BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM KELUARGA IBU BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. keluarga pria dan perempuan mempunyai peranannya juga masing-masing. adalah keluarga (Ollenburger dan Moore, 1996 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. individu tersebut. DEPKES RI (1988) Keluarga merupakan unit terkecil dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan teknologi yang sangat pesat, memaksa manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa antara lain ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II FENOMENA KELUARGA DAHULU DAN SEKARANG. bekerja, peran istri yang bekerja terhadap keharmonisan keluarga, dan faktor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan keluarga yang sejahtera, pastilah menjadi impian setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan yang bekerja di luar rumah sepertinya tidak jauh berbeda. Berbagai

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karena itu manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring berkembangnya kemajuan teknologi. Persaingan dan tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dan keluarga interdependent satu sama lain sebagaimana keduanya. berkaitan dengan pemenuhan hidup seseorang. Melalui pekerjaan,

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pudjiwati (1985 : 28 ) menyatakan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan baik biologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja wanita menunjukkan jumlah yang signifikan, baik di sektor formal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kemiskinan merupakan masalah yang belum sepenuhnya bisa

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. sama sekali belum pernah dimasuki kaum hawa. pernah melihat wanita sebagai penerbang, tetapi kini Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu dari kebutuhan hidup yang harus terpenuhi secara mandiri adalah kebutuhan aktualisasi diri. Bukan hanya pada kaum pria, kaum perempuan kini juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Salah satu upaya kaum perempuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu dengan ikut berperan serta diluar lingkup peran domestik. Keikutsertaan kaum perempuan dalam lingkup publik di Indonesia bermula dari adanya gerakan emansipasi wanita yang dipelopori oleh R.A. Kartini. Ketidakadilan perempuan yang disebabkan oleh aturan atau hukum yang mendudukkan perempuan pada posisi subordinat dalam aspek kehidupan politik, agama, dan budaya menjadi dasar dari perjuangannya. Oganisasi-organisasi masyarakat yang menekankan peningkatan pendidikan perempuan mulai banyak dihadirkan oleh Kartini dan rekannya di tengah-tengah masyarakat. Keberhasilan Kartini dalam memperjuangkan kedudukan perempuan berjalan seiring dengan kemunculan organisasi perempuan mandiri dan organisasi perempuan nonpemerintah yang bergerak di segala aspek kehidupan seperti perburuhan, pertanian, sosial, ekonomi, politik, dan budaya (Murniati, 2004:121-124). Keberhasilan Kartini telah membuat kesadaran bagi kaum perempuan dalam pentingnya berpartisipasi pada lingkup publik. Secara tradisional, kaum perempuan dalam keluarga hanya melakukan perannya di dalam lingkup domestik. Freiden (Sugihastuti dan Septiawan, 2007: 283) menyebutkan peran tradisional kaum perempuan dalam keluarga yaitu sebagai istri, ibu, dan ibu rumah tangga yang hanya menjalankan peran subsider atau peran pembantu. Perempuan sebagai istri, ibu dan ibu rumah tangga bertugas melayani suami, membantu suami, mengasuh anak, mendidik anak, memelihara anak,

memelihara kesehatan untuk keluarga, mengelola serta mengurusi segala yang berhubungan dengan rumah tangga. Namun seiring dengan perkembangan zaman, peranan kaum perempuan telah bergerak maju kearah yang lebih luas. Kini, kaum perempuan tidak lagi hanya berperan pada lingkup domestik saja, tetapi ikut berperan serta dalam lingkup publik. Begitu juga halnya peranan perempuan dalam keluarga mengalami pergerakan. Christensen dan Johnsen (Nugroho (2007), Skripsi Hubungan antara Persepsi Terhadap Komunikasi Keluarga dengan Konflik Peran Ibu Bekerja di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang, Universitas Diponegoro) mengungkapkan bahwa peran perempuan bergerak dari peran tradisional (traditional role), peran kawan (companion role), menuju peran sekutu (partner role). Peran tradisional (traditional role) membuat peranan perempuan terpisah dari peranan laki-laki pada segi kegiatan dan kepentingan. Istri bertanggung jawab dalam mengandung, memelihara, dan mendidik anak serta menjalankan tugas-tugas rumah tangga, sedangkan suami berperan sebagai pelindung dan pencari nafkah untuk keluarga. Kewajiban perempuan sebagai istri dan ibu rumah tangga adalah melakukan tugas domestik, menjadi pelayan bagi kepentingan ekonomi dan diri suami, penerimaan terhadap sedikitnya aktivitas dan penerimaan terhadap ketergantungan ekonomi. Peran kawan (companion role) mengharuskan kaum perempuan sebagai istri dalam keluarga bertugas sebagai individu yang bertanggung jawab atas interaksi sosial, kontak sosial dan dukungan emosional suami. Dalam hal ini, hubungan interpersonal menjadi hal yang sangat diperhatikan bagi istri dan suami demi mencapai harapan keluarga serta keamanan ekonomi dan kesuksesan karir. Peran sekutu (partner role) dalam keluarga menghapuskan perbedaan derajat dan pembedaan pekerjaan atas dasar jenis kelamin. Kaum perempuan sebagai istri dalam peran sekutu turut serta dalam dunia ekonomi sama seperti suami. Hal ini bukan hanya menjadi tambahan tugas tradisional bagi istri melainkan juga menjadi sebuah penerimaan kewajiban baru bagi istri untuk berbagi kewajiban sebagai pencari nafkah keluarga. Istri menjadi sekutu bagi suami dalam menggalang kesejahteraan dan kemuliaan keluarga dengan potensi yang dimilikinya.

Keterlibatan kaum perempuan dalam usaha mencari nafkah dalam sebuah keluarga sudah dapat dijumpai pada masyarakat pedesaan sejak dahulu. Murniati (2004:135) menjelaskan bahwa perempuan desa memiliki peranan aktif dalam organisasi ekonomi baik didalam maupun diluar rumah. Di rumah perempuan desa bekerja membuat industri rumah seperti makanan dan alat rumah tangga, sedangkan diluar rumah mereka bekerja membantu suami seperti bertani, beternak, berkebun, dan berdagang. Seiring dengan perkembangan zaman, keterlibatan kaum perempuan dalam lingkup publik telah mengalami peningkatan. Salah satu bentuk keterlibatan kaum perempuan dalam lingkup publik yang marak dijumpai saat ini yaitu keputusan pengambilan peran sebagai seorang pegawai/karyawan. Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja RI, jumlah pekerja wanita telah mengalami peningkatan dari Agustus 2012 sampai Februari 2013. Pada Agustus 2012, jumlah pekerja wanita tercatat sebanyak 41,74 juta jiwa Pada Februari 2013, jumlah pekerja wanita tercatat meningkat menjadi 43,81 juta jiwa. Status pekerjaan sebagai buruh/karyawan/pegawai menjadi yang paling diminati oleh kaum perempuan (Depnakertrans, 2014). Upaya kaum perempuan terutama seorang ibu dalam pengambilan peran sebagai karyawan dapat dilatarbelakangi oleh usahanya untuk meringankan ekonomi keluarga. Selain itu, keterlibatan seorang ibu dalam pengambilan peran sebagai karyawan dapat juga dilatarbelakangi pada keadaan tertekan akan peranannya secara tradisional yang selalu hanya mengurusi hal-hal didalam rumah tangga. Seperti yang dikemukakan Nancy Kumala Sari Suhut (dalam Ihromi, 1999:169), kehidupan dibalik dinding rumah yang dirasakan para ibu secara terus menerus menyebabkan kebosanan pada diri mereka, dan bekerja di luar rumah merupakan solusi mengurangi kebosanannya. Tuntutan sosial dan kebutuhan psikologis juga menjadi faktor pendorong keikutsertaan kaum perempuan untuk bekerja. Kepuasaan tersendiri apabila dapat mengaplikasian ilmu yang dimiliki menjadi alasan meningkatnya kaum perempuan dalam dunia pekerjaan. Hal ini tidak hanya menjadi alasan bagi perempuan-

perempuan muda saja, tetapi juga pada perempuan yang sudah menyandang status sebagai ibu didalam keluarga. Keputusan mengambil peran sebagai pegawai/karyawan menyebabkan seorang ibu harus menjalankan multi peran. Bukan hanya menjalankan perannya dalam lingkup domestik saja, tetapi juga harus menjalankan perannya dalam lingkup publik. Sebagai seorang ibu, istri, dan ibu rumah tangga, ia harus bertanggung jawab atas tugasnya dalam mendidik anak, melayani suami, dan mengurus hal-hal rumah tangga. Sebagai seorang pekerja, ia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya dimana ia bekerja. Idealnya, seorang ibu yang memutuskan untuk bekerja di luar rumah harus bisa menjalankan kedua perannya tersebut dengan baik dan seimbang. Pengambilan keputusan seorang ibu untuk bekerja sebagai pegawai/karyawan tentu saja tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga dapat memberikan dampak negatif bagi keluarga. Dampak positif, ibu yang bekerja dapat meringankan perekonomian keluarga dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Dampak negatif, ibu yang bekerja kehilangan banyak waktu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan suami dan anaknya secara langsung serta tidak selalu ada pada saat-saat penting ketika sangat dibutuhkan, terutama pada ibu yang bekerja sebagai wanita karir. Tuntutan pekerjaan, jam kerja yang padat dan kesibukan bekerja menjadi faktor pemicu terhambatnya interaksi dan proses komunikasi antarpribadi seorang ibu dengan anaknya. Ibu yang sibuk bekerja hingga jarang mengurus anak akan mengakibatkan anak tidak merasa bahagia dan menimbulkan rasa benci terhadap ibunya karena tidak mengasuhnya (Mulyanti, 2013:41). Hal inilah yang dapat memicu anak tumbuh menjadi pribadi yang agresif dan dapat mendorong mereka melakukan tindakan-tindakan menyimpang. Keadaan lelah yang dirasakan istri atau ibu saat pulang kerja yang diakibatkan dari kesibukannya bekerja dapat menyebabkan ia kehabisan energi dan tidak bisa menemani anak bermain serta menemani suami dalam keadaan tertentu. Ketidaksanggupan istri atau ibu bekerja dalam menjalankan peran dan tugasnya ini dapat menyebabkan keretakan hubungan dalam rumah tangga yang dapat berujung pada perceraian.

Dalam upaya mencegah terjadinya perceraian dan perilaku menyimpang anak, seorang ibu yang bekerja haruslah dapat menjaga hubungan baik dengan suami maupun anak. Sebab hubungan baik yang terjalin dan terjaga antara suami, istri, dan anak dapat menciptakan sebuah keharmonisan keluarga. Salah satu cara dalam menjaga dan menjalin hubungan baik antar anggota keluarga yaitu dengan melakukan komunikasi. Komunikasi adalah satu hal yang penting dalam menciptakan dan menjaga keharmonisan keluarga. Dengan berkomunikasi, segala pesan dapat disampaikan oleh orang tua kepada anak ataupun dari anak kepada orang tua. Adi J Mustafa (2008) mengungkapkan bahwa seringnya masalah dalam keluarga muncul disebabkan oleh kemacetan komunikasi. Komunikasi yang macet akan membuat tujuan di dalam keluarga tersebut gagal tercapai (Hidayat, 2012:156). Shannon dan Weaver (1949) mengungkapkan komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya dengan atau tanpa disengaja (Cangara, 2006:19). Komunikasi dalam keluarga melibatkan adanya interaksi antara tiap anggota keluarga. Oleh karenanya, komunikasi dalam keluarga tidak terlepas halnya dengan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi didalam keluarga akan berjalan baik apabila didukung oleh interaksi dan hubungan baik diantara anggota keluarga tersebut. Komunikasi dalam keluarga penting untuk dibahas dalam penelitian karena setiap anggota keluarga saling terikat satu sama lainnya melalui proses interaksi dan komunikasi. Komunikasi keluarga yang efektif akan dapat menimbulkan saling pengertian, kesenangan, saling mempengaruhi sikap dan penghormatan, kedekatan, serta tindakan bersama-sama. Khususnya bagi seorang istri sekaligus ibu yang bekerja, komunikasi yang baik dengan suami dan anak menjadi sangat penting demi menjaga sebuah keharmonisan keluarga. Fenomena ibu bekerja sudah bukan menjadi fenomena yang baru dewasa ini. Ibu bekerja khususnya di kota-kota besar sudah tidak asing lagi untuk ditemui, seperti misalnya di Jakarta. Jakarta merupakan kota terbesar nomor satu di Indonesia. Jakarta sebagai ibukota negara merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta merupakan pusat kota dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi yang cukup pesat, baik pada sektor perdagangan, jasa, property, industri kreatif, maupun keuangan. Hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat Indonesia, tidak terkecuali bagi seorang ibu memutuskan untuk bekerja di Jakarta. Jakarta, sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, perusahaan asing, kantor sekretariat ASEAN, serta tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan seperti salah satunya yaitu Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (SetJen Kemendikbud) merupakan salah satu unit utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang berada di Jakarta. Berdasarkan pra-penelitian yang dilakukan peneliti di Setjen Kemendikbud, terdapat satu divisi yaitu di Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, yang memiliki jumlah pekerja wanita lebih banyak dibandingkan jumlah pekerja pria. Pekerja wanita dalam divisi ini berjumlah tiga puluh satu orang, sedangkan pekerja pria hanya berjumlah tujuh belas orang. Mayoritas dari pekerja wanita tersebut merupakan seorang ibu. Divisi ini pula yang sering mendapatkan jam kerja lebih dari biasanya, yang dikenal sebagai lembur. Seringnya lembur berkecenderungan membuat interaksi dan komunikasi para ibu bekerja tersebut dengan anak dan suaminya dirumah menjadi berkurang. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti komunikasi keluarga terhadap ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta dengan suami dan anak dalam hubungan harmonisasi keluarga. 1.2. Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti memfokuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana proses komunikasi antarpribadi ibu bekerja di Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta

dengan suami dan anak dalam waktu yang terbatas dalam hubungan harmonisasi keluarga? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui karakteristik ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. 2. Mengetahui proses komunikasi antarpribadi ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta dengan suami dan anak dalam waktu yang terbatas 3. Mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi pada proses komunikasi antara ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan suami dan anak. 4. Mengetahui skema hubungan keluarga dalam keluarga ibu bekerja pada Subbagian Tata Laksana dan Kepegawaian, Biro Umum, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam bidang komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai komunikasi keluarga yang diterapkan oleh ibu bekerja. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan

komunikasi dalam keluarga, serta hambatan-hambatan dan upaya-upaya ibu bekerja dalam menjaga hubungan harmonis dengan suami dan anak.