Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency)

Analisis Sektor Unggulan dan Hubungannya dengan Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Provinsi Jambi. Oleh; Irmanelly Ahmad Soleh

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

Jurnal Ekonomi, Bisnis dan kewirausahaan ISSN : Volume 1, Nomor 2, Tahun 2010 ANALISIS STRUKTUR EKONOMI SERTA BASIS EKONOMI

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA DAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

Potensi Sektor Perekonomian di Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari instansi

Keywords : transformation economic structure,base sectors,shift share,lq,mrp, Overlay

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

ANALISIS SEKTOR DETERMINAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BANTUL TAHUN

Gross Domestic Regional Product

BAB III METODE PENELITIAN

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN BLORA TAHUN

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN KINERJA TERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Henita Astuti 1, Sumarlin 2

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI)

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PATI. Eka Dewi Nurjayanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

PERUBAHAN STRUKTUR DAN TIPOLOGI EKONOMI KABUPATEN SAMBAS SRI MULYATI B

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN MUARA ENIM

Transformasi Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten Buleleng Periode

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

Kata kunci: Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB Per Kapita, Uji Beda Rata-rata (t test equal mean), Indeks Location Quotient (LQ).

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi

ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI KABUPATEN BANGLI DENGAN PENDEKATAN PERTUMBUHAN BERBASIS EKSPOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA TERNATE

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB III METODE PENELITIAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

Analisis Sektor/Sub Sektor Unggulan di Kabupaten Bungo

IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA TOMOHON TAHUN ( )

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BONE BOLANGO DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

PENENTU SEKTOR UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH: Studi Kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUDUS

Economics Development Analysis Journal

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

SEKTOR PEMBENTUK PDRB

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

ANALISIS SEKTOR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

Analisis Potensi Unggulan Kabupaten Kepulauan Yapen dalam Menopang Pembangunan Provinsi Papua Tahun

ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN BANYUWANGI

Analisis Sektor Unggulan dan Pergeseran Pangsa Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Klungkung

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA (STUDI KASUS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE )

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. baru, dengan dilaksanakannya UU No. 5 tahun Pokok- pokok yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

IDENTIFIKASI POSISI DAN KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG. Hendri Wibowo, Darsono*, Eka Dewi Nurjayanti

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN MERAUKE TAHUN Rizka Andani 1 Yundy Hafizrianda 2

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA SINGKAWANG DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

Pendapatan Regional/ Regional Income

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN TIMUR TENGAH SELATAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency.

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KOTA BANJAR ABSTRAK

Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol ISSN.:

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN WAROPEN

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT. Lina Suherty

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

Transkripsi:

EKO-REGIONAL, Vol 2, No.2, September 2007 APLIKASI MODEL STATIC DAN DYNAMIC LOCATION QUOTIENTS DAN SHIFT-SHARE DALAM PERENCANAAN EKONOMI REGIONAL (Studi Kasus Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan) Oleh: Nazipawati 1) 1) Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT The purposes of this research are: to identify the basic economic sectors of Ogan Komering Ulu (OKU) regency, and to know economic growth components of regency compared with the economic of South Sumatera Province. Used analysis tools are Static Location Quotient (SLQ), Dynamic Location Quotient (DLQ) and Shift-Share. The compare of SLQ and DLQ results show that OKU regency has basic economic sectors for now and the future in trade, restaurant and hotel sector, finance, construction rent enterprise service sector and services sector. In addition OKU regency have basic economic sectors for the future in mining and quarrying sector, manufacture sector, electricity, gas and water supply sector, construction sector and transportation and communication sector. Whereas shift-share analyzes results shows that economic sector growth has increased in 2003-2005 period in OKU regency, and the industrial mix shows negative result. Furthermore, OKU regency has no competitive advantages. Keywords: Static and Dynamic Location Quotients, Shift Share, Ogan Komering Ulu PENDAHULUAN Sejak otonomi daerah dicanangkan pemerintah pusat pada tanggal 1 Januari 2001, maka kewenangan daerah untuk melaksanakan program-program pembangunan di daerah semakin luas. Hal ini berarti datangnya era otonomi daerah memerlukan perhatian dari pemerintah daerah untuk mengembangkan alat perencanaan yang nantinya dapat berperan sebagai dasar kebijakan perencanaan pembangunan regional. Kebutuhan tersebut muncul dikarenakan perencanaan regional membutuhkan data atau informasi serta alat perencanaan yang memadai. Oleh karena itu para perencana daerah diharapkan dapat menyusun rencana-rencana pembangunan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan lokal. Setiap daerah tentu mempunyai potensi ekonomi yang tidak sama dengan daerah yang lain. Dengan kata lain masing-masing daerah pasti mempunyai sektor-sektor perekonomian unggulan yang berbeda dengan daerah yang lain. Oleh karena itu model perencanaan ekonomi regional yang praktis dan mudah untuk dilaksanakan bagi daerah akan sangat membantu untuk mendorong kemandirian dan pengoptimalan potensi yang dimiliki oleh daerah dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya (Fitanto dan Pratomo, 2004: 188-189). Menurut Arsyad (1999) perbedaan kondisi daerah membawa implikasi terhadap corak pembangunan yang diterapkan. Kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang ditetapkan di suatu daerah harus disesuaikan dengan kondisi (masalah, kebutuhan dan potensi) daerah yang bersangkutan. Penelitian ini akan mengkaji tentang potensi ekonomi kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), yaitu menentukan sektor-sektor basis (sektor - sektor unggulan). Hal ini penting karena menurut Blakely (1989) dalam Kuncoro (2004: 49) penentuan basis ekonomi merupakan salah satu tugas yang perlu dilakukan pada tahap pertama dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah. Selain itu penelitian ini juga akan melihat bagaimana komponen pertumbuhan ekonomi kabupaten OKU berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi propinsi Sumatera Selatan. METODE ANALISIS 1. Analisis Static Location Quotients dan Dynamic Location Quotients Untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan akan digunakan alat analisis Static Location Quotients dan Dynamic Location Quotients. Adapun formula yang digunakan untuk analisis Static Location Quotient (SLQ) adalah sebagai berikut (Yuwono, 2000: 140): SLQij = IDSij / IDSi IDSij = (Xij / n Yj) x 100 IDSi = (Xi / n Y) x 100 81

Aplikasi Model Static... (Nazipawati) Di mana: SLQij= Tingkat Spesialisasi Sektor i di kabupaten OKU IDSij = Indeks Dominasi Sektor i di kabupaten OKU IDSi = Indeks Dominasi Sektor i di propinsi Sumatera Selatan Xij = Nilai Tambah sektor i di kabupaten OKU Xi = Nilai Tambah sektor i di propinsi Sumatera Selatan Yj = PDRB kabupaten OKU Y = PDRB propinsi Sumatera Selatan n = Jumlah Sektor Dengan kriteria sebagai berikut: Jika SLQij < 1, maka sektor yang bersangkutan kurang terspesialisasi dibandingkan sektor yang sama di tingkat propinsi, sehingga bukan merupakan sektor unggulan; Jika SLQij = 1, maka sektor yang bersangkutan memiliki tingkat spesialisasi yang sama dengan sektor sejenis di tingkat propinsi, sehingga hanya cukup untuk melayani kebutuhan daerah sendiri; Jika SLQij > 1, maka sektor yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibandingkan sektor yang sama di tingkat propinsi, sehingga merupakan sektor unggulan. Namun analisis SLQ ini memiliki kelemahan yaitu kriteria ini bersifat statis yang hanya memberikan gambaran pada satu titik waktu. Hal ini berarti bahwa sektor yang unggul pada tahun ini belum tentu unggul pada tahun yang akan datang. Sebaliknya bisa saja sektor yang belum unggul pada saat ini akan unggul di masa yang akan datang. Oleh karena itu sebagai alternatif digunakan analisis Dynamic Location Quotient (DLQ). Adapun formula yang digunakan untuk analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah sebagai berikut: t IPPS ( 1 gij ) / ( 1 g j ) ij DLQ ij = ( Gi ) / ( G ) = 1 1 IPPSi dimana: DLQij= Indeks potensi sektor i di kabupaten OKU g ij = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor i di kabupaten OKU gj = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB kabupaten OKU G i = Laju pertumbuhan nilai tambah sektor i di propinsi Sumatera Selatan G = Rata-rata laju pertumbuhan PBRB propinsi Sumatera Selatan. t = Selisih tahun akhir dan tahun awal IPPS ij = Indeks Potensi Perkembangan sektor i di kabupaten OKU IPPS i = Indeks Potensi Perkembangan sektor i di propinsi Sumatera Selatan Adapun rumus untuk menentukan laju pertumbuhan tenaga kerja (Yuwono, 2000: 135) adalah sebagai berikut: 1/ t g ij = Eijt E ij0-1 dimana: g ij = adalah laju pertumbuhan nilai tambah sektor i di kabupaten OKU; E ijt E ij0 t = adalah nilai tambah sektor i di kabupaten OKU pada tahun akhir pengamatan (2005); = nilai tambah sektor i di kabupaten OKU pada tahun awal pengamatan (2003); dan; = eksponen sebagai selisih tahun akhir dan tahun awal pengamatan. Untuk menentukan g j, Gi dan G dapat digunakan rumus yang sama dengan rumus (5), namun untuk mencari gj, data yang digunakan adalah PDRB kabupaten OKU; untuk mencari Gi, data yang digunakan adalah nilai tambah sektor i di propinsi Sumatera Selatan sedangkan untuk mencari G, data yang digunakan adalah PDRB propinsi Sumatera Selatan. Untuk menginterpretasikan angka DLQij adalah jika DLQij>1 berarti potensi perkembangan sektor i kabupaten OKU lebih cepat dibandingkan dengan potensi perkembangan sektor i di propinsi Sumatera Selatan (sektor i tersebut berpotensi unggulan di kabupaten OKU). Jika DLQ = 1, berarti potensi perkembangan sektor i di kabupaten OKU sebanding dengan potensi perkembangan sektor i di propinsi Sumatera Selatan. Jika DLQij < 1 berarti potensi perkembangan sektor i di kabupaten OKU lebih rendah dibandingkan dengan potensi perkembangan sektor i di propinsi Sumatera Selatan (sektor i tersebut tidak berpotensi unggulan ) (Yuwono, 2000: 141-44). Untuk mempertajam analisis maka dilakukan analisis komparatif antara nilai SLQ dengan nilai DLQ (tabel 11.1), dengan kriteria dimana subsektor di kuadran (1) adalah subsektor belum unggul yang belum berpotensi unggulan; subsektor di kuadran (2) adalah subsektor yang belum unggul yang berpotensi unggulan; subsektor di kuadran (3) adalah subsektor unggulan yang tidak berpotensi unggulan lagi; subsektor di kuadran (4) adalah subsektor unggulan yang masih berpotensi unggulan (Yuwono, 2000: 445). 2. Analisis Shift-Share Untuk mengetahui bagaimana komponen pertumbuhan ekonomi kabupaten Ogan Komering Ulu berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi propinsi Sumatera Selatan digunakan analisis Shift- Share (Soepono, 1993). Analisis ini dirumuskan 82

EKO-REGIONAL, Vol 2, No.2, September 2007 dalam bentuk model sederhana sebagai berikut: Dij = Nij + Mij + Cij Jika analisis ini diterapkan dengan menggunakan sektor ekonomi/lapangan usaha, maka: Dij Nij = E * ij E ij = E ij x r n Mij = E ij (r in r n ) Cij = E ij (r ij r in ) dimana: r ij, r in dan r n mewakili laju pertumbuhan daerah dan laju pertumbuhan nasional atau daerah acuan yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut: r ij = r in = r n = (E E ) * ij E ij * in E ij (E E ) n in in * n En (E ) E dimana: E ij = Output/Nilai tambah sektor i di kabupaten OKU E in = Output/Nilai tambah sektor i di propinsi Sumatera Selatan E n = PDRB di propinsi Sumatera Selatan * = PDRB pada tahun akhir analisis HASIL PENELITIAN 1. Analisis Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ) Metode ini bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor basis/unggulan di kabupaten Ogan Komering Ulu. Berdasarkan hasil perbandingan nilai SLQ dan DLQ pada tabel 11.3 maka dapat disimpulkan bahwa sektor-sektor yang menjadi unggulan di kabupaten OKU, baik pada saat ini maupun untuk masa yang akan datang (sektor - sektor unggulan yang masih berpotensi unggulan) adalah sektor perdagangan, restoran & hotel, keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa. Lain halnya dengan sektor pertambangan & penggalian, industri pengolahan, listrik, gas & air bersih, bangunan dan pengangkutan & komunikasi merupakan sektorsektor yang belum unggul pada saat ini namun berpotensi unggulan di masa yang akan datang. Sedangkan sektor pertanian adalah sektor unggulan yang tidak berpotensi unggulan lagi. 2. Analisis Shift-Share Dengan menggunakan analisis ini akan dapat diketahui perubahan struktur ekonomi kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) selama periode 2003-2005. Sesuai dengan ciri-ciri perubahan struktur ekonomi, yaitu adanya pergeseran pangsa sektor primer yang semakin menurun dan sektor sekunder yang pangsanya semakin meningkat, serta sektor tersier yang semakin menunjukkan peranannya dalam pembentukan perekonomian daerah. Dalam upaya mengamati perubahan struktur ekonomi regional tersebut, berikut akan dicoba untuk mengaplikasikannya melalui indikator ekonomi yaitu PDRB. Perubahan sektor produksi nasional yang tergambar pada PDRB merupakan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu banyak para ahli ekonomi dari berbagai negara terutama negara sedang berkembang melakukan penelitian dengan menggunakan perubahan struktur sektor produksi (PDRB dan PDB) merupakan ukuran yang dapat memberi gambaran tentang perekonomian suatu negara atau wilayah/daerah melalui berbagai metode analisis antara lain metode analisis shift-share. Dengan tujuan untuk mengamati pergeseran struktur perekonomian daerah dalam hal ini pola perubahan nilai tambah (value added) sektor - sektor ekonomi dan perkembangannya secara lebih spesifik. Berdasarkan hasil analisis Shift-Share pada tabel 11.4. dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan selama tahun 2003-2005 membawa pengaruh positif bagi PDRB kabupaten OKU yang ditandai dengan meningkatnya PDRB sebesar Rp. 203.041,65 juta. Komponen pertumbuhan yang paling menonjol peranannya dalam pembentukan atau pertumbuhan nilai PDRB berasal dari sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 58.385,77 juta dan sektor pertanian yaitu sebesar 47.609,01 juta. Komponen bauran industri mengukur sejauh mana laju pertumbuhan output sektoral di kabupaten OKU mempunyai karakteristik yang berbeda dengan laju pertumbuhan output sektor yang sama di Sumatera Selatan. Berdasarkan tabel 11.4 dapat dilihat bahwa komponen bauran industri mempunyai pengaruh yang negatif terhadap PDRB. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya PDRB kabupaten OKU sebesar Rp.572,6 juta, dimana komponen yang memberikan pengaruh negatif yang paling besar adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp. 53.402,91 juta. 83

Aplikasi Model Static... (Nazipawati) Tabel 11.1. Klasifikasi Sektoral atas Dasar Analisis Komparatif Kriteria DLQi < 1 DLQi > 1 SLQi < 1 (1) (2) SLQi > 1 (3) (4) Sumber: Yuwono (2000: 445) Tabel 11.2. Hasil Perhitungan SLQ Kabupaten Ogan Komering Ulu (dalam persen) No Lapangan Usaha Indeks SLQ 2003 2004 2005 Rata-Rata 1 Pertanian 1,215900584 1,235786020 1,259172313 1,236952972 2 Pertambangan & Penggalian 0,984148849 0,995856901 0,996784000 0,992263250 3 Industri Pengolahan 0,627049076 0,618140982 0,611534675 0,618908244 4 Listrik, Gas & Air Bersih 0,464053788 0,458960306 0,450874889 0,457962994 5 Bangunan 1,017697638 0,984284056 0,974717016 0,992232904 6 Perdagangan,Restoran & Hotel 1,220058652 1,206945300 1,193804968 1,206936307 7 Pengangkutan & Komunikasi 0,490783624 0,472307730 0,450102677 0,471064677 8 Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan 1,102975033 1,072998497 1,056898348 1,077623959 9 Jasa-jasa 1,235323806 1,250076090 1,249160266 1,244853387 Sumber: diolah dari data BPS, OKU dan SUM-SEL Dalam Angka Tahun 2005 Tabel 11.3. Perbandingan Nilai SLQ dan Nilai DLQ Kabupaten OKU 2003-2005 No Lapangan Usaha SLQ*) DLQ 1 Pertanian (3) 1,236952972 0,992957421 2 Pertambangan & Penggalian (2) 0,992263250 1,003031985 3 Industri Pengolahan (2) 0,618908244 1,003031985 4 Listrik, Gas & Air Bersih (2) 0,457962994 1,003031985 5 Bangunan (2) 0,992232904 1,002020507 6 Perdagangan,Restoran & Hotel (4) 1,206936307 1,003031985 7 Pengangkutan & Komunikasi (2) 0,471064677 1,002020507 Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan (4) 1,077623959 1,002020507 8 9 Jasa-jasa (4) 1,244853387 1,003031985 *) diambil nilai rata-ratanya No Tabel 11.4. Koefisien Shift-Share Kabupaten Ogan Komering Ulu (dalam Juta Rupiah) Lapangan Usaha Nij Mij Cij Dij 2003-2005 2003-2005 2003-2005 2003-2005 1 Pertanian 47609,01421 13166,24853-496146,26300-435371 2 Pertambangan & Penggalian 58385,77198-53402,90649-8246,86549-3264 3 Industri Pengolahan 22347,31586 2759,98200-12826,29790 12281 4 Listrik, Gas & Air Bersih 428,26627 144,93303-268,19929 305 5 Bangunan 14017,98781 10301,92889-11352,91670 12967 6 Perdagangan,Restoran & Hotel 30762,45229 15011,63088-17079,08320 28695 7 Pengangkutan & Komunikasi 3550,23719 5376,34948-4864,58667 4062 8 Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan 8003,54705 4388,63638-6339,18343 6053 9 Jasa-jasa 17937,05562 1680,59768-3105,65331 16512 Total 203041,64830-572,59963-560229,04900-357760 Sumber: diolah dari data BPS, OKU dan SUM-SEL Dalam Angka Tahun 2005 84

Komponen keunggulan kompetitif membantu dalam menentukan apakah sektor ekonomi suatu daerah kompetitif dibandingkan dengan sektor yang sama di Sumatera Selatan. Sisi keunggulan kompetitif adalah sektor-sektor yang mempunyai pengaruh kompetitifnya positif, namun pada tabel 11.4 dapat dilihat bahwa semua sektor adalah sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif yang negatif bagi kabupaten OKU. Dengan kata lain sektor-sektor di kabupaten OKU belum memiliki keunggulan kompetitif. KESIMPULAN Dari interpretasi dan pembahasan mengenai sektor unggulan dengan alat analisis Static Location Quotient dan Dynamic Location Quotient serta Shift-Share maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Selama periode pengamatan tahun 2003 2005 sektor-sektor yang menjadi unggulan di kabupaten OKU, baik pada saat ini maupun untuk masa yang akan datang (sektor -sektor unggulan yang masih berpotensi unggulan) adalah sektor perdagangan, restoran & hotel, sektor keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Namun ada juga sektor-sektor yang belum unggul pada saat ini namun berpotensi unggulan di masa yang akan datang yaitu sektor pertambangan & penggalian, industri pengolahan, listrik, gas & air bersih, bangunan dan pengangkutan & komunikasi. 2. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan selama tahun 2003-2005 membawa pengaruh positif bagi PDRB kabupaten OKU yaitu meningkat sebesar Rp. 203.041,65 juta. Komponen pertumbuhan yang paling menonjol peranannya dalam pembentukan atau pertumbuhan nilai PDRB berasal dari sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 58.385,77 juta dan sektor pertanian yaitu sebesar 47.609,01 juta. Komponen bauran industri mempunyai pengaruh yang negatif terhadap PDRB, sehingga menyebabkan berkurangnya PDRB kabupaten OKU sebesar Rp.572,6 juta, dimana komponen yang memberikan pengaruh negatif yang paling besar adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp. 53.402,91 juta. Semua sektor di Kabupaten OKU memiliki nilai keunggulan kompetitif yang negatif. Hal berarti bahwa sektor-sektor di kabupaten OKU belum memiliki keunggulan kompetitif. Dari hasil penelitian ini, saran rekomendasi kebijakan yang dapat disampaikan antara lain; 1. Bagi pemerintah daerah diharapkan menggunakan masukan dari studi ini tentang pentingnya identifikasi sektor unggulan bagi Kabupaten OKU, dengan alasan: (1) dapat merangsang pertumbuhan sektor dan subsektor lain dengan adanya keterkaitan antar sektor (forward dan backward linkages), (2) secara agregat sektor unggulan dapat memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU dan wilayah sekitarnya. Namun demikian, sebaiknya juga dilakukan penelitian lanjutan di lapangan karena bagaimanapun juga hasil penelitian yang didasarkan pada variabelvariabel data sekunder memiliki kelemahankelemahan terutama berkaitan dengan akurasi data. Dengan penelitian lapangan yang lebih intensif diharapkan hasil kajian penelitian ini mendapatkan dukungan empiris, sehingga arah kebijakan yang akan diambil akan lebih terarah. 2. Studi ini memang telah merumuskan hasil berupa sektor-sektor yang dapat dianggap sebagai unggulan di kabupaten Ogan Komering Ulu. Untuk masa yang akan datang diharapkan akan ada penelitian lanjutan mengenai identifikasi sektor unggulan bukan hanya sampai subsektor tetapi bahkan sampai pada komoditi unggulan daerah. Sehingga diharapkan kebijakan pemerintah akan lebih akurat.berkaitan dengan perubahan situasi perekonomian yang dinamis, maka perlu dilakukan penelitian mengenai sektor unggulan secara periodik, karena kondisi perekonomian suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimensional maupun wilayah. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Kabupaten Ogan Komering Ulu Dalam Angka. BPS. Kabupaten OKU... 2005. Sumatera Selatan Dalam Angka. BPS. Propinsi Sumatera Selatan. Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.(edisi pertama). BPFE. Yogyakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga. Jakarta. Soepono, Prasetyo. 1993. Analisis Shitf-Share: Perkembangan dan Penerapan. Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia, No. 1 Tahun III, Vol. 43.

Aplikasi Model Static... (Nazipawati) Fitanto, B dan Pratomo, D.S. 2004. Model Location Quotients dan Shift-Share dalam Perencanaan Ekonomi Regional (Studi Empiris Pada Tiga Kabupaten di Jawa Timur), Jurnal Ilmu-ilmu Sosial. Vol 16, No. 2 Yuwono, P.(2000). Perencanaan dan Analisis Kebijakan Pembangunan edisi 1. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga 86