BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lamban, yaitu 4,23% pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Kondisi tersebut menyebabkan sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasional rendah (Mersyah 2005; Santi 2008) sehingga terjadi kesenjangan yang makin lebar antara permintaan dan penawaran (Setiyono et al. 2007). Pada tahun 2006, tingkat konsumsi daging sapi diperkirakan 399.660 ton, atau setara dengan 1,70 2 juta ekor sapi potong (Koran Tempo 2008), sementara produksi hanya 288.430 ton. Pemerintah memproyeksikan tingkat konsumsi daging pada tahun 2010 sebesar 2,72 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan daging dalam negeri mencapai 654.400 ton dan rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi 1,49%/tahun (Badan Pusat Statistik, 2005). Salah satu amanat Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang dicanangkan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Juni 2005 yaitu pentingnya penataan dan perhatian yang menyeluruh dibeberapa komoditas pertanian, diantaranya adalah komoditas peternakan. Salah satu komoditas peternakan adalah 16
sapi yang perlu mendapat perhatian, karena sampai saat ini import daging dan sapi bakalan jumlahnya masih cukup besar. Pelaksanaan Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) secara efektif dimulai tahun 2008 dan diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 59/Permentan/HK 060/8/2007 tentang Pedoman Percepatan Pencapaiaan Swasembada daging sapi dan dalam pelaksanaan operasionalnya berdasarkan pedoman teknis Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS). Pemerintah pusat telah menetapkan 18 Provinsi sebagai daerah fokus pengembangan sapi potong dalam upaya percepatan pencapaiaan swasembada daging sapi 2010, yang terbagi dalam tiga (3) prioritas yaitu : 1. Daerah prioritas inseminasi buatan IB yaitu Provinsi Jawa barat, Jawa Tengah, DI. Yokyakarta, Jawa Timur dan Bali 2. Daerah campuran IB dan kawin alam yaitu Nanggreo Aceh Darus Salam, Sumut, Sumbar, Sumsel dan Lampung. 3. Daerah prioritas kawin alam yaitu Propinsi NTT, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Pada 18 Provinsi tersebut ditargetkan penyediaan daging sapi sebanyak 373,7 ribu ton pada tahun 2010 berarti harus ada peningkatan pengadaan sebesar 114,5 ribu ton. Sumatera Utara yang sudah ditetapkan Pemerintah pusat sebagai derah campuran IB (Inseminasi Buatan) dan KA (Kawin Alam) telah menetapkan 11 Kabupaten sebagai fokus pelaksanaan Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) walaupun Kabupaten/Kota yang lain tetap melakukan upaya-upaya serupa. 17
Kabupaten dimaksud adalah Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu, Asahan, Batu Bara, Simalungun, Sergei, Deli Serdang dan Langkat (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara). Penduduk Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 225,64 juta jiwa, sementara penduduk Sumatera Utara sebesar 12,83 juta jiwa, seiring dengan itu akan terjadi peningkatan permintaan pangan hewan termasuk daging sapi cukup besar. Penyediaan daging Provinsi Sumatera Utara sebesar 126.065.420 Kg/tahun (termasuk import 2007), sementara kebutuhan untuk mencapai standart konsumsi nasional Widiya Karya Nasional Pangan Gizi (WKNPG) sebesar 128.728.740 Kg/tahun sehingga masih ada kekurangan 2.663.520 Kg/tahun (± 15.000 ekor sapi/tahun). Apabila ditambah import 2007 sebanyak 25.000 ekor/tahun dengan kekurangan 15.000 ekor/tahun maka total kekurangan 40.000 ekor sapi/tahun. Dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan masyarakat maka semakin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan yang sehat dan bergizi bagi kesehatan. Faktor penunjang lainnya yaitu semakin digalakkannya subsektor pariwisata yang memang pada kenyataannya telah menentukan ketersediaan daging berkuwalitas tinggi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan protein asal hewani (daging, susu dan telur) dari tahun ketahun terus meningkat. Sayangnya tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Sumatera Utara masih jauh dibawah standar nasional. Konsumsi daging, telur dan susu masyarakat Sumatera Utara dibandingkan dengan nasional dapat dilihat pada Tabel 1.1. 18
Tabel 1.1. Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Sumatera Utara dan Nasional Tahun 2008 (Kg/Kpt/Tahun) No. Jenis Komoditi Sumatera Utara Nasional 1. Daging 8.95 20.3 2. Telur 6.67 6.5 3. Susu 0.13 7.2 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Produksi ternak sapi di Sumatera Utara sangat beragam yang disebabkan adanya perkembangan kenaikan jumlah populasi yang semakin meningkat setiap tahun. Pada tahun 2004, populasi ternak sapi sebesar 248.971 ekor dan pada tahun 2008, populasi ternak sapi sebesar 388.240 ekor dengan persentase kenaikan rata-rata sebesar 13,98%. Sampai tahun 2008 Provinsi Sumatera Utara memproduksi daging sapi sebesar 12.957 ton. Konstribusi bagi peternakan nasional sebesar 4,14%. Sektor peternakan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 35.290 orang dengan besar persentase adalah 1,48% dari 2.373.843 orang tenaga kerja yang bergerak di bidang pertanian (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2008). Sementara dari sisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pada tahun 2007, sektor peternakan memberikan konstribusi sebesar 3.723 miliar rupiah bagi perekonomian Sumatera Utara (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2008). Pemerintah Sumatera Utara saat ini sedang mengembangkan enam jenis ternak sebagai komoditi unggulan sektor peternakan yakni sapi potong, domba, babi, ayam buras dan sapi perah. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan populasi ternaknya. Upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain 19
budidaya ternak dengan pendistribusian bantuan paket bibit ternak dengan sistem gaduhan (full inkind) berupa ternak sapi, domba dan kambing; menerapkan teknologi peternakan untuk memperbaiki mutu genetik ternak melalui Inseminasi Buatan (IB) pada ternak sapi, kerbau, domba dan kambing; pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dengan pembinaan dan penyuluhan kepada peternak. Populasi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, tertera pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak No. Desa Tahun Perubahan 2007 2008 1. Hamparan Perak 49 125 76 2. Sei Baharu 0 110 110 3. Kampung Lama 25 250 225 4. Klambir 21 206 185 5. Selemak 15 150 135 6. Klumpak Kebun 2 1150 1148 7. Klumpak Kampung 69 210 141 8. Klambir V Kebun 1 1.500 1499 9. Klambir V Kampung 25 75 50 10. Sialang Muda 10 100 90 11. Paya Bakung 280 1.315 1035 12. Tandem Hulu I 599 906 307 13. Tandem Hulu II 148 260 112 14. Tandem Hilir I 344 740 396 15. Tandem Hilir II 738 935 197 16. Kota Datar 59 260 201 17. Buluh Cina 886 1.312 426 18. Paluh Manan 15 60 45 19. Kota Rantang 69 204 135 20. Puluh Kurau 123 176 53 Jumlah 3.478 10.044 6.566 20
Sumber : Kecamatan Hamparan Perak Dalam Angka 2007 dan 2008 Tabel 1.2. menunjukkan perkembangan ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak meningkat dari 3.478 ekor pada tahun 2007, menjadi 10.044 ekor pada tahun 2008. Kontribusi agribisnis peternakan terhadap perekonomian sangat potensial, baik terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan dan penghasil devisa negara. Hal ini disebabkan karena agribisnis peternakan memiliki beberapa keunggulan : kegiatan peternakan pada sub sistem budidaya relatif tidak tergantung pada ketersediaan lahan dan tidak terlalu menuntut kualitas sumber daya tenaga kerja yang tinggi; kegiatan budidaya peternakan memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas, dalam hal ini disebabkan bahwa ternak yang dipelihara dapat dijual pada umur beberapa saja dan pasarnya tetap tersedia; produk yang dihasilkan dari usaha agribisnis peternakan merupakan produk memiliki nilai elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi, artinya konsumsi produksi meningkat apabila pendapatan semakin bertambah; dan mampu menciptakan kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan pendapatan, mulai dari agribisnis hulu, budidaya hingga hilir. Pertumbuhan permintaan daging sapi di pasar terus meningkat tahun demi tahun. Hal ini merupakan peluang yang sangat menjanjikan, disaat kesulitan ekonomi untuk berwiraswasta dengan menekuni bisnis ternak sapi. Salah satu potensi yang perlu digali dalam pengembangan peternakan adalah memadukan usaha tani 21
peternakan dengan usaha tani lainnya. Usaha tani terpadu memiliki prospek yang tinggi dalam pengembangan peternakan. Salah satu usaha tani terpadu yang dilakukan integrasi dengan perkebunan. Pengembangan ternak di lahan perkebunan dikatakan memiliki prosepek yang cukup tinggi karena luas areal perkebunan dapat dimanfaatkan untuk areal pengembangan ternak dan merupakan sumber pakan ternak sapi. Dengan ketersediyaan itu ternak sapi perlu dikembangkan lagi, serta dibutuhkan suatu penelitian tentang sejauh mana dampak pengembangan ternak sapi sebagai komoditi unggulan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 1.2. Perumusan Masalah Sesuai dengan uraian latar belakang di atas maka pokok permasalahan penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang? 2. Bagaimana dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama pada peningkatan pendapatan masyarakat dan pemanfaatan tenaga kerja di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan uraian latar belakang dan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 22
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 2. Menganalisis dampak pengembangan ternak sapi terhadap keuntungan peternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 3. Menganalisis dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama peningkatan masyarakat, pemanfatan tenaga kerja dan pemasaran ternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini digunakan untuk : 1. Penelitian ini sebagai masukan/bahan referensi untuk pembaca, pelaku dan peminat untuk mengetahui dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah. 2. Sebagai bahan referensi/rujukan bagi masyarakat dalam mengusahakan usaha peternakan sapi. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan dengan pengambil keputusan yang akan dilaksanakan. 23