BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) dengan kelahiran per tahun. Peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun selalu meningkat. Jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 237, 6 juta jiwa, tahun 2011 sebanyak 241 juta jiwa, dan sampai dengan bulan Maret tahun 2012 mencapai 245 juta jiwa. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia menjadi Negara keempat dengan penduduk terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat. Selama rentang tahun 2000-2010, kenaikan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun. Angka ini mengalami kenaikan disbanding periode tahun 1999-2000 yang masih sebesar 1,45% (BKKBN, 2012). Sejalan dengan ICPD 1994 di Cairo, pendekatan pelayanan kontrasepsi di Indonesia harus memegang teguh hak asasi manusia, yang berarti memberikan kebebasan yang bertanggung jawab bagi pasangan usia subur (PUS) untuk menentukan jumlah, penjarangan dan pembatasan kehamilan serta informasi dan cara untuk memenuhi hak-hak reproduksi.tersedianya berbagai pilihan alat dan obat kontrasepsi di titik layanan dengan informasi yang lengkap adalah wajib untuk dipenuhi pemerintah saat ini (Kemenkes RI, 2014). Target ke 5b Millenium Development Goals (MDGs) adalah untuk meningkatkan kesehatan ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu

indikator untuk menilai tidak saja derajat kesehatan perempuan tetapi juga derajat kesejahteraan perempuan. Hasil SDKI 2012 menunjukkan AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai program untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu program nya dengan Keluarga Berencana Nasional sebagai integral dari pembangunan Nasional yang mempunyai tujuan ganda yaitu mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Keadaan ini dapat di capai dengan menganjurkan pasangan usia subur (PUS) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana (BKKBN, 2013). Keluarga Berencana adalah usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.tujuannya adalah untuk kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat sejahtera dengan pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk (BKKBN, 2013). Tujuan dari program keluarga berencana adalah untuk membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Selain itu program KB juga ditujukan untuk menurunkan angka kelahiran dengan menggunakan salah satu jenis kontra sepsi secara suka rela yang di dasari keinginan dan tanggung jawab seluruh masyarakat (Bappeda, 2014).

Berdasarkan Risfaskes tahun 2011, persentase Puskesmas yang memiliki asupan sumber daya lengkap untuk program KB secara nasional hanya 32,2%. Sebagian besar Puskesmas (97,5%) telah melaksanakan kegiatan pelayanan KB, mempunyai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB sebesar 98,3%, mempunyai tenaga kesehatan terlatih KB sebesar 71,2% (Kemenkes RI, 2014). Sasaran program KB dibagimenjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsung adalah pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontra sepsi berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsung nya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluargasejahtera (Hanayani, 2010). Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD (Intra Uterine Device), Implant (susuk) dan Sterilisasi (MOW dan MOP). Alat kontra sepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara, jangka panjang dan dapat juga bersifat permanen. Alat kontrasepsi yang bersifat sementara seperti alat kontrasepsi KB suntik, pil KB, dan kondom, alat kontrasepsi yang bersifat jangka panjang seperti implant (susuk) dan IUD (spiral), sedangkan alat kontrasepsi yang bersifat permanen seperti Medis Operasi Wanita (MOW), dan Medis Operasi Pria (MOP). Alat kontrasepsi yang

tersedia di bidan hanya alat kontrasepsi yang bersifat sementara seperti pil KB, KB suntik, dan kondom, sedangkan alat kontrasepsi yang bersifat jangka panjang seperti IUD (spiral), dan implant (susuk) juga tersedia di bidan (Suratun, 2008). Berdasarkan data BKKBN (2013) menunjukkan hasil survei pemantauan PUS melalui Mini Survei tahun 2011 tentang perkembangan pencapaian MKJP selama beberapa periode yang cenderung tidak mengalami perubahan yaitu berkisar antara11,6% sampai dengan 12,7%. Hasil Mini Survei tahun 2011 menunjukkan metode KB hormonal yaitu suntikan dan pil merupakan metode yang paling dominan di gunakan oleh peserta KB. Pemakaian MKJP (IUD, Implant, MOW, MOP) mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 11,6 % pada tahun 2010 menjadi 12,7% pada tahun 2011 dengan proporsi pemakaian IUD 5,28%, MOW 2,19%, MOP 0,27%, dan Implant 4,93%. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena banyaknya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerja sama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Maryani, 2008)

Metode Operasi Wanita (MOW) adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran tersebut, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terja dikehamilan. Keuntungan MOW sangat banyak, antara lain: tidak ada efek samping dan perubahan dalam fungsi hasrat seksual, dapat dilakukan pada perempuan diatas 26 tahun, tidak mempengaruhi Air Susu Ibu (ASI), perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, dapatdigunakan seumur hidup, dan tidak mempengaruhi atau mengganggu kehidupan suami istri Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatas nya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ke tidak tahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut (Saifuddin, 2006). Alat kontrasepsi ini mempunyai cara kerja salah satu nya menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi, dan mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, ada pun keuntungan MOW antara lain sangat efektif, tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak bergantung pada proses senggama, tidak ada efek samping jangka panjang (Saifudin Bari, 2006). Berdasarkan data di Indonesia tahun 2013 bahwa peserta KB baru yang terbanyak adalah suntikan sebesar 48,56% dan pil sebesar 26,60%, sedangkan yang paling sedikit adalah metode operasi pria (MOP) sebesar 0,25% dan metode operasi wanita (MOW) sebesar 1,52% dan kondom sebesar 6,09% (Kemenkes RI, 2013). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang 2013 menunjukkan bahwa dari jumlah pasangan usia subur sebanyak 328.459 yang menjadi peserta KB

baru sebesar 17% dan peserta KB aktif sebesar 67,8%. Peserta KB aktif yang MKJP sebesar 30,5% terdiri dari IUD (12,4%), MOP (0,8%), MOW (5,6%) dan implan (11,6%), sedangkan peserta KB baru yang MKJP sebesar 21,3% terdiri dari IUD (7,3%), MOP (1,7%), MOW (1,8%), dan implan (10,5%) (Dinkes Deli Serdang, 2014). Berdasarkan data dari Puskesmas Mulyorejo dari 7 desa yaitu desa Mulyorejo, desa Tanjung gusta, desa Purwodadi, desa Payageli, desa Pujimulio,desa Lalang, desa Helvetia Kecamatan Sunggal 2013 bahwa dari peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi MOW sebesar 4,5% dan peserta KB baru yang MOW sebesar 0,7%. Peserta KB tahun 2014 menunjukan bahwa dari jumlah pasangan usia subur sebanyak 23.917 yaitu IUD sebanyak 13,9%, MOW sebanyak 4,5%, MOP sebanyak 0,8%, kondom sebanyak 8,7%, implan sebanyak 10,8%, suntik sebanyak 29,7% dan pil sebanyak 36,9%. Rendahnya peminat kontrasepsi MOW dapat dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah faktor pengetahuan yang kurang mengenai kelebihan kontrasepsi MOW. Rendah nya minat menggunakan kontrasepsi MOW juga di sebabkan kurangnya dukungan dari suami (Notoatmodjo, 2005). Faktor lain adalah karena ibu belum tahu kelebihan dan kelemahan, efektivitas dan efisiensi kontrasepsi MOW. Rendah nya pengetahuan PUS di sebabkan kurangnya informasi yang di berikan petugas kesehatan mengenai MOW. Akibat sosialisasi yang kurang, khususnya wanita yang PUS tidak memilih metode kontrasepsi tubektomi karena tidak ada dukungan dari keluarga khususnya

suami yang di sebabkan oleh banyaknya efek samping dari tubektomi terutama respon seksual terhadap suami. Menurut Glasier & Gebbie (2006) MOW menimbulkan masalah perkawinan hubungan seksual, yaitu pasangan suami dan istri beranggapan bahwa tubektomi ini menyebabkan menurunnya respon seksual. Hasil penelitian Sahid (2008) tentang dari 43 respon ditemukan pengguna akseptor tubektomi mayoritas sudah mendapat konseling pra tubektomi sehingga dapat disimpulkan bahwa penting untuk memberikan informasi terkait tubektomi untuk memberikan pemahaman positif tentang hal ini. Oleh sebab itu bagi pasangan suami istri yang akan melaksanakan tubektomi ini perlu konseling dari tenaga kesehatan seperti dokter atau perawat yang melayani kontrasepsi keluarga berencana. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan diwilayah Puskesmas Mulyorejo Kecamatan Sunggal kepada 7 ibu yang menggunakan MOW didapatkan 2 orang ibu yang ber usia 40-41 tahun yang berasal dari medis menyatakan bahwa kontrasepsi MOW tidak mengganggu hubungan seksual, bahkan mereka merasa lebih nyaman karena merasa aman. Sedangkan 5 orang ibu yang tidak memiliki latar belakang medis 1 ibu yang berusia 35 tahun diantaranya merasa bahwa kontrasepsi MOW tidak mengganggu hubungan atau gairah seksual, tetapi 4 ibu yang berusia 37 40 tahun menyatakan bahwa semenjak mereka menggunakan MOW hubungan dan gairah seksual semakin menurun, dan mereka merasa cepat lelah saat melakukan senggama.

1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan dalam penelitian ini adalah bagimanakah seksualitas pada Wanita Usia Subur (WUS) yang memakai Metode Operasi Wanita (MOW) di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Kecamatan Sunggal. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh Metode Operasi Wanita (MOW) terhadap seksualitas pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo Kecamatan Sunggal. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai referensi tentang pengaruh Metode Operasi Wanita (MOW) terhadap seksualitas pada Pasangan Usia Subur (PUS). 2. Memberikan masukan kepada bidan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan berupa pendidikan kesehatan pada ibutentang KB MOW.