PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENURUNAN SUHU (DENGAN DAN TANPA PEMANASAN ULANG) TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN ASPAL BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PENGARUH KADAR ABU BATUBARA SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET (HRS)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

NASKAH SEMINAR INTISARI

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ALAMI LATEKS (GETAH KARET) TERHADAP KINERJA MARSHALL ASPAL PORUS

BAB III LANDASAN TEORI

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB III LANDASAN TEORI

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

PENGARUH PENGGUNAAN POLIMER ELVALOY TERHADAP NILAI INDEX KEKUATAN SISA PADA CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB III LANDASAN TEORI

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

PENGARUH PERENDAMAN BERKALA PRODUK MINYAK BUMI TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN BETON ASPAL

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA CAMPURAN LASTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL (105M)

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

Transkripsi:

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) M. Zainul Arifin, Ludfi Djakfar dan Gina Martina Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jl. Mayjen Haryono 147 Malang ABSTRAK Dalam proses pelaksanaan konstruksi jalan di lapangan, kemungkinan hujan dapat mengakibatkan campuran beraspal tersiram air. Adakalanya karena hujan yang terjadi hanya dalam intensitas kecil (gerimis) namun pelaksanaan konstruksi tetap dilakukan. Kondisi inilah yang selanjutnya dalam penelitian di laboratorium diidentifikasikan untuk menambahkan air hujan pada campuran beraspal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kandungan air hujan dan untuk mengetahui Indeks Kekuatan Sisa (IKS) pada campuran LASTON. Metode dan desain dalam penelitian ini disesuaikan dengan spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI). Ada dua perlakuan yaitu pembuatan campuran aspal dalam kondisi tanpa tersiram air hujan dan kondisi dengan tersiram air hujan. Kondisi tanpa tersiram air dilakukan untuk mencari Kadar Aspal Optimum (KAO). Pada kondisi tersiram air, kadar aspal yang digunakan berdasarkan KAO. Untuk perlakuannya setelah campuran mencapai suhu pencampuran, kemudian campuran dimasukkan ke dalam mold lalu dilakukan penyiraman menggunakan alat suntik skala 0,1 ml pada permukaan campuran dengan jumlah air hujan masing-masing sebanyak 1ml, ml, 3ml, 4ml dan 5ml. Setelah mencapai suhu pemadatan kemudian dipadatkan. Secara keseluruhan nilai karakteristik Marshall mengalami penurunan seiring bertambahnya kandungan air hujan. Rata-rata nilai VIM pada 0 ml kandungan air sebesar 3,7787% menurun mencapai nilai 3,1995% pada kandungan air 5 ml. Rata-rata VMA pada 0 ml kandungan air sebesar 16,9590% menurun mencapai nilai 16,459% pada kandungan air 5 ml. Rata-rata nilai stabilitas pada 0 ml kandungan air sebesar 941,3337kg menurun mencapai nilai 77,3397kg pada kandungan air 5 ml. Rata-rata nilai flow pada 0 ml kandungan air sebesar,5mm menurun mencapai nilai,1mm pada kandungan air 5 ml. Kata kunci : Tanpa tersiram air, tersiram air, IKS (Indeks Kekuatan Sisa), LASTON, karakteristik Marshall. PENDAHULUAN Lapisan Beton Aspal (LASTON) merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat bergradasi menerus yang dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu. Kekuatan utamanya diperoleh dari ikatan antar butiran agregat dan tambahan kekuatan dari pasir, bahan pengisi, dan aspal. Campuran ini mempunyai proporsi agregat kasar lebih banyak dari agregat halus dan bahan pengisi. Campuran LASTON dirancang menggunakan aspal yang relatif keras dengan kuantitas yang cukup untuk menyelimuti seluruh permukaan agregat dan mengisi rongga dalam campuran seperti yang ditentukan dalam spesifikasi. Salah satu sifat LASTON adalah peka terhadap terjadinya penyimpangan perencanaan dan pelaksanaannya di lapangan. Oleh karena itu bila terjadi kondisi tersiram air (hujan) pada proses pengangkutan campuran beraspal di JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume, No. 1 008 ISSN 1978 5658 39

lapangan akan mengakibatkan campuran tidak dapat dipergunakan untuk keperluan pembangunan konstruksi jalan raya. Untuk mengetahui apakah campuran beraspal yang tersiram air masih dapat digunakan, perlu dilakukan penelitian terhadap campuran beraspal yang mengalami kondisi tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan salah satu jenis konstruksi perkerasan disamping perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan komposit (composite pavement). Ketiga jenis perkerasan tersebut dibedakan oleh bahan pengikatnya, dimana lapisan perkerasan lentur menggunakan bahan pengikat aspal, lapisan perkerasan kaku menggunakan semen dan lapisan perkerasan komposit menggabungkan Prosedur pengujian Marshall untuk menentukan rencana campuran beraspal optimum masih merupakan prosedur utama dalam pekerjaan perkerasan jalan di Indonesia, khususnya perkerasan lentur. Oleh karena itu perlu diteliti seberapa jauh pengaruh campuran beraspal setelah tersiram air hujan terhadap nilai karakteristik Marshall. perkerasan kaku dan perkerasan lentur dalam satu lapisan perkerasan. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada sarana transportasi. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan di bawahnya. Gambar 1. Penampang Melintang Perkerasan Karena sifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masingmasing lapisan berbeda dan semakin ke bawah semakin kecil. Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, lapis pondasi atas menerima gaya vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap hanya menerima gaya vertikal saja. Aspal Aspal yang digunakan sebagai material perkerasan jalan berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi. Sebagai bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara sesama aspal. Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada di dalam butir agregat itu sendiri. Untuk dapat memenuhi fungsi aspal tersebut dengan baik, maka aspal haruslah memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat dilaksanakan mempunyai tingkat kekentalan tertentu. Agregat Agregat didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume, No. 1 008 ISSN 1978 5658 40

dan padat. Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90-95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75 85% agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material perkerasan jalan adalah gradasi, kebersihan, kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk menyerap air, berat jenis dan daya pelekatan dengan aspal. Gradasi agregat merupakan sifat yang sangat luas pengaruhnya terhadap kualitas perkerasan secara keseluruhan. Karakteristik Marshall Beton aspal dibentuk dari agregat, aspal dan atau tanpa bahan tambahan, dicampur secara merata atau homogen di instalasi pencampuran pada suhu tertentu. Campuran kemudian dihamparkan dan dipadatkan, sehingga terbentuk beton aspal. Kinerja beton aspal padat ditentukan melalui pengujian,antara lain : Penentuan berat volume benda uji Pengujian nilai stabilitas yaitu kemampuan maksimum beton aspal padat menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis Pengujian kelelehan (flow) yaitu besarnya perubahan bentuk plastis dari beton aspal padat akibat adanya beban sampai batas keruntuhan. Perhitungan kuosien Marshall yaitu perbandingan antara nilai stabilitas dan flow. Perhitungan berbagai jenis volume pori dalam beton aspal padat (VIM, VMA dan VFA) Pengujian kinerja beton aspal apadat dilakukan melalui pengujian Marshall. Dari serangkaian pengujian yang umum dilakukan untuk menentukan kinerja beton aspal, terlihat bahwa hanya nilai stabilitas dan flow yang ditentukan dengan menggunakan alat Marhall, sedangkan parameter lainnya ditentukan melelui penimbangan benda uji dan perhitungan. Lapisan Aspal Beton Lapis aspal Beton (LASTON) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Menurut SKBI.4.6. 1987, ada sebelas gradasi agregat campuran yang ditetapkan untuk LASTON yaitu No. campuran I, III, IV, VI, VIII, IX, X dan XI digunakan untuk lapisan permukaan, No. Campuran II digunakan untuk lapis permukaan, perata (leveling) dan lapis antara (binder), No. Campuran V digunakan untuk lapis permukaan dan lapis antara (binder). Kadar aspal campuran LASTON ditetapkan berkisar antara 4 sampai 7 persen terhadap berat campuran. LASTON umumnya digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas berat. LASTON dikenal pula dengan nama AC (Asphalt Concrete), karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas, dengan konsekuensi pori dalam campuran menjadi lebih sedikit, kadar aspal yang dapat dicampurkan juga berkurang, sehingga selimut aspal menjadi lebih tipis. Hujan Hujan yang turun pada saat proses pelaksanaan konstruksi jalan sangat berpengaruh pada kinerja beton aspal di kemudian hari. Maka selama pengangkutan, campuran dalam bak truk harus ditutup dengan kain terpal atau bahan lainnya yang sejenis. Pelaksaan penghamparan hanya boleh dilakukan pada cuaca baik, apabila diperkirakan hari akan hujan maka penghamparan harus segera dihentikan, kecuali dalam keadaan terpaksa (mutu hasil pekerjaan harus tetap dipertahankan). JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume, No. 1 008 ISSN 1978 5658 41

Air hujan yang jatuh ke badan jalan akan masuk ke lapisan tanah dasar melalui bahu jalan. Hal ini dapat mengakibatkan ikatan antar butir-butir agregat dan aspal lepas, sehingga dapat terjadi pelapukan bahan material dan mempengaruhi sifat teknis konstruksi perkerasan jalan, pada akhirnya akan mengurangi masa pelayan jalan tersebut. METODE PENELITIAN Rancangan Percobaan Sebelum melakukan pencampuran, bahan yang akan digunakan diuji terlebih dahulu apakah memenuhi spesifikasi atau tidak. Kemudian dilanjutkan dengan membuat benda uji untuk setiap campuran. Tabel 1. Jumlah Benda Uji Dengan Variasi Kadar Aspal Kadar aspal (%) Kondisi Jumlah 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Normal 5 bu 5 bu 5 bu 5 bu 5 bu 5 bu 5 bu 35 bu Keterangan : bu = benda uji Tabel. Jumlah BU Dengan Variasi Kandungan Air Hujan & Perendaman Kandungan air hujan (ml) Direndam pada suhu 60ºC 30 menit 4 jam 0 5 bu 5 bu 1 5 bu 5 bu 5 bu 5 bu 3 5 bu 5 bu 4 5 bu 5 bu 5 5 bu 5 bu Jumlah 30 bu 30 bu Keterangan : bu = benda uji Pembuatan Benda Uji Setelah semua material yang dibutuhkan telah memenuhi pengujian karakteristik, tahap berikutnya adalah pembuatan campuran LASTON sebagai lapisan permukaan. Ada (dua) perlakuan campuran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu : a)pembuatan campuran beraspal dengan kondisi normal, b)pembuatan campuran beraspal dengan kondisi tersiram air hujan. Rancangan campuran yang digunakan adalah rancangan campuran berdasarkan metode Marshall. Prinsip dasar dari metode Marhall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan, serta analisis kepadatan dan pori dari campuran yang terbentuk. Seluruh pemeriksaan pada metode Marshall mengikuti prosedur SK-SNI M-58-1990- 03 Tabel 3. Persyaratan LASTON No. Karakteristik Campuran Satuan Spesifikasi Min. Maks. 1 VIM % 3 5 VMA % 14-3 Stabilitas kg 550 - JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume, No. 1 008 ISSN 1978 5658 4

4 Kelehan mm 4 5 Marshall Quontient kg/mm 00 350 Sumber : Standar Nasional Indonesia Pengujian Perendaman Benda uji dengan KAO selanjutnya direndam. Lima benda uji pada setiap banyaknya kandungan air, direndam dalam waterbath pada temperatur 60 C selama 30 menit (stabilitas standar) dan lima benda uji pada setiap banyaknya kandungan air, direndam pada temperatur 60 C selama 4 jam (stabilitas rendaman). Perbandingan antara stabilitas rendaman dengan stabilitas rendaman dinyatakan dalam persentase sebagai Indeks Kekuatan Sisa (Index of Retained Strength) yaitu stabilitas Marshall sisa untuk mengukur daya tahan terhadap pengrusakan oleh air. Analisis Indeks Kekuatan Sisa Dari nilai stabilitas yang didapat dari kedua pengujian perendaman, kemudian dihitung Indeks Kekuatan Sisa denga menggunakan persamaan sebagai berikut: S IKS = x100 S1 dengan : S1 = rata-rata nilai stabilitas Marshall setelah perendaman selama 30 40 menit, kg S = rata-rata nilai stabilitas Marshall setelah perendaman selama 4 jam (kg) Kehilangan stabilitas akibat perendaman menggambarkan tingkat kerusakan oleh pengaruh air. Indeks Kuat Sisa sebesar 75% merupakan nilai minimum yang disyaratkan, karena pada nilai tersebut campuran beraspal dianggap cukup tahan terhadap kerusakan yang ditimbulkan oleh pengaruh air. Analisis Statistik Setelah data-data dari pengujian diperoleh, maka dilanjutkan dengan analisa secara statistik yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh campuran beraspal yang tersiram air hujan terhadap karakteristik campuran LASTON. Adapun analisa yang digunakan adalah uji hipotesa Uji hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi (ANOVA). Analisis variansi pada penelitian ini menggunakan analisis variansi satu arah (one way - ANOVA). Secara umum denah rancangan percobaannya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Denah Rancangan Percobaan Ulangan Perlakuan (Sampel) 0 1 3 J 1 Y 11 Y 1 Y 13 Y 14 Y 1j Y 1 Y Y 3 Y 4 Y j n i Y n11 Y n Y n33 Y n44 Y nij Jumlah ΣY i1 ΣY i ΣY i3 ΣY i4 ΣY ij Nilai rata-rata Y 1 Y Y 3 Y 4 Y j Varian s i S 1 S S 3 S 4 S j Sumber : M. Hifni, 199 JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume, No. 1 008 ISSN 1978 5658 43

PEMBAHASAN Analisis Pengujian Perendaman Marshall Indeks kekuatan sisa Marshall ditentukan untuk mengevaluasi ketahanan campuran terhadap pengrusakan air dan efisiensi daya adhesi dari bahan ikat dan agregat. Spesifikasi nilai IKS untuk campuran LASTON minimum sebesar 75% dari nilai stabilitas awal. Indeks Kekuatan Sisa campuran LASTON pada kondisi tersiram air dapat dilihat pada Tabel 5. Kandungan Air (ml) Tabel 5. Tabel Indeks Kekuatan Sisa Stabilitas Terkoreksi (kg) Indeks kuat Keterangan 30 menit 4 jam Sisa (%) 0 941.334 83.535 88.44 Memenuhi, IKS>75% 1 895.794 81.970 90.754 Memenuhi, IKS>75% 855.61 787.983 9.096 Memenuhi, IKS>75% 3 830.909 780.51 93.936 Memenuhi, IKS>75% 4 797.613 768.63 96.30 Memenuhi, IKS>75% 5 77.340 751.63 97.71 Memenuhi, IKS>75% Sumber : Hasil Perhitungan Dari Tabel memperlihatkan bahwa Indeks Kekuatan Sisa Marshall untuk campuran dengan kondisi tersiram air, secara keseluruhan telah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Semakin banyak kandungan air dalam campuran mengakibatkan semakin tinggi tingkat impermeabilitas dikarenakan semakin tingginya tingkat kejenuhan dalam campuran sehingga indeks kekuatan sisa semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan semakin rendah tingkat durabilitas KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisis Marshall pada campuran LASTON diperoleh nilai karakteristik Marshall yang semakin menurun seiring bertambahnya jumlah kandungan air hujan. Rata-rata nilai VIM pada 0 ml kandungan air sebesar 3,7787% menurun mencapai nilai 3,1995% pada kandungan air 5 ml. Rata-rata VMA pada 0 ml kandungan air sebesar 16,9590% menurun mencapai nilai 16,459% pada kandungan air 5 ml. Rata-rata nilai stabilitas pada 0 ml kandungan air sebesar 941,3337kg menurun mencapai nilai 77,3397kg pada kandungan air 5 ml. Rata-rata nilai flow pada 0 ml kandungan air sebesar,5mm menurun mencapai nilai,100mm pada kandungan air 5 ml. Rata-rata nilai MQ pada 0 ml kandungan air sebesar 418,515kg/mm menurun mencapai nilai 367,5640kg/mm pada kandungan air 5 ml. Hal ini mengindikasikan menurunnya kualitas campuran secara keseluruhan ditinjau dari nilai karakteristik yang dihasilkan, mengakibatkan menurunnya kinerja campuran. Secara keseluruhan nilai karakteristik Marshall telah memenuhi spesifikasi SNI kecuali pada nilai MQ yang berada diatas spesifikasi SNI. Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap nilai karakteristik Marshall yang meliputi nilai VIM, VMA dan JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume, No. 1 008 ISSN 1978 5658 44

flow, diperoleh nilai F hitung > F tabel yang berarti H 0 diterima, hal ini menunjukkan bahwa kandungan air hujan dalam campuran aspal beton tidak mempengaruhi nilai karakteristik Marshall. Sedangkan pada nilai stabilitas dan MQ, diperoleh nilai F hitung < F tabel yang berarti H 0 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa kandungan air hujan mempengaruhi nilai karakteristik Marshall dalam campuran aspal beton. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Laboratorium Transportasi, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang sebagai tempat pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA 00. Spesifikasi Campuran Beraspal Panas. Departemen Pekerjaan Umum.. 1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON) No. 13/PT/B/1983. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.. 1987. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (LASTON) Untuk Jalan Raya SKBI.4.6.1987. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Hasan, M. Iqbal. 00. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hifni, M, 199. Analisis Varian & Penerapannya. Kopma Press Universitas Brawijaya. Malang.. Berdasarkan hasil analisis perendaman, menunjukkan bahwa semakin bertambah jumlah kandungan air, semakin meningkat persentase Indeks Kekuatan Sisa (IKS). Rata-rata nilai IKS pada 0 ml kandungan air sebesar 88,44% meningkat mencapai nilai 97,71% pada kandungan air 5 ml. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat impermeabilitas disebabkan oleh semakin tingginya tingkat kejenuhan dalam campuran. penelitian serta semua pihak atas dukungan dan partisipasinya selama penelitian. Ott, R. Lyman. 199. An Introduction to Statistical Methods and Data Analysis, Fourth Edition. Wadsworth, Inc. California. Pengaruh Pemanasan Ulang Terhadap Parameter Marshall Campuran Beraspal. Institut Teknologi Bandung. Suharto, Ign., Buana Girisuta, dan Y.I.P Arry Miryanti, 003. Perekayasaan Metodologi Penelitian. Dian. Yogyakarta. Sukirman, Silvia. 1995. Perencanaan Lentur Jalan Raya. Nova. Bandung. Sukirman, Silvia. 003. Beton Aspal Campuran Panas. Nova. Bandung. Wignail, Artur, Dkk. 003. Proyek Jalan (Teori Dan Praktek), Erlangga, Jakarta JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume, No. 1 008 ISSN 1978 5658 45