BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. nasional secara bertahap, terencana, dan berkelanjutan. Untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Terutama di. Indonesia, pajak merupakan komponen penting dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara, maka negara menetapkan perpajakan sebagai salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1)

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia yang dapat mendukung kegiatan pembangunan nasional.

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan penerimaan negara dari Sektor Perpajakan memegang peranan

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. yang mandiri, pemerintah harus mengoptimalkan sumber dana dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudannya melalui pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan target awal APBN-P 2015 sebesar Rp 1.379,9 triliun, angka tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara (Munari,2005:120).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. Negara dalam menyelenggarakan pemerintahannya mempunyai kewajiban

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Belanja Negara (APBN), sumber pembiayaannya berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant),

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. peningkatan taraf hidup yang lebih baik untuk perkembangan negara juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya penerimaan pajak. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai Negara. Penerimaan pajak adalah faktor penting dalam berjalannya roda pemerintahan dan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat. Adapun lembaga yang ditunjuk untuk mengelola perpajakan negara adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia, yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan. Dengan mengetahui manfaat mekanisme perpajakan, diharapkan tingkat kepatuhan masyarakat dapat meningkat. Dan kemudian akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak penghasilan Badan. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka pajak merupakan sumber penerimaan utama bagi suatu negara dalam hal ini adalah pemerintah. 1

2 Kenaikan penerimaan sektor pajak dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa terdapat potensi besar di sektor perpajakan. Kenaikan penerimaan pajak ini tentu akan turut meningkatkan penerimaan kas negara yang dapat digunakan sebesar besarnya untuk pembangunan nasional. Jika dibandingkan dengan jenis pajak lainnya, pajak penghasilan memiliki proporsi paling besar. Populasi masyarakat indonesia yang sangat banyak menjadikan potensi pajak yang sangat tinggi, namun kewajiban setiap warga negara dalam membayar pajak masih sangat rendah. Hal ini menjadi tugas pemerintah sebagai penyelenggara pajak untuk terus melakukan sosialisasi pajak, serta menemukan terobosan terobosan yang dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pada umumnya Wajib Pajak ada kecenderungan untuk melakukan penghindaran dalam pembayaran pajak. Kecenderungan melakukan penghindaran oleh Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya lebih banyak terjadi, karena di indonesia menggunakan sistem self assessment. Sejak tahun 1983 sistem pemungutan pajak di indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Sistem self assessment diterapkan atas dasar kepercayaan pihak otoritas pajak kepada Wajib Pajak. Dimana, masyarakat atau Wajib Pajak memiliki independensi terhadap perhitungan, pengisian, dan pelaporan perpajakannya. Wajib Pajak harus dapat memahami bahwa penerimaan pajak memiliki peranan penting dalam menunjang kinerja pemerintah dalam menjalankan pemerintahan. Konsekuensi dari sistem ini adalah Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban melakukan pelayanan, pembinaan, dan penerapan

3 sanksi pajak (Sari, 2010). Ada banyak upaya yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak agar sistem self assessment dapat berjalan dengan efektif. Salah satunya adalah dengan melakukan intensifikasi penerimaan pajak. Menurut SE- 06/PJ.09/2001, intensifikasi adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan dalam administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. Hal ini dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dan pembinaan Wajib Pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan pasif dan aktif, serta penegakan hukum (Sari, 2010). Transparasi juga merupakan faktor penting agar sistem self assessment ini dapat berjalan ekfektif. Banyak jumlah Wajib Pajak yang terdaftar tentunya secara otomatis akan meningkatkan penerimaan pajak yang akan diperoleh. Walaupun, sebenarnya banyak jumlah Wajib Pajak Badan belum tentu mengindikasikan bahwa penerimaan pajak, khususnya penerimaan pajak penghasilan Badan dapat meningkat, terutama untuk periode periode selanjutnya. Logikanya setiap meningkatnya jumlah Wajib Pajak Badan maka akan diiringi dengan meningkatnya jumlah penerimaan pajak penghasilan Badan yang signifikan. Jumlah Wajib Pajak Badan yang sepertinya ini lah yang diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak penghasilan Badan pada masa masa berikutnya. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak, jumlah Wajib Pajak yang terdaftar secara nasional adalah sebagai berikut:

4 Tabel 1.1 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Nasional Jumlah Orang Badan Bendahara Jumlah Wajib Pajak Pribadi 2009 13.949.750 1.580.287 434.355 15.964.392 2010 17.327.184 1.737.459 467.984 19.532.627 2011 19.913.904 1.942.811 507.844 22.364.559 2012 22.131.323 2.136.014 545.232 24.812.569 2013 23.082.822 2.218.573 555.995 25.857.390 Sumber: Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2009-2013 (Data Diolah Kembali). Berdasarkan berita dari media elektronik Metrotvnews.com, Jakarta:...Presiden Joko Widodo menyoroti jumlah Wajib Pajak banyak yang tidak menyampaikan surat pemberitahuan tahunan (SPT) pajak. Padahal, yang terdaftar menjadi WP ada sebanyak 25 juta lebih. total Wajib Pajak ada 25 juta sedangkan yang menyampaikan SPT hanya 17 juta, dan hanya 10 juta atau 60 persen. Tegas pria yang disapa Jokowi ini, di kantor Presiden, Jakarta, Kamis (30/10/2014). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak (DJP), hingga 2013 total jumlah Wajib Pajak terdaftar 25.857.390. Dimana WP badan sebanyak 2.218.573, serta WP bendahara sebanyak 555.995. Adapun jumlah terbanyak ada di WP orang pribadi yang tercatat sebesar 23.082.822 yang masih didominasi karyawan. Peningkatan jumlah WP ini tidak signifikan dibandingkan dengan potensi warga berpenghasilan di atas PTKP sekitar 60 juta. Di sisi lain, Jokowi menyoroti para Wajib Pajak ini dalam rangka mengoptimalisasikan pendapatan negara melalui pajak. Dia menegaskan hal-hal yang berkaitan dengan perpajakan. Dari segi potensi masih mempunyai peluang besar. Sehingga itulah yang harus kita kerjakan. Kalau dilihat dari rasio sepuluh tahun terakhir hanya naik 0,1 persen. Sejak 2005-2013. Penerimaan pajak tidak pernah tercapai. Kemudian juga tax coverage rasio hanya 53 persen. jelas Jokowi. Badan atau perusahaan merupakan subjek pajak dalam negeri dimana Wajib Pajak Badan merupakan penyumbang bagi sektor penerimaan negara dari sektor pajak yaitu pajak penghasilan badan. Badan adalah sekumpulah orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,

5 perseroan lainnya, BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 2 UU No. 28 Tahun 2007). Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan selalu kesadaran dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak, khususnya Wajib Pajak Badan. Seperti data pada Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), menunjukkan ketidakpatuhan Wajib Pajak terdaftar dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh yang akan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 1.2 Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT PPh Tahunan 2009-2013 Uraian WP Terdaftar Wajib SPT SPT Tahunan PPh Rasio Kepatuhan 2009 9.996.620 5.413.114 54,14% 2010 14.101.933 8.202.309 58,16% 2011 17.694.317 9.332.626 52,74%

6 2012 14.011.210 8.002.210 57,11% 2013 19.813.914 9.921.066 50,07% Jumlah 75.617.994 40.871.325 54,04% Sumber : Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2009-2013 (Data Diolah Kembali) Dapat diketahui dari Tabel 1.2 diatas rasio kepatuhan penyampaian SPT PPh mengalami penurunan setiap tahunnya menjadi 50,07% Tahun 2009-2013 mengalami perbedaan antara Wajib Pajak terdaftar Wajib Pajak SPT dan SPT Tahunan PPh yang diterima. Dalam laporan tersebut, terdapat kesenjangan antara Wajib Pajak terdaftar SPT dan kepatuhan dalam penyampaian SPT Tahunan PPh. Dengan kata lain menandakan bahwa masih rendahnya kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT tahunan. Ketidakpatuhan wajib pajak timbul karena Pertama, Wajib Pajak tidak mempunyai pengetahuan perpajakan yang memadai, karena kurangnya sosialisasi dan pengawasan dari petugas kantor pajak untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam mematuhi kewajiban perpajakannya, sehingga Wajib Pajak secara tidak sengaja tidak melakukan kewajiban perpajakannya (tidak mendaftarkan NPWP, tidak menyampaikan SPT, dan lain-lain). Kedua, melakukan kewajiban perpajakan tetapi tidak sepenuhnya benar (membayar dan melaporkan pajak tidak tepat waktu). Ketiga, kurangnya sanksi tegas dari petugas pajak, sehingga bagi Wajib Pajak ada celah untuk melakukan kecurangan. Dan Keempat, Wajib Pajak yang berusaha patuh namun karena kualitas pelayanan kantor pajak yang kurang

7 baik atau pelayanan yang lambat, sehingga banyak Wajib Pajak tidak ingin berurusan dengan birokrasi dan peraturan yang rumit. Berdasarkan data Ditjen Pajak, menunjukkan bahwa penerimaan perpajakan terhadap pendapatan negara setiap tahunnya berada diatas 65%, ini dapat diartikan bahwa peranan pajak sangat penting dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dalam pembangunan suatu negara. Untuk tahun 2009 terdapat 73% penerimaan pajak terhadap pendapatan negara, meskipun mengalami peningkatan yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 1.3 Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Pendapatan Negara (dalam triliun rupiah) Tahun Pendapatan Negara Penerimaan Perpajakan Presentase 2009 848,8 619,9 73% 2010 995,3 723,3 72,7% 2011 1.210,6 873,9 72,2% 2012 1.338,1 980,5 73,3% 2013 1.429,5 1.072,1 76,8% Sumber : Nota Keuangan dan APBN-P Anggaran Tahun 2009-2013 (Data Diolah Kembali) Penerimaan perpajakan setiap tahunya selalu mengalami perbedaan antara penerimaan perpajakan yang telah dianggarkan dengan realisasinya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari Tabel 1.4 berikut yang memberikan gambaran

8 mengenai realisasi penerimaan pajak terhadap APBN-P pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Tabel 1.4 APBN-P Dan Realisasi Penerimaan Perpajakan (dalam triliun rupiah) Tahun APBN-P Realisasi Presentase 2009 651,7 619,9 95,51% 2010 743,3 723,3 97,30% 2011 878,7 873,9 99,45% 2012 794,5 885,6 111,46% 2013 1.148,4 1.071,1 93,26% Sumber : Nota Keuangan dan APBN-P Tahun Anggaran 2009-2013 (Data Diolah Kembali) Fenomena tersebut menunjukkan ketidakpatuhan Wajib Pajak Badan dalam melaporkan Surat Pemberitahuan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak. Penelitian yang dilakukan (Euphrasia Susy Suhendar, 2010) juga menyatakan bahwa peningkatan penerimaan pajak dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan oleh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan. Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, telah terbukti menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan, pemeriksaan pajak, dan penghasilan badan. Penulis memandang perlu melakukan penelitian dengan tema serupa untuk mengetahui konsistensinya untuk periode pelaporan 2008 sampai dengan 2014.

9 Perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat untuk mencapai target pajak. Dengan demikian jumlah Wajib Pajak dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak menjadi salah satu yang penting untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah Wajib Pajak Badan dan tingkat kepatuhan berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan yang merupakan sumber penghasilan negara. Dikutip dari Pikiran Rakyat Senin, 29 Juni 2015 : Kantor Pajak Pratama (KPP) Soreang dan Majalaya menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp 2,13 triliun atau naik drastis dari tahun lalu sejumlah Rp 1,4 triliun. Untuk itu, KPP Soreang dan Majalaya akan menyisir obyek pajak baik perorangan maupun perusahaan yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak. "Secara nasional target penerimaan pajak meningkat drastis dari penerimaan pajak Rp 900 miliar menjadi Rp 1.300 triliun. Jadi 75 persen penerimaan negara di APBN berasal dari pajak," kata Kepala KPP Soreang, Yunus Pongsirante, saat pekan panutan penyampaian SPT di Bale Sawala Pemkab Bandung, Jumat (6/3/2015). Menurut Yunus, Kab. Bandung memiliki dua KPP yakni KPP Soreang dan KPP Majalaya dengan target KPP Soreang sebesar Rp 1,6 triliun lebih, sedangkan target KPP Majalaya lebih dari Rp 400 miliar. "Para pengamat merasa pesimistis dengan target penerimaan pajak yang naik drastis, namun kami optimistis bisa tercapai target itu," ucapnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH JUMLAH WAJIB PAJAK BADAN DAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENYAMPAIKAN SPT TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KPP PRATAMA SOREANG.

10 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis mengidentifikasi masalah tersebut sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh jumlah Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Badan di KPP Pratama Soreang. 2. Seberapa besar pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Badan di KPP Pratama Soreang. 3. Seberapa besar pengaruh jumlah Wajib Pajak Badan dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Soreang. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan bukti empiris mengenai : 1. Pengaruh jumlah Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Badan di KPP Pratama Soreang. 2. Tingkat kepatuhan dalam menyampaikan SPT terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Badan di KPP Pratama Soreang. 3. Pengaruh jumlah Wajib Pajak Badan dan tingkat kepatuhan dalam menyampaikan SPT terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Soreang.

11 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh jumlah Wajib Pajak Badan dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan di KPP Pratama Soreang. 2. Bagi pihak lainnya, sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengetahui dan menambah wawasan tentang pengaruh jumlah Wajib Pajak Badan yang dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan di KPP Pratama Soreang. 3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan jumlah Wajib Pajak Badan dan kepatuhan Wajib Pajak Badan khususnya dan Wajib Pajak lainnya dalam memenuhi kewajiban perpajakan untuk meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Soreang yang berlokasi di Jl. Cimareme No 205, Kabupaten Bandung. Waktu penelitian dimulai sejak bulan Mei 2015 sampai dengan selesai.