BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

Bab 4 P E T E R N A K A N

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan. Sapi potong telah

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I.PENDAHULUAN kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERLUASAN AREAL UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN TERNAK KERBAU

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lamban, yaitu 4,23% pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Kondisi tersebut menyebabkan sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasional rendah (Mersyah 2005; Santi 2008) sehingga terjadi kesenjangan yang makin lebar antara permintaan dan penawaran (Setiyono et al. 2007). Pada tahun 2006, tingkat konsumsi daging sapi diperkirakan 399.660 ton, atau setara dengan 1,70 2 juta ekor sapi potong (Koran Tempo 2008), sementara produksi hanya 288.430 ton. Pemerintah memproyeksikan tingkat konsumsi daging pada tahun 2010 sebesar 2,72 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan daging dalam negeri mencapai 654.400 ton dan rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi 1,49%/tahun (Badan Pusat Statistik, 2005). Salah satu amanat Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang dicanangkan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Juni 2005 yaitu pentingnya penataan dan perhatian yang menyeluruh dibeberapa komoditas pertanian, diantaranya adalah komoditas peternakan. Salah satu komoditas peternakan adalah 16

sapi yang perlu mendapat perhatian, karena sampai saat ini import daging dan sapi bakalan jumlahnya masih cukup besar. Pelaksanaan Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) secara efektif dimulai tahun 2008 dan diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 59/Permentan/HK 060/8/2007 tentang Pedoman Percepatan Pencapaiaan Swasembada daging sapi dan dalam pelaksanaan operasionalnya berdasarkan pedoman teknis Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS). Pemerintah pusat telah menetapkan 18 Provinsi sebagai daerah fokus pengembangan sapi potong dalam upaya percepatan pencapaiaan swasembada daging sapi 2010, yang terbagi dalam tiga (3) prioritas yaitu : 1. Daerah prioritas inseminasi buatan IB yaitu Provinsi Jawa barat, Jawa Tengah, DI. Yokyakarta, Jawa Timur dan Bali 2. Daerah campuran IB dan kawin alam yaitu Nanggreo Aceh Darus Salam, Sumut, Sumbar, Sumsel dan Lampung. 3. Daerah prioritas kawin alam yaitu Propinsi NTT, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Pada 18 Provinsi tersebut ditargetkan penyediaan daging sapi sebanyak 373,7 ribu ton pada tahun 2010 berarti harus ada peningkatan pengadaan sebesar 114,5 ribu ton. Sumatera Utara yang sudah ditetapkan Pemerintah pusat sebagai derah campuran IB (Inseminasi Buatan) dan KA (Kawin Alam) telah menetapkan 11 Kabupaten sebagai fokus pelaksanaan Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) walaupun Kabupaten/Kota yang lain tetap melakukan upaya-upaya serupa. 17

Kabupaten dimaksud adalah Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu, Asahan, Batu Bara, Simalungun, Sergei, Deli Serdang dan Langkat (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara). Penduduk Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 225,64 juta jiwa, sementara penduduk Sumatera Utara sebesar 12,83 juta jiwa, seiring dengan itu akan terjadi peningkatan permintaan pangan hewan termasuk daging sapi cukup besar. Penyediaan daging Provinsi Sumatera Utara sebesar 126.065.420 Kg/tahun (termasuk import 2007), sementara kebutuhan untuk mencapai standart konsumsi nasional Widiya Karya Nasional Pangan Gizi (WKNPG) sebesar 128.728.740 Kg/tahun sehingga masih ada kekurangan 2.663.520 Kg/tahun (± 15.000 ekor sapi/tahun). Apabila ditambah import 2007 sebanyak 25.000 ekor/tahun dengan kekurangan 15.000 ekor/tahun maka total kekurangan 40.000 ekor sapi/tahun. Dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan masyarakat maka semakin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan yang sehat dan bergizi bagi kesehatan. Faktor penunjang lainnya yaitu semakin digalakkannya subsektor pariwisata yang memang pada kenyataannya telah menentukan ketersediaan daging berkuwalitas tinggi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan protein asal hewani (daging, susu dan telur) dari tahun ketahun terus meningkat. Sayangnya tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Sumatera Utara masih jauh dibawah standar nasional. Konsumsi daging, telur dan susu masyarakat Sumatera Utara dibandingkan dengan nasional dapat dilihat pada Tabel 1.1. 18

Tabel 1.1. Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Sumatera Utara dan Nasional Tahun 2008 (Kg/Kpt/Tahun) No. Jenis Komoditi Sumatera Utara Nasional 1. Daging 8.95 20.3 2. Telur 6.67 6.5 3. Susu 0.13 7.2 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Produksi ternak sapi di Sumatera Utara sangat beragam yang disebabkan adanya perkembangan kenaikan jumlah populasi yang semakin meningkat setiap tahun. Pada tahun 2004, populasi ternak sapi sebesar 248.971 ekor dan pada tahun 2008, populasi ternak sapi sebesar 388.240 ekor dengan persentase kenaikan rata-rata sebesar 13,98%. Sampai tahun 2008 Provinsi Sumatera Utara memproduksi daging sapi sebesar 12.957 ton. Konstribusi bagi peternakan nasional sebesar 4,14%. Sektor peternakan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 35.290 orang dengan besar persentase adalah 1,48% dari 2.373.843 orang tenaga kerja yang bergerak di bidang pertanian (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2008). Sementara dari sisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pada tahun 2007, sektor peternakan memberikan konstribusi sebesar 3.723 miliar rupiah bagi perekonomian Sumatera Utara (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2008). Pemerintah Sumatera Utara saat ini sedang mengembangkan enam jenis ternak sebagai komoditi unggulan sektor peternakan yakni sapi potong, domba, babi, ayam buras dan sapi perah. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan populasi ternaknya. Upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain 19

budidaya ternak dengan pendistribusian bantuan paket bibit ternak dengan sistem gaduhan (full inkind) berupa ternak sapi, domba dan kambing; menerapkan teknologi peternakan untuk memperbaiki mutu genetik ternak melalui Inseminasi Buatan (IB) pada ternak sapi, kerbau, domba dan kambing; pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dengan pembinaan dan penyuluhan kepada peternak. Populasi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, tertera pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak No. Desa Tahun Perubahan 2007 2008 1. Hamparan Perak 49 125 76 2. Sei Baharu 0 110 110 3. Kampung Lama 25 250 225 4. Klambir 21 206 185 5. Selemak 15 150 135 6. Klumpak Kebun 2 1150 1148 7. Klumpak Kampung 69 210 141 8. Klambir V Kebun 1 1.500 1499 9. Klambir V Kampung 25 75 50 10. Sialang Muda 10 100 90 11. Paya Bakung 280 1.315 1035 12. Tandem Hulu I 599 906 307 13. Tandem Hulu II 148 260 112 14. Tandem Hilir I 344 740 396 15. Tandem Hilir II 738 935 197 16. Kota Datar 59 260 201 17. Buluh Cina 886 1.312 426 18. Paluh Manan 15 60 45 19. Kota Rantang 69 204 135 20. Puluh Kurau 123 176 53 Jumlah 3.478 10.044 6.566 20

Sumber : Kecamatan Hamparan Perak Dalam Angka 2007 dan 2008 Tabel 1.2. menunjukkan perkembangan ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak meningkat dari 3.478 ekor pada tahun 2007, menjadi 10.044 ekor pada tahun 2008. Kontribusi agribisnis peternakan terhadap perekonomian sangat potensial, baik terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan dan penghasil devisa negara. Hal ini disebabkan karena agribisnis peternakan memiliki beberapa keunggulan : kegiatan peternakan pada sub sistem budidaya relatif tidak tergantung pada ketersediaan lahan dan tidak terlalu menuntut kualitas sumber daya tenaga kerja yang tinggi; kegiatan budidaya peternakan memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas, dalam hal ini disebabkan bahwa ternak yang dipelihara dapat dijual pada umur beberapa saja dan pasarnya tetap tersedia; produk yang dihasilkan dari usaha agribisnis peternakan merupakan produk memiliki nilai elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi, artinya konsumsi produksi meningkat apabila pendapatan semakin bertambah; dan mampu menciptakan kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan pendapatan, mulai dari agribisnis hulu, budidaya hingga hilir. Pertumbuhan permintaan daging sapi di pasar terus meningkat tahun demi tahun. Hal ini merupakan peluang yang sangat menjanjikan, disaat kesulitan ekonomi untuk berwiraswasta dengan menekuni bisnis ternak sapi. Salah satu potensi yang perlu digali dalam pengembangan peternakan adalah memadukan usaha tani 21

peternakan dengan usaha tani lainnya. Usaha tani terpadu memiliki prospek yang tinggi dalam pengembangan peternakan. Salah satu usaha tani terpadu yang dilakukan integrasi dengan perkebunan. Pengembangan ternak di lahan perkebunan dikatakan memiliki prosepek yang cukup tinggi karena luas areal perkebunan dapat dimanfaatkan untuk areal pengembangan ternak dan merupakan sumber pakan ternak sapi. Dengan ketersediyaan itu ternak sapi perlu dikembangkan lagi, serta dibutuhkan suatu penelitian tentang sejauh mana dampak pengembangan ternak sapi sebagai komoditi unggulan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 1.2. Perumusan Masalah Sesuai dengan uraian latar belakang di atas maka pokok permasalahan penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang? 2. Bagaimana dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama pada peningkatan pendapatan masyarakat dan pemanfaatan tenaga kerja di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan uraian latar belakang dan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 22

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 2. Menganalisis dampak pengembangan ternak sapi terhadap keuntungan peternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 3. Menganalisis dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama peningkatan masyarakat, pemanfatan tenaga kerja dan pemasaran ternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini digunakan untuk : 1. Penelitian ini sebagai masukan/bahan referensi untuk pembaca, pelaku dan peminat untuk mengetahui dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah. 2. Sebagai bahan referensi/rujukan bagi masyarakat dalam mengusahakan usaha peternakan sapi. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan dengan pengambil keputusan yang akan dilaksanakan. 23