KARAKTERISTIK BERAT BADAN DAN USIA GESTASI BAYI SAAT LAHIR DARI IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMSIA DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Lisda Handayani 1, Herdiantri Sufriyana 1, Matini Ma rifatana Humaira 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin E-mail: humaira.matini@yahoo.com ISSN : 2086-3454 ABSTRAK Latar Belakang : Preeklamsia adalah penyakit yang ditandai adanya hipertensi, proteinuria, dan edema timbul selama usia gestasi >20 minggu sampai 48 jam post partum. Kasus Kematian Ibu tinggi di Banjarmasin yaitu preeklamsia tahun 2013 didapatkan 95 kasus preeklamsia (7,6%) dan 18 kasus eklamsia (1,4%) dari 1236 persalinan. Tujuan : Mengetahui berat badan dan usia gestasi bayi saat lahir yang memberikan informasi tentang dampak preeklamsia pada bayi dan rencana penatalaksanaannya Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Ibu hamil dengan preeklamsia dengan jumlah 316 orang yang dirawat di ruang nifas. Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Hasil : Hasil penelitian yang terbanyak adalah preeklamsia berat sebanyak 126 orang dengan rerata berat badan bayi berkisar antara 2500 sampai 3500 gram. Sedangkan rerata usia gestasinya 37 minggu dan simpangan baku ±3 minggu. Kesimpulan : Ibu yang mengalami preeklampsia/eklampsia berpengaruh pada kejadian kelahiran preterm selama kehamilan memiliki risiko lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan ibu yang tidak menderita preeklampsia/eklampsia. Kata Kunci : Berat Badan Bayi Lahir, Usia Gestasi, Preeklamsia. 87
PENDAHULUAN Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan terdapat di antepartum, intra-partum dan post-partum. Berdasarkan gejala-gejala klinis, preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan berat (Prawirohardjo, 2009). Di seluruh dunia, Maternal Mortality Ratio (MMR) atau angka kematian ibu pada tahun 1990 sekitar 400 per 100.000 kelahiran hidup, kemudian menurun pada tahun 2000 yaitu 320 per 100.000 kelahiran hidup, dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu 210 per 100.00 kelahiran hidup. Preeklamsia menyebabkan 50.000-76.000 kematian ibu hamil dan 900.000 kematian janin/bayi setiap tahun (Chappel dan Morgan, 2006). Insiden preeklamsia pada kehamilan adalah sebesar 5-10% (WHO, 2002; Takahashi dan Martinelli, 2008) dan menjadi satu dari tiga penyebab utama kematian ibu setelah perdarahan dan infeksi (Miller, 2007). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator kesehatan yang digunakan untuk menggambarkan status kesehatan ibu dan bayi, kondisi kesehatan lingkungan, serta tingkat pelayanan kesehatan terutama dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas. Survei SDKI tahun 2012 menyebutkan, AKI meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung AKI antara lain hipertensi dalam kehamilan (32%), komplikasi puerperium (31%), perdarahan ante-partum (3%), perdarah post-partum (20%), abortus (4%), kehamilan amnion (2%), partus lama (1%), dan lain-lain (7%) di tahun 2010 (Kepmenkes RI, 2014). Rumah Sakit Umum Daerah DR. H Moch Ansari Saleh Banjarmasin termasuk salah satu rumah sakit rujukan di Banjarmasin dimana banyak terjadi rujukan kasus salah satu penyebab Angka Kematian Ibu tinggi di Banjarmasin yaitu preeklamsia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan Oktober, didapatkan angka kejadian preeklamsia cukup tinggi. Pada tahun 2012, didapatkan 103 kasus preeklamsia (9,14%), dan 18 kasus eklamsia (1,68%) dari 1126 persalinan. Kemudian tahun 2013 didapatkan 95 kasus preeklamsia (7,6%) dan 18 kasus eklamsia (1,4%) dari 1236 persalinan di tahun 2013. Dapat disimpulkan kejadian preeklamsia menurun dari 9,14% di tahun 2012 menjadi 7,6% di tahun 2013 dan tiga bulan terkhir pada tahun 2014 bulan Oktober, November sampai Desember didapatkan 60 kasus preeklamsia (6,5%), dan untuk kasus BBLR didapatkan 96 dari 680 jumlah kelahiran (14,1%). Dampak preeklamsia ini pada janin bervariasi dari kelahiran prematur hingga pertumbuhan janin terhambat yang dapat terjadi pada 1 dari 3 kasus preeklamsia sampai kematian janin (Auer dkk, 2010). Komplikasi pada janin juga dapat berupa asfiksia berat dan berat badan lahir rendah, 88
selain prematuritas dan pertumbuhan janin terhambat (Sofoewan, 2003). Komplikasi juga dapat terjadi pada ibu, seperti HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, low platelet) syndrome, cerebrospinal accident, Disseminata Intravascular Coagulation (DIC), gangguan fungsi ginjal, dan kematian. Mengetahui berat badan dan usia gestasi bayi saat lahir memberikan informasi tentang dampak preeklamsia pada bayi dan rencana penatalaksanaannya. Perlu diketahui gambaran berat badan dan usia gestasi bayi saat lahir dari ibu hamil preeklamsia di RSUD dr. H Moch Ansari Saleh Banjarmasin sehingga dapat membantu dalam merencanakan penatalaksanaan dengan lebih responsif. BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian merupakan rencana tentang tempat yang akan diplih peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Lokasi yang dipilih adalah RSUD DR. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin yang berada di wilayah Banjarmasin Timur beralamat di jalan Brig. Jend Hasan Basri No 1 Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang atau yang sedang terjadi. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan atau analisis data, membuat kesimpulan dan laporan (Notoatmodjo, 2010). Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Variabel pada penelitian ini ibu hamil dengan preeklamsia dengan jumlah 316 orang yang dirawat di ruang nifas di RSUD dr. Moch Ansari Saleh pada Januari sampai Desember tahun 2014. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil dengan preeklamsia dengan jumlah 316 orang yang dirawat di ruang nifas di RSUD dr. Moch Ansari Saleh pada Januari sampai Desember tahun 2014. Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan data sekunder, dengan cara melihat hasil pencatatan kejadian preeklamsia, data diambil dari rekam medik tentang berat badan dan usia gestasi bayi saat lahir dari ibu hamil dengan preeklamsia di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh sampel sebanyak 160 orang. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data 89
berdasarkan penelitian yang tersaji dalam tabeltabel berikut : Tabel 1. Angka kejadian preeklamsia berdasarkan klasifikasi gejala Angka Kejadian Klasifikasi Preeklamsia F % Preeklamsia Ringan 26 16.25 Preeklamsia Berat 126 78.75 Superimposed Preeclampsia 8 5.00 Total 160 100 Tabel 2. Angka kejadian preeklamsia berdasarkan klasifikasi onset Angka Kejadian Klasifikasi Preeklamsia F % Onset dini (usia gestasi 34 minggu) 31 19.37 Onset lambat (usia gestasi >34 minggu) 129 80.63 Total 160 100 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa angka kejadian di preeklamsia berdasarkan klasifikasi gejala dan tanda di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2014 ibu hamil yang terdiagnosis preeklamsia terbanyak adalah preeklamsia berat sebanyak 126 orang (78.75%). Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa angka kejadian preeklamsia berdasarkan klasifikasi onset atau waktu usia gestasi yang terbanyak yaitu onset lambat (usia gestasi >34 minggu) yaitu 129 orang (80.63%). Tabel 3 Angka kejadian preeklamsia dengan komplikasi Klasifikasi preeklamsia Angka kejadian Rerata (gram) Simpangan Baku Preeklamsia Ringan 26 2643 645 Preeklamsia Berat 126 3000 513 Superimposed Preeclampsia 8 1731 779 Total 160 Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui ibu hamil yang tanpa komplikasi sebanyak 145 (90.63%), mengalami eklamsia 10 orang (6.25%), Sindrom HELLP 4 orang (2.50%), eklamsia dan sindrom HELLP 1 orang (0.63%). Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa klasifikasi preeklamsia yang terbanyak yaitu ibu hamil dengan preeklamsia berat dari 126 kasus rerata badan bayi saat lahir 3000 gram dan simpangan baku 513. Tabel 4. Rerata dan simpangan baku usia gestasi bayi saat lahir dari ibu hamil dengan preeklamsia Klasifikasi preekalmsia Angka kejadian Rerata (minggu) Simpangan Baku Preeklamsia Ringan 26 38 3 Preeklamsia Berat 126 37 3 Superimposed preeclampsia 8 30 5 Total 160 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa klasifikasi preeklamsia yang terbanyak yaitu ibu hamil dengan preeklamsia berat dari 126 kasus rerata ibu hamil dengan preeklamsia berat usia gestasi saat persalinan 37 minggu dan simpangan baku ±3 minggu. PEMBAHASAN a. Angka kejadian preeklamsia Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa angka kejadian di preeklamsia berdasarkan klasifikasi gejala dan tanda di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2014 ibu hamil yang terdiagnosis preeklamsia terbanyak adalah preeklamsia berat 90
sebanyak 126 orang (78.75%). Dan pada tabel 2 berdasarkan klasifikasi onset atau waktu usia gestasi yang terbanyak yaitu onset lambat (usia gestasi >34 minggu) yaitu 129 orang (80.63%). Berdasarkan preeklamsia dengan Komplikasi yaitu eklamsia 10 orang (6%) dan sindrom Hellp 4 orang (3%).Sehingga dapat terlihat bahwa pada tahun 2014 ibu bersalin terbanyak dengan preeklamsia berat. Hal ini seiring dengan apa yang dikemukakan Manuaba (2008) bahwa di Indonesia preeklamsia masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu berkisar 10%-20%. Adapun penyebab kematian ibu yang lain diantaranya adalah perdarahan, partus lama, komplikasi, abortus dan infeksi. Insiden preeklamsia menyumbangkan 14% angka kematian ibu per tahun (50.000-75.000) di dunia. Risiko kambuh adalah 10% jika kehamilan sebelumnya mengalami preeklamsia onset lambat dimana semakin cepat onset maka semakin cepat semakin besar kemungkinan kambuh di kehamilan berikutnya, yaitu hingga 40% jika muncul sebelum usia gestasi 30 minggu. (Preeklamsia Foundation, 2010). b. Berat Badan Bayi Saat Lahir dari ibu Hamil dengan Preeklamsia Diketahui preeklamsia juga dihubungkan dengan tingginya kelahiran premature, small for gestational age (SGA), dan kematian perinatal (Agudelo, 2008). Bayi prematur dan SGA lebih sering terjadi pada ibu yang mengalami preeklamsia/eklamsia dibandingkan dengan ibu yang persalinan normal. Hasil penelitian di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2014 menunjukkan bahawa bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil dengan preeklamsia sebanyak 161 hal ini dikarenakan ada beberapa bayi yang gameli dan IUFD. Rerata dan simpangan baku berat badan bayi saat lahir pada ibu hamil preeklamsia yaitu preeklamsia ringan 2643 gram simpangan baku, preeklamsia ringan 2643 gram simpangan baku 645, preeklamsia berat 3000 gram dengan simpangan baku 513, dan superimposed preeclampsia 1731 gram dengan simpangan baku 779. Penelitian lain menyebutkan berat lahir bayi pada ibu preeklamsia rata-rata lebih kecil dari bayi yang lahir dari ibu yang tidak preeklamsia. Selain itu, penelitian lain juga menemukan bahwa rata-rata lebih kecil dari bayi yang tidak preeklamsia. Selain preeklamsia adalah 37-39 minggu, dan pada ibu yang bukan preeklamsia rata-rata 39 minggu (Perry & Beevars, 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kun Ika tahun 2009 di RSUD Gambiran Kediri menyatakan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan BBLR. Sedangkan, penelitian Srinivas et al tahun 2009 mendapatkan bahwa wanita dengan preeklampsia memiliki risiko 2,7 kali lebih besar memiliki janin dengan pertumbuhan terhambat (IUGR) dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita preeklampsia. Penelitan Fatemehet al di Iran juga mendapatkan 91
hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan keadaan pertumbuhan janin terhambat, dimana janin dengan pertumbuhan terhambat ditemukan pada 5,3% ibu dengan preeklampsia ringan dan 27,5% ibu dengan preeklampsia berat. Diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya kejadian ini, yaitu pemeriksaan antenatal yang teratur dan rutin serta teliti mengontrol tanda-tanda sedini mungkin preeklamsia, memperbaiki status gizi ibu hamil, penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, penyuluhan tanda bahaya selama kehamilan kemudian dapat diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat yang dapat mempengaruhi kesejahteraan ibu maupun janin. Apabila terjadi preeklamsia berat saat inpartu, tenaga kesehatan terutama bidan harus sigap dalam menghadapi dan menangani kasus tersebut guna untuk mencegah terjadinya komplikasi pada ibu bersalin dan bayi. Peran petugas kesehatan terutama bidan sangat penting didalam memberikan penyuluhan pada ibu hamil. Dengan mengetahui tanda dan gejala serta komplikasi dari preeklamsia berat diharapkan ibu hamil akan memahami betapa pentingnya pemeriksaan kehamilan sehingga dapat segera terdeteksi apabila terjadi preeklampsia pada kehamilan. c. Usia gestasi saat persalinan Hasil penelitian menunjukkan usia gestasi berdasarkan diagnosa di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2014 Rerata dan simpangan baku usia gestasi saat persalinan pada ibu hamil preeklamsia berdasarkan diagnosis preeklamsia yaitu pada ibu hamil dengan preeklamsia ringan sekitar 38 minggu simpangan baku ±3 minggu, preeklamsia berat 36 minggu simpangan baku ±4 minggu, superimposed preeclampsia 30 minggu simpangan baku ±5 minggu Sesuai dengan teori Gilbert dan Harmon, (2005). Pada ibu hamil dengan preeklamsia riwayat persalinan prematur secara spontan pada kehamilan tunggal pertama, riwayat melahirkan pada kehamilan pertama dengan usia gestasi 32-36 minggu risiko preeklamsia 1,1-3,2 %, riwayat melahirkan pada kehamilan pertama <28 minggu risiko preeklamsia 3,2 %, riwayat preeklamsia pada kehamilan pertama dengan persalinan pada usia gestasi 32-36 minggu (risiko preeklamsia 14,1-25,3 %), riwayat pertumbuhan janin terhambat 2-3 sampai dengan di bawah rata-rata pada usia gestasi yang sama (risiko preeklamsia 1,1-1,8%). Menurut teori Von Dadelszen (2014) Pada preeklamsia ringan dengan usia gestasi 37 minggu atau kurang, kortikosteroid diberikan pada ibu agar mempercepat pematangan paru, jika terindikasi, pada preeklamsia berat dengan usia gestasi 34 minggu atau kurang, beratnya penyakit harus ditimbang dengan risiko yang didapat akibat bayi prematur. Pengendalian tekanan darah dan kejang harus tetap diutamakan. Pertimbangan usia gestasi, 92
persalinan dilakukan dengan kondisi detak jantung janin tipe non-reassing, jika riwayat sebelumnya adalah preeklamsia berat termasuk eklamsia dan sindrom HELLP, maka risiko meningkat pada kehamilan berikutnya untuk mengalami preeklamsia, sindrom HELLP, dan eklamsia. Berdasarkan onset atau waktu dimulainya gejala dan tanda pada preeklamsia dibagi menjadi preeklamsia onset dini yaitu sebelum usia gestasi 34 minggu dan preeklamsia onset lambat usia gestasi 34 minggu atau lebih. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi (2007) tentang Preeklamsia dan Eklamsia Dengan Risiko Kelahiran Preterm di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dengan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara preeklamsi berat dengan kelahiran preterm dan mempunyai resiko 3,66 kali lebih besar untuk melahirkan preterm dibandingkan dengan tidak preeklamsi berat. Semua kejadian yang disebutkan diatas terjadi seiring dengan makin tuanya usia kehamilan. Hal ini menyebabkan preeklamsia sering terjadi pada kehamilan aterm. Pelaporan Parkland Hospital dalam Arfian (2002) menyatakan bahwa preeklampsia terjadi pada kelompok usia kehamilan 32 minggu (preterm) sebanyak 10%, sedangkan sisanya (90%) terjadi pada kelompok usia kehamilan 36 minggu (aterm). Ibu yang mengalami preeklampsia berat berisiko 26,27 kali ketika usia kehamilan 28 minggu daripada yang berusia kehamilan 28 minggu (Utama, 2008). Oleh karena itu, menurut ACOG (2002), Report (2000), Group (2000), Lowdermilk & Jensen (2005), sebaiknya menjelang trimester II-III ibu hamil harus lebih berhati-hati untuk mencegah komplikasi yang lebih berbahaya lagi, karena pre-eklampsia berkontribusi signifikan untuk intra uterin fetal death (IUFD), dan mortalitas perinatal. Jadi, Ibu hamil diharapkan memeriksakan kehamilannya secara teratur ke pelayanan kesehatan untuk mendeteksi dini keadaan kesehatan dalam mencegah terjadinya preeklampsia dan petugas rumah sakit diharapkan dapat memberikan konseling pada ibu hamil untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang preeklampsia sehingga angka kematian ibu dan angka kematian bayi dapat diturunkan. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada AKBID Sari Mulia yang telah memberikan izin penelitian. Juga ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Direktur RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. DAFTAR PUSTAKA Ramin S. 2006. Diagnosis and Management of Preeclampsia and Eclampsia. ACOG Practice Bulletin.No.33;1-8. Akademi Kebidanan Sari Mulia. 2014. Panduan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Banjarmasin: Akademi Kebidanan Sari Mulia. Auer J, Camoin L, Guillonneau F, Rigourd V, Chelbi ST, Leduc M, dan et al. 2010. Serum profile in preeclampsia and intra- 93
uterine growth restriction revealed by itraq technology. Journal of Proteomics 73: 1004-1017. Agudelo A dan Belizan JM. 2008. Maternal morbidity associated with interpregnancy interval: cross sectional study. BMJ. 32; 1225-1229. Ratih D dkk. 2007. Hubungan Kadar Albumin Urin Dengan Berat Badan Lahir Bayi Pada Preeklamsia Berat di RSUP dr. Kariadi Semarang. Dadelszen Von. 2014. Prediction of adverse maternal outcome in pre-eclamsia: development and validation of the fullpiers model Fatemehet Al Iran. 2009. Hubungan Preeklamsia Dengan Keadaan Pertumbuhan Janin Terhambat. Gilbert JS, Ryan M, Babbette B, Sedeek M, Murphy S, dan Granger JP. 2005. Pathophysiology of hypertension during preeclampsia :linking placental ischemia with endothelial dysfunction. Journal Physiology 294 : 541-550 Hidayat AA. 2007. Metode Penelitian keperawatan dan Teknik analisa Data.Jakarta: Salemba Medika. Kamus Kesehatan. 2010. Pengertian Usia Gestasi. Jakarta: Kusuma Kepmenkes. 2014. Angka Kematian Ibu di Indonesia, Jakarta Kun Ika. 2009. Hubungan Antara Preeklamsia dengan BBLR di RSUD Gambiran Kediri. Maryuni. 2012. Asuhan Kegawatan Dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta: Trans Info Medika. Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan : Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta Miller DA. 2007. Hypertension in pregnancy. In : De Cherney, Alan H. Lauren, Notoatmodjo Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Prawirohardjo. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Preeclamsia Foundation. 2010. About preeclamsia. Diakses 1 September 2014 Pernoll s. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Jakarta: EGC Ratna. 2007. Preeklamsia Dan Eklamsia Dengan Risiko Kelahiran Preterm di RS Panti Rapih Yogyakarta. Rekam Medik RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Sofoewan S. 2003. Preeklampsia Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, pathogenesis dan kemungkinan pencegahannya. MOGI, 27;141 151 Sugiyo. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabetha. Survei Demografi Kesehatan Indonesia. 2007. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007. Sulistyawati. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Taber DJ, Jankowicz D, Lindow SW, Lyons G, Mason GC, Russell IF, dan et al. 2005. Outcomes of severe pre-eclampsia / eclampsia in Yorkshire 1999/2003.Br J Obstet Gynecol. 112: 875-80. Von Dadelszen P, McFadden DE, dan Robinson WP. 2014. DNA methylation profiling of human placentas reveals promoter hypomethylation of multiple genes in early-onset preeclampsia. European journal of human genetics :EJHG. 18(9); 1006-12. Wikipedia. 2009. Pengertian kurva distribusi normal. Diakses 12 November 2014. WHO. 2013. Angka kematian Ibu dan Bayi di Dunia. Diakses 4 November 2014. Winkjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 94