Evaluasi pdu desain untuk mengurgi kepadat penumpg akibat keberada area komersial di desain stasiun bawah tah pada proyek Mass Rapid Trsit (MRT) Jakarta deng pemodel berbasis agen Akhmad Hidayatno 1, Reiner Agastya 2, Aziiz Sutrisno 3 1,2,3 Laboratorium Rekayasa Pemodel d Simulasi Sistem Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok 16424 ( 1 akhmad@eng.ui.ac.id) ABSTRAK Pengembg area komersial di dalam sebuah stasiun kereta telah menjadi bah perdebat karena diggap menggggu alir penumpg sehingga mengurgi kenyamnya. Namun pendapat tambah bukberbasis-tiket (Non-Fare Box) yg didapatk dari area komersial ini diprediksi cukup membtu beb subsidi yg selalu ditggung oleh penyedia jasa trsportasi publik di Indonesia. Hal ini juga menjadi sebuah dilema yg dihadapi oleh PT Mass Rapid Trsit Jakarta (MRT Jakarta), yg ak mengoperasik jalur MRT pertama di Indonesia pada tahun 2016. Peneliti ini melakuk evaluasi terhadap berbagai konsep petunjuk desain stasiun MRT sehingga diharapk tidak menggggu alir penumpg. Hal ini sgat penting terutama bagi stasiun bawah tah yg memiliki biaya yg sgat mahal untuk merubah desain sedainya proses pembgun telah dimulai. Evaluasi dilakuk deng melakuk simulasi alir penumpg di sekitar area komersial deng menggunak pemodel berbasis agen. Simulasi dilakuk deng menggunak berbagai skenario pdu desain yg merupak hasil studi literatur d diskusi deng nara sumber dari PT MRT Jakarta. Hasil dari simulasi menunjukk bahwa stasiun tidak memiliki gggu alir penumpg secara signifik deng pdu desain yg ada, terutama pada beb puncak yg diprediksi sebelumnya. Hasil dari simulasi juga menegask pentingnya beberapa pdu desain yg sebaiknya dilakuk dalam melakuk pengembg area komersial. Kata Kunci: Pemodel berbasis agen, Simulasi alir pejal kaki, Analisa area komersial, Batas kapasitas kritis, Pdu desain stasiun 1. PENDAHULUAN Pengembg area komersial di dalam sebuah stasiun kereta telah menjadi bah perdebat karena diggap menggggu alir penumpg sehingga mengurgi kenyamnya. Namun pendapat tambah buk-berbasis-tiket (Non- Fare Box) yg didapatk dari area komersial ini diprediksi cukup membtu beb subsidi yg selalu harus ditggung oleh penyedia jasa trsportasi publik di Indonesia. Sebuah peneliti pada jenis trsportasi penerbg juga menyebutk hal serupa dima keberada area komersial ini ak membtu kehidup finsial dari bdara terkait [1]. Hal ini menjadi dilema yg dihadapi oleh PT MRT Jakarta menjadi sebuah isu yg perlu diperhatik oleh byak kalg. Peneliti ini melakuk evaluasi terhadap pdu desain dari area komersial sebagai salah satu upaya untuk menemuk jal tengah tara keberada area komersial d kenyam penumpg. Pdu desain ini dibatasi pada modifikasi yg masih bisa dilakuk oleh PT MRT Jakarta pada desain dasar setiap stasiun, seperti letak pintu, lebar koridor, pembatas koridor d offset persimpg. Evaluasi dilakuk deng melakuk simulasi alir penumpg di sekitar area komersial deng menggunak pemodel berbasis agen deng mempertimbgk kenaik puncak alir penumpg akibat adya Trsit Oriented Development (TOD). Konsep TOD membuat setiap stasiun MRT menjadi magnet pusat pertumbuh kawas di sekitarnya, baik dalam bentuk huni maupun tempat usaha. Pertumbuh ini diprediksi meningkatk laju alir penumpg secara signifik dibdingk deng kondisi tpa adya TOD. Dalam pemodel berbasis agen, penumpg diggap sebagai sebuah obyek mdiri deng karakteristik d tuju tertentu, yg memiliki kemampu untuk mengambil keputus mdiri akibat ump balik dari sekitarnya. Oleh karena itu, simulasi alir penumpg deng pemodel berbasis agen menjadi sgat cocok untuk dilakuk dalam evaluasi ini. Hasil peneliti dapat memberik gambar yg lebih utuh terhadap dampak penerap berbagai prinsip desain yg harus dipatuhi oleh pengelola area komersial sedainya kebijak untuk mengalokasik area komersial tetap dilaksak. 2. METODE PENELITIAN Peneliti yg berfokus pada perilaku pergerak pejal kaki terhadap suatu petunjuk IV-41
desain area komersial di stasiun bawah tah ini menggunak pendekat alisis berbasis simulasi. Di dalam penelitinya, Li [3] mengatak bahwa simulasi merupak sebuah alat btu yg sgat baik dalam melakuk perbaik fasilitas stasiun, perenca, serta alisis terhadap desain. Bahk pada perkembgnya, simulasi d pemodel digunak dalam tata letak perkota (urb) d arsitektur [4]. Namun dari berbagai jenis pendekat simulasi d pemodel yg ada, pemodel berbasis agen merupak pendekat simulasi yg dinilai paling sesuai untuk peneliti yg berfokus pada pejal kaki. Lei [5] menggunak metode ini untuk mengalisis sistem evakuasi keramai pada suatu terminal bawah tah di China. Peneliti lain yg menggunak metode ini dilakuk oleh Wagner [6] pada sistem evakuasi keramai tempat konser pada kondisi kebakar. Pengguna metode ini pada dua peneliti yg disebutk diatas menunjukk bahwa pemodel berbasis agen tepat digunak pada berbagai studi kasus yg berfokus pada perilaku pergerak pejal kaki. Pejal kaki dalam peneliti ini didefinisik sebagai suatu agen yg berada pada lingkung komersial area. Lingkung komersial area itu sendiri menjadi suatu sistem tempat para agen ak berinteraksi deng lingkung d deng sesama agen. Interaksi tersebut ak menimbulk suatu perilaku yg ak diamati d alisis untuk kemudi ak menjadi basis pengambil keputus. Pengambil keputus ak menjadi semakin akurat ketika perilaku dari agen di dalam model sudah didefinisik sebagai logika pejal kaki pada konteks fasilitas stasiun kereta. Salah satu tuju peneliti ini adalah mengevaluasi pdu desain untuk mengurgi kepadat penumpg. Pendekat yg digunak dalam mengurgi kepadat penumpg adalah teori majemen keramai. Dalam penelitinya, Fruin [8] mengatak bahwa terdapat 4 hal yg perlu diperhatik dalam majemen keramai. Keempat hal tersebut adalah waktu, rug, informasi, d energi. Lama seseorg di dalam sistem inilah yg dimaksud deng waktu dalam teori majemen keramai, dima semakin lama org tersebut di dalam sistem, dapat menyebabk perubah perilaku dari seseorg. Begitu pula deng rug, ukur rug ak menentuk bagaima seseorg ak berperilaku. Org ak sulit bergerak pada rug yg sempit, sehingga bentur deng lingkung termasuk org lain menjadi tidak terelak. Selain itu, informasi tentu ak sgat berpengaruh terhadap perilaku seseorg. Seperti kema dia ak bergerak, apa yg harus dilakuknya, d bagaima menyikapi kondisi tertentu ak bergtung dari informasi apa yg dia punya. Kemudi faktor terakhir yg perlu diperhatik dalam majemen keramai adalah energi. Ketika terjadi keramai atau tumpuk org, ak sgat memungkink terjadi dorong, tarik, atau bentuk kegiat lain sebagai bentuk luap energi seseorg. Hal inilah yg perlu diperhatik para percg pdug desain agar hal-hal buruk bisa diminimalisir. Gambar 1 Diagram interaksi agen [7] Secara teori, mengurgi kepadat penumpg deng majemen keramai bisa dilakuk deng meningkatk kelcar pergerak penumpg. Argumen ini bergkat dari alisis pada Gambar 2 mengenai grafik hubung kecepat d kepadat penumpg, dima semakin tinggi kepadat penumpg maka ak semakin lambatnya pergeraknya. Gambar 2 Grafik hubung kecepat d kepadat penumpg [9] Sehingga salah satu hal yg bisa dilakuk untuk menurunk kepadat penumpg d meningkatk kenyam adalah deng meningkatk kelcar alir penumpg. Pemodel alir penumpg disekitar area komersial pada stasiun bawah tah MRT Jakarta IV-42
dimulai deng pengumpul data d referensi. Beberapa data yg perlu diinput ke dalam model dilakuk deng metode observasi pada sistem trsportasi kereta serupa di Jabodetabek. Beberapa informasi lain didapatk dari makalah yg berisi data statistik maupun informasi pendekat lainnya [4, 10]. Masuk asumsi dari pihak nara sumber ahli MRT Jakarta juga dipakai sebagai acu pembgun model. Setelah melakuk pengumpul data, proses pembgun model kemudi bisa dilakuk. Pembgun model secara teknis dimulai deng membgun model dasar yg memg merupak desain awal dari pihak MRT Jakarta dima desain awal ini ak menjadi lingkung tempat para agen (penumpg) ak berinteraksi satu sama lain. Setelah itu, semua logika pergerak, distribusi pilih area komersial, dimensi agen, serta berbagai asumsi lainnya dimasuk ke dalam model. Setelah itu, model dijalk untuk melihat bagaima perilaku dari para agen tersebut. Setelah model bisa dijalk, maka pembgun model memasuki tahap verifikasi d validasi. Proses verifikasi deng membdingk alur pergerak penumpg pada model deng logika alur pergerak penumpg secara nyata. Sedgk proses validasi dilakuk deng membdingk kedatg jumlah para agen dibdingk deng sumber data yg sudah ada. Setelah model desain dasar selesai diverifikasi d divalidasi, maka tahap peneliti masuk pada pengembg model menjadi model alternatif. Beberapa model alternatif didapatk deng studi literatur mengenai gerak penumpg pada tikung [12] serta beberapa masuk dari pihak MRT Jakarta. Beberapa desain yg didapatk d diuji dalam peneliti ini adalah sebagai berikut: 1. Penggeser Pintu 2. Offset Persimpg 3. Pelebar Koridor Jal 4. Pembatas Koridor Jal 5. Kombinasi Alternatif Gambar 3 merupak desain awal area komersial pada stasiun bawah tah MRT Jakarta. Desain model alternatif dibgun berdasark desain dasar ini. Gambar 3 Desain dasar area komersial Di dalam setiap model terdapat 3 pintu keluar masuknya penumpg. Di dalam model juga selalu ada 8 kios area komersial. Perbeda tar desain alternatif terletak pada lebar jal, posisi pintu kios, keberada pembatas jal di sepjg koridor, serta desain persimpg yg sedikit menjorok ke dalam area komersial. Logika pergerak penumpg pun sama, yaitu pergerak tar pintu masuk d keluar stasiun deng probabilitas penumpg ak masuk ke dalam kios selama distribusi waktu tertentu. Selebihnya, tidak ada perbeda tar desain d semua model simulasi ak dibdingk pada kondisi yg setara. 3. ANALISIS HASIL 3.1 Simulasi pada Kondisi Normal Simulasi pada kondisi normal merupak skenario simulasi dima rata rata kedatg penumpg berada pada puncaknya pada hari sibuk. Data rata rata kedatg penumpg yg didapatk dari peramal Jakarta Metro Engineering Consultt (JMEC) ini mengambil skenario terlaksya Trsit Oriented Development (TOD). Hasil simulasi menunjukk bahwa desain dasar dari stasiun bawah tah MRT Jakarta sudah cukup baik dalam menampung jumlah kedatg penumpg. Gambar 4 Simulasi model dasar pada kondisi normal Hal ini ditunjukk deng distribusi warna yg berada pada sekitar area komersial. Sesuai legenda kepadat peta, tingkat kepadat tertinggi pada desain ini adalah pada level hijau atau 1,25 org/m². Jika kita bdingk kembali pada Gambar 4 tentg perbding kepadat d kecepat, maka model dasar memiliki rata rata kecepat pergerak org sekitar 0,7 m/s. 3.2 Simulasi pada Kondisi Ekstrim Simulasi pada kondisi normal saja tidak cukup untuk melihat sejauh ma model mampu bertah dalam menghadapi kedatg penumpg yg terus meningkat. Para pengambil keputus juga ak kesulit untuk memutusk desain alternatif ma yg sebaiknya dipilih agar desain ak semakin memiliki performa yg baik. Untuk itulah simulasi pada kondisi ekstrim diperluk sebagai bagi dari alisis pdu desain secara lebih ljut. Simulasi pada kondisi ekstrim merupak skenario simulasi dima rata rata kedatg penumpg terus ditingkatk sampai desain model tidak lagi mampu menampung kedatg penumpg. Ketidakmampu desain model IV-43
menampung lagi kedatg penumpg ditunjukk deng terjadinya kemacet atau jam pada simulasi. Gambar 5 Simulasi model dasar pada kondisi ekstrim Kemacet terjadi akibat terlalu menumpuknya penumpg pada suatu titik sehingga penumpg tersebut terhenti pergeraknya d tidak mampu bergerak menuju tujunya masing-masing. Awal mula terjadinya kemacet ini adalah ketika dua org penumpg yg bergerak berlaw arah saling bertemu d hendak bergerak menghindar, namun tidak memiliki cukup rug di k d kirinya akibat hal yg sama terjadi org lain. Kejadi ini terus terjadi akibat byaknya penumpg yg datg hingga akhirnya benarbenar berhenti bergerak. Tabel 1. Komparasi model pada kondisi ekstrim Model Peningkat Kapasit Peningkat as Kapasitas Kritis Kapasitas Kritis (org) Kritis (%) (org) Dasar 7831 - - Penggesera n Pintu 8353 522 6.7% Offset Persimpg 10963 3132 40.0% Pelebar Jal 10963 3132 40.0% Pembatas Jal 10963 3132 40.0% Kombinasi Alternatif 12529 4698 60.0% Skenario ekstrim ini diujicobak berikutnya kepada semua model alternatif untuk melihat sejauh ma desain tersebut mampu bertah dari kedatg penumpg. Tabel 1 menunjukk kapasitas kritis setiap model alternatif untuk mampu bertah terhadap kedatg penumpg yg terus meningkat. Pada model alternatif penggeser pintu memiliki kapasitas kritis yg tidak jauh berbeda dari model dasar, hya meningkat sebesar 6,7%. Sedgk model kombinasi alternatif memiliki peningkat kapasitas kritis terbesar yg mencapai 60% dari kapasitas kritis model dasar. Secara sederha bisa dikatak model kombinasi alternatif merupak model yg memberik nilai tambah paling besar. 4. KESIMPULAN Hasil dari simulasi menunjukk bahwa deng berbagai pdu desain yg ada maka stasiun tidak memiliki gggu alir penumpg secara signifik pada beb puncak yg diprediksi sebelumnya. Adapun dari semua petunjuk desain yg telah dibuat, petunjuk desain kombinasi alternatif memiliki kapasitas kritis yg paling besar deng uji skenario ekstrim. Hasil dari simulasi juga menegask pentingnya beberapa pdu desain yg sebaiknya dilakuk dalam melakuk pengembg area komersial Pengguna simulasi pada kondisi ekstrim sendiri ak membtu pengambil keputus untuk melihat sampai batas kap (jika dilihat dari jumlah kedatg penumpg) desain ak mampu bertah d tidak terjadi penumpuk. Selain itu aplikasi pdu desain yg tepat sebelum dimulainya proyek ak menghindari kemungkin terjadinya perubah desain yg membutuhk da yg besar d waktu yg lama. Peneliti ini diharapk bisa mendorong pengguna pemodel berbasis agen dalam peneliti yg lebih luas lagi. Pemodel berbasis agen sgat memungkink untuk digunak pada berbagai jenis fasilitas umum termasuk pada bdara, terminal bus, maupun berbagai jenis fasilitas umum lainnya. Konteks peneliti juga tidak hya terbatas pada kenyam para pejal kaki, namun juga bisa kombinasi aspek lainnya seperti keam, kondisi darurat, maupun konteks yg lain. DAFTAR PUSTAKA [1] Saraswati, B., & Haoka, S. Space Allocation For Commercial Activities. Tokyo: International Development Engineering, Tokyo Institute of Technology, 2010. [2] Qingy, D., Xifu, W., Qingchao, S., & Xiuyu, Z. Modeling d Simulation of Rail Trsit Pedestri Flow. Journal Of Trsportation System Engineering And Information Technology, 99-106, 2011. [3] Li, J. P. Train Station Passenger Flow Study. Winter Simulation Conference. New Jersey, 2000. [4] Chen, L. Agent-based Modeling in Urb d Architectural. Frontiers of Architectural Research, 166 177, 2012. [5] Lei, W., Li, A., Gao, R., Hao, X., & Deng, B. Simulation of pedestri crowds evacuation in a huge trsit terminal. Physica A 391, 5355 5365, 2012. [6] Wagner, N., & Agrawal, V. An agent-based simulation system for concert venue crowd evacuation. Expert Systems with Applications 41, 2807 2815, 2014. IV-44
[7] Macal, C., & North, M. Tutorial on agentbased modeling d simulation. Journal of Simulation 4, 151-162, 2010. [8] Fruin, J. J. Crowd Dynamics d Auditorium Magement. Auditorium News. International Association of Auditorium Magers, 1984. [9] Fg, Z., Yu, J., Wg, Y., & Lo, S. Survey of pedestri movement d development. Fire Safety Journal 43, 459 465, 2008. [10] Agah, H. R. Evaluation of pedestri characteristics for different type. QiR FTUI International Conference - Pedestri Facilities, 2009. [11] Chu, T. K., Hartono, M., & Kumar, N. Anthropometry of the Singapore d Indonesi populations. International Journal of Industrial Ergonomics 40, 757-766, 2010. [12] Guo, R.-Y., & Tg, T.-Q. (2012). A simulation model for pedestri flow through walkways with corners. Simulation Modelling Practice d Theory 21, 103-113. IV-45