3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data adalah seperangkat alat geolistrik supersting R8/IP, yang terdiri dari:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. nilai resistivitas di bawah permukaan. Data primer yang didapat adalah data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data secara langsung (primer)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... ii. ABSTRAK... iii. ABSTRACK... iv. KATA PENGANTAR...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. geolistrik dengan konfigurasi elektroda Schlumberger. Pada konfigurasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian untuk mempelajari karakteristik panas bumi di sepanjang lintasan

Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dzikri Wahdan Hakiki, 2015

DOKUMENTASI PT.PRIHADITAMA

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR ZONA RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE DI PAYUNG KOTA BATU

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

Estimasi Arah Strike menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Persegi

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

APLIKASI METODA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI SESAR BAWAH PERMUKAAN DI WILAYAH DAS JENEBERANG SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Koordinat Titik Pengukuran Audio Magnetotellurik (AMT)

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Limbah Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a*

Menentukan Jurus dan Kemiringan Batuan serta Struktur Patahan di Sepanjang Sungai Cinambo, Jawa Barat. Abstrak

BAB III. METODE PENELITIAN

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

Modul Pelatihan Geolistrik 2013 Aryadi Nurfalaq, S.Si., MT

IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS DI DESA LEMBAN TONGOA

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN JALUR SESAR DI DUSUN PATEN DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

ABSTRAK

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

APLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM SURVEY POTENSI HIDROTHERMAL (STUDI KASUS: SEKITAR SUMBER AIR PANAS KASINAN PESANGGRAHAN BATU)

BAB III METODE PENELITIAN

Penyelidikan Struktur Pondasi Jembatan Lamnyong Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2012,

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

Identifikasi Jalur Patahan Dengan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Wilayah Palu Barat

BAB III METODE PENELITIAN. geologi, seperti data kekar dan cermin sesar, untuk melukiskan karakteristik

HP:

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

INVESTIGASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH JALUR LINTAS BENGKULU-CURUP KEPAHIYANG. HENNY JOHAN, S.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

BAB III METODE PENELITIAN

NILAI RESISTIVITAS DENGAN VARIASI JARAK DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH GUNUNG KUPANG BANJARBARU

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Porong Sidoarjo Dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk Mendapatkan Bidang Patahan

Abstrak

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Sehah dan Hartono. Keywords: groundwater aquifer, village of Kedungwuluh, geoelectric of resistivity method, Wenner configuration.

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

Pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis untuk Menentukan Letak Akuifer Air Bawah Tanah (Studi Kasus : Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara)

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB VI KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN LITOLOGI BATUAN DAN MUKA AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER SCHLUMBERGER DI DAERAH LANDFILL PLTU LABUHAN ANGIN SIBOLGA

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

Transkripsi:

28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah yang mempunyai letak geografis 1 0 06 44 2 0 12 53 LS dan anatar 120 0 05 09 120 0 52 04 BT. Penelitian ini dilakukan dalam periode antara bulan Mei- Oktober 2012. Gambar 3.1 Peta wilayah Poso (http://loketpeta.pu.go.id/peta/petainfrastruktur-kabupaten-poso-2008) 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam akuisisi data adalah seperangkat alat geolistrik supersting R8/IP, yang terdiri dari:

29 1. Supersting R8/IP 2. Switch box R8/IP 3. Laptop 4. 4 unit kabel @350 meter 5. Elektroda sebanyak 60 buah 6. Palu 7. 2 unit DC Batterai 12V/50Ah 8. Toolkit 9. Inverter DC-AC Komputer 10. GPS Navigasi 11. Kamera 12. Alat tulis Gambar 3.2 Peralatan Supersting R8/I 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif analitik dari data sekunder geolistrik resistivitas dan parameter kekar yang diperoleh dari Pusat Survei Geologi Bandung. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut digunakan

30 untuk menentukan bidang sesar, geometri struktur dan jenis batuan penyusun yang terdapat di bawah permukaan daerah pengukuran. 3.4 Pengambilan Data Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan pengukuran secara langsung, data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat Survei Geologi Bandung. Mulai Citra satelit IFSAR Akuisisi Data Studi literatur Pengukuran Resistivitas Pengukuran Parameter Kekar Pengukuran Koordinat setiap Lintasan Geolistrik Data Resistivitas Data strike dan dips Data Longitude, latitude dan elevasi Pengolahan Data Gambar 3.3 Diagram alur metode pengambilan data 1. Pengambilan data geolistrik Sebelum melakukan pengukuran, kita dapat membuat perencanaan survey dengan membuat comand file dengan menggunakan perangkat lunak AGI Supersting Administrator. Comand file bertujuan untuk mengendalikan pengukuran sesuai dengan parameter kontrol yang diinginkan seperti metode yang akan digunakan dalam penelitian, spasi elektroda dan kedalaman yang akan diteliti. Pengukuran geolistrik dalam penelitian ini dilakukan di 8 (delapan) lintasan, yaitu 5 (lima) lintasan pada sistem lajur patahan Sausu-Parigi dan 3 (tiga) lintasan lajur patahan Pinedapa. Lintasan dibuat tegak lurus memotong lajur

31 sesar, lintasan yang memotong lajur sesar bertujuan untuk mengetahui penampang bawah permukaan serta pola sesar yang terdapat di lajur sesar Sausu-Parigi dan lajur sesar Pinedapa. Panjang bentangan lintasan pengamatan antara 165 meter sampai dengan 316 meter yang disesuaikan dengan kondisi geologi lapangan. Besarnya nilai n pada penelitian ini dibatasi hingga n = 6. Pada penelitian ini dipilih metode konfigurasi dipole-dipole karena metode ini dapat mencapai kedalaman yang lebih dalam dibandingkan dengan konfigurasi wenner, schlumberger dan square, selain itu konfigurasi ini sangat baik untuk pengukuran CST (Constant Separation Traversing) (Reynold. 1997). Pengukuran CST lebih dikenal sebagai metode Profiling Horizontal yang digunakan untuk menentukan variasi tahanan jenis secara horizontal. Gambar 3.4 Lokasi lintasan pengukuran geolistrik di Poso

32 Tabel 3.1 Lokasi lintasan pengukuran geolistrik Lokasi No. Bujur (BT) Lintang (LS) Kode lokasi Nama daerah 1 120 o 24 39,1 00 o 58 59,9 Lintaasan 1 Lebago, Balinggi, Parigi Moutong 2 120 o 26 02,3 01 o 00 22,0 Lintaasan 2 Sausu Gandasari, Sausu, Parigi Moutong 3 120 o 26 13,4 01 o 01 55,3 Lintaasan 3 Sausu Gandasari, Sausu, Parigi Moutong 4 120 o 28 37,4 01 o 03 40,3 Lintaasan 4 Torono, Sausu, Parigi Moutong 5 120 o 33 43,3 01 o 12 08,3 Lintaasan 5 Toreno, Poso Pesisir Utara, Poso 6 120 o 38 14,3 01 o 21 23,1 Lintaasan 6 Tokorondo, Poso Pesisir Utara, Poso 7 120 o 36 33,6 01 o 26 23,6 Lintaasan 7 Padalamara, Kasiguncu, Poso 8 120 o 37 19,1 01 o 23 32,8 Lintaasan 8 Pinedapa, Poso Pesisir Utara, Poso 2. Pengambilan data parameter kekar Pengukuran struktur geologi dilakukan pada batuan yang mengalami pengkekaran. Kekar atau rekahan adalah jenis struktur yang umum dijumpai pada batuan. Struktur kekar didefinisikan sebagai bidang rekahan atau pecahan pada batuan yang sedikit atau tidak sama sekali mengalami pergeseran. Berikut cara mengukur struktur geologi dengan kompas geologi: a. Pengukuran Jurus Bagian sisi kompas (sisi "E") ditempelkan pada bidang yang diukur. Kedudukan kompas dihorisontalkan, ditunjukkan oleh posisi level dari nivo "Mata Sapi" ( Bull's Eye Level ), maka nilai yang ditunjuk oleh

33 jarum utara kompas adalah jurus jurus bidang yang diukur. Buatlah tanda garis pada bidang tersebut sesuai dengan arah jurusnya. b. Pengukuran Kemiringan Kompas pada posisi tegak, tempelkan sisi 'W' kompas pada bidang yang diukur dengan posisi yang tegak lurus jurus pada garis jurus yang telah dibuat pada butir (a). Kemudian Dinometer diatur sehingga gelembung udaranya tepat berada ditengah (Posisi Level). Nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk pada skala klinometer adalah besarnya sudut kemiringan dari bidang yang diukur. c. Pengukuran Arah Kemiringan Tempelkan sisi "S" kompas pada bidang yang diukur. Posisikan kompas, sehingga. horizontal (nivo "mata lembu" level), baca angka yang ditunjuk oleh jarum utara kompas. Nilai ini merupakan arah kemiringan (dip direction) dari bidang yang diukur. Gambar 3.5 Penampang komponen kompas geologi tipe Brunton

34 3.5 Pengolahan dan Interpretasi Data 1. Pengolahan Data Untuk mengolah data hasil pengukuran di lapangan, data pengukuran yang tersimpan di memori alat kemudian dicopy atau dipindahkan dengan cara mendownload data dari alat ke komputer. Alat Supersting R8/IP dihubungkan dengan kabel koneksi ke komputer, dengan menggunakan perangkat lunak AGI Administrator maka data akan dicopy atau dipindahkan ke komputer. Proses download dilakukan di lapangan dan dibuat backupnya di flashdisk. Setelah data tersebut berhasil dipindahkan, maka langkah selanjutnya adalah mengkonversi data dengan format.stg ke format.dat menggunakan perangkat lunak AGI Supersting Administrator. Format data.dat kemudian di olah menggunakan perangkat lunak Res2Dinv. Untuk model 3D digunakan perangkat lunak RockWorks 15, sedangkan untuk pengolahan data jurus (strike) dan kemiringan (dip) menggunakan perangkat lunak Dips 5. 2. Pemilahan Data Geolistrik, GPS dan Struktur Geologi Setelah semua data diperoleh, maka proses selanjutnya adalah pemilihan data lapangan. Pemilahan data geolistrik bisa dilakukan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv sedangkan untuk data struktur geologi dikelompokan dengan data yang hampir identik. Proses yang dilakukan adalah membaca file dan mengedit data dengan mempertimbangkan kualitas dari data itu sendiri. Dari data yang diperoleh tersebut, kemudian mengkelompokan berdasarkan wilayah pengukuran sesuai dengan koordinat-koordinat pada GPS. 3. Pemodelan 2D Pemodelan 2D memberikan informasi berupa penampang sebaran nilai resistivitas bawah permukaan secara horizontal. Untuk memodelkan informasi tersebut digunakan perangkat lunak Res2Dinv, dari hasil pengolahan data akan diperoleh penampang 2D yang menunjukan nilai resisitivitas semu yang terukur, resisitivitas semu yang terhitung, dan

35 gambaran kondisi bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas semu yang terukur dan terhitung. Langkah pertama pengolahan data geolistrik adalah mengatur parameter awal untuk forwad modeling dan resistivity inversi. Selanjutnya, melakukan edit data elektroda yang dianggap sebagai noise pada tiap lintasan supaya hasil penampang resistivitasnya baik. Kemudian inversi data geolistrik untuk mendapatkan model penampang resistivitas 2D. Apabila model yang dihasilkan kurang baik dan besarnya RMS kurang baik, maka dilakukan kembali ke edit data dan kemudian inversi kembali sehingga didapatkan model penampang resistivitas yang baik. Simpatmodel penampang 2D dalam format.jpg. 4. Pemodelan 3D Model penampang 2D kurang memberikan gambaran nyata yang dapat diinterpretasikan, karena kenyataannya adalah bumi merupakan bentuk 3D. Dengan demikian model 3D digunakan untuk membantu menginterpretasi model 2D itu sendiri, meskipun model 3D ini masih kasar karena data yang digunakan adalah data resistivitas yang teknik pengukurannya menggunakan tenkik pengukururan 2D. Pemodelan 3D menggunakan perangkat lunak RockWork 15 dengan input data dari hasil inversi resistivitas model 2D berdasarkan kedalaman dan koordinatkoordinat tiap elektroda. 5. Pengolahan Data Kekar Pada perangkat lunak Dips 5 akan dibuat model beachball. Input yang dapat dimasukan kedalam perangkat lunak ini berupa nilai dari strike dan dip sekitar lintasan pengukuran geolistrik. Model ini dibuat dengan tujuan sebagai data pendukung bagi identifikasi sesar yang diteliti menggunakan metode geolistrik. 6. Interpretasi Data Pada tahapan ini akan dijelaskan mengenai informasi dari masing-masing penampang resistivitas yang telah dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv, RockWork 15 dan juga model beachball hasil pengolahan

36 menggunakan perangat lunak Dips 5. Gambaran lapisan batuan bawah permukaan dapat diperoleh dari hasil intepretasi data yang dilakukan dengan melihat nilai reisitivitas yang mengacu pada nilai reistivitas acuan atau standar yang ada (Telford, dkk. 1990: 285, 290), data geologi yaitu peta geologi. Selanjutnya dari hasil interpretasi tersebut dapat diketahui letak suatu sesar dan struktur geologi atas dan dan bawah permukaannya.

37 Mulai Data geolistrik, longitude, latitude dan parameter kekar (strike dan Dips) Res2DInv Dips 5 Data Resistivitas Data kekar (strike & dip) Forward modeling RockWorks 15 Edit Data Inversi Data resistivitas Hasil Inversi, Data Longitude & Latitude Perencanaan Bidang Visualisasi Model Stereonet tidak ya RMS error kecil? Pemodelan Solid Visualisasi Model 3D Sebaran Resistivitas Analisis Model penampang hasil Inversi Peta Geologi Analisis Simpulan Selesai Gambar 3.6 Diagram alur metode pengolahan data