kondisi jaringan jalan pada lokasi permukiman dalam keadaan rusak Mayoritas kondisi jaringan jalan pada lokasi permukiman dalam keadaan baik c. Kondisi Drainase Lingkungan Indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh ini pada kriteria kondisi drainase, yaitu genangan. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteria kondisi drainase sebagai berikut. 12 PANDUAN PELAKSANAAN

Tabel 8 Penjelasan Indikator Kejadian Genangan KONDISI DRAINASE Indikator Kejadian Genangan Penjelasan 1. Kondisi drainase ditentukan dengan melihat genangan pada lokasi permukiman. Apakah di lokasi kajian terjadi genangan dengan: tinggi lebih dari 30 cm (setinggi betis dewasa); selama lebih dari 2 jam; terjadi lebih dari 2 kali setahun. 2. Apabila genangan yang terjadi tidak lebih dari ketiga hal tersebut, maka masih dalam batasan toleransi. Sumber Referensi Penilaian 3. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian 1. Observasi lapangan 2. Wawancara Penduduk 3. Data Sekunder terkait genangan Mayoritas lokasi permukiman terjadi genangan sesuai dipersyaratkan (tinggi, durasi, dan frekuensi) pada lokasi permukiman Mayoritas lokasi permukiman tidak terjadigenangan sesuai dipersyaratkan (tinggi, durasi, dan frekuensi) pada lokasi permukiman d. Kondisi Pelayanan Air Minum/Baku Terdapat 2 indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh ini pada kriteria kondisi pelayanan sumber air minum/baku, yaitu kualitas sumber air minum/baku, dan kecukupan pelayanan air minum/baku. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteria kondisi pelayanan sumber air minum/baku sebagai berikut. PANDUAN PELAKSANAAN 13

Tabel 9 Penjelasan Indikator Kualitas Sumber Air Minum/Baku KONDISI PELAYANAN AIR MINUM/BAKU Indikator Kualitas Sumber Air Minum/Baku Penjelasan 1. Kualitas air baku terlindungi ditentukan dengan melihat kondisi sumber air yang tersedia, yaitu kondisi warna (keruh), kondisi bau dankondisi rasa (asam, asin, payau, dll). 2. Sumber air baku yang tidak memenuhi dimaksud berasal dari non perpipaan seperti air permukaan (sungai, danau, setu, dll), dan air tanah/sumur tidak terlindungi. 3. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian Sumber Referensi 1. Observasi lapangan 2. Wawancara Penduduk Penilaian Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukiman tidak terlayani air baku terlindungi yang berkualitas baik dari perpipaan dan/atau non perpipaan Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukiman terlayani air baku terlindungi yang berkualitas baik perpipaan dan/atau non perpipaan Tabel 10 Penjelasan Indikator Kecukupan Pelayanan Air Minum/Baku KONDISI PELAYANAN AIR MINUM/BAKU Indikator Kecukupan Pelayanan Air Minum/Baku Penjelasan 1. Kebutuhan pelayanan air baku ditentukan dengan melihat penggunaan air oleh individu dalam rumah tangga dapat menggunakan air untuk minum/konsumsi, mandi, dan cuci minimal 60 liter per orang per hari. 2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian Sumber Referensi 1. Observasi lapangan 2. Wawancara Penduduk Penilaian Mayoritas masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter per orang per hari (Mandi, Minum, Cuci) Mayoritas masyarakat terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter per orang per hari (Mandi, Minum, Cuci) Catatan Kebutuhan minimal air adalah 60 liter per orang per hari atau lebih, yaitu untuk kebutuhan minum/makan, mandi, dan cuci. Sebagai gambaran 60 liter sama dengan 15 galon atau sama dengan bak 1 m x 1m dengan kedalaman 6 cm. 14 PANDUAN PELAKSANAAN

e. Kondisi Pengelolaan Air Limbah Indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh pada kriteria kondisi pengelolaan air limbah, yaitu prasarana sanitasi lingkungan. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteria kondisi pengelolaan air limbah sebagai berikut. Tabel 11 Penjelasan Indikator Prasarana Sanitasi Lingkungan KONDISI PELAYANAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH Indikator Prasarana Sanitasi Lingkungan Penjelasan 1. Persyaratan teknis air limbah ditentukan dengan melihat apakah sistem pengelolaan air limbah pada lokasi tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut: Kloset leher angsa terhubung dengan septik tank, atau Sistem pengolahan komunal atau terpusat (Septik tank/ MCK Komunal). 2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian Penilaian Mayoritas rumah tangga tidak memiliki kloset leher angsa yang terhubung septiktank atau tidak terlayani MCK/Septik tank Komunal Mayoritas rumah tangga memiliki kloset leher angsa yang terhubung septiktank atau terlayani MCK/Septik tank Komunal Catatan Cakupan pelayanan MCK Komunal : 50-100 kk f. Kondisi Pengelolaan Persampahan Indikator dalam quick count identifikasi kawasan permukiman kumuh ini pada kriteria kondisi pengelolaan persampahan, yaitu pengelolaan persampahan lingkungan. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai identifikasi berdasarkan kriteria kondisi pengelolaan persampahan sebagai berikut. PANDUAN PELAKSANAAN 15

Tabel 12 Penjelasan Indikator Pengelolaan Persampahan Lingkungan KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Indikator Pengelolaan Persampahan Lingkungan Penjelasan 1. Sistem persampahan pada lokasi tidak memenuhi ketentuan dengan melihat sistem pengangkutan sampah skala lingkungan (Gerobak/Angkutan Sampah) dengan frekuensi pengangkutan sampah dua kali seminggu; 2. Indikasi penilaian merujuk pada mayoritas kondisi pada lokasi permukiman kajian Sumber Referensi 1. Observasi lapangan 2. Wawancara Penduduk Penilaian Mayoritas sampah domestik rumah tangga tidak terangkut dua kali seminggu ke TPS dan/atau TPA Mayoritas sampah domestik rumah tangga terangkut dua kali seminggu ke TPS dan/atau TPA 8. TAHAPAN PELAKSANAAN Sekurang-kurangnya dibutuhkan waktu 6 hari untuk dapat melaksanakan kegiatan survey identifikasi kumuh disetiap kota dengan merujuk pada kegiatan pokok sebagai berikut : Hari 1 Hari 2 Hari 2 Hari 3 Hari 3-5 Hari 5-6 Koordinasi dan pendataan sekunder di tingkat Provinsi Koordinasi dan pendataan sekunder di tingkat kota/kabupaten Penyiapan regu/personil survey dan peralatannya sesuai lokasi Koordinasi dan Pendataan sekunder di Tingkat Kecamatan Survey Mikro di tingkat Kelurahan, RW dan RT Sinkronisasi hasil survey Berikut ini adalah panduan rinci mengenai jadwal pelaksanaan survei 16 PANDUAN PELAKSANAAN

Tabel 13 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Survei Lokasi NO KEGIATAN TINGKAT PROVINSI 1 Melakukan koordinasi pelaksanaan survei pada Satker Cipta Karya Provinsi (Satker Randal, Satker PKP, dan Satker PBL) 2 Inventarisasi Data Sekunder dan Peta 3 Inventarisasi Laporan SPPIP/RPKPP, dan Studi Kumuh atau data lainnya terkait kumuh 4 Inventarisasi Stakeholder di Kab/Kota HARI PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 6 KETERANGAN Melengkapi yang sudah disediakan oleh Tim Teknis Pusat Melengkapi yang sudah disediakan oleh Tim Teknis Pusat TINGKAT KABUPATEN/KOTA 1 Melakukan koordinasi dan melaporkan kegiatan pada instansi Kab/Kota Bappeda PU Cipta Karya Dinas Perumahan dan Permukiman lainnya 2 Inventarisasi Data Sekunder dan Peta Dapat dilakukan koordinasi antar instansi melalui Bappeda Kab/Kota Melengkapi yang sudah disediakan oleh Tim Teknis Pusat 3 Inventarisasi laporan Pendataan Kumuh Studi Kumuh Program Penanganan Kumuh 4 Mendapatkan kesepakatan awal terkait lokasi-lokasi PANDUAN PELAKSANAAN 17

NO KEGIATAN kumuh Kawasan Kecamatan Kelurahan/Desa RW Informasi mengenai delineasi dan karakteristik kumuh 5 Penyiapan surveyor dan peralatan survei sesuai lokasi HARI PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 6 KETERANGAN TINGKAT KECAMATAN 1 Melakukan koordinasi dan melaporkan kegiatan 2 Inventarisasi Data Sekunder dan Peta 3 Mendapatkan informasi dan karakteristik lokasilokasi permukiman kumuh Kelurahan/Desa RW Informasi mengenai delineasi dan karakteristik kumuh 4 Detail permasalahan fisik lingkungan permukiman Melengkapi yang sudah disediakan oleh Tim Teknis Pusat TINGKAT KELURAHAN/DESA 1 Melakukan koordinasi dan melaporkan kegiatan 2 Inventarisasi Data Sekunder, Peta, serta informasi dan karakteristik lokasi-lokasi permukiman kumuh RW dan RT 18 PANDUAN PELAKSANAAN Pendampingan kegiatan oleh perangkat desa/kelurahan

NO KEGIATAN Luas, delineasi, demografi 3 Detail permasalahan fisik lingkungan permukiman melalui observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi visual Bangunan Aksesibilitas Drainase Layanan Air Minum/Baku Sanitasi Lingkungan Persampahan 4 Pemetaan lokasi, persebaran dan luasan permukiman kumuh GPS Plotting di peta 5 Penarikan kesimpulan hasil wawancara 6 Sinkronisasi hasil HARI PELAKSANAAN 1 2 3 4 5 6 KETERANGAN Foto/Video/Catatan Wawancara atau Sketsa Data Lokasi dan koordinat GPS Catatan : Survey di tingkat lokasi keluarahan/desa dapat dibentuk tim survey kecil per keluarahan/desa, misalnya dengan memanfaatkan peran fasilitator atau BKM, dengan terlebih dahulu dilakukan pelatihan singkat tata cara kegiatan survey. PANDUAN PELAKSANAAN 19

LAMPIRAN FORM QUICK COUNT IDENTIFIKASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH INFORMASI UMUM LOKASI Nama Kawasan : Nama Kecamatan : Nama Kelurahan/Desa : Lingkup RW : Luas Kawasan : Tipologi/Karakteristik Jumlah Penduduk Kawasan : Jumlah KK : SKETSA/PETA LOKASI/PETA DASAR/ DELINIASI KAWASAN Koordinat 20 PANDUAN PELAKSANAAN

A. KONDISI FISIK BANGUNAN 1) Keteraturan Bangunan ORIENTASI BANGUNAN Bangunan membelakangi Sungai/Badan Air Jika terdapat bangunan membelakangi sungai/badan air, sebutkan lingkup RW/RT:... Bangunan tidak menghadap jalan Jika terdapat bangunan tidak menghadap jalan, sebutkan lingkup RW/RT:... UKURAN BANGUNAN Bangunan ukuran bervariasi Jika terdapat bangunan dengan ukuran bervariasi, sebutkan lingkup RW/RT:... LOKASI BANGUNAN Bangunan berdiri lahan yang tidak sesuai peruntukam Topografi melebihi 15% Di atas sempadan rawa/sungai/pantai/gambut Di bawah Saluran Listrik Tegangan Tinggi Kawasan lindung/fungsi ekologis PENILAIAN Mayoritas bangunan hunian pada lokasi permukimantidak TERATUR Mayoritas bangunan hunian pada lokasi permukimanteratur CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat PANDUAN PELAKSANAAN 21

2) Kepadatan Bangunan KEPADATAN BANGUNAN DALAM UNIT/HA Kepadatan bangunan tinggi Kota Metro/Besar > 300 unit/ha Kota Sedang/Kecil> 250 unit/ha Jika terdapat lokasi permukiman dengan kepadatan bangunan yang TINGGI, sebutkan lingkup RW/RT:... Kepadatan bangunan sedang Kota Metro/Besar 251-299 unit/ha Kota Sedang/Kecil201-249 unit/ha Jika terdapat lokasi permukiman dengan kepadatan bangunan yang SEDANG, sebutkan lingkup RW/RT:... Kepadatan bangunan rendah Kota Metro/Besar <250 unit/ha Kota Sedang/Kecil< 200 unit/ha Jika terdapat lokasi permukiman dengan kepadatan bangunan yang RENDAH, sebutkan lingkup RW/RT:... PENILAIAN Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan TINGGI Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan SEDANG Lokasi permukiman memiliki kepadatan bangunan RENDAH CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat 22 PANDUAN PELAKSANAAN

3) Kelayakan Bangunan Hunian LUAS LANTAI HUNIAN PER KAPITA Bangunan hunian lebih kecil dari 7,2 M 2 per orang Jika terdapat lokasi permukiman dengan rata-rata luas lantai bangunan lebih kecil dari 7.2 m 2 per orang, sebutkan lingkup RW/RT:... DAYA TAHAN MATERIAL BANGUNAN HUNIAN Material Bangunan tidak permanen Perlu mendapat perhatian mengenai kearifan lokal terhadap penggunaan materian bangunan (atap, alas, dan dinding) Jika terdapat lokasi permukiman dengan rata-rata bangunan tidak permanen dari 7.2 m 2 per orang, sebutkan lingkup RW/RT:... PENILAIAN Mayoritas bangunan hunian memiliki dengan luas lantai< 7,2 m 2 Mayoritas bangunan hunian memiliki dengan luas lantai> 7,2 m 2 Mayoritas bangunan hunian memiliki material alas, atap dan dinding non permanen Mayoritas bangunan hunian memiliki material alas, atap dan dinding permanen CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat PANDUAN PELAKSANAAN 23

B. KONDISI AKSESIBILITAS 1) Jangkauan Jaringan Jalan JANGKAUAN PELAYANAN JARINGAN JALAN Lokasi permukiman tidak terlayani akses jaringan jalan Jika terdapat lokasi permukiman yang tidak terlayani jaringan jalan memadai, sebutkan lingkup RW/RT:... PENILAIAN Mayoritas lokasi permukimantidak terlayani jaringan jalan yang memadai Mayoritas lokasi permukiman terlayani jaringan jalan yang memadai CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat 24 PANDUAN PELAKSANAAN

2) Kualitas Jaringan Jalan KUALITAS FISIK JARINGAN JALAN Kondisi ruas permukaan jaringan jalan lingkungan permukiman buruk Kondisi permukaan jalan dapat mengganggu fungsi jaringan jalan/ kenyamanan dan keselamatan/keamanan pengguna jalan Jika terdapat lokasi permukiman yang kondisi jaringan jalan rusak, sebutkan lingkup RW/RT:... PENILAIAN Mayoritas kondisi jaringan jalan pada lokasi permukimandalam keadaan rusak Mayoritas kondisi jaringan jalan pada lokasi permukimandalam keadaan baik CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat PANDUAN PELAKSANAAN 25

C. KONDISI DRAINASE Kejadian Genangan TINGGI GENANGAN Lokasi permukiman terjadi genangan setinggi 30 cm (eq. tinggi betis orang dewasa) Jika terdapat lokasi permukiman yang mengalami genangan setinggi 30 cm, sebutkan lingkup RW/RT:... DURASI GENANGAN Lokasi permukiman terjadi genangan selama lebih 2 jam Jika terdapat lokasi permukiman yang mengalami genangan selama lebih dari 2 jam, sebutkan lingkup RW/RT:... FREKUENSI GENANGAN Lokasi permukiman terjadi genangan dengan frekuensi lebih dari 2 kali dalam setahun Jika terdapat lokasi permukiman yang mengalami genangan dengan frekuensi lebih dari 2 kali dalam setahun, sebutkan lingkup RW/RT:... SUMBER GENANGAN Sumber genangan pada lokasi permukiman berasal : Rob Air Laut/Pasang Laut Air Sungai/Danau/Rawa Limpasan Air Hujan PENILAIAN Mayoritas lokasi permukiman terjadi genangan sesuai dipersyaratkan (tinggi, durasi, dan frekuensi) pada lokasi permukiman Mayoritas lokasi permukiman tidak terjadi genangan sesuai dipersyaratkan (tinggi, durasi, dan frekuensi) pada lokasi permukiman CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat 26 PANDUAN PELAKSANAAN

D. KONDISI PELAYANAN AIR MINUM/BAKU 1) Kualitas Sumber Air Minum/Baku KUALITAS FISIK AIR MINUM/BAKU Sumber air minum/baku rumah tangga pada lokasi permukiman berasal dari : PDAM Sumbur Bor Sumur Gali Sungai/Danau/Setu Laut Lainnya:... Kualitas air minum/baku rumah tangga pada lokasi permukiman : Berwarna (keruh) Berbau Berasa (asam/asin/payau) Jika terdapat lokasi permukiman yang kondisi air minum/baku buruk, sebutkan lingkup RW/RT:... PENILAIAN Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukimantidak terlayani air minum/baku terlindungi yang berkualitas baik dari perpipaan dan/atau non perpipaan Mayoritas rumah tangga pada lokasi permukimanterlayani air minum/baku terlindungi yang berkualitas baik perpipaan dan/atau non perpipaan CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat PANDUAN PELAKSANAAN 27

2) Kecukupan Pelayanan Air Minum/Baku PENGGUNAAN AIR MINUM/BAKU Penggunaan air baku pada rumah tangga dapat dipergunakan untuk : Konsumsi (masak/minum) Mandi/Cuci Jika terdapat lokasi permukiman yang tidak terpenuhi kebutuhan air untuk aktivitas rumah tangga, sebutkan lingkup RW/RT:... PENILAIAN Mayoritas masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter per orang per hari (Mandi, Minum, Cuci) Mayoritas masyarakat terpenuhi kebutuhan minimal air 60 liter per orang per hari (Mandi, Minum, Cuci) CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat 28 PANDUAN PELAKSANAAN

E. KONDISI PENGELOLAAN AIR LIMBAH Prasarana Sanitasi Lingkungan PENGGUNAAN JAMBAN Jenis jamban rumah tangga pada lokasi permukiman menggunakan : Model Leher Angsa Model Cubluk atau lainnya Jika terdapat rumah tangga pada lokasi permukiman yang menggunakan jamban model cubluk, sebutkan lingkup RW/RT:... PEMBUANGAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA Jenis pembuangan air limbah rumah tangga pada lokasi permukiman berupa : MCK + Septiktank Pribadi/Induvidual MCK + Septiktank Komunal Pembuangan air limbah pada sungai/danau/laut Jika terdapat rumah tangga pada lokasi permukiman yang membuang air limbah pada sungai/danau/laut, sebutkan lingkup RW/RT:... PENILAIAN Mayoritas rumah tangga tidak memiliki kloset leher angsa yang terhubung septiktank atau tidak terlayani MCK/Septik tank Komunal Mayoritas rumah tangga memiliki kloset leher angsa yang terhubung septiktank atau terlayani MCK/Septik tank Komunal CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat PANDUAN PELAKSANAAN 29

F. KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Pengelolaan Persampahan Lingkungan KETERSEDIAAN PRASARANA PERSAMPAHAN LINGKUNGAN Tidak terdapat TPS pada lokasi permukiman Jika tidak terdapat TPS yang melayani pengelolaan persampahan pada lokasi permukiman, sebutkan lingkup RW/RT:... PENGANGKUTAN PERSAMPAHAN LINGKUNGAN Lokasi permukiman tidak terlayani sistem pengangkutan sampah domestik skala lingkungan (gerobak/angkutan sampah) dengan frekuensi pengangkutan dua kali seminggu dari tempat sampah individual menuju TPS dan/atau TPA Jika terdapat rumah pada lokasi permukiman yang tidak terlayani pengangkutan persampahan skala lingkungan, sebutkan lingkup RW/RT:... PENILAIAN Mayoritas sampah domestik rumah tangga tidak terangkut dua kali seminggu ke TPS dan/atau TPA Mayoritas sampah domestik rumah tangga terangkut dua kali seminggu ke TPS dan/atau TPA CATATAN Catatan pengisian : 1. Setiap kolom diberi catatan checklist Jika sesuai karakteristiknya 2. Titik-titik diisi data singkat 30 PANDUAN PELAKSANAAN