EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

I. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Serbuk Temulawak Sebagai Bahan Baku Minuman

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

LAPORAN KIMIA ORGANIK

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu negara

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

Sukaryo Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Pandanaran Jl. Banjarsari Barat No. 1 Semarang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

BAB III METODE PENELITIAN

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. NASKAH SOAL (Terbuka)

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PEMBUATAN BIOETHANOL DARI AIR CUCIAN BERAS (AIR LERI) SKRIPSI. Oleh : CINTHYA KRISNA MARDIANA SARI NPM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

Revisi BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penetapan Kadar Sari

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

TEKNOLOGI REMPAH-REMPAH DAN MINYAK ATSIRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

REKRISTALISASI REKRISTALISASI

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

PRODUKSI PATI TEMU LAWAK SEBAGAI ALTERNATIF PEMANFAATAN TEMU LAWAK UNTUK BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN PANGAN : STUDI KASUS DI DESA PABUARAN, KEC

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA MINYAK KELAPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

REAKSI KURKUMIN DAN ETIL AMIN DENGAN ADANYA ASAM

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1 Dokumentasi Serbuk Rami padi yang telah di blender.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

L A M P I R A N. Lampiran 1. Dokumentasi. Gambar 1. Mesin Operator MBE. Gambar 2. Mesin Operator MBE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III. METODE PENELITIAN

PERANCANGAN PERALATAN PENGONGSENGAN BIJI KOPI SISTIM BLOWER ABSTRAK

Transkripsi:

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL A. F. Ramdja, R.M. Army Aulia, Pradita Mulya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ABSTRAK Temulawak ( Curcuma xanthoriza Roxb ) merupakan sejenis rempah yang banyak digunakan sebagai obat, sumber karbohidrat, bahan penyedap masakan dan minuman, serta pewarna alami untuk makanan, dan kosmetika. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak kandungan kurkumin dalam temulawak. Variabel proses ekstraksi kurkumin dari temulawak ini adalah jumlah pelarut, lamanya waktu ekstraksi, dan besarnya konsentrasi yang berpengaruh terhadap tumbukan dan laju reaksi, serta ukuran suatu bahan yang berbentuk serbuk mempunyai permukaan yang jika dibandingkan dengan yang berbentuk lempengan akan lebih cepat bereaksi dan pengadukan yang mempengaruhi pencampuran zat agar menjadi homogeny sehingga tumbukan antara partikel partikelnya lebih cepat. Rasio perbandingan antara jumlah temulawak dan jumlah ethanol yang berpengaruh terhadap banyaknya jumlah solven yang digunakan, maka kemampuan solven untuk melarutkan solute semakin besar. Kondisi operasi yang paling baik adalah 4 jam waktu proses, konsentrasi 80%,suhu 110 o C, dan volume pelarut 100 ml. Kata Kunci : Kurkumin, Temulawak I. PENDAHULUAN Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb ) merupakan salah satu tanaman rempah kekayaan bumi Indonesia yang telah tersohor manfaat dan khasiatnya sejak dahulu kala. Temulawak sebagaimana nama padananya, Curcuma javanica,dipercaya sebagai tumbuhan asli Indonesia, yang kemudian menyebar ke beberapa Negara, seperti Malaysia, Cina bagian selatan, Thailand, Birma, India, dan Fillipina. Temulawak dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada pengolahan makanan serta sebagai salah satu bahan untuk pembuatan jamu tradisional. Temulawak dengan kandungan kurkumin-nya juga dikenal sebagai anti-tumor, antioksidan, obat malaria dan juga dapat mencegah tertularnya HIV pada manusia. Dengan mengekstrak kukurmin dari temulawak tentu kan lebih baik dalam penggunaanya. Kurkumin dari temulawak dapat diambil dengan menggunakan cara ekstraksi, ekstraksi adalah istillah yang digunakan untuk operasi dimana suatu konstituen padat atau cair dipindahkan dicairan lainnya dimana solven yang digunakan adalah etanol. Etanol memiliki sifat yang sama seperti methanol, tetapi etanol tidak beracun seperti methanol. Kegunaan etanol yaitu sebagai pelarut, perfume, serat sintesis, bahan bakar, untuk membuat obat (tonikum), desinfektan, dan minuman keras. Temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixed oil), sellulosa dan mineral. Dari beberapa senyawa tersebut yang merupakan zat warna kuning kurkuminoid merupakan salah satu bahan pewarna alami (natural curcumin) yang aman digunakan untuk pewarna makanan dan tekstil. 1.1. Rumusan Masalah Adapun permasalahan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak kurkumin (zat pewarna kuning) yang terdapat dalam temulawak dengan memvariasikan variable kecepatan, ukuran temulawak, konsentrasi etanol, waktu pengadukan, dan ratio perbandingannya. 1.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh kecepatan pengadukan terhadap ekstraksi kurkumin yang didapat dari temulawak. 2. Berapa rasio perbandingan agar didapat kurkumin yang maksimal. 52 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009

3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan kurkumin dalam mengekstrak temulawak dengan menggunakan pelarut etanol. 4. Mengetahui pengaruh ukuran temulawak terhadap banyaknya kurkumin yang terlarut dalam etanol. 5. Pada konsentrasi berapa etanol yang sesuai untuk mengekstrak temulawak. 1.3. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Masyarakat agar lebih mengetahui bahwa pewarna kuning berasal dari kurkumin. 2. Mengetahui bagaimana proses yang digunakan untuk mendapatkan kurkumin. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Temulawak Temulawak ( Curcuma xanthoriza Roxb ) merupakan salah satu tanaman rempah. Temu Lawak termasuk familia Zingiberaceae. Tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 5-750 meter di atas permukaan laut. Dapat ditemui di hutan jati, di tempat yang beralang-alang, atau ditanam di halaman rumah. 2.2 Etanol (C 2 H 5 OH) Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C 2 H 5 OH atau rumus empiris C 2 H 6 O. 2.3 Antioksidan Antioksidan secara umum didefinisikan sebagai senyawa senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. 2.5 Evaporasi Evaporasi atau penguapan merupakan suatu proses dimana suatu bahan dalam keadaan cairan diubah menjadi dalam keadaan gas/uap. 2.6 Adsorpsi Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut adsorbat, sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Unsri Indralaya pada bulan Februari 2009. 3.2 Alat dan Bahan a. Bahan yang digunakan 1. Sampel temulawak parut dan potong 2. Etanol 40%,60%, dan 80% 3. Aquadest b. Alat yang digunakan 1. Beker gelas 2. Erlenmeyer 3. Stirred 4. Parutan 5. Penutup ( karet atau plastik ) 6. Pisau 7. Water bath 8. Gelas Ukur 9. Kertas saring Prosedur Kerja Persiapan Sampel Pelarutan (Adsorbsi) Ekstraksi Evaporasi Hasil Ekstraksi Prosedur Analisa Data Tahap pengambilan data ini dilakukan dengan cara penimbangan filtrate dan kertas saring setiap dua menit sampai beratnya konstan. 2.4 Ekstraksi Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan unsure pokok dari sebuah campuran yang menggunakan daya larut yang istimewa dari satu komponen atau lebih pada fase kedua. Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009 53

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Temulawak Parut 50 gr ; 50 ml etanol 40% ekstraksi temulawak parut 50 gr: : 50 ml etanol 40%, dimana hasil ekstraksi terkecilnya terjadi yaitu sebanyak 1.72 gram (3.44 % yield kurkumin = % berat kurkumin) karena pengadukannya tidak belum begitu banyak sehingga belum jenuh dan solute masih dapat terlarut lagi, dan hasil ekstraksi dalam waktu empat jam yaitu sebanyak 2.62 gram (5.24 % yield kurkumin = % berat kurkumin) banyak dan adsorbsinya sempurna, dan pada waktu operasi empat jam jumlah solute dalam solven telah jenuh sehingga penambahan waktu saat proses tidak berpengaruh lagi terhadap jumlah kurkumin. Temulawak Parut 50 gr ; 50 ml etanol 60% ekstraksi temulawak parut 50 gr : 50 ml etanol 60 % dimana hasil ekstraksinya semakin banyak etanol 40 % yang memiliki kadar air lebih banyak dan kurkumin itu tidak larut dalam air hanya larut pada etanol. Hasil ekstraksi terkecilnya terjadi yaitu sebanyak 1.81 gram (3.62 % yield kurkumin = % berat kurkumin) karena pengadukannya tidak belum begitu banyak sehingga solven belum jenuh dan solute masih dapat terlarut lagi, dan hasil rpm pada waktu enam jam yaitu sebanyak 2.60 gram (5.20 % yield kurkumin = % berat kurkumin) karena pengadukannya lebih homogen yang menyebabkan tabrakan antar molekulnya lebih banyak dan adsorbsinya sempurna, perubahan pada waktu operasi waktu empat jam dan enam jam tidak berpengaruh lagi terhadap jumlah kurkumin karena jumlah solute dalam solven telah jenuh, perubahan ini terjadi karena saat menimbang neraca analitisnya tidak begitu akurat lagi selalu berubah yang dipengaruhi ketidakrataan tempat untuk menimbang. Temulawak Parut 50 gr ; 50 ml etanol 80% ekstraksi temulawak parut 50 gr : 50 ml etanol 80% dimana hasil ekstraksinya semakin banyak etanol 60 % yang memiliki kadar air lebih banyak dan kurkumin itu tidak larut dalam air hanya larut pada etanol, hasil ekstraksi terkecilnya terjadi yaitu sebanyak 2.15 gram (4.30 % yield kurkumin = % berat kurkumin) karena pengadukannya lebih molekulnya lebih banyak dan adsorbsinya sempurna, perubahan pada waktu operasi waktu empat jam dan enam jam tidak berpengaruh lagi terhadap jumlah kurkumin karena jumlah solute dalam solven telah jenuh pada waktu empat jam, perubahan ini disebabkan saat menimbang karena neraca analitisnya tidak begitu akurat lagi selalu berubah yang dipengaruhi ketidakrataan tempat untuk menimbang. 54 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009

Temulawak Potong 50 gr ; 50 ml etanol 40% ekstraksi temulawak potong 50 gr : 50 ml etanol 40%, hasil ekstraksinya lebih kecil dibandingkan dengan yang halus karena luas bidang sentuh antara temulawak dan etanol tidak banyak dan mempengaruhi adsopsinya dan pada saat pemotongan dengan menggunakan alat banyak kurkumin yang tertinggal di alat, hasil ekstraksi terkecilnya terjadi pada kecepatan 60 rpm dalam waktu dua jam yaitu sebanyak 1.20 gram (2.40 %yield kurkumin = % berat kurkumin) karena pengadukannya tidak homogen yang jam solute dalam solven belum begitu banyak sehingga solven belum jenuh dan solute masih dapat terlarut lagi, dan hasil ekstraksi dalam waktu empat jam yaitu sebanyak 2.54 gram (5.08 %yield kurkumin = % berat kurkumin) jenuh pada waktu empat jam. Temulawak Potong 50 gr ; 50 ml etanol 60% ekstraksi temulawak potong 50 gr : 50 ml etanol 60 % dimana hasil ekstraksinya semakin banyak ( dari temulawak potong 50 gr : 50 ml etanol 40 %) etanol 40 % yang memiliki kadar air lebih banyak dan kurkumin itu tidak larut dalam air hanya larut pada etanol, hasil ekstraksi terkecilnya terjadi yaitu sebanyak 1.34 gram (2.68 %yield kurkumin = %berat kurkumin) karena pengadukannya tidak masih dapat terlarut lagi, dan hasil ekstraksi pada waktu enam jam yaitu sebanyak 2.55 gram (5.10 %yield kurkumin = % berat kurkumin) disebabkan saat menimbang karena neraca analitisnya tidak begitu akurat lagi selalu berubah yang dipengaruhi ketidakrataan tempat untuk menimbang. Temulawak Potong 50 gr ; 50 ml etanol 80% ekstraksi temulawak potong 50 gr : 50 ml etanol 80 % dimana hasil ekstraksinya semakin banyak etanol 60% yang memiliki kadar air lebih banyak, 60 rpm dalam waktu dua jam yaitu sebanyak 1.51 gram (3.02 %yield kurkumin = %berat kurkumin) disebabkan oleh waktu operasi pada dua jam jumlah solute dalam solven belum begitu banyak sehingga solven belum jenuh dan solute masih dapat terlarut lagi, dan hasil ekstraksi pada waktu empat jam yaitu sebanyak 2.58 gram (5.16 % yield kurkumin = % berat kurkumin) Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009 55

Temulawak Parut 50 gr ; 100 ml etanol 40% ekstraksi temulawak parut 50 gr : 100 ml etanol 40%, dimana hasil ekstraksinya semakin banyak dibandingkan dengan hasil ekstraksi temulawak 50 gr : 50 ml etanol, karena jumlah pelarutnya semakin banyak yang menyebabkan semakin banyak solute teradsorpsi, hasil ekstraksi terkecilnya pada kecepatan 60 rpm dalam waktu dua jam yaitu sebanyak 2.46 gram (4.92 %yield kurkumin = %berat kurkumin) karena pengadukannya tidak homogen yang banyak sehingga solven belum jenuh dan solute masih dapat terlarut lagi, dan hasil ekstraksi dalam waktu enam jam yaitu sebanyak 2.66 gram (5.32%yield kurkumin = % berat kurkumin) Temulawak Parut 50 gr ; 100 ml etanol 60% ekstraksi temulawak parut 50 gr : 100 ml etanol 60 % dimana hasil ekstraksi semakin banyak, 60 rpm dalam waktu dua jam yaitu sebanyak 2.48 gram (4.96 %yield kurkumin = %berat kurkumin) banyak sehingga solven belum jenuh dan solute masih dapat terlarut lagi, dan hasil ekstraksi pada waktu empat jam yaitu sebanyak 2.69 gram (5.38 %yield kurkumin = %berat kurkumin) pada waktu operasi empat jam dan enam jam tidak berpengaruh lagi terhadap jumlah kurkumin karena jumlah solute dalam solven telah jenuh pada waktu empat jam, perubahan ini disebabkan saat menimbang. Temulawak Parut 50 gr ; 100 ml etanol 80% ekstraksi temulawak parut 50 gr : 100 ml etanol 80% dimana hasil ekstraksinya semakin banyak etanol 60% yang memiliki kadar air lebih banyak, 60 rpm dalam waktu dua jam yaitu sebanyak 2.50 gram (5.00%yield kurkumin = %berat kurkumin) banyak sehingga solven belum jenuh, dan hasil rpm pada enam jam yaitu sebanyak 2.62 gram (5.24 %yield kurkumin = %berat kurkumin) 56 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009

kurkumin karena jumlah solute dalam solven pada waktu empat jam, perubahan ini disebabkan saat menimbang. Temulawak Potong 50 gr ; 100 ml etanol 40% ekstraksi temulawak potong 50 gr : 100 ml etanol 40%, hasil ekstraksinya lebih kecil dibandingkan dengan yang halus karena luas bidang sentuh antara temulawak dan etanol tidak banyak dan mempengaruhi adsopsinya dan pada saat pemotongan dengan menggunakan alat banyak kurkumin yang tertinggal di alat, dimana hasil ekstraksi terkecilnya terjadi pada kecepatan 60 rpm dalam waktu dua jam yaitu sebanyak 1.34 gram (2.68 %yield kurkumin = %berat kurkumin) banyak sehingga solven belum jenuh, dan hasil rpm dalam waktu empat jam yaitu sebanyak 2.61 gram (5.22 %yield kurkumin = % berat kurkumin) Temulawak Potong 50 gr ; 100 ml etanol 60% ekstraksi temulawak potong 50 gr : 100 ml etanol 60% dimana hasil ekstraksinya semakin banyak etanol 40% yang memiliki kadar air lebih banyak, 60 rpm dalam waktu dua jam yaitu 2.14 gram (4.28 %yield kurkumin = %berat kurkumin) banyak sehingga solven belum jenuh, dan hasil rpm pada waktu empat jam yaitu sebanyak 2.63 gram (5.26 %yield kurkumin = %berat kurkumin) Temulawak Potong 50 gr ; 100 ml etanol 80% ekstraksi temulawak potong 50 gr : 100 ml etanol 80% dimana hasil ekstraksinya semakin banyak etanol 60% yang memiliki kadar air lebih banyak, dimana hasil ekstraksi terkecilnya terjadi pada kecepatan 60 rpm dalam waktu dua jam yaitu sebanyak 2.25 gram (4.50 %yield kurkumin = %berat kurkumin) karena pengadukannya tidak belum begitu banyak sehingga solven belum jenuh, dan hasil ekstraksi terbanyaknya terjadi pada kecepatan 100 rpm pada waktu enam jam yaitu sebanyak 2.65 gram (5.30%yield kurkumin = % berat kurkumin) karena pengadukannya lebih molekulnya lebih banyak dan adsorbsinya Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009 57

sempurna, perubahan pada waktu operasi waktu empat jam dan enam jam tidak berpengaruh lagi terhadap jumlah kurkumin karena jumlah solute dalam solven telah jenuh pada waktu empat jam, perubahan ini V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini pengadukan mempengaruhi proses pelarutan pada pengadukan 100 rpm hasil kurkumin yang didapat semakin banyak, hasil kurkumin yang terbanyak yaitu 2.69 gram sebanyak 5.38 % yield (grafik 4.8). 2. Rasio perbandingan 50 gram temulawak parut (halus) : 100 ml etanol lebih banyak menghasilkan kurkumin, karena kemampuan solven untuk melarutkan semakin besar. 3. Waktu yang terbaik untuk ekstraksi kurkumin adalah selama 4 jam, lebih dari waktu tersebut tidak terjadi perubahan lagi karena solvennya telah jenuh. 4. Hasil kurkumin yang paling banyak yaitu dengan menggunakan temulawak halus, karena luas permukannya besar. 5. Etanol yang terbaik sebagai pelarut adalah etanol 80%. VI. DAFTAR PUSTAKA Fessenden dan Fessenden.1992. Kimia Organik Jlid I Edisi ketiga.jakarta: Erlangga. Novilia Sari dan Lina Thalib,2000, Proses Pengambilan Zat Warna dari Ekstrak Kunyit untuk Pewarna Tekstil,Indralaya: Palembang. Robinson,Trevol. kandungan Organik Tumbuhan Tinggi,Bandung:ITB Rukmana,Rahmat,1995. Kunyit,Majalengka:Kanisius Suharman,Andi.Drs.2003. Peningkatan Mutu Minyak Goreng dari Buah Kelapa dengan Menggunakan Zeolit Alam dan Ekstrak Kunyit..Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya:Indralaya. http://ms.wikipedia.org/wiki/te mulawak.06 Februari 2009 at 20:00 pm http://en.wikipedia.org/wiki/cur cumin. 07 Februari 2009 at 09:00 am http://www.chem-is-try.org 07 Februari 2009 at 21:00 pm 5.2 Saran 1. Lanjutkan penelitian ini dengan menggunakan pelarut lain seperti benzene dan aseton. 2. Perlu diteliti lebih lanjut dengan menggunakan variable yang lain dan perbandingan yang lebih banyak. 58 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 16, Agustus 2009