Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2009 Abstrak Endang Susilowati, SST Lisa Dwi Astuti, SST Staff Dosen AKBID Panti Wilasa Semarang Tujuan : Mengetahui gambaran karakteristik ibu bersalin dengan KPD di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang periode 1 Januari s/d 31 Desember 2009. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan membuat gambaran tentang karakteristik ibu bersalin dengan KPD. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan cross sectional di mana semua variabel diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (simultan). Hasil : Sebagian besar responden berumur antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 113 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 87,6%. Sebagian besar responden adalah primigravida yaitu sebanyak 85 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 65,9%. Sebagian besar umur kehamilan responden antara 37-42 minggu yaitu sebanyak 106 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 82,2%. Sebagian besar responden adalah nulipara yaitu sebanyak 88 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 68,2%. Sebagian besar responden melakukan persalinan dengan seksio sesarea yaitu sebanyak 86 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 66,7%. Kesimpulan : Karakteristik ibu bersalin dengan Ketuban Pecah Dini meliputi Usia 20-35 tahun, primigravida, usia kehamilan 37-42 minggu, nulipara dan bersalin dengan Seksio Sesarea Kata Kunci : Ketuban Pecah Dini, persalinan Kerangka Pemikiran Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan juga merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Menurut cara persalinan, persalinan diklasifikasikan sebagai berikut: (10,11) a. Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alatalat serta tidak melukai ibu dan bayi umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. b. Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Pengertian lain dari Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum tandatanda persalinan. KPD terjadi apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan, 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu, terjadi sebelum pembukaan serviks pada primigravida 3
cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm. Pada kebanyakan kasus KPD penyebabnya masih belum diketahui (4,5,7,9). Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara: (4,7,14,15,16) a. Anamnesa Penderita merasa mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba atau sedikit demi sedikit dari jalan lahir. b. Inspeksi Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina. c. Pemeriksaan dengan spekulum Melihat cairan amnion yang keluar dari orifisium uteri eksternum (OUE) atau akumulasi cairan dalam vagina. Juga dilakukan pengambilan cairan pada forniks posterior untuk pemeriksaan laboratorium. d. Pemeriksaan penunjang sejumlah penyulit kehamilan yang penanganannya bergantung pada usia janin. Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal. 3. Gravida (11) Gravida 1 dan lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi gravida, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada gravida 1, dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik. Sedangkan pada gravida lebih dari 3 dapat dicegah dengan keluarga berencana. 4. Paritas (11) Paritas 1-2 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 0 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 0 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik. Sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. 5. Pekerjaan (16,19) Pada kondisi ekonomi sekarang banyak wanita hamil yang bekerja. Asalkan tidak terlalu lelah dan perutnya yang membesar tidak mengganggu pekerjaannya, serta kondisi industrial di kantor, pabrik Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) meliputi: 1. Umur ibu (4,11,16,18) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan golongan risiko tinggi untuk melahirkan. Kematian maternal pada wanita dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kelahiran dari primigravida berusia 35 tahun atau lebih berkisar 3% dari semua kelahiran. Ini merupakan risiko lebih tinggi terhadap komplikasi medik dan obstetri. 2. Umur Kehamilan (4,18,19) Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin sangat penting karena dapat timbul
atau tempat wanita bekerja tidak mengganggu kesehatan ibu atau janin. Akal sehat mengatakan bahwa setiap pekerjaan yang menyebabkan wanita hamil mengatasi tekanan fisik hebat harus dihindari. 6. Faktor obstetri (4,5,9) Pada kebanyakan kasus KPD penyebabnya masih belum diketahui. Namun, terdapat faktor predisposisi salah satunya adalah faktor obstetri. Faktor obstetri ini terdiri dari overdistensi uterus, serviks inkompeten, serviks konisasi/menjadi pendek, dan sefalopelvik disproporsi (CPD). 7. Cara persalinan Pada kasus KPD, persalinan dapat diselesaikan dengan partus spontan,ekstraksi vakum, dan seksio sesarea. 8. Penyulit persalinan (4,11) Kejadian penyulit persalinan pada primigravida berkisar 4-8% sedangkan multigravida 2-4%. Kelainan ini digolongkan menjadi kelainan akibat ketidakserasian kekuatan (power), janin (passenger) dan jalan lahir (Passage). Gambar 1. Kerangka Konsep Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan membuat gambaran tentang karakteristik ibu bersalin dengan KPD. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan cross sectional dimana semua variabel diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (simultan). Adapun variabel yang digunakan adalah Umur ibu, Umur kehamilan, Gravida, Paritas, Cara persalinan Hasil Penelitian KEJADIAN KPD Dari hasil penelitian yang dilakukana di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang dari 1 Januari s/d 31 Desember 2009 ditemukan kasus ketuban pecah dini pada ibu bersalin sebanyak 129 kasus (9,078%) dari 1421 total persalinan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian pada tahun 2007 sebanyak 8,1%. Dan sesuai dengan
insiden kejadian ketuban pecah dini antara 2,7% sampai dengan 17%. KARAKTERISTIK IBU 1. Umur Berdasarkan hasil penelitian pada ibu bersalin dengan KPD didapatkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu bersalin yang berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 39 ibu bersalin (85,7%) Usia kurang dari 20 tahun tahun lebih dari 35 tahun merupakan golongan resiko tinggi untuk melahirkan. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. (4) Kelahiran dari primigravida berusia 35 tahun atau sekitar 3% dari semua kelahiran. Ini merupakan resiko lebih tinggi terhadap komplikasi medik dan obstetri. (18) Dalam hal ini terlihat adanya kesenjangan antara teori dan hasil penelitian karena sebagian besar ibu bersalin dengan KPD berumur antara 20-35 tahun. Dalam masa ini merupakan kurun reproduktif yang sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden mengalami KPD. Hal tersebut disebabkan dalam penelitian ini penulis tidak membandingkan dengan ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Kemungkinan lain bahwa persalinan terbanyak terjadi pada ibu dengan usia reproduksi sehat yaitu 20 35 tahun. Kecilnya kasus pada usia < 20 tahun dan > 35 tahun kemungkinan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak menikah dan hamil di usia muda dan semakin sadarnya bahwa hamil/bersalin di usia lanjut dapat menimbulkan penyulit-penyulit yang dapat membahayakan ibu dan bayi Berdasarkan hasil penelitian pada ibu bersalin dengan KPD didapatkan primigravida (kehamilan pertama) yaitu sebanyak 85 ibu bersalin (65,9%) (lihat Tabel 4.2) dan nulipara (persalinan pertama) yaitu sebanyak 88 ibu bersalin (68,2%) (lihat Tabel 4.4). Di sini jumlah responden yang primigravida sebanyak 85 ibu bersalin, sedangkan nulipara sebanyak 85 ibu bersalin. Hal ini dikarenakan ada ibu bersalin dengan KPD yang pernah mengalami keguguran (aborsi). Tidak terdapat kesenjangan antara hasil penelitian dengan teori. Berdasarkan teori, gravida I (primigravida) dan paritas O (nulipara) mempunyai resiko kematian maternal lebih tinggi. Hal ini disebabkan semakin besar komplikasi medik dan obstetri pada kehamilan dan persalinannya. (11) 3. Proses Persalinan Berdasarkan hasil penelitian pada ibu bersalin dengan KPD didapatkan bahwa sebagian besar responden mengakhiri kehamilannya dengan seksio sesarea yaitu sebanyak 86 ibu bersalin (66,7%) (lihat Tabel 4.5). Hal ini sesuai dengan teori bahwa ibu bersalin dengan KPD dapat bersalin secara spontan maupun dengan tindakan atau seksio sesarea. (4,11,19) Sikap dalam menghadapi KPD harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain infeksi, berat badan janin, dan presentasi janin intra uteri. Infeksi yang dapat terjadi misalnya korioamnionitis dan desiduitis, keadaan ini meningkatkan kemungkinan morbiditas dan motilitas sehingga memerlukan tindakan terminasi. Perkiraan berat badan janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG. KPD pada persalinan prematur dihubungkan dengan berat badan janin yang kecil. Semakin kecil berat badan janin,semakin besar kemungkinan morbiditas dan motilitas sehingga 2. Gravida/Paritas tindakan terminasi memerlukan pertimbangan keluarga. Presentasi janin
merupakan penunjuk untuk melakukan terminasi kehamilan. Pada letak lintang atau bokong harus dilakukan dengan seksio sesarea. (4,19) Dari penjelasan di atas, terminasi kehamilan dengan seksio sesarea merupakan tindakan paling aman daripada menunggu dengan persalinan pervaginam. 3. Tenaga kesehatan diharapkan mampu mendeteksi adanya komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas. 4. Tenaga kesehatan diharapkan lebih memperhatikan ibu dengan faktor resiko KPD yaitu primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun, ibu yang mengalami infeksi dan daya tahan tubuh rendah disebabkan sosial ekonomi rendah. Kesimpulan 1. Jumlah ibu bersalin dengan KPD di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang periode 1 Januari s/d 31 Desember 2009 adalah sebanyak 129 dari 1421 persalinan (9,078%). 2. Sebagian besar responden berumur antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 113 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 87,6%. 3. Sebagian besar responden adalah primigravida yaitu sebanyak 85 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 65,9%. 4. Sebagian besar umur kehamilan responden antara 37-42 minggu yaitu sebanyak 106 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 82,2%. 5. Sebagian besar responden adalah nulipara yaitu sebanyak 88 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 68,2%. 6. Sebagian besar responden melakukan persalinan dengan seksio sesarea yaitu sebanyak 86 ibu bersalin dengan prosentase sebesar 66,7%. Daftar Pustaka 1. Anonymous. AKI Indonesia 50 per hari. 23 Januari 2006 [Diakses tanggal 24 Oktober 2007]. Didapat dari : http://www.gatra.com//artikel.php?pil :23&id:91706 2. Martaadisoebrata D, Sulaiman S, Abdul BS. Upaya safe motherhood dan making preganancy safer. Dalam: Bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h.225. 3. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan. AKI Provinsi Jawa Tengah. [Diakses tanggal 24 Oktober 2007]. Didapat dari: http://www.dinkesjateng.org/profil/20 05/bab5.html. 4. Varney Helen, Jan M. Kriebs. Carolyn L. Gregor. Buku ajar asuhan kebidanan, Volume 2. Jakarta: EGC; 2008. h.788-92 5. Manuaba IBG, IA Chandranita M, IBG Fajar M. Ketuban pecah dini, Kehamilan dengan risiko tinggi. Dalam: Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC; 2007.h.456-460. 6. Scoot, James R, Philip J. Disaia, Charles B. Hammond, William N. Spellacy, John D. Gordon. Ketuban pecah dini. Dalam: Danforth buku saku obstetri dan ginekologi. Jakarta: Widya Medika; 2002 h. 177-182. 7. Budayasa R, Suwiyoga IK, Soetjiningsih. Peranan faktor risiko Saran 1. Ibu hamil diharapkan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan meningkatkan keadaan sosial ekonomi sehingga kasus ketuban pecah dini dapat diminimalkan dan ibu serta janinnya dapat diselamatkan. 2. Tenaga kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. ketuban pecah dini terhadap insiden
sepsis neonatorum dini pada 17. Llewellyn D, Jones. Ketuban pecah kehamilan aterm. Jakarta: Cermin sebelum persalinan. Dalam: Dasardasar obstetri dan ginekologi. Jakarta: Dunia Kedokteran; 2006 8. Anonymous. Ketuban pecah dini. 26 Hipokrates; 2002. h.141. November 2007. [Diakses tanggal 29 18. Rabe Thomas. Buku saku ilmu November 2007]. Didapat dari: kebidanan. Jakarta: Hipokrates; 2003. http://medlinux.blogspot.com/2007/ii h.149. ketuban-pecah-dini.html 19. Varney Helen, Jan M Kriebs, Carolyn 9. Varney Helen, Jan M Kriebs, Carolyn L Gegor. Perawatan prakonsepsi. L Gegor. Ketuban pecah dini. Dalam: Dalam: Buku ajar asuhan kebidanan. Buku saku bidan. Jakarta: EGC; 2002. Ed.4. Jakarta: EGC; 2007. h.77-89. h.221-223. 20. Cunningham F Gari, Norman F Gant, 10. Sastrowinata, Sulaiman, Kenneth JL, Larry C Gilstrap III, Martaadisoebrata, Djamhoer, John CH, Katharine D Wensuom. Wirakusumah, Firman F. Kelainan Asuhan prenatal, Seksio sesarea. selaput. Dalam: Obstetri patologi. Ketuban pecah dini preterm. Dalam: Jakarta: EGC; 2005. h.36. Obstetri williams. Ed.21. Jakarta: 11. Saifuddin AB. Ketuban pecah dini, EGC; 2006. h.240-267, 591-609, 781- Ekstraksi vakum. Dalam Buku acuan 783. nasional pelayanan kesehatan 21. Kasdu Dini. Operasi caesar masalah maternal dan neonatal. Ed.1. Jakarta: dan solusinya. Jakarta: Puspa Swara; JNPKKR-POGI; 2002. h.218-220. 2003. h.8-30. 12. Wiknojosastro H, Abdul B Saifuddin, 22. Oxorn Harry, William R Forte. Ilmu Trijatmo Rachimhadhi. Kematian kebidanan patologi dan fisiologi maternal, Fisiologi dan mekanisme persalinan human labour and birth. persalinan normal. Dalam: ilmu Jakarta: Yayasan Essentia Medica; kebidanan. Jakarta: YBP-SP; 2005. h. 2203. h.117-13 22-27, 180-191. 13. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik- Kesehatan Reproduksi, Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia. Asuhan persalinan normal asuhan esensial persalinan buku acuan.ed.3. Jakarta: JNPK-KR, JHIPIEGO Corporation; 2007 14. Saifuddin AB, Gulardi, Hanifa W, Biran A, Djoko W. KPD, Ekstraksi vakum. Dalam: Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002. h.m-112, M-15. 15. Chapman V. Pecah ketuban sebelum persalinan cukup bulan. Dalam: Asuhan kebidanan persalinan dan kelahiran. Jakarta: EGC; 2006. h.6-8. 16. Wheeler L. Ruptur membran. Dalam: Buku saku perawatan pranatal dan pasca partum. Jakarta: EGC; 2004. h.128.