I. PENDAHULUAN. ketahanan terhadap cekaman lingkungan pada dekade terakhir makin disadari

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Abu ketel merupakan residu bagas yang digunakan sebagai bahan bakar boiler.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

HASIL DAN PEMBAHASAN

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

1. PENDAHULUAN. Jagung manis merupakan tanaman hortikultura yang banyak disukai masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BALITSA & WUR the Netherlands,

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB.I 1. PENDAHULUAN. Limbah pada umumnya adalah merupakan sisa olahan suatu pabrik atau industri.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

III. BAHAN DAN METODE. Februari 2013 sampai dengan September 2013 pada lahan pertanaman tebu di PT

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan penting

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

I. PENDAHULUAN. pokok bagi sebagian besar rakyat di Indonesia. Keberadaan padi sulit untuk

IV. HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pengaruh silikat pada performa tanaman tebu baik dari sisi produktivitas maupun ketahanan terhadap cekaman lingkungan pada dekade terakhir makin disadari menjadi suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam praktik budidaya tebu. Tanaman tebu mengakumulasi silika sebesar 400 kg/ha (Meyer dan Keeping, 2005), yang lebih besar dari serapan N, 162-254 kg/ha (Franco, dkk., 2010), P, 34.95 57.97 kg/ha (Rakkiyappan, dkk. 2007) dan K, 200 kg/ha (Ng Kee Kwong, 2003). Oleh karenanya kebutuhan tebu akan silika-tersedia adalah sama penting dengan unsur hara makro seperti N, P, dan K. Namun, perkebunan tebu khususnya di Indonesia tidak ada yang secara khusus memberikan perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan silika pada tanaman tebu meskipun tersedia bahan in situ yang cukup banyak dan murah dibandingkan sumber silika lainnya, yakni abu ketel pembangkit listrik (boiler) pabrik gula. Abu ketel merupakan produk sisa dari pembakaran bagas sebagai bahan bakar boiler. Pan dkk. (1977) melaporkan kandungan silika abu ketel dari boiler pabrik gula sekitar 28 %. Aplikasi abu ketel tersebut nyata meningkatkan produktivitas tebu per hektare sebesar 20 % dibandingkan kontrol.

2 PT Gunung Madu Plantation, setiap tahunnya menghasilkan sekitar ± 30,000 ton abu ketel. Pemanfaatan limbah padat ini, selama itu semata hanya ditujukan sebagai campuran kompos bagas atau dibuang ke kebun tanpa pertimbangan tujuan ataupun dampak. Oleh karena itu abu ketel berpotensi sebagai sumber pupuk silika menilik kuantitas abu ketel dan kandungan silikanya yang relatif besar. Informasi mengenai tingkat kebutuhan silika tanaman tebu dan pemenuhannya dari abu ketel boiler pabrik gula diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap kemanfaatan abu ketel (dalam hal ini silika) dan petunjuk yang berguna untuk aplikasi secara teknis di kebun, khususnya di PT Gunung Madu Plantations. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mempelajari kandungan silika pada organ tanaman tebu (akar, batang, daun, dan pucuk); 2. Mempelajari sebaran status silikat tanaman (daun+1) di areal pertanaman tebu sebagai acuan wilayah yang memerlukan aplikasi silikat; 3. Menera status silika pada jaringan tanaman tebu sebagai landasan untuk menyusun rekomendasi aplikasi silikat; 4. Menganalisa pertumbuhan dan produktivitas tanaman tebu yang diaplikasi silika asal abu ketel.

3 1.3 Kerangka Pemikiran Di perkebunan tebu di berbagai negara seperti Afrika Selatan (Meyer dan Keeping, 2005), Australia (Berthelsen dkk., 1999), Amerika Serikat (McCray dkk., 2011), Brasil (Camargo dkk., 2011) aplikasi silika sudah menjadi bagian dari sistem budidaya tebu. Hal ini dilandasi oleh peran silika dalam perlindungan tanaman terhadap cekaman biotik maupun abiotik. Savant dkk. (1999) menerangkan bahwa fungsi silika pada tanaman ditujukan untuk : 1) penguatan dinding sel (tidak mudah roboh), 2) perlindungan terhadap hama dan penyakit, 3) pengurangan kehilangan air akibat transpirasi, 4) pengurangan efek keracunan logam berat, dan 5) merupakan elemen penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal pada beberapa spesies tanaman. Aplikasi silika pada perkebunan tebu dilakukan menggunakan berbagai macam sumber, yakni kalsium silikat, kalium silikat, slag/terak baja, abu ketel batu bara, dan abu ketel boiler pabrik gula. Sumber silika yang berasal dari slag atau abu ketel batubara tidak digunakan secara luas mengingat kandungan logam berat kedua bahan tersebut cukup besar (Smolka-Danielowska, 2006; Mack dan Gutta, 2009). Pada umumnya, perkebunan tebu di beberapa negara lebih banyak menggunakan kalsium silikat dan sebagian kecil abu ketel dari boiler sebagai sumber silika. Dosis aplikasi kalsium silika bervariasi, yakni 1 3 tons/acre (McCray dkk., 2011) atau setara dengan 2.47 7.41 ton/ha, sementara dosis abu ketel boiler pabrik gula berkisar 80 ton/ha. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saeroji dkk. (2010) menunjukkan bahwa aplikasi abu ketel boiler pabrik gula pada dosis 120 ton/ha di

4 tanah Ultisol PT Gunung Madu Plantations memberikan penekanan terhadap serangan hama penggerek batang dan perbaikan pertumbuhan tanaman tebu. Aplikasi silika seperti halnya aplikasi pupuk pada umumnya berlandaskan pada hasil analisis hara di tanah maupun jaringan tanaman. McCray dkk. (2011) merekomendasikan kalsium silikat pada berbagai takaran dengan mengacu hasil analisis silika jaringan tanaman yang dikorelasikan dengan hasil gula. Sementara itu, menengok aktivitas monitoring kesuburan tanah dan status hara dalam jaringan tanaman yang berlangsung setiap tahun di PT Gunung Madu Plantations, analisis hara makro seperti C, N, P, K, Ca, Mg dan beberapa parameter lainnya seperti ph, KTK, KB, dan tekstur tanah telah rutin dilakukan. Analisis hara-hara mikro dilakukan apabila muncul kasus- kasus tertentu atau khusus pada percobaan tertentu. Sementara itu analisis silika masih sangat jarang dilakukan. Performa tanaman tebu di kebun menunjukkan kerentanan yang terus meningkat terhadap cekaman lingkungan baik karena kekurangan air saat musim kering atau pun ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit. Diyakini aplikasi silika merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk menekan dampak penurunan produktivitas tebu akibat berbagai gangguan cekaman lingkungan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saeroji dkk. (2010) telah memberikan petunjuk pentingnya silika terhadap keberlangsungan produktivitas tanaman tebu di PT Gunung Madu Plantations. Penerapan aplikasi secara teknis di kebun memerlukan dukungan hasil analisis yang dapat memberikan gambaran jelas

5 terhadap kemudahan teknik aplikasi dan manfaat yang diperoleh dari silika untuk pertumbuhan tebu. 1.4 Hipotesis 1. Status silika pada jaringan tanaman dapat digunakan sebagai landasan untuk rekomendasi aplikasi silika. 2. Sebaran status silika di areal pertanaman tebu merupakan indikator dalam rekomendasi penentuan prioritas area kebun yang perlu diaplikasi silika. 3. Status silika yang ditetapkan pada nilai tertentu dapat dijadikan landasan untuk menyusun rekomendasi aplikasi silika. 4. Aplikasi abu ketel pada taraf dosis 100 ton/ha dapat mendukung pertumbuhan tanaman, meningkatkan produktivitas tebu, dan secara teknis masih dapat diaplikasikan.