BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No 1. Februari 2015 DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA TERHADAP TINGKAT PERAWATAN DIRI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga dibandingkan dengan di tempat bekerja. Dapatlah diibaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan untuk memberikan arah,tata cara dan teknik pengerjaan guna

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

Perkawinan Anak dan Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. akan ia jalani kelak (Perkins, 1995). Para remaja yang mulai menjalin hubungan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh : Listyo Budi Santoso Dosen Fakultas Hukum - Universitas Pekalongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB IV ANALISIS YURIDIS UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UU PKDRT)

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

MODEL PERLINDUNGAN HAK PEREMPUAN KORBAN TINDAK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Majalah Hukum Forum Akademika

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. satu bentuk kejahatan yang melecehkan dan menodai harkat kemanusiaan, serta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mengalami situasi darurat kekerasan. terhadap perempuan. Berdasarkan catatan tahunan dari

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

I. PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak dikendaki oleh korban. Kekerasan bisa berupa tindakan kekerasan fisik atau kekerasan psikologi. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) atau biasa juga disebut sebagai kekerasan domestik (domestic violence) merupakan suatu masalah yang sangat khas karena kekerasan dalam rumah tangga terjadi pada semua lapisan masyarakat mulai dari masyarakat berstatus sosial rendah sampai masyarakat berstatus sosial tinggi. Sebagian besar korban KDRT adalah perempuan dan pelakunya biasanya suami atau responden-responden yang tersubordinasi di dalam rumah tangga itu (Komnas Perempuan, 2007). Data komnas Perempuan (2005), menunjukkan bahwa dari tahun 2001 terjadi 258 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Tahun 2002 terjadi sebanyak 226 kasus, pada tahun 2003 sebanyak 272 kasus, tahun 2004 terjadi 328 kasus dan pada tahun 2005 terjadi 455 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga menjadi kasus yang tak pernah habis dibahas karena meskipun berbagai instrumen hukum, mulai dari internasional sampai pada tingkat nasional belum mampu menekan angka kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi. Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa dari tahun ke tahun kekerasan dalam rumah tangga cenderung meningkat dan kekerasan yang dihadapai perempuan juga meningkat. Sedangkan dari sumber yang sama didapat 1

bahwa jenis kekerasan yang paling sering dihadapi oleh perempuan adalah kekerasan psikis (45,83 %). Menurut Departemen Kehakiman Amerika Serikat, antara tahun 1998 dan 2002 : dari 3,5 juta kejahatan kekerasan yang dilakukan terhadap anggota keluarga, tercatat 49 % di antaranya merupakan kejahatan terhadap pasangan, 84 % dari pasangan korban pelecehan adalah perempuan. Data Komnas Perempuan menunjukkan bahwa pada awal tahun 2004 menunjukkan peningkatan serius dalam jumlah kasus kekerasan berbasis gender yang menimpa perempuan. Pada tahun 2001 terdapat 3.169 kasus yang dilaporkan ke lembaga pengada layanan tersebut. Pada tahun 2002 angka itu meningkat menjadi 5.163 kasus dan tahun 2003 terdapat 5.934 kasus. Sedangkan tahun 2006, catatan dari Ketua Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Kamala Chandrakirana) menunjukkan kekerasan terhadap perempuan (KTP) sepanjang tahun 2006, mencapai 22.512 kasus, dan kasus terbanyak adalah kekerasan dalam rumah tangga sebanyak 16.709 kasus atau 76% (Komnas Perempuan, 2005). Kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus. Korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah perempuan harus mendapat perlindungan Negara dan masyarakat agar terhindar dari kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat, martabat kemanusiaan. Kekerasan dalam rumah tangga dalam segala bentuk perilaku yang menyebabkan penderitaan fisik maupun psikologis pada seseorang sehingga orang yang pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan mengalami luka fisik karena kekerasan fisik dan penurunan motivasi diri yang sebab kekerasan psikologis. Sehingga mungkin saja hal ini memberi dampak kurangnya merawat diri. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Berbagai penyebab 2

kurangnya perawatan diri antara lain kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Dampak yang terjadi bisa dari tanda dan gejala fisik, psikologis dan sosial (Depkes : 2000). Data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana di daerah Kebumen tercatat pada tahun 2009 terjadi 86 kasus kekerasan dalam rumah tangga, dari jumlah tersebut 52 kasus atau 60% dialami responden dewasa dan 34 % atau 40 % di alami ole anak anak. Hasil studi pendahuluan di desa Bendungan kecamatan Kuwarasan dari jumlah penduduk sebanyak 2213 di dapat keluarga dengan kejadian kekerasan dalam rumah tangga berjumlah 30 responden atau 1,35%, dengan latar belakang yang berbeda beda. Dari data serta uraian masalah tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap tingkat perawatan diri di desa Bendungan sebab prevalensi kejadian yang masih cukup banyak yaitu 1, 35 % atau 30 responden dari jumlah 2213 penduduk dengan latar belakang yang berbeda beda. B. Rumusan Masalah Bagaimana dampak kekerasan rumah tangga terhadap tingkat perawatan diri? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap tingkat perawatan diri di Desa Bendungan Kecamatan Kuwarasan Kabupaten Kebumen 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui Karakteristik responden berdasarkan usia responden, umur pernikahan responden, penghasilan keluarga responden perbulan, pendidikan responden, pekerjaan responden, status pernikahan responden. 3

b. Mengetahui tingkat kekerasan dalam rumah tangga yang dialami responden berupa fisik, psikis, ekonomi dan seksual di desa Bendungan kecamatan Kuwarasan, dengan kriteria : 1) KDRT ringan 2) KDRT berat c. Mengetahui tingkat perawatn diri diri responden, dengan kriteria 1) Perawatan diri kurang 2) Perawatan diri baik d. Menganalisa dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap tingkat perawatan diri D. Batasan Masalah Bagaimana dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap tingkat perawatan diri di kecamatan Kuwarasan khususnya di desa Bendungan. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi wawasan dan informasi sehingga masyarakat lebih memahami KDRT dengan pemahaman tersebut di harapkan muncul kepedulian terhadap tindak pencegahan KDRT. 2. Bagi Instasi Pemerintah dan Lembaga terkait, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi untuk perencanaan lebih lanjut untuk menekan angka KDRT. 3. Bagi Ilmu Keperawatan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan, penelitian ini bisa dijadikan tambahan untuk menambah wawasan dalam ilmu penelitian kesehatan perempuan dan memberikan sumbangan untuk penelitian khususnya yang berkaitan tentang teori kekerasan dalam rumah tangga 4

F. Keaslian Penelitian 1. Wahit, 2009, analisis yuridis sosiologis kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bentuk bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan penyebab kekerasan dalam rumah tangga serta dampak dampak kekerasan dalam rumah tangga di desa situbondo. Analisis penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Cara mengalisis data primer diperoleh secara langsung dari lapangan melalui metode diskusi, interview dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelaahan buku-buku literatur secara teoritis, literatur, artikel internet, dan lain-lainnya. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian, ditemukan bahwa bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh responden dalam penelitian ini adalah kekerasan fisik, contohnya memukul, menampar, menjambak, meninju, kekerasan psikis, contohnya menghina, mengancam, mengisolasi, kekerasan seksual, contohnya melakukan hubungan dengan cara yang tidak wajar, kekerasan ekonomi, contohnya tidak memberi nafkah kepada istrinya. Akar masalah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh faktor individu, faktor sosial ekonomi, faktor sosial budaya, dan faktor religi. Upaya penanganan kekerasan dalam rumah tangga dilakukan dengan jalur litigasi (menggunakan jalur hukum) dan jalur non-litigasi (musyawarah dan mufakat) namun tetap melibatkan pihak ketiga sebagai mediatornya. Perbedaan dalam penelitian yang akan peneliti lakukan antara lain tempat penelitian, subjek penelitian, dan cara pengumpulan data serta metode penelitian. Sedangkan untuk kesamaan penelitian yaitu variable penelitian 2. Sessya, 2010, Hubungan antara Karakteristik Pelaku dengan Pola Perlukaan pada Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat 1 RS Sukanto. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis kekerasan fisik pada korban KDRT, mengetahui tingkat pendidikan pelaku 5

KDRT, dan mengetahui hubungan antara karakteristik pelaku dengan pola luka korban. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian cross sectional menggunakan data sekunder hasil visum. Hasil penelitian jenis-jenis KDRT dalam bentuk kekerasan fisik yang tercatat di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat 1 RS Sukanto berupa kekerasan dengan pola luka kategori single (gambaran pola luka hanya satu) sebanyak 75,4% dan sisanya 24,6% kategori double (gambaran pola luka lebih dari satu). Tingkat pendidikan pelaku pada korban KDRT di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat 1 RS Sukanto terbanyak adalah SMA dan Perguruan Tinggi (60,65%). Hasil Uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan antara pola luka dan jenis pekerjaan (P= 0.730), tingkat pendidikan (P= 0.074), dan usia pelaku (P= 0.178). Perbedaan dalam penelitian yang akan peneliti lakukan antara lain tempat penelitian, subjek penelitian, dan cara pengumpulan data serta metode penelitian. Sedangkan untuk kesamaan penelitian yaitu variable penelitian. 6