PENGEMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA DENGAN MODEL KERJASAMA OPERASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANASBUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK

GELIAT PANAS BUMI: TANTANGAN DALAM MENJAWAB KEMANDIRIAN ENERGI NASIONAL. Yunus Saefulhak dan Herlambang Setyawan

PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK

KEBIJAKAN DALAM PENGUSAHAAN PANAS BUMI PASCA UU NOMOR 27 TAHUN 2003 DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Panas Bumi dan Kebijakan Pemerintah

POTENSI PANAS BUMI UNTUK KONTRIBUSI MW. Arif Munandar dan Mochamad Nur Hadi. Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi

PT PLN (Persero) PENGEMBANGAN PANAS BUMI Dalam PROGRAM PENINGKATAN ELEKTRIFIKASI NASIONAL MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PANAS BUMI INDONESIA

NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PANAS BUMI

REGULASI PANAS BUMI DAN KEBIJAKAN INVESTASI DI JAWA BARAT

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM OPTIMALISASI PEMANFAATAN ENERGI PANASBUMI

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA. Surya Darma. Ketua Komtek Energi - Dewan Riset Nasional Indonesia

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA

Sosialisasi: Peraturan Menteri ESDM No. 48/2017 tentang Pengawasan Pengusahaan di Sektor ESDM (Revisi atas Permen ESDM No.

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS

Geothermal Development Program and Status in Indonesia

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

MENTERI ENERGI DAN SUr^BER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 23 Tahun 2017

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

Peluang investasi dan potensi pengembangan Energi Baru Terbarukan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

Sejak awal pengelolaan panas bumi memang diberikan kepada Chevron. Proses tender yang dilakukan hanya dagelan biar terkesan transparan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Biodata

BAB II LANDASAN TEORI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

ERA BARU MIGAS INDONESIA:

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Tantangan masa depan

Contents: 4/21/2016. Geological Agency Organizational Structure

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI PERKEMBANGAN STATUS KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

OUTLINE. Pendahuluan Panas Bumi dalam bauran energi Nasional Potensi Panas Bumi Di Indonesia Tantangan Pengembagnan Panasbumi di Indoneisia

Disampaikan pada: Komunikasi Nasional Jogjakarta, 5 Desember 2007 Persero) Electricity For A Better Life

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI

BAB III KEPENTINGAN ENERGI INDONESIA BERGABUNG DALAM ASOSIASI IEA. nasional dengan EBT dan penguatan kebijakan energi listrik nasionalnya.

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK AGENDA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DALAM RANGKA KETAHANAN ENERGI NASIONAL

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

Berikut penataan regulasi yang disederhanakan/dicabut Jilid II oleh Kementerian ESDM (belum termasuk peraturan lain pada SKK Migas):

PELUANG PANAS BUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DALAM PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM OPTIMALISASI PEMANFAATAN ENERGI PANASBUMI. Agus Rendi Wijaya

HARGA LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) SKALA KECIL. Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno, Benny FD

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA

... Hubungi Kami : Studi POWER PLANT MW di Indonesia, & Pelaku Utamanya. Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

II. KEGIATAN PERIODE TRIWULAN III TAHUN 2012

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BAB III PERUMUSAN MASALAH

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat disanggah lagi jika di era sekarang ini segala aktivitas yang

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

Laporan Akhir Kajian (Swakelola) Pengembangan Panas Bumi Untuk Menambah Pasokan Tenaga Listrik dan Menyehatkan Konsumsi Energi Nasional

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

PENCAPAIAN TAHUN 2015

POKOK-POKOK PM ESDM 45/2017, PM ESDM 49/2017 DAN PM ESDM 50/2017

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017

BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, & SARAN

KEPPRES 37/1992, USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO)

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D Prof. Dr. Rizal Djalil

POTENSI ENERGI PANAS BUMI DI INDONESIA

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PANAS BUMI TAHUN 2008

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I 2012

Transkripsi:

PENGEMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA DENGAN MODEL KERJASAMA OPERASI Wiret Cahyahadi, Adriansyah, Marihot S.P. Silaban, Antonius B. Ekoprasetyo, dan Teguh Purwantoro Upstream Business Development PT. Pertamina (Persero) wiret.cahyahadi@pertamina.com S A R I Besarnya potensi di Indonesia yang diestimasi mencapai 29 GW (terbesar di dunia) menempatkan panas bumi menjadi prioritas di bidang Energi. Pemanfaatan panas bumi Indonesia saat ini memiliki kapasitas terpasang sekitar 1.341 MW atau sekitar 4,6% dari potensi yang ada. Pertamina sebagai BUMN mengemban amanat untuk dapat mengolah kekayaan panas bumi untuk kesejahteraan rakyat. Sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Perkembangan panas bumi semenjak diberlakukannya UU No 27 Tahun 2003 berjalan sangat lambat. Proses tender WKP masih menimbulkan berbagai hambatan di dalam percepatan pengembangan panas bumi. Sampai saat ini belum ada satu pun pengembang yang berhasil menambah kapasitas terpasang yang didapatkan dari hasil tender. Dalam percepatan pengembangan panas bumi Pertamina memiliki sistem kerjasama (KOB/JOC). Dari sistem ini sampai sekarang didapatkan ada 3 KOB/JOC yang sudah berhasil mengembangkan panas bumi di Indonesia. Dengan aturan yang baru maka PGE (Pertamina Geothermal Energy) tidak dapat lagi mengaplikasikan sistem JOC/KOB di sektor hulu. Sistem kerjasama baru dikemas dalam bentuk integrated project, model kerjasama ini diharapkan dapat mempercepat langkah Pertamina dalam mengembangkan potensi panas bumi di Indonesia dengan tetap menjaga kepemilikan WKP atas nama Negara dan tetap memiliki kendali atas pengembangan WKP tersebut. Kata kunci : kerjasama, panas bumi 1. PENDAHULUAN Mengingat besarnya potensi di Indonesia yang diestimasi mencapai 29 GW (terbesar di dunia) panas bumi menjadi prioritas di bidang Energi. Pemanfaatan panas bumi Indonesia dengan kapasitas terpasang sekitar 1.341 MW, menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat dan Filipina. Dimulai dari pengembangan lapangan Kamojang pada tahun 1972 dan dilanjutkan dengan era JOC hingga kini kapasitas total panas bumi terpasang di Indonesia sekitar 1.341 MW atau sekitar 4,6% dari potensi yang ada. Pertamina sebagai BUMN mengemban amanat untuk dapat mengolah kekayaan panasbumi untuk kesejahteraan rakyat. Sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 26

Dalam program percepatan pembangunan pembangkit listrik tahap kedua panas bumi ditargetkan bisa dikembangkan hingga 4.925 MW dari total 10.000 MW seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 4 Tahun 2010. Melalui peraturan Menteri (Permen) ESDM No. 01 tahun 2012 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) ditargetkan pembangkit listrik tenaga panas bumi pada tahun 2025 mencapai total 9.500 MW. Di era yang baru setelah krisis ekonomi tahun 1997 pengembangan panas bumi saat ini dibangun berlandaskan Undang-Undang Panasbumi (UU No. 27 tahun 2003) dan peraturan pelaksanaan yang terkait. Hal ini membuka partisipasi langsung pihak swasta dalam pengembangan energi panas bumi melalui tender yang kompetitif, dan memberikan peran yang besar kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan tender dan mengeluarkan izin usaha. Namun perkembangan semenjak diberlakukannya peraturan baru tersebut sangat lambat. Proses tender WKP Panasbumi masih menimbulkan berbagai hambatan di dalam percepatan pengembangan panas bumi. Sampai saat ini belum ada satu pun pengembang yang berhasil menambah kapasitas terpasang yang didapatkan dari hasil tender. 2. SEJARAH KOB/JOC PERTAMINA Berlandaskan pada Keppres No. 16 tahun 1974, Keppres No. 22 tahun 1981 dan No. 45 tahun 1991 maka pemerintah memberi kuasa Pengusahaan E & P Sumberdaya Panasbumi kepada Pertamina. Pertamina dapat menjual energi/listrik kepada PLN dan Badan Usaha lain serta Koperasi. Apabila Pertamina belum dapat melakukan sendiri pengelolaan panas bumi maka dapat menunjuk kontraktor untuk mengadakan kerjasama (KOB/JOC) dengan Pertamina. Melalui Permen Pertamben No. 10/p/m/ pertamben/81 Pertamina berlaku sebagai manajemen, sedangkan kontraktor sebagai pelaksana operasi. KOB/JOC bisa batal bila mana tidak ditemukan potensi energi panasbumi sesudah 6 (enam) tahun kontrak ditandatangani. Kontraktor mendapat bagian dari hasil penjualan energi/listrik. Dari sistem ini didapatkan sampai sekarang ada 3 KOB/JOC yang sudah berhasil mengembangkan panas bumi di Indonesia yaitu Gunung Salak (WK PGE, pengembang JOC PGE dengan Chevron Panasbumi Salak (CGS) Ltd) dengan kapasitas terpasang 377 MW, kemudian Wayang Windu (WK PGE, pengembang JOC PGE dengan Magma Nusantara Ltd) dengan kapasitas terpasang 227 MW dan Darajat (WK PGE, pengembang JOC PGE dengan Chevron Panasbumi Indonesia (CGI) Ltd) kapasitas terpasang 270 MW. Namun karena krisis ekonomi tahun 1997 melalui Keppres No. 39/1997 dan No. 5/1998 proyek - proyek JOC-ESC pengembangan panas bumi tidak terealiasasi, beberapa proyek panas bumi ditangguhkan/dikaji ulang. Beberapa proyek JOC-ESC yang ditangguhkan di antaranya adalah lapangan Patuha dengan Patuha Power Ltd (PPL), Dieng dengan Himpurna California Energy (HCE) dan Karaha dengan Karaha Bodas Company (KBC). Setelah krisis berangsur pulih terbitlah Keppres No. 76/2000 yang membatalkan Keppres No. 39/ 1997 dan mulailah era baru pengembangan panasbumi di Indonesia dengan terbitnya Undang-Undang Panas Bumi (UU No. 27 tahun 2003). Dari terbitnya peraturan baru tersebut sampai saat ini sudah lebih dari 50 WK Panas Bumi yang ditenderkan dan sebagian sudah diterbitkan IUP nya. Namun dari total kapasitas terpasang panas bumi yang ada di Indonesia (lihat Tabel 1) terlihat bahwa kesemuanya berasal dari WK Panas Bumi lama yaitu sebelum terbitnya UU No 27 Tahun 2003 (Danar A, 2012). Pengembangan Panas Bumi di Indonesia Dengan Model Kerjasama Operasi ; Wiret C., Adriansyah, dkk 27

Total kapasitas terpasang energi panas bumi sebesar 1.341 Megawatt (MW) yang berasal dari 3 KOB/JOC diatas ditambah dengan Sibayak (WK PGE, pengembang PGE) kapasitas terpasang 12 MW, kemudian Kamojang (WK PGE, pengembang PGE) kapasitas terpasang 200 MW, Dieng (WK PGE, pengembang PT Geodipa) kapasitas terpasang 60 MW, Lahendong (WK PGE, pengembang PGE) kapasitas terpasang 80 MW, Ulubelu (WK PGE, pengembang PGE) kapasitas terpasang 110 MW dan terakhir Ulumbu (WK PLN, pengembang PLN) kapasitas terpasang 2x2,5 MW (Tabel 2) (Direktorat Panasbumi Ditjen EBTKE, 2013) 3. KERJA SAMA OPERASI Saat ini WK existing PGE masih menggunakan aturan lama, terdapat 14 WKP yang saat ini masih dimiliki PGE. Pajak inklusif 34% menjadi keistimewaan tersendiri untuk WK - WK tersebut selama tetap dikelola oleh PGE. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga dapat direimburse ke pemerintah oleh PGE. Status WK menjadi milik PGE dan tidak boleh dipindahtangankan kepada pihak lain karena merupakan penugasan dari pemerintah. Sedangkan WK baru dari aturan yang baru harus membayar total pajak yang lebih Tabel 1.Perbandingan sistem pengembangan panas bumi Indonesia Pre JOC 1) Era (1972-1981) JOC 1) Era 2) (1981-2003) After JOC 1) Era 3) (2003-current) 1. Generation Learning Growth Stagnant 2. Installed capacity, MW 140 1049 0 3. Selling product Geothermal steam Geothermal electricity (the most) and steam (the least) None 4. Energy price Steam price is referred to 80% of Energy price is referred to 20% IRR Geothermal electricity price is less or the domestic fuel oil price per kwh except Pertamina equal US$ 9.70 cents / kwh 5. Market type Monopsonistic Monopsonistic Monopsonistic a. Seller Pertamina Pertamina Pertamina b. Supplier Pertamina or JOC companies Pertamina or JOC companies Pertamina or JOC companies c. Buyer PLN PLN PLN Note: JOC: Joint Operation Contract (Danar A, 2012) 2) When Indonesia had been under havy monetery crisis in 1998, the geothermal electricity base price under Energy Sales Contract (ESC) of JOC decreased from around US$ 8 cents per kwh to below US$ 5 cents per kwh. 3) There is a geothermal working area tender process by local government. Tabel 2. Kapasitas terpasang panas bumi Indonesia No Lapangan Pemilik Kapasitas Pengembang Hulu WKP (MW) 1. Kamojang (Jabar) PGE PGE 200 2. Ulubelu (Lampung) PGE PGE 110 3. Lahendong (Sulut) PGE PGE 80 4. Sibayak (Sumut) PGE PGE 12 5. Darajat (Jabar) PGE JOC PGE Chevron Panasbumi 270 Indonesia (CGI) Ltd 6. Gunung Salak PGE JOC PGE Chevron 377 (Jabar) Panasbumi Salak (CGS) Ltd 7. Wayang Windu PGE JOC PGE Magma Nusantara 227 (Jabar) Ltd 8. Dieng (Jateng) PGE Geodipa 60 9. Ulumbu (NTT) PLN PLN 5 Total Kapasitas Terpasang 1341 28

besar yaitu sekitar 40%-50% dan PPN tidak dapat di-reimburse ke pemerintah (Lihat Tabel 3). Atas dasar itu sebenarnya WK - WK existing PGE sangat menarik secara keekonomian. Untuk itu dalam rangka mempercepat pengembangan lapangan - lapangan yang belum tertangani sendiri oleh PGE maka akan dilakukan kerja sama dengan pengembang panasbumi yang kompeten dari segi teknologi maupun keuangan, memiliki track record yang baik, dan berkelas dunia dengan seleksi yang ketat. Dalam sistem ini WKP panas bumi akan tetap dimiliki oleh PGE dan dikuasai Negara, sedangkan pengusahaannya yang akan dilakukan bersama dengan partner. Salah satu strategi yang ditempuh Pertamina dalam melakukan percepatan pengembangan hulu adalah dengan adanya Brigade 300K, yang terdiri dari Brigade 200K untuk migas dan Brigade 100K untuk panas bumi. Diharapkan dari Brigade 200K pada tahun 2014 akan didapatkan tambahan produksi minyak sebesar 200 ribu BOPD sedangkan di panas bumi dimaknai dengan kalkulasi kemampuan menghasilkan tenaga listrik dari sumber energi panas bumi kurang lebih 2295 MW atau setara dengan 100 ribu BOPD untuk penghematan migas (Team U29, 2013). Dengan aturan yang baru maka PGE tidak dapat lagi mengaplikasikan sistem JOC/KOB di sektor hulu. Sistem kerja sama baru dikemas dalam bentuk integrated project dengan kepemilikan di sektor hulu dimiliki oleh Pertamina dan partner berlaku sebagai service contractor dengan imbalan dari per KWh listrik/uap yang dihasilkan. Sedangkan di sektor hilir dapat dipertimbangkan apakah Pertamina mayoritas, minoritas atau sama sekali tidak punya kepemilikan yang sesuai dengan aturan IPP (lihat Tabel 4). Tabel 4. Skema kerja sama operasi HULU HILIR (IPP) PGE (Partner sebagai service contractor) PGE (Mayoritas) PARTNER PGE PARTNER (Mayoritas) PARTNER/PIHAK KETIGA Tabel 3. Pajak yang berlaku pada pengembangan panas bumi HULU PAJAK HILIR PAJAK ATURAN UU No 27 Tahun 2003 UU Ketenagalistrikan Keppres No 22 tahun 1981 dan No 45 tahun 1991 PGE 34% termasuk royalty, 34% Pajak perusahaan 35% retribusi dll standard PPN dapat direimburse ke pemerintah PPN dapat di-reimburse ke pemerintah Tidak berlaku untuk partner ENTITAS BISNIS LAIN 40%- 50% >35% Pajak standar dengan beberapa insentif - PPH @25% - PPN @10% - PPP @4% - Retribusi dll Pajak perusahaan standard PPN tidak dapat direimburse Pengembangan Panas Bumi di Indonesia Dengan Model Kerjasama Operasi ; Wiret C., Adriansyah, dkk 29

Untuk melakukan percepatan tersebut diperlukan partner strategis yang setidaknya memiliki kualifikasi sebagai berikut: 1) Perusahaan panas bumi yang memiliki kompetensi kelas dunia 2) Memiliki sumber daya dan teknologi di bidang panas bumi yang kuat 3) Bersedia sharing risiko dengan melakukan eksplorasi panas bumi. Dengan skema kerja sama tersebut diperlukan kemenarikan investasi yang tinggi. Salah satu yang diperlukan untuk menarik partner dalam percepatan pengembangan panas bumi adalah WKP yang telah clean & clear yaitu di antaranya: 1) Daerah prospek setidaknya telah dilakukan studi detail geologi, geofisika dan geokimia. 2) Berbagai ijin yang diperlukan sudah didapatkan. 3) Status lahan yang jelas terutama dari segi kehutanan dan sudah dapat dibebaskan untuk pelaksanaan proyek. Selain itu hal penting lainnya adalah dari segi harga jual listrik setidaknya memenuhi minimum target IRR proyek 14%. Dengan berbagai syarat tersebut diharapkan pengembangan panas bumi akan dapat dicapai sesuai target. Untuk itu kerjasama dari semua pihak sangat diharapkan terutama dari sisi aturan dan kebijakan pemerintah dalam program percepatan pengembangan panas bumi agar target dapat tercapai sehingga beban BBM dapat dikurangi secara signifikan. 4. KESIMPULAN a. Percepatan pengembangan panas bumi di Indonesia perlu mempertimbangkan langkah - langkah efektif yang telah terbukti berhasil. b. Perlunya fleksibilitas bagi BUMN pengembang panas bumi dalam mengelola WKP yang ada maupun WKP yang baru supaya Sumber Daya Panasbumi tetap dimiliki Negara dan dapat digunakan untuk sebesar - besar kemakmuran rakyat Indonesia. c. Model Kerjasama Operasi diharapkan dapat mempercepat langkah Pertamina dalam mengembangakan potensi panas bumi di Indonesia dengan tetap menjaga kepemilikan WKP atas nama Negara dan tetap memiliki kendali atas pengembangan WKP tersebut. 5. REKOMENDASI a. Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian ESDM, Kehutanan dan Lingkungan Hidup yang telah membuat kesepakatan agar dapat dimplementasikan secara cepat dan massif dalam percepatan pengembangan panas bumi. b. Pemerintah Daerah diharapkan mendukung penuh pengembangan panas bumi dengan memperhatikan kendala yang timbul di lapangan dan pro aktif mencari solusi. c. Perlunya evaluasi model pengembangan panasbumi yang berdasar pada UU No 27 Tahun 2003 menjadi lebih aplikatif dalam pelaksanaan dan melibatkan peran serta BUMN sebagai unit bisnis pemerintah. d. Perlunya aturan yang mendukung bagi BUMN pengembang panas bumi untuk dapat mengembangkan model kerja sama sehingga tetap menjaga kepemilikan WKP atas nama Negara dan tetap memiliki kendali atas pengembangan WKP. DAFTAR PUSTAKA Danar, A., 2012, "Is the Panasbumi Electricity Price More Expensive than Coal Fired Electricity Price Based on Long Run Comparison?", Proceedings, 1st ITB Panasbumi Workshop. Direktorat Panasbumi Ditjen EBTKE, 2013, http://www.ebtke.esdm.go.id/id/energi/ energi-terbarukan/panas-bumi/792-hitaykucurkan-investasi-us104-juta.html, 13 Maret 2013, diakses tanggal 30 April 2013. Team U29, 2013, Brigade Corner Pertamina. 30