BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : ARLINDA IKAWATI A

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Disusun oleh: HARYANI ISTIQOMAH A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Salah satu upaya membina dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara terstruktur dan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

A. Latar Belakang Masalah

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut undang undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

DAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KESEMPATAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BERORGANISASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KECAMATAN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB I PENDAHULUAN. Maka dibutuhklan kesadaran dalam diri kita masing-masing untuk bertekat

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembang kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalm rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Depdiknas, 2007 : 6). Salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Tujuan pendidikan secara menyeluruh meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan, tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis yang bertanggung jawab (Departemen Agama RI : 8) Pendidikan merupakan peristiwa yang komplek. Peristiwa tersebut merupakan suatu rangkaian komunikasi antara manusia sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Suatu hasil pendidikan dapat dikatakan bermutu tinggi jika kemampuan pengetahuan dan sikap yang dimiliki para lulusan bermanfaat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maupun di 1

2 masyarakat kerja. Mutu pendidikan baru dapat tercapai apabila proses pembelajaran di sekolah benar-benar efektif dan efisien dengan jalan peserta didik mengalami pembelajaran yang bermakna. Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta menyiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, agama, kesenian dan keterampilan. Salah satu disiplin ilmu itu adalah IPA. Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan oleh siswa sekolah dasar karena IPA dapat memberikan iuran untuk tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di Sekolah Dasar. Dengan pengajaran IPA diharapkan siswa akan dapat memahami alam sekitarnya, memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikanya ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan kenyataan yang ada, sebagian dari siswa kelas IV SD Negeri Wonosaren I No.42 mempunyai kesulitan dalam mempelajari IPA. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes UTS semester II, ulangan harian siswa yang menunjukan bahwa hasil siswa kelas IV SD Negeri Wonosaren I No.42 Jebres Surakarta termasuk kurang memuaskan. Menurut Piaget dalam Isjoni (2010:36) setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual,

3 yaitu : 1) sensorimotor (0-2 tahun), 2) pra-operasional (2-7 tahun), 3) operasional konkret (7-12 tahun), 4) operasional formal (12 tahun ke atas). Piaget dalam Surya ( 2004:7.21 ) menyatakan bahwa pada garis besarnya perkembangan kognitif berlangsung melalui empat tahapan utama yaitu : 1. Tahap Sensorimotor (sejak lahir - 2 tahun) Dalam tahapan ini pola kognitif anak masih bersifat biologis yang berpusat pada fungsi - fungsi alat indera dan gerak yang kemudian secara bertahap berkembang menjadi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara lebih tepat. 2. Tahap Pra-Operasional : dibagi menjadi a. Tahapan Prakonseptual atau simbolik, 2-4 tahun. b. Tahapan Intuitif atau preseptual, 4-7 tahun. Dalam tahapan ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada pola pola berpikir tertentu. Anak sudah mampu membuat logikanya sendiri meskipun masih bersifat primitif dan kurang rasional. Anak sudah mampu membuat suatu kesimpulan dengan logikanya sendiri. 3. Tahap Konkret Operasional : ( 7-12 tahun ) Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola berpikir operasional secara konkret dalam arti masih memerlukan dukungan obyek-obyek konkret.

4 Pada masa ini anak telah memahami konsap yang berhubungan dengan ukuran kuantitas seperti panjang, lebar, luas, volume, berat dsb. 4. Tahap Formal Operasional ( 12-15 tahun ) Beberapa fenomena yang tampak pada tahap ini adalah : a. Tingkat berpikir formal yang lebih bersifat abstrak dan logis tanpa kehadiran obyek - obyek konkret b. Pola berpikirnya memiliki corak hipotesis deduktif c. Jalan pikiran anak adalah proporsional artinya anak mampu berpikir secara menyeluruh dengan kemampuan memberikan argumentasi secara bebas. d. Bentuk berpikirnya berpolakan pengkombinasian, artinya anak secara efektif dapat berpikir sistematis dengan memisah - misahkan semua variable yang mungkin ada dari suatu masalah dan mencoba mengkombinasikannya dengan pemecahan masalahnya. Dilihat dari keseluruhan tahapan perkembangan kognitif Piaget dalam Surya (2004:7.21) menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak SD telah berada dalam operasi konkrit yaitu perkembangan kemampuan berfikir dengan obyek-obyek konkret (nyata). Oleh karena itu, untuk mengatasi rendahnya hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri Wonosaren I No.42 Kecamatan Jebres Kota Surakarta, guru diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam memilih serta menggunakan media pembelajaran yang tepat. Salah satu

5 media yang relevan antara lain menggunakan media realia dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPA. Profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan tetapi lebih kepada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2008 : 5 ) daya tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas professional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik. Salah satu caranya adalah dengan penggunaan media dalam pembelajaran. Media pembelajaran bagi seorang siswa merupakan hal yang menarik dan menggembirakan. Guru yang mengajar dengan media akan mendorong motivasi belajar siswa dibanding dengan guru yang mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran. Media telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, peranan media sangat penting. Guru hendaknya menggunakan media untuk membantu keberhasilan tugasnya sebagai pengajar. Sebagian guru cenderung hanya kadang-kadang saja memanfaatkan media pembelajaran. Padahal, media merupakan salah satu komponen pembelajaran dan sistem pembelajaran secara menyeluruh. Namun, penggunaan media sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan klasik yang sering muncul antara lain terbatasnya waktu, guru terbiasa

6 melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sistem konvensional atau guru sendiri malas menggunakan media hanya ingin mencari kepraktisan dalam mengajarnya. Hal semacam itu sebenarnya tidak akan terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan empat kompetensi dalam dirinya. Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki empat kompetensi pendidik, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi social, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Kompetensi kepribadian merupakan kematangan pribadi yang menjadi karakteristik guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi pedagogik dan profesional guru adalah kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam penguasaan landasan kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai metode dan strategi pembelajaran, kemampuan dalam merancang dan memanfaatkan berbagai media/sumber belajar, kemampuan dalam menyusun program pembelajaran, kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran, kemampuasn dalam mengembangkan kinerja pembelajaran. Jika empat kompetensi tersebut dikuasai para guru maka berbagai pesan guru dalam pembelajaran diharapkan dapat diterima siswa dengan lebih mudah.

7 Ada tiga tipe belajar siswa. Tiga tipe belajar tersebut adalah tipe visual, tipe auditif, dan tipe motoris. Tipe visual adalah belajar melalui indera pengelihatan (mata), pembelajar visual suka mengikuti gambar dan membaca petunjuk media yang sesuai bagi mereka adalah media yang berupa gambar, sketsa, warna, dan media yang dapat dilihat lainnya. Tipe auditif adalah belajar melalui indera pendengaran (telinga), Pembelajar auditif menyukai membaca dengan suara keras, menggunakan kaset dan belajar kelompok. Tipe motoris adalah belajar melalui gerakan-gerakan (praktik langsung). Pembelajar motoris menyerap informasi dengan bergerak, berbuat dan menyentuh. Media yang sesuai dengan mereka adalah media yang berupa permainan, pantomim, gambar, kegiatan praktek langsung dan peragaan. Panca indera kita mempunyai keterbatasan, oleh sebab itu media sangat diperlukan untuk membantu proses pembelajaran. Dengan adanya bantuan media tersebut diharapkan proses pembelajaran IPA mencapai hasil yang baik dan memuaskan. Berdasarkan tiga tipe balajar di atas maka media realia mempunyai peranan penting dalam proses kegiatan belajar IPA.Di SD Negeri Wonosaren I kelas IV guru belum menggunakan media realia untuk memudahkan siswa memahami materi yang ingin disampaikan. Sehingga siswa kurang memahami materi yang sedang dipelajari. Hal ini mengakibatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Wonosaren I rendah atau kurang memuaskan. Dalam usaha memecahkan permasalahan tentang hasil belajar IPA yang

8 rendah atau kurang, maka diperlukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara tepat sabagai upaya perbaikan dan peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Wonosaren I No. 42 Kecamata Jebres Kota Surakarta. Berdasarkan paparan di atas penelitian ini mengambil judul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Media Realia Materi Energi Bunyi Kelas IV SD Negeri Wonosaren I No.42 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2012 / 2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut : Apakah penerapan media realia dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Wonosaren I No.42 Kecamatan Jebres Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : Untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penggunaan media realia siswa kelas IV SD Negeri Wonosaren I No.42 Kecamatan Jebres Kota Surakarta D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bersifat teoritis maupun praktis.

9 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan kajian peningkatan pembelajaran IPA siswa Sekolah Dasar. b. Sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam mengajar terkait dengan pembelajaran IPA. c. Sebagai acuan penelitian yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1. Meningkatkan pemahaman IPA materi Energi Bunyi. 2. Meningkatkan hasil belajar IPA materi Energi Bunyi. b. Bagi Guru 1. Mengetahui pentingnya manfaat penggunaan media realia. 2. Meningkatkan kreatifitas mengajar guru. c. Bagi Sekolah 1. Dapat dijadikan masukan bagi sekolah dan instansi terkait dalam menyusun dan melaksanakan program pembinaan kepada guru. 2. Sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi sekolah. 3. Sebagai bahan sosialisasi untuk mengembangkan mutu tenaga pendidik di sekolah.