HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA. Wahyu wiyono* Arif Widodo**

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI DESA SOBOKERTO KECAMATAN NGEMPLAK BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

Gambaran Diri Tidak Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. orang permasalahan sulit tidur (insomnia) sering terjadi bersamaan dengan terjaga

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

DUKUNGAN SOSIAL DAN TINGKAT KECEMASAN PADA KELOMPOK PEKERJA PNS YANG MENGHADAPI MASA PENSIUN

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

RESUME JURNAL HUBUNGAN ANTARA INSOMNIA DAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA LATAR BELAKANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIVE DI RS MITRA HUSADA PRINGSEWU

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

HUBUNGAN DAMPAK HOSPITALISASI ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA DI IRINA E ATAS RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

Hubungan Usia Dan Lama Menopause Dengan Tingkat Kecemasan Wanita Menopause

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

Prevalensi Ansietas Menjelang Ujian Tulis pada Mahasiswa Kedokteran Fk Unand Tahap Akademik

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

HUBUNGAN ANTARA PERAN DOSEN PEMBIMBING DENGAN KECEMASAN MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM MENGHADAPI TUGAS AKHIR SKRIPSI DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UMS

HUBUNGAN STATUS DEPRESI DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA

Rahmawan et al., Hubungan Penyesuaian Diri dengan Tingkat Kecemasan Lanjut Usia... Jln. Kalimantan 37, Jember

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

KONDISI KECEMASAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI NAN ALUIH (PSTW) SICINCIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA Wahyu wiyono* Arif Widodo** Abstract Anxiety is a psychological and behavioral response to stress. It s also important part of human s experience. Someone may not appear of stress or anxiety, but if we hang out whit them closely there will be stress and anxiety manifestation they experience. Insomnia is difficulnes to start or sleep. This research objective is to analyze the comelation between anxiety level and insomnia tendency on eiderly in dharma bakti Elderly House of surakarta. Method used in this researchis analytic descriptive with cross sectional approach.this research was brought up in dharma bakti Elderly House or surakarta. Sampling method used in this research is simple random sampling whit 47 respondents. Data were collected by means of questioner. And analyzed by means of Chi Square test. The result of this research shows that.(1) Elderly s anxiety cathegory in Dharma bakti Elderly House is variance from light, medium, and savere (2) Elderly who do ro do not experience insomnia fendency in Dharma Bakti Elderly House of surakarta is relatively the same, and (3) there is a comelation between elderly anxiety level and insomnia fendency in Dharma bakti Elderly House of Surakarta. Keyword: Elderly s anxiety, insomnia. * Wahyu Wiyono Mahasiswa Keperawatan S-1 Fakultas Ilmu Kesehatan, UMS. ** Arif Widodo Dosen Keperawatan FIK UMS. Jl. A. Yani Tromol Post 1 Kartasura PENDAHULUAN Jumlah lanjut usia (lansia) di seluruh dunia pada tahun 2005 diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan bertambah. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), Jumlah penduduk 147,3 juta, dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang berusia 50 tahun ke atas, dan kurang lebih 6,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang tersebut terdapat 822.831 (13,06%) orang tergolong jompo, yaitu para lansia yang memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh negara. Pada tahun 2010 jumlah lansia diprediksi naik menjadi 9,58 % dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Pada tahun 2020 angka itu meningkat menjadi 11,20 % dengan harapan hidup 70,1 tahun (Chamzah, 2005). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan... (Wahyu Wiyono dan Arif Widodo) 87

Stres dan kecemasan merupakan bagian di dalam kehidupan manusia seharihari. Bagi orang yang penyesuaiannya baik maka stres dan kecemasan dapat cepat diatasi dan ditanggulangi. Bagi orang yang penyesuaian dirinya kurang baik, maka stres dan kecemasan merupakan bagian terbesar di dalam kehidupannya, sehingga stres dan kecemasan menghambat kegiatannya seharihari. Mungkin dari luar seseorang tidak nampak apabila dia mengalami stres maupun kecemasan, akan tetapi apabila kita bergaul dekat dengannya maka akan tampak sekali manifestasi stres dan kecemasan yang dialaminya (Prawitasari, 1998). Kecemasan merupakan respon psikologis dan tingkah laku terhadap stres dan merupakan bagian yang penting dari pengalaman manusia. Gejala klinik dapat berupa rasa takut, rasa tegang, gelisah, hiperventilasi, kordis dan meningkatnya tekanan darah, sakit kepala, rasa capek, dan lain-lain (Panjaitan, 1998). Kecemasan merupakan pengalaman tegang baik yang disebabkan oleh keadaan khayalan atau nyata. Konflik konflik yang ditekan dan berbagai masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan kecemasan. Rasa cemas yang dialami oleh individu akan menjadikan pengganggu yang sama sekali tidak diharapkan kemunculannya, kecemasan yang normal dapat membuat seseorang mampu bergerak cepat dan gesit (Hawari, D.1997). Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood, depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter (Amir, 2007). Berdasarkan data Panti Wredha Dharma Bhakti Kota Surakarta pada bulan Agustus 2008, lansia yang tinggal di panti tersebut berjumlah 90 orang. Dari hasil studi pendahuluan peneliti menemukan bahwa sebagian besar lansia yang tinggal di panti tersebut cenderung memiliki masalah gangguan tidur/insomnia. Menurut para lansia hal ini disebabkan adanya rasa cemas yang sering mereka alami. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian metode korelasional, dengan pendekatan survey cross-sectional adalah Suatu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran / observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali, pada suatu saat. Sehingga tidak semua subyek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama akan tetapi baik variable independen maupun dependen dinilai hanya satu kali saja (Nursalam, 2003) Penelitian ini dilakukan di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta, waktu penelitian pertengahan bulan februari 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang berjumlah 90 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik teknik simple random sampling yaitu bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Untuk memperoleh sampel yang representif, pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata. Analisa data dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kecenderungan insomnia pada lansia. Analisa data pada penelitian ini dengan menggunakan uji Chi Square. 88 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2. Juni 2010, 87-92

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden No Karakteristik Frek % 1 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 2 Umur a. 60 69 tahun b. 70 79 tahun c. 80 89 tahun d. 90 tahun ke atas 3 Pendidikan a. Tidak sekolah b. SD c. SLTP d. SLTA e. Perguruan tinggi Distribusi kecemasan lansia 14 33 7 27 11 2 26 11 6 2 2 30 70 15 57 23 4 55 23 12 4 4 Tabel. 2 Distribusi Tingkat kecemasan lansia No Kecemasan Jumlah % lansia 1. Ringan 17 36 2. Baik 15 32 3 Berat 15 32 4 Panik 0 0 Jumlah 47 100 Berdasarkan tabel 2 nampak bahwa tingkat kecemasan responden merata dari ringan hingga berat. Hal tersebut ditunjukkan bahwa pada kategori tingkat kecemasan ringan terdapat 17 responden (36%), selanjutnya kategori sedang dan berat masing-masing 15 responden (32%), dan tidak terdapat satupun responden yang memiliki kecemasan dalam kategori panik. Distribusi kecenderungn insomnia Tabel. 3 Distribusi kecenderungan insomnia No Kecenderungan Jumlah % insomnia 1. Ya 24 51 2. tidak 23 49 Jumlah 47 100 Berdasarkan tabel 3 nampak bahwa responden mengalami kecenderungan insomnia dengan yang tidak mengalami kecenderungan insomnia adalah sebanding. Hal tersebut nampak pada distribusi responden menurut kecenderungan insomnia yaitu 24 responden (51%) mengalami gejala insomnia, dan 23 responden (49%) tidak mengalami gejala insomnia. Hubungan Persepsi pasien tentang komunikasi perawat dengan kepuasan pasien tentang komunikasi Tabel. 4 Rangkuman Uji Chi Square Hubungan Persepsi pasien tentang komunikasi perawat dengan Kepuasan pasien tentang komunikasi Kecemasa Kecenderungan insomnia total n lansia ya tidak F % F % F % Ringan 6 35 11 65 17 100 Sedang 6 40 9 60 15 100 Tinggi 12 80 3 20 15 100 Jumlah 24 51 23 49 47 100 χ 2 = p-value = 0,024 7,453 Tabulasi data antara kecemasan lansia ditinjau dari kecenderungan insomnia menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi kecemasan akan berdampak terjadinya kecenderungan insomnia. Hal tersebut nampak pada distribusi kecemasan terhadap kecenderungan insomnia, yaitu pada kecemasan ringan terdapat 6 responden (35%) mengalami kecenderungan insomnia dan 11 responden (65%) tidak. Selanjutnya pada kecemasan sedang terdapat 6 responden Hubungan Antara Tingkat Kecemasan... (Wahyu Wiyono dan Arif Widodo) 87 89

(40%) mengalami kecenderungan insomnia dan 9 responden (60%) tidak. Sedangkan pada tingkat kecemasan berat terdapat 12 responden (80%) mengalami kecenderungan insomnia dan 3 responden (20%) tidak. Hasil pengujian hubungan antara insomnia diperoleh nilai χ2obs sebesar 7,453 dengan p-value = 0,024. Keputusan uji adalah menerima H0 jika nilai p-value lebih besar 0,05 dan menolak H0 jika p-value lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (0,024 < 0,05) maka diputuskan H0 ditolak dan menerima Ha. Berdasarkan kriteria uji tersebut maka disimpulkan terdapat hubungan antara kecemasan lansia dengan kecenderungan insomnia pada lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan lansia adalah merata dari ringan, sedang, dan berat. Hal tersebut ditunjukkan dari deskripsi kecemasan yaitu kategori ringan sebanyak 17 responden (36%), sedang dan berat masing-masing 15 responden (32%). Kecemasan (Ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan (Ansietas) dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya (Stuart, 2007). Deskripsi kecemasan lansia menunjukkan bahwa lansia mengalami kecemasan hingga kategori berat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian ECA yang telah menemukan bahwa prevalensi gangguan kecemasan satu bulan pada orang yang berusia 65 tahun dan lebih adalah 5,5 %. Sejauh ini gangguan yang paling sering adalah fobia (4-8 %). Angka gangguan panik adalah 1 %. Gangguan kecemasan dimulai pada masa dewasa awal atau pertengahan, tetapi beberapa tampak untuk pertama kalinya setelah usia 60 tahun. Onset awal gangguan panik pada lanut usia adalah jarang tetapi dapat terjadi (Kaplan, Sadock, dan Grebb, 1997). Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 33 responden (70%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dharmono (2008), yang menyatakan bahwa prevalensi tingkat kecemasan pada lansia yang menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki disebabkan oleh perbedaan siklus hidup dan struktur sosial yang sering menempatkan perempuan sebagai subordinat lelaki. Perempuan lebih banyak menderita kecemasan karena adanya karakteristik khas perempuan, seperti siklus reproduksi, monopuse, menurunnya kadar estrogen. Faktor sosial seperti terbatasnya komunitas sosial, kurangnya perhatian keluarga, tanggung jawab perempuan untuk urusan rumah tangga (memasak, mencuci, dan lainlain) dan mengurus suami yang harus dilakukan sampai usia lanjut. Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers dalam Anisa (2008), mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan lakilaki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif.. Hal tersebut diperkuat oleh ungkapkan psikiater dari University of Nebraska College of Medicine Subhash C Bhatia MD. Dia mengungkapkan, kriteria kecemasan adalah sama untuk semua jenis kelamin. Akan tetapi,wanita lebih mudah merasakan perasaan bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan nafsu makan, gangguan tidur, serta gangguan makan (Danardi, 2007). Distribusi kecenderungan insomnia responden tidak menunjukkan adanya perbedaan kecerungan yang mencolok. Hal tersebut terlihat dari 47 responden terdapat 24 responden (51%) yang mengalami kecenderungan insomnia dan 23 responden (49%) tidak mengalami kecederungan insomnia. Kecenderungan insomnia tersebut merupakan hal yang wajar. Hal tersebut sebagamana dikemukakan oleh Amir (2007) 88 90 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2. Juni 2010, 87-92

yang menyatakan bahwa setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius, sedangkan prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Hasil pengujian hubungan antara insomnia yang diperoleh dari hasil tabulasi silang diantara keduanya menunjukkan bahwa semakin berat tingkat kecemasan lansia, maka lansia memiliki kecenderungan insomnia. Hasil tersebut didukung oleh analisis uji Chi Square dimana diperoleh nilai χ 2 hitung sebesar 7,453 dengan nilai probabilitas atau p-value sebesar 0,024. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara insomnia pada lansia di panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Tabulasi silang kecenderungan insomnia lansia ditinjau dari kecemasan, pada kelompok kecemasan ringan terdapat 6 responden yang mengalami kecenderungan insomnia. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan insomnia pada lansia. Faktorfaktor yang mempengaruhi kecenderungan insomnia meliputi faktor internal yaitu proses menua, gangguan mental, gangguan medis, gangguan zat dan faktor eksternal yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara insomnia ternyata mendukung hasil penelitian terdahulu. Kurung (2003) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mendukung terjadinya gangguan tidur pada lansia di Panti Wredha Griya Asih Malang. Penelitian ini menyimpulkan adanya faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan tidur lansia yakni faktor internal berupa proses penuaan (26,32%), gangguan mental yang meliputi cemas dan depresi (36,84%), gangguan medis umum (52,63%) gangguan akibat zat (15,79%), dan faktor eksternal berupa lingkungan (57,89%). Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur. Salah satu faktor yang mempengaruhi insomnia pada lansia adalah kecemasan. Prayitno (2004) menyatakan bahwa adanya kecemasan menyebabkan kesulitan memulai tidur, masuk tidur memerlukan waktu yang lebih dari 60 menit, timbulnya mimpi menakutkan dan mengalami kesukaran bangun di pagi hari, merasa kurang segar. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kategori kecemasan lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta adalah merata dari ringan, sedang, dan berat. 2. Lansia yang mengalami kecenderungan insomnia dan tidak mengalami kecenderungan insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta adalah relatif sama. 3. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kecemasan lansia dengan kecenderungan insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta. Saran yang bisa diberikan adalah: 1. Bagi Panti Wredha Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan pertimbangan bagi pengurus untuk mengantisipasi adanya kecenderungan insomnia pada lansia sehingga dapat diatasi dengan cara yang tepat Hal tersebut bertujuan untuk menekan kecenderungan insomnia pada lansia. 2. Bagi Perawat Hasil penelitian ini bisa menjadi tambahan pengetahuan perawat khususnya dalam hal perawatan gerontik. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan... (Wahyu Wiyono dan Arif Widodo) 91 87

DAFTAR PUSTAKA Amir, N. 2007, Cermin Dunia Kedokteran. available from: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files157_09gangguantidurpdlansia./pdf/157_09/gangguan TidurpdLansia.html. tanggal online: Juli 17, 2008. Annisa, 2008. Penanganan Lansia, Tak Bisa Setengah Hati. Available from: http//www.hafidz N annisa.wordpress.com Danardi, S. 2007. Wanita Lebih Rentan Depresi. Available from:http//www.wordpress. Com. Dharmono. S, 2008. Waspadai Terhadap Lansia. Available from:http//www.infogue.com Hawari, D,., 1997, Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta, P.T Dana Bakti Primayasa. Kaplan, H.I., Sadock, B. J. dan Grebb, J.A., 1997. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis, Edisi 7, jilid II, Jakarta, Binarupa Aksara. Kurung, Y., 2003, Faktor-Faktor Yang Mendukung Terjadinya Gangguan Tidur Pada Lansia Di Panti Wredha Griya Asih Malang, Skripsi, Malang, FK UNIBRAW. Panjaitan, P. B., 1998, Farmakoterapi dari Ansietas, Majalah Kedokteran Nusantara, Vol. XXVIII,Medan, FKU. Prawitasari, J. E., 1998, Stress dan Kecemasan, Simposium Stress dan Kecemasan, Jogjakarta, Fakultas Kedokteran UGM. Stuart, G. W, 2007, Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5, Penerbit, Jakarta, EGC. 88 92 Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2. Juni 2010, 87-92