BAB I PENDAHULUAN. solidaritas di antara individu maupun kelompok. dengan yang lain atau (give and take) melalui berbicara atau saling menukar tanda

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. lain atau disebut manusia sebagai makhuk sosial. Semua itu didapatkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupanya tidak akan terlepas dari pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. biasanya lebih mudah tersalurkan. Baik dalam bentuk diskusi (brainstorming),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat diri mereka berbeda dari orang lain. Tingkat lanjutan dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan materi manusia senantiasa berkembang sejalan dengan. memperoleh uang tunai dalam jumlah tertentu.

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

V1. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN. mahluk biologis merupakan individu yang mempunyai potensi-potensi diri yang

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan masa peralihan untuk menuju kedewasaan, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mempengaruhi diri dan pola perilaku manusia. Tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menangani beragam dan kompleks permasalahan yang di hadapi siswa di

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman post modern manusia cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan kader keluarga. Remaja selalu diidentifikasi dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. konferensi Jenewa tahun 1979 ( Saputra, 2005: 3) bahwa aspek aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dunia modern menuntut sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan komunikasi saat ini, banyak orang

2016 PERANAN POLA ASUH PENGURUS PANTI ASUHAN DALAM MENINGKATKAN SOLIDARITAS SOSIAL ANTAR ANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Etika pergaulan merupakan suatu hal yang mencerminkan moral setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai dorongan sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

13. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era modern ini, masyarakat khususnya kaum muda sedang memasuki

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial siswa tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan siswa yang lainnya. Dalam menjalani kehidupan antara yang satu dengan yang lain pasti timbul rasa saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar terciptanya kehidupan bersama yang harmonis dan bermakna maka sangat penting untuk adanya interaksi sosial antara satu dengan yang lain. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama yang harmonis dan bermakna. Suatu hubungan sosial lahir dari interaksi yang juga menimbulkan solidaritas di antara individu maupun kelompok. Solidaritas pada dasarnya adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Intinya bahwa dalam proses interaksi ada saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain atau (give and take) melalui berbicara atau saling menukar tanda yang dapat menimbulkan perubahan dalam perasaan dan kesan dalam pikiran yang selanjutnya menentukan tindakan yang akan dilakukan. Interaksi merupakan dasar dari segala proses termasuk solidaritas. Dalam rangkaian perjalanan hidup siswa secara alamiah senantiasa berinteraksi sehingga dengan sendirinya siswa telah terlibat dalam kelompok. Didalam kelompok inilah proses sosialisasi berlangsung dan manusia belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam hal menyesuaikan diri dan memenuhi kebutuhannya maka didalam kelompok tersebut terjadi pembagian 1

2 kerja yang menimbulkan rasa solidaritas dalam diri mereka. Kelompok sebagai wadah/wahana siswa untuk melangsungkan hidup, karena dengan kelompok siswa dapat memenuhi kebutuhan, dapat mengembangkan diri, mengembangkan potensi serta aktualisasi diri. Namun di beberapa kelompok masih terlihat homogenetik dan pembagian kerja di dalam kelompok itu sangatlah minim. Solidaritas organik penting ditimbulkan pada individu maupun di dalam kelompok terkhusus bagi kalangan remaja/siswa yang sedang berada dalam proses berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Sikap, perilaku dan sekaligus karakter mereka akan terbentuk di dalam kelompok ataupun situasi lingkungan sosial. Banyak kalangan remaja pada masa-masa ini belum memiliki karakter hidup solidaritas organik. Solidaritas organik menekankan pada keadaan hubungan antar individu didalam kelompok yang sudah mengenal pembagian kerja, bergantung kepada orang lain, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, menciptakan suatu keefisienan kerja kelompok, mempunyai tujuan yang sama yaitu agar kelompok mencapai apa yang dicitakan di dalam kelompok serta tugas yang diberikan kepada individu itu saling berkaitan, Emile Durkheim (dalam The Division Of Labour, 1964;79). Seiring perkembangan zaman yang begitu cepat dan modernisasi menimbulkan sifat individual yang sangat tinggi di kalangan masyarakat begitupun di kalangan remaja. Sifat individual dan tidak mau tahu dengan lingkungan sekitarnya tentunya akan menghambat perkembangan remaja dalam bidang sosial. Ini juga berpengaruh tentang minimnya pengetahuan serta tidak memiliki karakter solidaritas organik. Yang terlihat dalam masa sekarang ini juga adalah tentang dominannya sifat mau menang sendiri, membentuk kelompok

3 dengan tujuan yang salah dan rasa egoisme yang tinggi di kalangan pelajar. Remaja memang tidak lepas dari hidup berkelompok namun di dalam kelompok yang mereka bentuk tersebut belum ada rasa tanggung jawab yang besar atas tugas atau tujuan yang mau dicapai lewat terbentuknya kelompok tersebut. Kebanyakan kelompok yang dibentuk tidak menunjukkan hasil kerja yang nyata bahkan tak jarang kalau tujuan mereka membentuk kelompok itu tidak tercapai. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dian Novianti (Jurnal EduTech Vol.1 No 1 Maret 2015) dengan judul penelitian pengaruh penerapan layanan bimbingan kelompok teknik role-playing terhadap perilaku solidaritas siswa dalam menolong teman. Penelitian ini menunjukkan bahwa gaya hidup remaja yang mulai beralih dari prinsip gotong royong menjadi gaya hidup yang individual telah merekomendasi pemahaman remaja terhadap arti solidaritas dalam pergaulan dan lingkungan. Dalam jurnal penelitian Elly Malihah, Bunyamin Maftuh dan Rizki Amalia (2014) yang berjudul Solidarity in the Student Group and its Influence on Brawl Behaviour mengatakan bahwa banyak remaja yang menyalahgunakan solidaritas yang ada pada diri mereka untuk melakukan perilaku kekerasan terhadap sesama anggota pelajar, pembelaan kepada teman secara berlebihan serta tak jarang menimbulkan tindakan anarkis dan kriminalitas dikalangan remaja. Fenomena tentang minimnya karakter solidaritas organik di dalam kelompok, gaya hidup yang bersifat individu, serta penyalahgunaan arti solidaritas terjadi juga di kalangan siswa-siswi SMA Methodist Berastagi. Berdasarkan observasi yang di lakukan peneliti sewaktu melaksanakan PPL di sekolah tersebut, banyak siswa-siswi yang membentuk kelompok-kelompok. Namun

4 peneliti tidak melihat adanya pembagian kerja, tanggung jawab bahkan yang timbul hanyalah sifat mau menang sendiri inilah yang mereka terapkan dalam kelompok yang mereka bentuk. Tujuan semula yang mereka ingin capai melalui kelompok yang mereka bentuk tidak tercapai dan hasil yang diperoleh buruk. Hal ini banyak terlihat khususnya pada siswa-siswi kelas X, saat itu guru bidang studi memberikan tugas kelompok dan tugas tersebut dibagikan kepada setiap anggota, pada hari pengumpulan tugas ada kelompok yang tidak mengumpulkan tugas dengan alasan ada satu orang yang bertugas membawa tugas tersebut dan tidak hadir pada saat pengumpulan tugas. Ada juga kelompok yang tugasnya tidak maksimal karena hanya sebagian orang yang bekerja yang lainnya tidak. Ada siswa yang datang mengadu ke kantor BK karena merasa kesal dengan salah satu anggota kelompoknya yang tidak mau tau dan tidak peduli dengan tugas kelompok padahal tugas itu akan segera dikumpulkan. Fenomena ini terlihat sangat tidak baik karena dengan alasan apapun mereka adalah kelompok bisa disebut suatu tim kerja yang harus bekerja sama menyelesaikan tugas mereka. Untuk mengurangi hal tersebut maka diperlukan bimbingan untuk menambah pemahaman atau wawasan tentang diri dan kelompok, mengenai pentingnya karakter solidaritas organik terkhususnya dalam menyelesaikan tugas kelompok. Dengan diberikan bimbingan serta wawasan mengenai pentingnya dan makna dari solidaritas organik maka mereka akan mengerti bahwa tugas dan pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih baik. Pembagian kerja antar siswa di dalam kelompok dapat menciptakan kerjasama yang solid sehingga tugas yang diberikan akan dapat cepat terselesaikan dan hasilnya memuaskan.

5 Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuanya. Sekolah juga menjadi tempat siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial yang dimiliki. Dalam hal ini sekolah berperan aktif dalam membentuk nilai-nilai moral siswa agar dapat berkerjasama dan membentuk kerukunan dalam kelompok maupun masyarakat. Dalam sekolah siswa dididik agar dapat bekerjasama dan tumbuh interaksi sosial sehingga tindakan sosial berkembang sesuai dengan nilai moral yang diajarkan sekolah. Di dalam sekolah juga harus terdapat guru bimbingan konseling yang professional. Guru BK haruslah mampu menjalankan bimbingan ini secara optimal, terutama terkait dengan metode pelaksanaan bimbingan pribadi sosial siswa terkhusus bidang bimbingan kelompok. Metode bimbingan kelompok teknik diskusi merupakan suatu cara dalam menangani masalah mengenai sedikitnya siswa yang mengetahui dan memiliki karakter solidaritas organik serta konflik yang sering dihadapi siswa dalam hal tersebut. Pembentukan siswa berkarakter solidaritas sesama teman dipandang sangatlah penting untuk dikembangkan. Siswa membutuhkan karakter solidaritas organik untuk dapat hidup dalam kelompok dan masyarakat. Sebab itulah sekolah serta guru BK berperan aktif memfasilitasi pembentukan karakter solidaritas lewat gerakan bimbingan kelompok siswa dengan tujuan untuk dapat meningkatkan solidaritas organik antar siswa. Kegiatan bimbingan kelompok teknik diskusi ini digunakan untuk membentuk karakter siswa agar menjadi manusia yang memahami serta memiliki solidaritas organik dan menyadari pentingnya kebersamaan serta tanggung jawab berkelompok.

6 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis terhadap masalah sosial tentang solidaritas sosial pada siswa kelas X di SMA Methodist Berastagi sehingga membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen lebih mendalam yang dituangkan dalam bentuk tulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Karakter Solidaritas Organik Pada Siswa Kelas X Di SMA Methodist Berastagi Tahun Ajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Setelah melakukan observasi terhadap sekolah selama masa PPL-T di SMA Methodist Berastagi, maka peneliti menyimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Di SMA Methodist Berastagi terdapat siswa yang karakter solidaritas organiknya rendah. 2. Tidak ada rasa tanggung jawab serta rendahnya rasa kepedulian dalam menyelesaikan tugas kelompok 3. Konsistensi serta rasa egois yang masih tinggi ditunjukkan melalui sikap dan tindakannya dalam penyelesaian tugas kelompok 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini hanya membahas tentang pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi terhadap karakter solidaritas organik pada siswa kelas X di SMA Methodist Berastagi tahun ajaran 2015/2016.

7 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi latar belakang, maka untuk lebih memfokuskan penelitian ini, peneliti perlu merumuskan masalah penelitan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Adakah Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Terhadap Karakter Solidaritas Organik Pada Siswa Kelas X SMA Methodist Berastagi T.A 2015/2016? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, Pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi terhadap karakter solidaritas organik pada siswa kelas X SMA Methodist Berastagi tahun ajaran 2015/2016. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dicapai ada dua bentuk antara lain manfaat praktis dan konseptual. 1. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi : a) Bagi sekolah dapat dijadikan model untuk memberikan bimbingan pada siswa yang memiliki masalah sama. Melalui penelitian ini beban sekolah menjadi lebih ringan dalam menyelesaikan masalah siswa mengenai minimnya karakter solidaritas organik pada siswa.

8 b) Bagi guru bk penelitian pemberian layanan bimbingan kelompok teknik diskusi ini dapat dikembangkan dalam menyelesaikan masalah siswa mengenai karakter solidaritas organik pada siswa. c) Bagi siswa dapat dijadikan masukan untuk bisa memiliki dan menerapkan rasa solidaritas organik dalam kehidupan berkelompok. d) Bagi peneliti digunakan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana sekaligus mengetahui kemampuan dan keterampilan peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari. 2. Manfaat konseptual Sebagai sumbangan pengembangan tentang bimbingan kelompok teknik diskusi dalam penanganan masalah-masalah siswa yang kompleks dalam bersosial, dan sumbangan ilmu bagi perkembangan konseling dimana bimbingan kelompok salah satu bimbingan untuk menangani masalah sosial siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa melalui bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan dan memberikan pemahaman kepada siswa mengenai karakter solidaritas organik.