BAB I PENDAHULUAN. dan pelayanan pendidikan kepada masyarakat. yang terjadi. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akhlak maupun pendidikan ilmu umum. Pendidikan telah mengubah manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapakan pendidikan karena manusia mempunyai kelebihan dan titik

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki alat-alat potensial yang harus dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai dengan harapan. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. 2

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. 2 Matematika adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I 1.1 Latar Belakang UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab II Pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

JURNAL. Oleh: SUYATI NPM Dibimbing oleh : 1. Dra. Budhi Utami, M.Pd. 2. Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd.

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KOMPUTER DENGAN PENDEKATAN RME PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan lingkungannya,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, pendidikan sangatlah penting. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kepribadian seseorang akan dibangun. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dihadapkan pada berbagai perubahan dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, serta globalisasi yang melanda dunia termasuk bangsa Indonesia. Lewat perubahan itu, dunia pendidikan dituntut mampu memberikan kontribusi nyata berupa peningkatan kualitas hasil dan pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 4

2 Tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku yang diinginkan terjadi setelah siswa belajar. 2 Dalam Undang-undang RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II menyatakan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3 Salah satu ilmu yang mendukung kemajuan dan pembangunan ilmu teklologi adalah matematika. Matematika diajarkan di sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Dijelaskan, bahwa matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpadu pada perkembangan IPTEK. 4 Untuk mengetahui tercapai tujuan pendidikan dengan mengetahui hasil belajar siswa, hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan 2 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hal. 35 3 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan..., hal. 310 4 Erman Suherman, et. all., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal 56

3 pendidikannya. 5 Namun di Indonesia hasil belajar siswa masih sangat memprihatinkan. Hasil penelitian The Third International mathematic an Science Study Repeat (TIMSS-R) pada tahun 1999 menyebutkan, bahwa diantara 38 negara, prestasi siswa SMP Indonesia berada dalam urutan 34 untuk matematika. Sementara hasil nilai matematika pada ujian Nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan tapi ternyata hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan. 6 Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa sampai saat ini hasil belajar matematika masih rendah. Hal ini dapat terlihat dari hasil pra survey nilai hasil belajar matematika siswa kelas VIII di SMP Islam Durenan Tahun Pelajaran 2011/2012 bahwa masih banyak siswa yang memperoleh nilai hasil belajar di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil observasi dan wawancara yang ditujukan bagi siswa kelas VIII SMP Islam Durenan, diperoleh hasil: 1. Masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan saat pembelajaran matematika. 5 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hal.46-47 6 Moch Masykur dan Abdul Halim Fatoni, Mathematical Intelegence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 72

4 2. Masih terdapat siswa yang tidak bisa mengerjakan soal baik tugas maupun latihan yang diberikan oleh guru secara individu. 3. Masih terdapat siswa yang cenderung menyalin jawaban guru daripada mengerjakan sendiri. 4. Siswa yang pandai lebih mendominasi dalam pembelajaran maupun pengerjaan soal secara individu. 5. Banyak siswa yang tidak bertanya saat diberikan kesempatan bertanya karena takut diremehkan oleh teman-temannya. 6. Banyak siswa yang beranggapan mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan, sehingga interaksi antara siswa dan guru saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat rendah. 7. Sebagian siswa masih menunggu perintah yang harus dikerjakan, jarang sekali yang memiliki inisiatif dalam belajar. Kejadian tersebut sering terjadi pada jam-jam kosong, tidak dimanfaatkan untuk belajar, sehingga sangat sulit menuntaskan materi belajar. Selain itu, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru sering kali berceramah panjang lebar menjelaskan materi yang diajarkan dan memaksakan kepada siswa untuk mendengarkan ceramah yang diberikan. Akibat guru yang demikian, maka banyak siswa yang hanya duduk dengan posisi diatas meja atau hanya tangan berada di bawah meja. Hal ini

5 terjadi, karena siswa ingin mendengarkan ceramah, dan siswa tidak berbicara sendiri. Padahal berdasarkan pengamatan model ceramah itu selain tidak efektif, juga mendatangkan kebosanan, apabila model ceramah yang dilakukan guru tidak menarik. Akibatnya hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, padahal siswa dan guru sudah berusaha keras, tetapi nilainya selalu rendah. 7 Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kebanyakan bersifat teacer centered, proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh guru. Seharusnya guru memberi strategi belajar yang berpusat pada siswa, strategi belajar yang menjadikan siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, menjadikan siswa trampil dan berani mengemukakan pendapatnya serta meningkatkan hasil belajar siswa. Strategi mengajar dianggap relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pembelajaran. Melihat permasalahan-permasalahan di atas, maka guru dituntut untuk memberikan perubahan yang lebih baik. Guru harus mampu menumbuhkan kreativitas siswa dan model pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa secara maksimal, sehingga berdampak terhadap peningkatkan prestasi belajar siswa, terutama dalam pembelajaran matematika. 7 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Beajar, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002), hal. 213

6 Dalam arti luas belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat dilakukan selain guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman sekelas, atau keluarganya dari rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang yang lebih pandai disebut tutor. Tutor sebaya adalah teman yang lebih pandai. 8 Teman sebaya dikelas bisa menjadi guru bagi yang lainnya. Guru kelas hanya berperan sebagai fasilitator, membiarkan mereka belajar sendiri dalam kelas. Proses belajar teman sebaya memungkinkan anak belajar dengan caranya sendiri. Anak bisa menjadi guru bagi temannya. Mereka bisa menggunakan bahasanya sendiri yang lebih mudah dipahami. Komunikasi bisa berjalan tanpa hambatan. Karena pola pikir mereka sama, bahasa yang dipakai seperti ketika bermain bersama. 9 Di samping itu adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh teman sebangku atau teman untuk melaksanakan perbaikan. 10 Sistem tutor sebaya dilakukan atas dasar bahwa ada sekelompok siswa yang lebih mudah bertanya, lebih terbuka dengan teman sendiri dibandingkan dengan gurunya. Karena mereka memiki banyak kesamaan ciri-ciri sosial yaitu tingkat usia, tingkah laku atau psikologis. 11 Untuk mendukung 8 Ibid., hal. 276 9 Y. B. Mangunwijaya, Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional, (Yogyakarta:Kanisius, 2007), hal.108 10 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 25 11 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005), hal.145

7 keterlaksanaan model pembelajaran tutor sebaya ini guru harus memilih materi yang tepat. Adapun materi yang digunkan adalah bangun ruang prisma dan limas. Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar, serta beberapa bidang yang saling berpotongan menurut garis sejajar. Dua bidang sejajar tersebut dinamakan bidang alas dan bidang atas. Bidang-bidang lainnya disebut bidang tegak, sedangkan jarak antara kedua bidang (bidang atas dan bidang alas prisma tersebut) disebut tinggi prisma. 12 Sedangkan limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga, segi empat atau segi lima) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik. 13 Bangun ruang kubus dan balok merupakan bagian dari prisma. Kubus mempunyai ciri khas, yaitu memiliki sisi yang sama. 14 Bangun kubus juga bagian dari limas. Kubus mempunyai permukaan, sehingga kubus mempunyai luas permukaan. Luas permukaan kubus sama dengan luas jaring-jaring kubus. 15 Begitu pula dengan luas permukaan prisma dan limas. Jadi dengan mempelajari luas permukaan dan volume bangun ruang prisma dan limas secara tidak langsung akan mempelajari bangun ruang kubus dan balok. Selain itu dalam mempelajari materi pokok bangun ruang prisma dan limas bisa dikaitkan dengan 12 Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung : PT Remaja Rosdakaraya, 2008), hal. 110 13 Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VIII, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal. 225 14 Heruman, Model Pembelajaran Matematika..., hal. 110 15 Mukhlis dan Ngapiningsih, Matematika untuk kelas IX SMP dan MTs (Klaten : PT Intan Pariwara,2005), 93

8 benda-benda di kehidupan sehari-hari misalnya contoh prisma yaitu tenda kemah dan contoh limas yaitu piramida. Oleh karena itu materi ini cocok untuk didiskusikan dengan teman sebaya. Berdasarkan uraian di atas, dengan diterapkannya model pembelajaran tutor sebaya siswa bisa saling bekerja sama dalam pemecahan masalah, siswa yang lebih pandai bisa membantu temannya yang masih kesulitan memahami materi pokok bangun ruang prisma dan limas. Hal ini akan mempermudah mereka dalam memahami konsep yang sulit. Siswa juga akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga akan memberikan dampak yang positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi serta dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Maka dari itu penulis mencoba meliti hasil belajar menggunakan model pembelajaran tutor sebaya sebagai langkah awal untuk menumbuhkan lingkungan belajar yang baik dan kondusif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Dedi Herianto dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Belajar Microsoft Excel Di Kelas VIII SMP II Mei Banjaran dengan besar pengaruhnya 46% dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh Sitti Rahmawati dengan judul Peningkatan prestasi belajar Siswa kelas XII IPA 7 Terhadap Redoks dan elektrokimia dengan Menggunakan Sistem Tutor Sebaya. Hasil dari penelitian siklus satu rata-rata mencapai

9 89,5 %, naik menjadi 98 % pada siklus dua dan tiga. Hal ini lebih meyakinkan penulis untuk mencoba menggunakan model pembelajaran dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Prisma dan Limas pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Durenan Tahun Ajaran 2011/2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalahnya adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran tutor sebaya terhadap hasil belajar matematika materi pokok bangun ruang prisma dan limas pada siswa kelas VIII SMP Islam Durenan tahun ajaran 2011/2012? 2. Seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran tutor sebaya terhadap hasil belajar matematika materi pokok bangun ruang prisma dan limas pada siswa kelas VIII SMP Islam Durenan tahun ajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan model pembelajaran tutor sebaya terhadap hasil belajar matematika materi pokok bangun ruang prisma

10 dan limas pada siswa kelas VIII SMP Islam Durenan tahun ajaran 2011/2012. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran tutor sebaya terhadap hasil belajar matematika materi pokok bangun ruang prisma dan limas pada siswa kelas VIII SMP Islam Durenan tahun ajaran 2011/2012. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dan empiris dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. 16 Oleh karena itu, hipotesis masih merupakan pernyataan yang masih lemah. Hipotesis dikatakan sementara karena kebenarannya masih perlu diuji atau dites kebenarannya dengan data asalnya dilapangan. 17 Dalam penelitian ini hipotesisnya dapat dinyatakan dengan Ha yaitu: Ada Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Prisma dan Limas pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Durenan Tahun Ajaran 2011/2012. 16 Tim Laboratorium, Pedoman Penyusun Skripsi, (Tulungagung:STAIN, 2011), hal.8 17 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal.41

11 E. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis Hasil penelitian diharapkan menambahkan wawasan pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran tutor sebaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa matematika pada materi pokok bangun ruang prisma dan limas. b. Secara Praktis 1. Bagi Sekolah Sebagai masukan bagi segenap komponen pendidikan untuk memberikan proses pembelajaran matematika sehingga terwujud out-put pendidikan yang berkualitas. 2. Bagi Guru Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika dan kreatif dalam mengelola kelas agar materi matematika tidak membosankan. 3. Bagi Siswa Siswa semakin kreatif, mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi karena partisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan suasana pembelajaran semakin variatif dan tidak monoton sehingga meningkatnya prestasi/hasil belajar siswa.

12 4. Bagi Peneliti Peneliti dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang penerapan tutor sebaya dan dapat menambah pengalaman peneliti dan untuk menyiapkan strategi menghadapi berbagai masalah setelah nanti terjun langsung di dunia pendidikan. 5. Bagi Perguruan Tinggi Sebagai sumber bahan kajian yang dapat dimanfaatkan bagi peneliti lain dengan studi kasus yang sejenis khususnya jurusan pendidikan matematika di STAIN Tulungagung. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Perbedaan hasil belajar matematika siswa diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dan model pembelajaran konvensional. 2. Materi difokuskan pada volume dan luas permukaan bangun ruang sisi datar (prisma dan limas). 3. Penelitian dilakukan pada kelas VIII SMP Islam Durenan.

13 G. Penegasan Istilah 1. Penegasan konseptual Untuk menghindari agar persoalan yang dibicarakan dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Prisma dan Limas pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Durenan Tahun Ajaran 2011/2012 tidak menyimpang dari tujuan semula dan juga tidak terjadi salah penafsiran istilah yang digunakan perlu adanya penegasan istilah-istilah yang meliputi: a. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. 18 b. Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. 19 c. Tutor Sebaya adalah siswa yang pandai yang dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. 20 d. Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. 21 18 Anton M. Moeliono,et. all., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) Hal. 664. 19 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Kontrutivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka Publiser, 2007), hal. 5 20 Erman Suherman, et. all., Strategi Pembelajaran Matematika..., hal. 276 21 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008), hal. 14

14 e. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. 22 f. Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Dua bidang sejajar itu dinamakan bidang alas dan bidang atas. 23 g. Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga, segi empat, atau segi lima) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga yang berpotongan pada satu titik. 24 2. Penegasan Operasional Secara operasional, penelitian ini meneliti Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Prisma dan Limas pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Durenan Tahun Ajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini model pembelajaran tutor sebaya dilakukan secara berkelompok. Guru menerangkan materi pokok bangun ruang prisma dan limas, memberi penjelasan secara umum kemudian membagi siswa secara heterogen menjadi beberapa kelompok, siswa yang mempunyai kemampuan lebih ditunjuk sebagai tutor. Setiap kelompok diberi soal yang berkaitan dengan materi 22 Erman Suherman, et. all., Strategi Pembelajaran Matematika..., hal. 17 23 Heruman, Model Pembelajaran Matematika SD..., hal.110 24 Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni, Matematika Konsep..., hal. 225

15 pokok bangun ruang prisma dan limas, kemudian memberi mereka waktu yang cukup untuk persiapan untuk berdiskusi, sementara tugas tutor menjelaskan kepada kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan hasil diskusinya sesuai dengan tugas yang telah diberikan ke depan kelas. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Hal ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga diharapkan hasil belajarnya akan meningkat. H. Sistematika Skripsi Untuk mempermudah pembaca dalam memahami maksud dan isi pembahasan penelitian, berikut ini penulis kemukakan sistematika penyusunan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu sebagai berikut : Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman pengajuan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar lampiran dan abstrak.

16 Bagian teks atau isi, terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi subsub bab, antara lain: BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) hipotesis penelitian, (e) kegunaan penelitian, (f) ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, (g) definisi operasional, (h) sistematika skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Terdiri dari: (a) hakekat matematika, (b) pendekatan konstruktivistik, (c) model pembelajaran tutor sebaya, (d) pembelajaran matematika (e) hasil belajar (f) tinjauan materi bangun ruang prisma dan limas (g) implementasi model pembelajaran tutor sebaya terhadap hasil belajar matematika materi pokok bangun ruang prisma dan limas (h) penelitian terdahulu BAB III METODE PENELITIAN Terdiri dari: (a) rancangan penelitian; (b) populasi, sampling dan sampel, (c) data variabel dan skala pengukuran, (d) teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, (e) analisis data (f) prosedur penelitian.

17 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi tentang laporan hasil penelitian, (a) deskripsi latar belakang dan keadaan obyek penelitian, (b) penyajian data hasil penelitian (c) analisis data dan (d) replikasi dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Terdiri dari: (a) kesimpulan dan (b) saran. Bagian akhir terdiri dari daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian, daftar riwayat hidup, kartu bimbingan, surat izin penelitian, surat bimbingan dan surat keterangan mengadakan penelitian di sekolah. Demikian sistematika pembahasan dari skripsi yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Prisma dan Limas pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Durenan Tahun Ajaran 2011/2012.