BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA PARANOID DI RSJ DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

1. Bab II Landasan Teori

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA KEDIRI

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Tempat penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

Puri Lukitasari 1, Ns. Eni Hidayati, M.kep 2, Abstrak. Kata Kunci : Pengetahuan, Halusinasi, Skizofrenia, Family Gathering

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama bulan Oktober 2010 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya. memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur responden di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang tahun 2014 (n=69) Variabel Mean Min Max SD Umur responden 42,84 30 57 7,221 Berdasarkan tabel 4.1 dari 69 responden dapat diketahui bahwa umur responden rata-rata adalah 42,84 tahun. Umur responden paling rendah adalah 30 tahun dan umur responden paling tinggi adalah 57 tahun. b. Jenis kelamin Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin responden di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang tahun 2014 (n=69) Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki Perempuan 42 27 60,9 39,1 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 42 responden (60,9%) dan perempuan sebanyak 27 responden (39,1%). 61

62 c. Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan responden di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang tahun 2014 (n=69) Pendidikan Frekuensi Persentase 1 1,4 13 18,8 19 27,5 32 46,4 4 5,8 Tidak pernah sekolah SD SMP SMA Akademi/ perguruan tinggi Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pendidikan sebagian besar adalah SMA sebanyak 32 responden (46,4%). Responden yang berpendidikan SMP sebanyak 19 (27,5%), pendidikan SD sebanyak 13 responden (18,8%), pendidikan akademi/ perguruan tinggi sebanyak 4 responden (5,8%) dan tidak pernah sekolah sebanyak 1 responden (1,4%). d. Pekerjaan Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan responden di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang tahun 2014 (n=69) Pekerjaan Frekuensi Persentase 3 4,3 41 59,3 16 23,2 9 13,0 Pegawai negeri sipil Pegawai swasta Wiraswasta Tidak bekerja Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pekerjaan sebagian besar adalah pegawai swasta sebanyak 41 responden (59,3%). Wiraswasta sebanyak 16 responden (23,2%), tidak bekerja sebanyak 9 responden (13,0%) dan pegawai negeri sipil sebanyak 3 responden (4,3%).

63 2. Tingkat kecemasan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia paranoid di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang Hasil penelitian terhadap keluarga yang merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia paranoid di RSJ dr Amino Gondohutomo diketahui tingkat kecemasan keluarga yang disajikan pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia paranoid di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang tahun 2014 (n=69) Tingkat kecemasan Frekuensi Persentase (%) keluarga Ringan Sedang Berat Panik 9 39 18 3 13,0 56,5 26,1 4,3 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia paranoid sebagian besar adalah sedang sebanyak 39 responden (56,5%). Keluarga yang mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 18 responden (26,1%), kecemasan ringan sebanyak 9 responden (13,0%) dan panik sebanyak 3 responden (4,3%). B. Pembahasan Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat kecemasan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia paranoid sebagian besar adalah kecemasan sedang sebanyak 39 responden (56,5%). Responden yang mengalami kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusnahkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan. Responden yang mengalami kecemasan sedang dikarenakan pendidikan responden SMP sebanyak 19 (27,5%) dan

64 pendidikan SD sebanyak 13 responden (18,8%). Status pendidikan yang rendah pada seseorang, akan menyebabkan orang tersebut lebih muda mengalami stress dibanding dengan mereka yang status pendidikannya tinggi. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung sepanjang hidup. Faktor pendidikan seseorang sangat mempengaruhi kecemasan. Klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi, menggunakan koping efektif dan konstruktif dari pada seseorang dengan pendidikan rendah. Umur keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia ratarata adalah 42,84 tahun. Usia akan mempengaruhi cara individu membuat keputusan, semakin bertambah usia seseorang biasanya semakin menambah keyakinan untuk mencari pertolongan ke petugas kesehatan. Usia yang matang biasanya dicapai pada usia 25-44 tahun. Setelah usia tersebut maka dapat terjadi penurunan kepercayaan terhadap sesuatu. Hal ini diakibatkan pengalaman hidup dan kematangan jiwa seseorang Responden yang mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 18 responden (26,1%). Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang yang lain. Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat berfokus pada suatu area lain. Responden mengalami kecemasan berat karena merasakan beban keuangan sejak anggota keluarga didiagnosa skizofrenia. Pekerjaan responden sebagian besar pegawai swasta sebanyak 41 responden (59,3%). Responden yang bekerja sebagia pegawai swasta mempunyai penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Responden dengan penghasilan yang sukup ini merasa cemas merawat keluarga yang sakit gangguan jiwa karena memikirkan biaya untuk pengobatan. Seseorang dengan gangguan jiwa harus rutin kontrol dan minum obat agar tidak mengalami kekambuhan.

65 Hasil penelitian juga diketahui responden yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 9 responden (13,0%). Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 responden (39,1%). Jenis kelamin perempuan sebagian besar mengalami kecemasan sedang dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Hal ini dikarenakan jenis kelamin perempuan lebih sensitif dalam menghadapi masalah. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), umumnya perempuan lebih sering mengalami gangguan efektif dan kecemasan. Keluarga yang mengalami panik sebanyak 3 responden (4,3%). Responden mengalami panik karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, presepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan merupakan respon terhadap stress atau sesuatu kondisi keletihan dan kelelahan pada tubuh yang disebabkan oleh peristiwa dalam hidup (Seyle, 1956, dalam Videbeck, 2008). Kecemasan terjadi jika individu mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap situasi kehidupan, masalah dan tujuan hidup. System saraf otonom berespon terhadap kecemasan secara tidak sadar dalam tubuh. Saraf otonom menyebabkan perubahan pada tandatanda vital sebagai persiapan mekanisme pertahanan tubuh. Glanda adrenal mengeluarkan adrenalin atau epinephrine yang menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen, dilatasi pupil dan peningkatan tekanan arteri dan denyut jantung dan peningkatan glikogenolisis. Jika kondisi berbahaya atau kecemasan sudah selesai, maka saraf parasimpatis yang bekerja dan mengembalikan tubuh dalam kondisi normal kembali (Videbeck, 2008).

66 Hasil penelitian diketahui responden merasa lebih cemas dari pada biasanya semenjak merawat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa sebanyak 27 responden (39,1%). Hal ini dikarenakan keluarga dalam menghadapi keluarga yang menderita skizofrenia merasakan beban keluarga yaitu keuangan, gangguan kegiatan keluarga, gangguan rekreasi keluarga, gangguan interaksi keluarga, efek pada kesehatan fisik dan efek pada kesehatan mental. Menurut Magliano (2006), menyatakan beban tertinggi dialami karena terganggunya kegiatan keluarga. Anggota yang sakit tidak menghadiri kegiatan rutin seperti; bekerja, sekolah/ kuliah dan juga membantu dalam rumah tangga. Caregiver harus menghabiskan banyak waktu untuk mengurus anggota yang sakit, biaya, pekerjaan rutin terganggu dan juga mengabaikan kebutuhan anggota keluarga lainnya (Magliano, 2006). Keluarga yang mempunyai keluarga yang skizofrenia juga menyatakan merasa mudah marah dan panik semenjak merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 31 responden (44,9%). Hal ini dikarenakan keluarga mengalami beban psikis akibat keluarga mengalami skizofrenia. Keluarga mengalami stressor yang berat ketika anggota keluarganya didiagnosa skizofrenia sehingga menjadi mudah marah dan cemas sejak merawat anggota keluarga yang skozofrenis. Menurut Stuart dan Lyria (2005) menjelaskan bahwa stressor pencetus dapat disebabkan karena adanya ancaman terhadap integritas fisik yang meliputi disabilitas fisiologis atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan adanya ancaman terhadap system diri yang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang integritas pada individu. Hasil penelitian juga diketahui responden merasa sering mati rasa dan kesemutan di jari-jari tangan dan kaki saya semenjak merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 32 responden (46,4%). Keluaraga juga merasa sering sakit perut / gangguan pencernaan semenjak merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 23 responden (33,3%). Hal ini menunjukkan selain beban psikis, keluarga dengan penderita skizofrenia juga berdampak pada aspek fisik dari keluarga.

67 Menurut Mubin (2008) keluarga dengan penderita gangguan jiwa sering mengalami kelukaan fisik akibat memikirkan perilaku aneh pasien. Kekhawatiran keluarga bila pasien mengamuk atau mendapatkan perlakuan tidak baik dari masyarakat, juga menjadi beban psikologis yang dirasakan oleh mereka. Dengan kata lain, Pasien sebagai stressor fisik dan psikis bagi keluarga dan anggota keluarga yang lain. Menurut penelitian yang dilakukan Yosep (2008) menunjukan anggota keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang sakit jiwa sebagian besar mengalami kecemasan berat. Penelitian ini sama dengan penelitian yang saya teliti menunjukkan anggota keluarga yang mempunyai keluarga yang mengalami skizofrenia paranoid sebagian besar mengalami kecemasan berat. Kedua penelitian tersebut menunjukkan adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seseorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh pada sistem keluarga, khususnya pada struktur peran dan pelaksanaan fungsifungsi keluarga. Penelitian yang dilakukan peristiwa yang dapat menimbulkan kecemasan yaitu peristiwa traumatis berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situsional. Salah satu peristiwa situsional yang dapat menimbulkan cemas oleh keluarga yaitu dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak menjelaskan penyebab kecemasan yang terjadi pada keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid.