HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SEKECAMATAN BANTUL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Prestasi Belajar Matematika. a. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi belajar

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas dalam tinjauan pustaka adalah motivasi

Oikonomia Volume 2 Nomor 1

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha dalam membentuk dan membinan

PRADIFTA YUYUN SETYANINGRUM K

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN I BANYAKAN TAHUN PELAJARAN

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMBANGARUM 2 MRANGGEN DEMAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep Belajar Mandiri (Self-directed Learning) sebenarnya berakar dari. dipaparkan Munir (2001:1-4) sebagai berikut:

DINA FITMILINA A1A110053

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data hasil tes dan angket mengenai Kontribusi Hasil Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL/JURNAL OLEH ROBIATUL AINI RRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

Pengaruh Minat Dan Kecerdasan Numerik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Asup Suparlan, Juhariah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang bagus, dibutuhkan proses pendidikan yang bagus pula. Setiap usaha

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

III. METODE PENELITIAN

Pengaruh Tingkat Disiplin Dan Lingkungan Belajar Di Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

Kata kunci : Fasilitas Belajar, Lingkungan Belajar, prestasi belajar Sosiologi

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA SMKN 1 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Partono 1 Tri Minarni 2

BAB V HASIL PENELITIAN

PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KORESPONDENSI

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB IV PENGARUH METODE EKLEKTIK TERHADAP MINAT BELAJAR BAHASA ARAB SISWA KELAS X IPS I DI MAN PEMALANG

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA Miftahul Jannah 1, Ade Susanti 2, dan Benni 3

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

HUBUNGAN ANTARA GAYA MENGAJAR GURU, MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

JURNAL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PUSAT STUDI OLAHRAGA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2010

PENGARUH SUASANA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SERTA DAMPAKNYA PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2005:247) Penelitian

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu berusia muda sebagai generasi bangsa masih mudah di bentuk,

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. (Udin S. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kata motivasi digunakan untuk menjelaskan suatu dorongan, kebutuhan, atau. keinginan untuk melakukan sesuatu (Slavin, 1991).

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KARIR DENGAN PENGEMBANGAN BAKAT DAN MINAT PADA SISWA KELAS XI SMKN 1 BANDUNG KOTA TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keterampilan membaca nyaring dengan pemahaman bacaan siswa kelas II SD

BAB II KAJIAN TEORI. obyek tersebut. Dalam hal ini Mappier (1982:62) menjelaskan bahwa. Menurut Sukardi (1994:83) bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

Journal of Health (JoH) Vol.2 No.2 Juli 2015

Transkripsi:

40 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Data Hasil Penelitian Penelitian hubungan motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tumijajar kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan skala motivasi berprestasi kepada siswa kelas VIII dengan sampel sebanyak 40 siswa berprestasi rendah, yang diambil dari tehnik proporsional random sampling dimana setiap siswa berpeluang menjadi sampel. Sedangkan untuk data prestasi belajar siswa, diambil dari data nilai siswa setelah mengikuti ujian semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. 2. Analisis Data Dari perolehan data skala motivasi berprestasi dan nilai prestasi belajar siswa. Data tersebut kemudian dilakukan uji normalitas dan linieritas, yang kemudian hasilnya diperoleh bahwa data motivasi berprestasi dan prestasi belajar siswa normal dan linier. Setelah diketahui bahwa data tersebut normal dan linier, maka selanjutnya dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan rumus korelasi product moment.

41 Hasil perhitungan menggunakan rumus product moment pada skala motivasi berprestasi (X) dengan prestasi belajar (Y) pada 40 siswa kelas VIII SMPN 2 Tumijajar Tahun Pelajaran 2010/2011 diperoleh nilai koefisien korelasi antara X dan Y (r xy = 0,553). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar karena r mendekati 1 yaitu pada rentang antara 0,40-0,599, dengan r hitung (0,553) lebih besar dari r tabel (0,312). Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin tinggi prestasi belajar. Sedangkan persentase sumbangan variabel motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar adalah sebesar 30,58 %. Sehingga hipotesis statistik Ha yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa, diterima. Sedangkan hipotesis Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa, ditolak. Hal ini dapat dilihat dari tabel interprestasi harga r dibawah ini: Tabel. 4.1 Tabel Interprestasi nilai r Interval korelasi Antara 0,80-1,000 Antara 0,60-0,799 Antara 0,40-0,599 Antara 0,20-0,399 Antara 0,00-0,199 Tingkat hubungan sangat kuat kuat sedang rendah sangat rendah

42 Setelah diketahui besarnya r maka untuk menguji signifikasi koefisien korelasi di hitung uji t. Diperoleh hasil t hitung = 4,092. Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel. Untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan dk=n-2=40-2=38 maka diperoleh t tabel=2,704. Karena t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar. B. Pembahasan Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri individu untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa berupa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan yang diberikan berupa nilai atau angka dari guru kepada muridnya dalam jangka waktu tertentu. Motivasi adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution yang mengatakan bahwa motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan (Sardiman: 1991) mengatakan bahwa motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki dorongan untuk berprestasi lebih tinggi berbeda dengan siswa yang kurang memiliki motivasi untuk berprestasi. Pernyataan tersebut

43 dengan pendapat McClelland (Munandar: 2001) yang menemukan bahwa mereka dengan dorongan prestasi yang tinggi berbeda dari orang lain dalam keinginan kuat mereka untuk melakukan hal-hal dengan yang lebih baik. Mereka mencari kesempatan-kesempatan dimana mereka memiliki tanggung jawab pribadi dalam menemukan jawaban-jawaban terhadap masalahmasalah. Untuk memperoleh prestasi yang maksimal tentunya siswa harus berusaha dan giat dalam belajar. Adanya motivasi berprestasi sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini siswa harus memiliki keinginan yang tinggi untuk berhasil dan mengabaikan rasa takutnya akan kegagalan. Selain itu agar siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasinya, tugas-tugas yang guru berikan harus mampu membuat siswa terdorong untuk menyelesaikannya.(djaali: 2008) Motivasi berprestasi salah satu faktor yang menentukan hasil dari prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tidak akan kesulitan untuk mendapatkan prestasi yang tinggi baik di sekolah maupun di luar sekolah. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah akan mengalami kesulitan untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Djaali (2008) bahwa motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan dalam keberhasilan belajar. Hubungan antara motivasi berprestasi dan prestasi belajar adalah berkorelasi sedang. Hal ini berarti bahwa hasil prestasi belajar yang siswa peroleh cukup

44 berkaitan dengan motivasi berprestasi yang ada dalam dirinya. Ausubel dalam Howe (1984) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi terdiri atas tiga komponen, yaitu dorongan kognitif, An ego-enhancing one, dan kompetisi afiliasi. Dorongan kognitif adalah keinginan siswa untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekunimya serta keinginan untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil yang sebaik-baiknya. Dalam hal ini siswa berusaha mendapatkan prestasi yang tinggi. Selanjutnya adalah An ego-enhancing one, maksudnya keinginan siswa untuk meningkatkan status dan harga dirinya (self esteem), misalnya dengan jalan berprestasi dalam segala bidang, sedangkan komponen afiliasi adalah keinginan siswa untuk selalu berafiliasi dengan siswa lain. Dalam hal ini siswa berusaha memiliki hubungan komunikasi yang baik dengan orang lain. Dengan adanya ketiga komponen tersebut maka hal itu dapat menentukan bagaimana tingkat motivasi berprestasi yang siswa miliki dalam upaya meningkatkan prestasinya. Selain motivasi berprestasi, terdapat pula faktor-faktor lain yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kecedersan/intelegensi, bakat, minat, keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat. Kecerdasan adalah kemampuan dalam belajar yang dimiliki seseorang disertai dengan kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi. Kecerdasan atau intelegensi yang normal pada siswa selalu ditunjukkan dengan kecakapan yang sesuai dengan tingkat perkembangan

45 pada diri siswa. Dalam setiap perkembangan siswa (anak) biasanya setiap anak memiliki kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lain, sehingga biasanya terdapat anak yang memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan demngan teman seusianya. Berdasarkan uraian diatas, faktor intelegensi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Menurut (Kartono:1995) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Jika seorang siswa memiliki tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka siswa tersebut dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sedangkan menurut Slameto (1995) mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. hal tersebut sesuai dengan pendapat Muhibbin (1999), yang menyatakan bahwa semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses. Dari pendapat di atas sudah jelas bahwa intelegensi atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha mencapai prestasi belajar yang tinggi. Faktor selanjutnya adalah bakat. Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Pernyataan tersebut sesuai

46 dengan uraian yang dikemukakan oleh Purwanto (Rola: 2006) yang menyatakan bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupankesanggupan tertentu. Kemudian Kartono (1995) menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata. Sedangkan menurut Muhibbin (1999) mengatakan bahwa bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keahlian tertentu yang dimiliki seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. Oleh karena itu, ada tidaknya bakat yang dimiliki seseorang mempunyai kaitan yang cukup penting dalam menentukan tinggi tendahnya prestasi belajar yang siswa peroleh. Dalam kegiatan belajar khususnya dalam hal keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai prestasi yang tinggi. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka hal itu dapat mempengaruhi hasil akhir yang akan diperoleh anak tersebut, misalnya prestasi yang ia dapatkan kurang maksimal. Faktor selanjutnya adalah minat. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996) minat adalah kecenderungan yang menetap

47 dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Selanjutnya menurut Slameto (1995) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang. Kemudian (Sardiman: 1992) mengemukakan minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat memiliki pengaruh yang cukup tinggi terhadap kegiatan belajar dan hasil prestasi belajarnya. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. Selanjutnya adalah faktor keadaan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto (1995) bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya

48 untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini (Hasbullah: 1994) mengatakan: Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar. Dengan terpenuhinya semua hal tersebut, maka dapat membantu anak dalam meningkatkan prestasinya. Faktor selanjutnya adalah faktor keadaan sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat

49 mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono (1995) mengemukakan bahwa guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar. Sehingga bila siswa merasa nyaman dan senang dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, hal itu dapat membantu siswa meningkatkan prestasinya. Kemudian faktor yang terakhir adalah faktor lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap hasil belajar yang siswa peroleh dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak. Hal itu dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini Kartono (1995) berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran, hal itu dapat mempengaruhi anak untuk mengikuti kebiasaankebiasaan tersebut.

50 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lingkungan dapat mempengaruhi anak dalam membentuk kepribadiannya, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh baik pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya. Sehingga bila ia rajin belajar tentunya hasil prestasi belajarnya juga akan baik. Dari uraian-uraian di atas disimpulkan bahwa selain motivasi berprestasi yang ada dalam diri siswa, terdapat faktor-faktor lain yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar. Diantaranya adalah kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor-faktor tersebut juga memiliki peranan dalam menentukan prestasi belajar siswa, sehingga berdampak pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar disekolah seperti menghambat siswa dalam menyelesaikan semua tugas-tugas disekolah serta menghambat siswa untuk meningkatkan prestasinya.