LEMBAR PERSETUJUAN KAJIAN UNJUK KERJA KELISTRIKAN ARESTER PORSELEN DAN ARESTER POLIMER PADA SISTEM TEGANGAN 20 KV

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

PENGARUH HUJAN TERHADAP TEGANGAN LEWAT DENYAR ISOLATOR PIRING TERPOLUSI

Unjuk Kerja Isolator 20 kv Bahan Resin Epoksi Silane Silika Kondisi Basah dan Kering

PENGARUH PEMBERSIHAN OLEH HUJAN TERHADAP ARUS BOCOR ISOLATOR PIN-POST 20 KV TERPOLUSI

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

PENGUJIAN TEGANGAN FLASHOVER DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR 20 KV BERBAHAN RESIN EPOKSI SILANE KONDISI BASAH DAN KERING

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di wilayah iklim

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

PEMANFAATAN ISOLASI RESIN EPOKSI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PENYALURAN ENERGI LISTRIK DITINJAU DARI KARAKTERISTIK HIDROFOBIK

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN SILANE TERHADAP UNJUK KERJA ISOLATOR BAHAN RESIN EPOKSI DENGAN KONTAMINAN PANTAI

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan bagian peralatan yang terhubung secara fisik dengan tanah. berfungsi sebagai penggantung atau penopang konduktor [2].

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

1. BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

FLASHOVER PADA BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI DENGAN BAHAN PENGISI ALUMINA, PASIR SILIKA DAN FIBER GLASS

ANALISIS DEGRADASI PERMUKAAN BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI DENGAN PENGISI PASIR PANTAI YANG MENGANDUNG BANYAK KALSIUM. Jl. Kasipah No.

T. Haryono 1, Avrin Nur Widiastuti 1, Arya Bagus Sanjaya 2

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

ANALISIS PENGARUH KEADAAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC DAN DC PADA MINYAK TRANSFORMATOR. Sugeng Nur Singgih, Hamzah Berahim Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

ANALISIS KARAKTERISTIK ARUS BOCOR DAN SUDUT KONTAK PADA BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI DENGAN CAMPURAN ABU SEKAM

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

BABI PENDAHULUAN. semakin meningkat, maka perlu dilakukan suatu perencanaan dalam sistem

Pengembangan isolator tegangan tinggi yang cocok untuk daerah tropis

PEMELIHARAAN TRAFO ARUS (CT) PADA PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UNIT PELAYANAN TRANSMISI SEMARANG

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS ARUS BOCOR DAN TEGANGAN FLASHOVER PADA ISOLATOR SUSPENSI 20 kv 3 SIRIP DENGAN 4 TIPE SIRIP BERBAHAN POLIMER RESIN EPOKSI SILANE SILIKA

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati

Vol.3 No1. Januari

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

PEMANFAATAN BATU BERSILIKA, SILANE, DAN VINYL SILANE SEBAGAI PENGISI BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI UNTUK ISOLATOR LISTRIK

1. BAB I PENDAHULUAN

SELAMAT DATANG SEMINAR. Laporan TUGAS AKHIR

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat

Pengaruh Equivalent Salt Deposit Density (ESDD) Terhadap Tegangan Flashover

EFEKTIFITAS PENAMBAHAN FILLER PASIR BERKALSIUM PADA BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI DENGAN PENGUJIAN DEGRADASI PERMUKAAN

ANALISA ARUS BOCOR PERMUKAAN BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI SILANE MENGGUNAKAN METODE PENGUKURAN INCLINED- PLANE TRACKING

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

BAB I PENDAHULUAN. listrik demi menjaga kelangsungan hidup mereka. Pada proses sistem tenaga. transmisikan dan didistribusikan kepada para konsumen.

TINJAUAN SIFAT HIDROFOBIK BAHAN ISOLASI SILICONE RUBBER

KARAKTERISTIK TEGANGAN-ARUS ARESTER BOCOR SiC PADA SUHU DAN KELEMBABAN BERBEDA

ANALISIS PENGARUH POLUTAN PADA ISOLATOR KACA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB I PENDAHULUAN. tegangan tinggi digunakan dalam peralatan X-Ray. Dalam bidang industri, listrik

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia.

EFEKTIFITAS PEMANFAATAN PASIR PANTAI BERKALSIUM SEBAGAI MATERIAL PENGISI BAHAN ISOLASI RESIN EPOKSI UNTUK ISOLATOR LISTRIK

ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI SILICONE RUBBER

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

RANCANG BANGUN VOLTMETER ELEKTROSTATIK UNTUK PENGUKURAN NILAI EFEKTIF TEGANGAN TINGGI AC 100 KV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN

PEMBUATAN DAN ANALISIS PENGARUH KONDISI PERMUKAAN TERHADAP UNJUK KERJA ISOLATOR POLIMER 20 KV TIPE SIRIP TAK SERAGAM DENGAN VARIASI TEGANGAN UJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KELEMBABAN TERHADAP ARUS BOCOR ISOLATOR PIRING JENIS PORSELEN TERPOLUSI ABU VULKANIK

PENGARUH ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN ISOLATOR RANTAI JENIS PORSELEN

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI

PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA ELEKTRODA BOLA TERPOLUSI ASAM

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

ISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

PENGUJIAN ISOLATOR PIN-POST 20 KV TERKONTAMINASI GARAM MENGAKIBATKAN ARUS BOCOR FLASHOVER PADA PERMUKAAN

Pengujian Tegangan Impuls Pada Isolator Tonggak Pin ( PinPost) Untuk Saluran Udara Tegangan Menengah

1 BAB I PENDAHULUAN. perusahaan penyedia tenaga listrik. Standar yang lebih tinggi tersebut adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pusat pembangkit,

TRANSIENT, VOL.4, NO. 3, SEPTEMBER 2015, ISSN: , 532

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

Transkripsi:

LEMBAR PERSETUJUAN KAJIAN UNJUK KERJA KELISTRIKAN ARESTER PORSELEN DAN ARESTER POLIMER PADA SISTEM TEGANGAN 20 KV Makalah Seminar Hasil Kosentrasi Energi Elektrik Disusun oleh: Muhammad Iqbal Bayhaqi Fauzy NIM. 105060307111013-63 Telah diperiksa dan disetujui oleh: Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Moch. Dhofir, Drs., Ir., M.T. Ir. Teguh Utomo, MT NIP. 19600701 199002 1 001 NIP. 19650913 199103 1 003

KAJIAN UNJUK KERJA KELISTRIKAN ARESTER PORSELEN DAN ARESTER POLIMER PADA SISTEM TEGANGAN 20 KV Muhammad Iqbal Bayhaqi Fauzy 1, Drs. Ir. Moch. Dhofir, M.T. 2, Ir. Teguh Utomo, M.T. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2,3 Dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Email: 105060307111013@mail.ub.ac.id Abstrak Pada pengujian arester dalam kondisi kering, nilai arus bocor yang terukur pada arester polimer lebih tinnggi daripada nilai arus bocor pada arester polimer. Tercatat nilai arus bocor pada arester polimer pada pengujian dengan tegangan uji 5 kv sebesar 6.3 µa. Sedangkan untuk nilai arus bocor pada arester porselen nilai tegangan uji yang sama tercatat sebesar 40.5 µa. Untuk pengujian arester dalam kondisi basah, arester diuji menggunakan tegangan 5 kv-20 kv dengan berbagai tingkat pembasahan. pembasahan yang digunakan adalah liter/menit. pembasahan mengacu pada intensitas curah hujan kota Malang. Dalam kondisi basah, nilai arus bocor arester polimer lebih baik dibandingkan nilai arus bocor arester porselen. Pada nilai tegangan uji dan tingkat pembasahan yang sama, nilai arus bocor yang tercatat pada microampermeter sebesar 6070 µa untuk arester porselen dan 38.38 µa untuk arester polimer. Meningkatnya nilai arus bocor pada arester porselen dikarenakan menurunnya nilai resistansi pada permukaan arester. Hal ini disebabkan sifat dari permukaan kedua arester berbeda. Pada pengujian sudut kontak kedua arester, diketahui bahwa arester porselen memiliki sudut kontak sebesar 24.529. Nilai tersebut masuk dalam kategori hidrofilik. Sedangkan untuk arester polimer sudut kontaknya adalah 109.891. Berdasarkan perhitungan nilai sudut kontak, arester polimer dikategorikan bersifat hidrofobik atau sifat menolak air. Kunci kunci arester, porselen, polimer, arus bocor, resistansi permukaan, sudut kontak, hidrofilik, hidrofobik,. I. PENDAHULUAN Arester merupakan peralatan proteksi tegangan lebih terhadap surja petir. Sebagai alat proteksi, arester akan memotong tegangan lebih sebelum sampai pada peralatan listrik. Sehingga tegangan lebih yang masuk dalam peralatan masih di bawah BIL (Basic Insulation Level) peralatan listrik yang diamankan. Sebelumnya, PLN masih memakai arester porselen sebagai alat proteksi terhadap surja petir. Namun dengan perkembangan teknologi, arester polimer mulai digunakan. Alasan penggunaan arester polimer ditinjau dari proses pembuatan arester porselen yang memerlukan pembakaran dengan temperatur tinggi. Hal ini menyebabkan pemborosan energi dan menghasilkan polusi bagi lingkungan hidup. Dengan digunakannya arester polimer diharapkan dapat mengatasi masalah efisiensi energi dan masalah polusi bagi lingkungan hidup. Arester digunakan pada ruang terbuka, oleh karena itu performa kerja dari arester, sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti curah hujan, intensitas sambaran petir, polutan. Kota Malang merupakan daerah yang mempunyai intensitas hujan cukup tinggi. Rata-rata intensitas curah hujan di kota Malang adalah 1000-1500mm per tahun dengan kelembapan berkisar 68-96% (BMKG, 2014). Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan kekuatan dielektrik udara akan turun. Hal ini akan membahayakan arester karena dapat menyebabkan terjadinya tegangan lompatan api (flashover) pada arester. Flashover merupakan peristiwa kegagalan isolator mengisolir konduktor bertegangan dengan konduktor lain, sehingga terjadi aliran arus bocor melalui udara di sekitar permukaan arester. Saat hujan, resistansi pada permukaan arester akan turun. Turunnya nilai resistansi ini disebabkan karena pada permukaan arester akan terlapisi air hujan yang membuat tahanan arester semakin rendah. Rendahnya tahanan arester akan menyebabkan arus bocor pada permukaan arester meningkat. sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan tegangan flashover pada arester. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Arester Arester atau juga disebut Lightning Arester adalah suatu alat plindungg bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir (surge) dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Dipasang pada atau dekat peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke tanah. Sesuai dengan fungsinya itu maka arester harus dapat menahan tegangan sistem pada frekuensi 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan pada arester itu sendiri.. Arester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang nilainya tinggi pada peralatan. Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan lebih eksternal, arester juga melindungi 1

peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tegangan surja hubung. B. Prinsip Kerja Arester Pada umumnya prinsip kerja arester cukup sederhana yaitu membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir sehingga tidak timbul tegangan yang lebih tinggi pada peralatan listrik lainnya. Pada kondisi kerja yang normal, arester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja akibat adanya petir maka arester akan berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus yang tinggi ke tanah. Setelah tegangan surja itu hilang maka arester harus dengan cepat kembali berlaku sebagai isolator, sehingga pemutus tenaga (PMT) tidak sempat membuka. Pada kondisi yang normal (tidak terkena petir). C. Arus Bocor Arus bocor permukaan arester tergantung dari kondisi polutan yang menyebabkan kontaminasi permukaan. Polutan dapat berasal dari daerah pinggir laut / pantai, industri, debu vulkanik. Selain itu juga tergantung pada iklim dan kondisi cuaca. lapisan kontaminasi oleh kelembaban yang tinggi, butir butir air, pembasahan air hujan yang rintik-rintik mengakibatkan elektrolit yang konduktif, sehingga resistansi permukaan akan menjadi kecil, dan kemudian akan mengalir arus bocor permukaan. D. Sudut Kontak Sudut kontak merupakan sudut yang dibentuk antara permukaan bahan uji dengan air yang diteteskan ke permukaan bahan uji. Pengukuran sudut kontak pada suatu bahan isolasi dilakukan untuk mengetahui sifat permukaan bahan, hidrofobik atau hidrofilik. Sifat hidrofobik merupakan suatu karakteristik bahan isolasi, dalam keadaan terpolusi, bahan masih mampu bersifat menolak air yang jatuh dipermukaannya. Sifat hidrofobik berguna untuk isolasi pasangan luar karena dalam keadaan basah atau lembab tidak akan terbentuk lapisan air yang kontinu pada permukaan isolator, sehingga permukaan isolator tetap memiliki konduktivitas yang rendah, akibatnya arus bocor sangat kecil (Amin, M. Et.al., 2007). 0 < θ < 90 90 < θ < 180 θ = 0 Basah sebagian Tidak basah Basah keseluruhan Gambar 1 Klasifikasi sudut kontak Sumber: Hasse, 2008:206 Para Peneliti mengkalsifikasikan permukaan material dengan kuantitas sudut kontak yaitupermukaan material sangat basah (hidrofilik) bila sudut kontak cairan pada permukaannya lebih kecil dari 30. Bila sudut kontak antara 30 sampai dengan 89, permukaan material disebut basah sebagian (partially wetted). Sudut kontak lebih dari 90 disebut hidrofobik atau bersifat menolak air. (Shaowu, W. et.al., 2002). III. METODE PENELITIAN A. Diagram Alir Penelitian Langkah-langkah untuk menyelesaikan pengujian nilai arus bocor pada arester ditunjukkan pada Gambar berikut. Mulai Studi Literatur Persiapan Alat Pengujian Objek Uji Pengujian Sesuai? Kesimpulan dan Saran Selesai YA TIDAK Gambar 2 Diagram alir penelitian Rangkaian Pengukuran arus bocor pada arester porselen dalam pengujian ini ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Rangkaian Pengukuran arus bocor pada arester Keterangan gambar: 1. Arester: Obyek uji 2. TU : Trafo Uji 220V/100kV, kva 3. C M : Pembagi kapasitif (10.000 pf) 4. SB : Susunan elektroda bola-bola 2

Tegangan Uji (kv) 5. DSM : Alat ukur tegangan tinggi AC 6. µa : Microamperemeter 7. RM : Resistor ukur (280 MΩ) B. Variabel Penelitian Variabel yang terkait dengan penelitian ini adalah jenis arester yang digunakan, nilai tegangan uji, dan tingkat pembasahan. C. Objek Uji Objek uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah arester jenis porselen dan arester polimer yang digunakan pada sistem tegangan 20 kv dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 1 Spesifikasi Arester Arester Porselen Polimer Tipe BV-24AI CA 21/10.1 Tegangan Dasar 20 kv 20 kv Jarak Rambat 61 cm 69 cm Berat 5.4 kg 3.7 kg hasil pengukuran pada tabel dan disajikan dalam grafik. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Arester dalam Kondisi Kering Hasil pengujian nilai arus bocor arester porselen dan arester polimer pada kondisi kering dengan variasi tegangan uji dari nilai 5 kv, 10 kv, 11 kv, 12 kv, 15 kv, dan 20 kv diberikan pada Tabel 2. Tabel 2 Data hasil pengujian Tegangan Uji (kv) Arus Bocor Porselen (µa) Arus Bocor Polimer (µa) 5 6.3 40.5 10 13.0 78.1 11 14.8 87.8 12 15.7 98.9 15 19.8 122.9 20 26.5 163.6 200 100 0 Arus Bocor (µa) Gambar 4 Objek uji arester porselen dan arester polimer Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, masing-masing pengujian jenis arester akan menggunakan 2 buah sampel arester. D. Sistem Pengujian Pengujian dilakukan pada arester dengan spesifikasi yang telah ditentukan yaitu.arester porselen dan arester polimer untuk sistem tegangan 20 kv Pengujian karakteristik nilai arus bocor arester ini dilakukan di Laboratorium Tegangan Tinggi Teknik Elektro Universitas Brawijaya. Pengujian nilai arus bocor kondisi kering, kondisi pengujian ini menggambarkan kondisi normal saat arester terpasang di lapangan dalam keadaan cuaca cerah. Pengujian dilakukan dengan menaikkan tegangan dari 5 kv hingga 20 kv. Setiap kenaikan tegangan uji diambil data nilai arus bocornya. Pengujian nilai arus bocor dari arester porselen dan arester polimer dibawah pengaruh tingkat pembasahan dilakukan dengan memberikan intensitas tingkat pembasahan yang bervariasi sesuai dengan intensitas curah hujan pada kota Malang. Catat Arus Bocor Porselen (µa) Arus Bocor Polimer (µa) Gambar 5 Grafik pengaruh tegangan uji terhadap arus bocor pada kondisi kering Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa nilai arus bocor pada arester porselen lebih kecil dibandingkan niali arus bocor pada arester polimer. Pada tegangan uji 5 kv nilai arus pocor pada arester porselen sebesar 6.3 µa. Sedangkan pada arester polimer nilai arus bocornya sebesar 40.5 µa. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi kering, arester porselen lebih bagus dibandingkan dengan arester polimer. B. Perhitungan Untuk mengetahui berapa volume air yang disiramkan pada arester, digunakan alat pengukur tekanan (pressure gauge). Dengan alat pengukur tekanan, akan diketahui berapa tekanan volume air yang mengalir pada pipa. Dari tekanan yang terukur tersebut akan dilakukan percobaan, setiap tekanan dalam satuan psi ekivalen dengan volume berapa liter. Metode pengukuran volume air dengan cara mengatur tekanan air yang keluar dari alat penyiram. Tekanan diatur mulai dari nilai 4 psi - 3

Arus Bocor (µa) Arus Bocor (µa) 18 psi. Kemudian air disiramkan dengan sudut kemiringan 45º pada sebuah wadah penyiraman selama 1 menit. Setelah itu akan dihitung berapa volume air yang tertampung dalam 1 menit. Tabel 3 Data hasil perhitungan No 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 Tekanan (psi) Volume Air (mililiter) 5 10 11 12 15 20 Tegangan Uji (kv) (liter/menit) 1 4 2473 2.47 2 5 2749 3 6 2944 4 7 3085 5 8 3261 6 9 3426 7 10 3615 8 11 3850 9 12 4021 10 13 4121 4.12 11 14 4274 4.27 12 15 4474 4.47 13 16 4592 4.59 14 17 4686 4.69 15 18 4839 4.84 C. Pengujian Arester dalam Kondisi Basah Hasil pengujian nilai arus bocor pada arester porselen ditunjukkan pada Tabel 4. Sedangkan nilai arus bocor pada arester polimer ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Data hasil pengujian Arus Bocor (µa) (lt/menit) 5 kv 10kV 11 kv 12 kv 15 kv 20 kv 6070 12835 14530 15785 18890 25260 8545 17533 19240 21506 26613 33600 10020 20296 22776 24713 30055 40950 10806 21880 23903 26776 32690 44670 11053 22663 25573 27860 34853 48100 12050 23960 27233 29123 37273 50265 13013 25565 28843 31183 39236 52550 14085 27690 30163 33186 41300 54433 Gambar 6 Grafik pengaruh tingkat pembasahan terhadap nilai arus bocor dengan variasi tegangan uji pada arester porselen Arus Bocor (µa) (lt/menit) 5 kv 10 kv 11 kv 12 kv 15 kv 20 kv 38.38 85.30 90.23 101.03 112.60 180.43 41.30 86.97 93.70 103.60 120.20 189.35 43.73 89.60 96.23 105.47 128.33 199.53 45.47 91.67 99.53 108.83 136.03 209.50 47.31 93.77 102.37 110.53 142.35 218.37 49.23 96.53 105.63 114.27 150.63 229.10 52.37 98.53 109.40 123.23 158.40 239.93 54.06 103.36 113.36 125.43 165.36 248.36 270 240 210 180 150 120 90 60 30 5 10 11 12 15 20 Tegangan Uji (kv) Gambar 7 Grafik pengaruh tingkat pembasahan terhadap nilai arus bocor dengan variasi tegangan uji pada arester polimer Berdasarkan hasil pengujian nilai arus bocor pada arester porselen lebih besar dari pada nilai arus bocor pada arester polimer. Pada arester porselen, meningkatnya nilai arus bocornya sangat signifikan, karena sifat dari material porselen yaitu hidrofilik. Dalam pengujian kondisi kering, nilai arus bocor porselen pada tegangan uji 5 kv adalah 6.3 µa. Sedangkan pada pengujian kondisi basah dengan tegangan uji yang sama, nilai arus bocornya meningkat sampai 6070 µa. Meningkatnya nilai arus bocor ini dipengaruhi oleh air yang terdapat pada permukaan arester yang menyebabkan resistansi permukaan dari arester menurun, sehingga konduktivitas permukaan arester meningkat. Hal ini yang menyebabkan arus bocor dalam kondisi pengujian basah lebih besar daripada pengujian dalam kondisi kering. Sedangkan pada arester polimer, meningkatnya nilai arus bocornya tidak sesignifikan pada arester porselen. Pengujian arester polimer pada kondisi kering dengan tegangan uji 5 kv menghasilkan nilai arus bocor sebesar 40.5 µa. Untuk pengujian arester polimer pada kondisi basah dengan tegangan uji yang sama, nilai arus bocornya sebesar 38.38 µa Tabel 5 Data hasil pengujian D. Pengujian Sudut Kontak Arester 4

Tabel 6 adalah hasil pengujian sudut kontak pada arester porselen dan arester polimer. Gambar 8 Pemotretan sudut kontak pada arester porselen Gambar 9 Pemotretan sudut kontak pada arester polimer Dari hasil pemotretan sudut kontak tetesan air pada permukaan arester, gambar yang didapat akan diolah dengan menggunakan software CorelDRAW pada perangkat komputer guna melihat berapa besar sudut kanan dan sudut kiri tetesan air pada permukaan arester. Nilai sudut kontak kanan dan nilai sudut kontak kiri pada kedua jenis arester ditampilkan pada Gambar 7 dan Gambar 8 berikut: a b Gambar 10 Perhitungan sudut kontak arester porselen a. Perhitungan sudut kontak kanan b. Perhitungan sudut kontak kiri. a b Gambar 11. Perhitungan sudut kontak arester porselen a. Perhitungan sudut kontak kanan b. Perhitungan sudut kontak kiri. Arester Tabel 6 Data hasil pengujian Sudut Sudut kontak kontak kiri kanan Sudut kontak rata-rata Porselen 23.274 25.785 24.529 Polimer 107.668 112.115 109.891 Dari hasil pengukuran sudut kontak pada Tabel 4.12 menunjukan bahwa nilai rata-rata sudut kontak arester polimer lebih dari nilai 90º. Nilai tersebut masuk dalam kategori bersifat hidrofobik atau sifat menolak air. Sedangkan nilai sudut kontak arester porselen berada pada kisaran 0º - 30º. Nilai ini menunjukkan bahwa sifat permukaan arester porselen adalah sangat basah. Hal ini yang menyebabkan nilai arus bocor pada arester porselen lebih besar dari pada arester polimer. Arester porselen karena sifatnya yang mudah menyerap air, pada saat air disemprotkan pada arester menyebabkan permukaan arester basah yang mengakibatkan nilai resistansi permukaan menurun dan nilai arus bocor meningkat. Sedangkan pada arester polimer, sifatnya yang menolak air menyebabkan air yang disiramkan pada arester hanya membasahi sebagian permukaan arester saja. Karena itu nilai arus bocor pada arester polimer tidak naik sesignifikan pada arester porselen. E. Perhitungan Nilai Resistansi Permukaan Arester dalam Kondisi Basah pada permukaan arester menyebabkan nilai resistansi permukaan arester menurun. Dengan menurunnya nilai resistansi permukaan arester mengakibatkan konduktivitas arester meningkat. Hal ini yang menyebabkan nilai arus bocor pada permukaan arester semakin meningkat. Pada tingkat pembasahan yang bervariasi, semakin tinggi nilai tegangan uji yang diberikan, semakin besar nilai arus bocornya, maka nilai resistansi permukaan arester akan semakin turun. Tabel 7 dan Tabel 8 adalah hasil perhitungan nilai 5

Resistansi Permukaan (MΩ) Resistansi Permukaan (MΩ) resistansi permukaan pada arester polimer daalm kondisi pengujian basah. Tabel 7 Data hasil perhitungan Resistansi Permukaan (MΩ) (lt/menit) 5 kv 10 kv 11 kv 12 kv 15 kv 20 KV 0.824 0.779 0.757 0.760 0.794 0.792 0.585 0.570 0.572 0.558 0.564 0.595 0.499 0.493 0.483 0.486 0.499 0.488 0.463 0.457 0.460 0.448 0.459 0.448 0.452 0.441 0.430 0.431 0.430 0.416 0.415 0.417 0.404 0.412 0.402 0.398 0.384 0.391 0.381 0.385 0.382 0.381 0.355 0.361 0.365 0.362 0.363 0.367 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 5 10 11 12 15 20 Tegangan Uji (kv) Gambar 12 Grafik pengaruh tingkat pembasahan terhadap nilai resistansi permukaan dengan berbagai variasi tegangan uji pada arester porselen Dari Gambar diatas, diketahui bahwa nilairesistansi semakin menurun dengan naiknya tingkat pembasahan yang diberikan. Pada setiap tingkat pembasahan yang diberikan, untuk nilai tegangan uji 5 kv-20 kv nilai resistansinya cenderung konstan. Tabel 8 Data hasil perhitungan Resistansi Permukaan (MΩ) (lt/menit) 5 kv 10 kv 11 kv 12 kv 15 kv 20 kv 130.27 117.23 121.91 118.77 133.21 110.84 121.06 114.98 117.39 115.83 124.79 105.62 114.33 111.60 114.30 113.77 116.88 100.23 109.96 109.08 110.51 110.26 110.27 95.46 105.68 106.64 107.45 108.56 105.37 91.58 101.56 103.59 104.13 105.01 99.58 87.29 95.47 101.49 100.54 97.37 94.69 83.35 92.49 96.74 97.03 95.67 90.71 80.52 140 130 120 110 100 90 80 70 60 50 5 10 11 12 15 20 Tegangan Uji (kv) Gambar 13 Grafik pengaruh tingkat pembasahan terhadap nilai resistansi permukaan dengan berbagai variasi tegangan uji pada arester polimer Pada Grafik diatas menunjukkan hubungan antara nilai resistansi permukaan arester polimer dengan tingkat pembasahan. Dapat dilihat pada Gambar diatas, bahwa nilai resistansi permukaan arester polimer semakin menurun seiring dengan naiknya tingkat pembasahan yang diujikan. Untuk setiap tingkat pembasahan, pada nilai tegangan uji 5 kv 15 kv resistansi permukaannya cenderung konstan. Pada saat nilai tegangan uji melebihi nilai 15 kv, nilai resistansinya mengalami penurunan yang signifikan. V. PENUTUP Pada penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah: a. Pada Kondisi cuaca normal (kering), nilai arus bocor pada arester porselen lebih rendah dibandingkan nilai arus bocor arester polimer. b. Pada Kondisi pengujian basah, nilai arus bocor pada arester polimer tercatat lebih rendah daripada nilai arus bocor pada arester poraelen. Hal ini dikarenakan, pada saat kondisi basah nilai resistansi arester porselen jauh menurun dibandingkan nilai resitansi pada arester polimer. c. Berdasarkan pengujian sudut pada kedua jenis arester, arester porselen memiliki sudut kontak dibawah 90. Nilai tersebut masuk dalam kategori basah sebagian, arester porselen lebih bersifat hidrofilik. Sedangkan pada arester polimer, nilai sudut kontaknya lebih besar dari 90. Arester polimer masuk dalam kategori hidrofobik atau bersifat menolak air. Jadi permukaan arester polimer tidak sebasah dibandingkan permukaan arester porselen. Hal ini yang menyebabkan nilai arus bocor dalam pengujian kondisi basah pada arester polimer lebih kecil daripada nilai arus bocor pada arester polimer.. 6

Pada penelitian ini, saran yang dapat diberikan yaitu perlu dilakukan penelitian untuk jenis arester yang lain, semisal pada arester dengan material gelas. Selain itu perlu ditambahkan penelitian nilai arus bocor dengan menggunakan polutan dan penggaraman. Penelitian pada sisi proteksi terhadap surja hubung, bisa dilakukan dengan membandingkan waktu titik potong kedua arester. DAFTAR PUSTAKA Arismunandar, A. 1983. Teknik Tegangan Tinggi Suplemen. Jakarta: GhaliaIndonesia. Hutauruk, T. S. 1989. Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja. Jakarta: Erlangga. Hasse, P. 2008. Overvoltage Protection of Low Voltage Systems. London: The Institution ofengineering and Technology. Arismunandar,Wiranto, 1997. Teknik Tenaga Listrik I. Bandung: ITB Press. Arismunandar, A., Prof. Dr. 1983. Teknik Tegangan Tinggi Suplemen. Jakarta : Ghalia Indonesia Kind, D. 1993. Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi. Terjemahan K.T. Sirait. Bandung : Penerbit ITB. Arismunandar, A. 1978. Teknik Tegangan Tinggi, Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Arismunandar, A., Kuwahara, S. 1982. Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, jilid II. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Tobing, Bonggas L. 2003. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta : PT Gramedia Pudtaka Utama E. Kuffel, W.S. Zaengl, J. Kuffel. 2005. High Voltage Engineering Fundamental. Newnes M.S. Naidu, V. Kamaraju. 2004. High Voltage Engineering. Mc Graw Hill Amin, M. etal., 2007. Hidrophobicity of Silicone Rubber Used For Outdoor Insulation (An Overview) Advanced Study Center CO.Ltd. Shaowu, W. et.a;., 2002. Hydrophobicity Changing of Silicone Rubber Insulator in Service, 21, rue d artols F-5008, Paris 7