BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Ananda, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. dari usia neonatal dini terjadi pada hari pertama (Komalasari, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

ARIS SETYADI J

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dilahirkan untuk meneruskan cita-cita dan tujuan bangsa. Generasi penerus yang dibutuhkan bangsa Indonesia di masa sekarang dan yang akan datang adalah generasi penerus yang mempunyai kualitas, kemampuan dan kemauan yang kuat. Generasi penerus yang berkualitas akan membawa bangsa Indonesia ke salah satu tujuan pembangunan kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010. Tujuan dari pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam Setiyowati (2006), Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator status kesehatan yang peka untuk menerangkan derajat kesehatan masyarakat. AKB di Indonesia masih tergolong tinggi dibanding negara Association of South East Asian Nation (ASEAN) lain. Data World Factbook tahun 2003 dalam Setiyowati (2006), menunjukkan AKB Philipina 24,98 per 1000 kelahiran hidup (KH), Thailand 21,83 per 1000 KH, Malaysia 19 per 1000 KH, Brunei Darussalam 13,5 per 1000 KH, dan Singapura 3,3 per 1000 KH. Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi balita sekaligus mempercepat penurunan angka kematian bayi yang 1

2 pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Pemberian ASI eksklusif pada saat ini masih sangat memprihatinkan, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, diperoleh data jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni 46% pada bayi usia 2-3 bulan, 14% pada bayi usia 4-5 bulan, dan yang lebih memprihatinkan lagi 13% bayi di bawah usia dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan. Departemen Kesehatan juga melaporkan adanya penurunan pemberian ASI eksklusif dari 42,4% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. World Health Organization (WHO) pada tahun 2001, telah merevisi rekomendasi global mengenai pemberian ASI harus dilakukan segera mungkin yaitu dalam waktu satu jam setelah bayi lahir dan dianjurkan memberikan ASI secara Eksklusif selama 6 bulan ( Umniyati dalam Merdekawati, dkk., 2006). Menurut kajian World Health Organization (WHO) yang dituangkan dalam Kepmenkes No 450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Agama Islam juga menganjurkan untuk menyempurnakan penyusuan sampai usia 2 tahun (Q.S. Al Baqarah: 233). Ibu terutama ibu baru yang akan mempunyai anak harus mempunyai persiapan menyusui pada masa kehamilan, ini merupakan hal yang penting, sebab dengan persiapan yang baik maka ibu lebih siap untuk menyusui

3 bayinya. Pusat pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, rumah bersalin, atau puskesmas juga harus mempunyai kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang dapat menunjang keberhasilan menyusui (Soetjiningsih, 1997). Proses pemberian ASI eksklusif bergantung pada banyak hal yaitu tujuan, harapan atau keinginan ibu, peran suami, keluarga, dan lingkungan, yang kesemuanya memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan motivasi sehingga ibu dapat memberikan ASI kepada bayinya sampai 6 bulan. ASI merupakan hadiah yang paling berharga bagi bayi. Beragam gizi yang dikandung ASI memberikan keseimbangan ideal antara protein, laktosa, mineral dan vitamin (Mamnu ah, dkk, 2006). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan, bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004). Bayi harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat setelah berusia 6 bulan, dan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2000). Keunggulan dan manfaat ASI dalam menunjang kelangsungan hidup bayi sudah terbukti, namun dalam kenyataannya belum diikuti dengan pemanfaatan pemberian ASI secara optimal oleh ibu (Yanwirasti, 2004). Ibu banyak yang melupakan keuntungan dan kenikmatan menyusui selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa dengan menyusu dari alat pengganti. Susu buatan manusia tidak ada yang dapat mendekati apalagi menyamai keuntungan alami yang diberikan oleh ASI (Roesli, 2000).

4 Dukungan terhadap pemberian ASI terdapat dalam Deklarasi Innocenti 1990 (Italia). Deklarasi ini juga memberikan perlindungan dan promosi tentang pemberian ASI (Roesli, 2000). Dukungan pemerintah Indonesia terhadap penggunaan ASI termasuk ASI eksklusif sebenarnya telah memadai. Hal itu terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI). Data dari Depkes RI (2008) jumlah ibu hamil di Indonesia sampai akhir tahun 2007 diperkirakan mencapai 4.620.400 orang atau sekitar 3% dari jumlah penduduk Indonesia Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kasihan I Bantul, jumlah ibu hamil yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut sampai awal bulan Juni 2008 mencapai sekitar 499 orang. Program-program yang dilakukan Puskesmas Kasihan I Bantul untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah pemantauan ASI eksklusif oleh puskesmas dengan melibatkan kader-kader posyandu, kunjungan dari puskesmas, pertemuan rutin kader, pembinaan kelompok pendukung ASI, dan penyuluhan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif oleh petugas kesehatan atau kader kesehatan, terutama pada ibu hamil dan menyusui. Berbagai program ASI di Puskesmas Kasihan I telah banyak dilakukan dengan melibatkan ibu hamil dan menyusui, namun cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2007 di Puskesmas Kasihan I Bantul baru mencapai 30,11%. Sasaran pemberian ASI eksklusif di wilayah puskesmas tersebut sebenarnya sebanyak 269 anak namun baru sekitar 81 anak (30,11%) yang

5 memperoleh ASI eksklusif. Cakupan pemberian ASI eksklusif terbanyak adalah di Desa Bangunjiwo sebanyak 56 anak (27,33%), dan di desa Tamantirto hanya 25 anak (21,00%) yang mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini tidak sesuai dengan target Pemerintah, bahwa tahun 2005 sebanyak 80% ibu menyusui secara eksklusif, yaitu memberikan ASI saja sampai bayi berusia 4-6 bulan (Depkes, 2003). Berawal dari gambaran kejadian diatas, peneliti tertarik untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: apakah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ibu hamil dalam 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tingkat pendidikan terhadap motivasi ibu hamil dalam

6 b. Diketahuinya pekerjaan terhadap motivasi ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif. c. Diketahuinya pendapatan keluarga terhadap motivasi ibu hamil dalam d. Diketahuinya usia terhadap motivasi ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif. e. Diketahuinya jumlah anak terhadap motivasi ibu hamil dalam D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Keperawatan Wahana pengembangan teori keperawatan maternitas dan teori keperawatan anak. 2. Bagi Institusi Pendidikan Bahan bacaan bagi mahasiswa yang akan melakukan praktik dan penelitian selanjutnya tentang ASI eksklusif. 3. Bagi Tempat Penelitian Menentukan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan keberhasilan dalam 4. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ibu hamil dalam

7 5. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat terutama calon ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan dapat memberikan motivasi pada ibu hamil dalam memberikan ASI. E. Keaslian Penelitian Menurut sepengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta, Penelitian sejenis yang berkaitan dengan ASI pernah dilakukan oleh: 1. Lilis Murtutik (2004) dengan judul Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Motivasi Pemberian ASI eksklusif pada Anak Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Pundong Bantul Yogyakarta dengan kesimpulan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan motivasi pemberian ASI Eksklusif atau tidak adanya hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Perbedaan penelitian antara penelitian yang dilakukan oleh Lilis Murtutik dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas, karena pada penelitian ini variabel bebasnya adalah faktor pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan keluarga, usia, dan jumlah anak. Penelitian Lilis Murtutik variabel bebasnya hanya tingkat pendidikan. Tempat dilakukannya penelitian berbeda, selain itu sampel yang digunakan pada penelitian sebelumnya diambil secara keseluruhan.

8 Pada penelitian ini diambil dengan menggunakan sampling aksidental dan hanya ibu hamil bukan pada ibu yang mempunyai anak 0-6 bulan. 2. Massahid Dawi Wiryanto (2004) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Desa Mundu Tulung Klaten. Penelitian ini menggunakan metode observasional dan sampel yang digunakan adalah random sampling. Perbedaan yang ada dengan penelitian ini adalah perbedaan tempat, dan cara pengambilan sampel.