BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawab dalam arti accountability,responsibility,dan liability. 1 Demikian

dokumen-dokumen yang mirip
pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1995 TENTANG ANGKUTAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dan strategis dalam cakupan upaya pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. A.! Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tenaga mesin adalah pesawat udara. Pesawat udara saat ini. terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

PERTANGGUNGJAWABAN HAK ASURANSI SIPIL DALAM KECELAKAAN PESAWAT HERCULES TNI AU C.130 JALAN JAMIN GINTING PADANG BULAN KOTA MEDAN SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

A. Latar Belakang Masalah

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan yang telah diinvestigasi KNKT, yaitu human factor, teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN KARGO UDARA DOMESTIK. Oleh : Donald Supit 1

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Tanggung Jawab PT. Trans Nusa Terhadap Penumpang. Prinsip tanggung jawab mutlak atau( strict liability) :

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI PENUMPANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

Tentang TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA. Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari

BAB II. Regulasi penerbangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun. itu harus mendasarkan pada ketentuan Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

BAB I PENDAHULUAN. dan wanita yang dianggap masih lemah baik secara fisik maupun batin.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nomor Pokok Mahasiswa :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum normatif

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. itu perkembangan mobilitas yang disebabkan oleh kepentingan maupun keperluan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 200 Tanggal 15 Februari 2001 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

TANGGUNG JAWAB JASA ANGKUTAN UDARA TERHADAP KECELAKAAN PESAWAT MELALUI PENELITIAN DI PT GAPURA ANGKASA DENPASAR

- Andrian Hidayat Nasution -

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang terjadi diluar dugaan manusia yang berhubungan dengan pengoperasian pesawat udara yang berlangsung sejak penumpang naik pesawat udara (boarding) dengan maksud melakukan penerbangan sampai waktu semua penumpang turun dari pesawat udara (debarkasi). Peristiwa tersebut mengakibatkan orang meninggal dunia atau luka parah akibat benturan dengan pesawat udara atau kontak langsung dengan bagian pesawat udara atau terkena hempasan langsung mesin jet atau pesawat udara mengalami kerusakan struktural yang berat atau pesawat udara memerlukan perbaikan yang besar atau penggantian komponen atau pesawat udara hilang sama sekali.dari hal tersebut diatas pastilah memiliki suatu pertanggungjawaban yang harus dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak korban yang mengalami kecelakaan atas musibah jatuhnya sebuah pesawat. Pengertian tanggungjawab sangatlah luas, namun demikian menurut petter Salim dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar masing-masing tanggungjawab dalam arti accountability,responsibility,dan liability. 1 Demikian pula menurut Henry Campbell Black. Tanggungjawab dalam arti accountabilitybiasanya berkaitan dengan keuangan atau pembukuan misalnya dalam kalimat: Dimintakan pertanggungan jawab atas hasil pembukuanya atau dalam kalimat Akuntan itu harus bertanggungjawab, 1 Idah Bagus Rahmadi Supancana pengertian accauontability,responsibility, dan liability dalam bukunya : peranan hukum dalam pembangunan, Jakarta: CV Mitra Karya, 2003, hlm.102-125 1

2 perkataan tanggungjawab dalam kedua kalimat tersebut berarti accountability yang menyangkut masalah keungan, accountability dapat pula diartikan sesuatu yang berkaitan dengan pembayaran, misalnya dalam kalimat: Bank tersebut harus menyerahkan nota pertanggungjawaban. Perkataan pertanggungan jawab dapat diartikan accountability. Tanggungjawab dalam artiresponsibilitydapat diartikan ikut memikul beban akibat suatu perbuatan, seperti pernah disampaikan oleh mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan mantan Panglima TNI, Jendral Endiartono Suetarto dalam kasus pelanggaran hak-hak asasi manusia yang dilakukan oleh prajurit. Beliau pernah mengatakan yang bertanggungjawab (responsible) adalah mereka yang memegang tongkat komando perintah prajurit. Tanggungjawab disini yang diartikan memikul beban. Tanggungjawab (liability) dapat diartikan kewajiban membayar ganti kerugian yang diderita, misalnya dalam perjanjian transportasi udara, perusahaan penerbangan bertanggungjawab atas keselamatan penumpang dan/atau barang kiriman, karena itu apabila timbul kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim barang, maka perusahaan penerbangan harus bertanggungjawab dalam arti liability. Tanggungjawab disini diartikan perusahaan penerbangan wajib membayar ganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau pengirim barang akibat perusahaan penerbangan melakukan wanprestasi. Perusahaan penerbangan dapat digugat di depan pengadilan perdata. Dalam uraian disini yang dimaksud dengan tanggungjawab adalah tanggungjawab hukum dalam arti legal liability. Tanggungjawab hukum dalam arti legal liability dimaksudkan kewajiban membayar segala kerugian atau biaya

3 yang timbul akibat kecelakaan pesawat udara yang dilakukan oleh kapten penerbang dan kewajiban tersebut dapat diajukan gugatan didepan pengadilan perdata. 2 Namun disini akan membahas bagaimana pertanggungjawaban hak asuransi atas kecelakaan pesawat udara pada umumnya dan membahas mengenai pertanggungjawaban kerugian yang di alami masyarakat sipil atas kecelakaan jatuhnya pesawat Hercules C.130 yang terjadi di Jln. Jamin Ginting Padang Bulan Medan Sumatera Utara. Perkembangan jumlah perusahaan penerbangan di satu sisi menguntungkan bagi para pengguna jasa transportasi udara karena akan banyak pilihan yang dapat diambil dalam menggunakan jasa transportasi ini. Namun disisi lain banyak pengguna jasa transportasi udara memilih untuk menggunakan pesawat udara negara dalam memenuhi kebutuhan transportasinya. Penggunaan pesawat udara negara sebagai alat transportasi ini merupakan sebuah kegiatan angkutan udara bukan niaga yang hanya dapat dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga keagamaan, lembaga sosial, dan perkumpulan olahraga, orang perseorangan, dan/atau badan usaha Indonesia lainya. 3 Kegiatan angkutan udara bukan niaga berupa angkutan udara untuk kegiatan kendaraan (arieal work), misalnya kegiatan penyemprotan pertanian, pemadaman kebakaran, hujan buatan, pemotretan udara, survey dan pemetaan, pencarian dan pertolongan, kalibrasi, serta patrol; angkutan udara untuk kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan personelpesawat udara; atau angkutan udara bukan niaga lainya yang 2 K. Martono,dan Amad Sudiro,HukumAngkutan Udara Berdasarkan UU RI No. 1 Tahun 2009. Penerbit PT RAJAGRAFINDO Jakarta 2011. Hlm. 215 3 H.K. Martono. Hukum Udara Nasional dan Internasional Publik. Jakarta PT RajaGrafindo Persada 2012, hlm.240

4 kegiatan pokoknya bukan usaha angkutan niaga. 4 Penyedia jasa penerbangan memiliki tanggungjawab yang di atur dalam Undang-undang No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, yaitu pasal 147 Yang berbunyi : (1) Pengangkut bertanggungjawab atas tidak terangkutnya penumpang, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan alasan kapasitas pesawat udara. (2) Tanggungjawab sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) dengan memberikan konpensasi kepada penumpang berupa : a. Mengalihkan kepenerbangan lain tanpa membayar biaya tambahan; dan. Atau b. Memberikan konsumsi, akomodasi, dan biaya transportasi apabila tidak ada penerbangan lainke tempat tujuan. Dalam hal bentuk tanggungjawab pengangkut udara ini dipetegas lagi dengan dikeluarkanya peraturan mentri perhubungan no.77 Tahun 2011 tentang tanggungjawab Angkutan Udara, dalam pasal 2 yang berbunyi : pengangkut yang mengoperasikan pesawat udara wajib bertanggungjawab atas kerugian terhadap : a. Penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap atau luka-luka; b. Hilang atau rusaknya bagasi kabin; c. Hilang, musnah, atau rusaknya bagasi tercatat; d. Hilang, rusak, atau musnahnya kargo; e. Keterlambatan angkutan udara;dan f. Kerugian yang diderita oleh pihak ketiga. Dalam penggunaan pesawat udara milliter sebagai alat juga digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sipil timbul sebuah masalah bahwa tidak adanya 4 Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2009 pasal 147 Tentang Pengangkut Penyedia Jasa Penerbangan memiliki Tanggung Jawab

5 kejelasan mengenai tanggungjawab yang seharusnya diberikan oleh pihak penyedia jasa angkutan udara dalam hal ini adalah Tentara Nasional Indonesia Angkutan Udara sebagai pemegang komando penerbangan udara milliter di Indonesia Fungsi yang sebenarnya dari pesawat udara milliter adalah sebagai pesawat angkut pasukan, pesawat perang untuk melancarkan serang udara, evakuasi medis dalam pencarian dan penyelamatan (SAR), pengangkut barang, penelitian, pendeteksi cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran dan patroli maritim. Namun dengan dikenakan tarif, masyarakat dengan mudah untuk menggunakan pesawat udara negara sebagai alat transportasinya walaupun tanpa adanya kualitas pelayanan yang di dapat dan diberikan oleh pesawat udara negara yang mungkin akan memberikan dampak kurang baik terhadap keamanan, kenyamanan dan perlindungan konsumen. B. Rumusan Masalah A. Apa latar belakang penyelenggaraan pengangkutan masyarakat sipil dalam Pesawat Hercules C.130 B. Bagaimana pertanggungjawaban TNI AU terhadap korban masyarakat sipil dalam kecelakaan Pesawat Hercules C.130 di Padang Bulan. C. Bagaimana ganti rugi terhadap penumpang yang menjadi korban kecelakaan pesawat Hercules C.130 di Padang Bulan.

6 C. Tujuan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui latar belakang penyelenggaraan pengangkutan masyarakat sipil dalam Pesawat Hercules C.130 2. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban TNI AU terhadap korban masyarakat sipil dalam kecelakaan Pesawat Hercules C.130 di Padang Bulan. 3. Untuk mengetahui bagaimana ganti rugi terhadap penumpang yang menjadi korban kecelakaan Pesawat Hercules C.130 D. Manfaat Penulisan Berdasarkan tujuan penulisan yang dinyatakan diatas, terbentuklah manfaat utama dari penulisan ini adalah : 1. Secara teoritis, hasil penelitian pada skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk : a. Mengembangkanwawasan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pertanggungjawaban hak asuransi terhadap korban kecelakaan pesawat udara milik TNI AU serta untuk mengetahui mengapa dan bagaimana masyarakat sipil bisa berada dalam pesawat Hercules milik TNI AU tersebut. b. Menambah informasi kepada para pembaca agar dapat mengetahui bagaimana pertanggungjawaban TNI AU atas korban jatuhnya pesawat Hecules C.130 c. Memperkaya khasanah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai bagaimana perlindungan hukum terhadap korban yang mengalami kecelakaan akibat jatuhnya pesawat Hercules C.130 milik TNI AU. 2. Secara praktis, hasil penelitian menjadi sumbangsih dan bahan masukan terhadap perkembangan hukum positif dan memeberikan sumbangan

7 pemikiran untuk dijadikan sebagai bahan acuan hukum pertanggungjawaban hak asuransi khususnya tentang pertanggungjawaban hak asuransi terhadap korban masyarakat sipil atas kecelakaan jatuhnya pesawat Hercules C.130 di Jln. Jamin Ginting Padang Bulan Medan Sumatera Utara E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Jenis penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Penelitian Yuridis Normatif dan Yuridis Empiris. Penelitian yuridis normatif merupakan penelitian yang diajukan dan dilakukan dengan menggunakan kajian terhadap peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan hukum tertulis lainya, yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 5 Sedangkan penelitian yuridis empiris adalah penelitian terhadap identifikasi hukum (hukum tidak tertulis), dimaksudkan untuk mengetahui hukum yang berlaku dalam masyarakat. 6 2. Data dan Sumber Data Data dan sumber data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah bahan hukum primer, skunder, dan tersier. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dibidang pertanggungjawaban hak asuransi, antaralain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dan Undang-Undang Republik 5 Bambang Sunggono Metodologi Penelitian Hukum, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.41 6 Zinuddin Ali, Metode penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010. hlm.24

8 Indonesia No. 1 Tahun 2009 Tentang Hukum Angkutan Udara, serta Undang- Undang No.40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa bukubuku dan pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lainlain. 3. Tekhnik Pengumpulan Data a. Studi pustaka, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan cara menggali sumber-sumber tertulis, baik dari instansi yang terkait, maupun buku literatur yang ada relevansinya dengan masalah penelitian yang digunakan sebagai kelengkapan penelitian. b. Penelitian Lapangann(fiel Research) Metode pengumpulan data imi dilakukan dengan cara mengunjungi langsung objek penelitian, maka dilakukan dengan mewawancarai salah satu anggota TNI AU untuk melengkapi data. 4. Analisa Data Analisa data dilakukan secara kualitatif yang digambarkan secara deskriptif, rangkaian kegiatan analisis data dimulai setelah terkumpulnya data skunder, kemudian disusun menjadi sebuah pola dan dikelompokkan secara sistematis. Analisis data lalu dilanjutkan dengan membandingkan data skunder terhadap data primer untuk mendapat menyelesaikan permasalahan yang diangkat.

9 F. Sistematika Penulisan Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasan harus dilakukan secara sistematis. Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut dengan Bab dimana masing-masing Bab dibagi dalam beberapa Sub Bab yang masing-masing Bab diuraikan masalahnya secara tersendiri. Bab I merupakan pendahuluan, berisi uraian latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, sistematika penulisan dan keaslian penulisan Bab II merupakan bab yang membahas mengenai tinjauan umum tentangpenyelenggaraan perjanjian asuransi dalam pengangkutan udara. Bab II ini meliputi pengertian perjanjian asuransi dalam pengangkutan udara, aspek hukum perjanjian asuransi dalam pengangkutan udara, tujuan penyelenggaraan perjanjian asuransi dalam pengangkutan udara, serta bentuk pelaksanaan perjanjian asuransi dalam pengangkutan udara. Bab III merupakan bab yang membahas mengenai penyelenggaraan pengangkutan dengan pesawat Hercules TNI Angkatan Udara, objek pengangkutan pesawat Hercules TNI AU, bentuk kegiatan serta tugas dan fungsi penyelenggaraan dalam mrnjalankan pengoperasian pesawat Hercules TNI AU dan pihsk-pihsk ysng dibenarkan dalam penggunaan angkutan pesawat Hercules TNI AU. Bab IV merupakan bab yang membahas mengenai pertanggungjawaban TNI AU atas kecelakaan jatuhnya pesawat Hercules C.130 di jalan Jamin Ginting Padang Bulan Medan Sumatera Utara meliputi; Latar belakang penyelenggaraan pengangkutan masyarakat sipil dalam pesawat Hercules C.130,

10 pertanggungjawaban TNI AU terhadap korban masyarakat sipil dalam kecelakaan pesawat Hercules c.130 di Padang Bulan,serta ganti rugi terhadap penumpang yang menjadi korban dalam kecelakaan pesawat Hercules C.130 di Padang Bulan Medan Sumatera Utara. Bab V merupakan bagian penutup dari skripsi ini, yang akan mengemukakan kesimpulan dan saran dari bagian awal penulisan skiripsi hingga bagian akhir dari penulisan skripsi ini. G. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang penulis lakukan sendiri.penelitian ini dilakukan penulis dengan mengambil panduan dari beberapa buku-buku dan sumber lainya yang mempunyai hubungan dengan judul skripsi penulis, serta sumber riset dari lapangan yaitu di Komando Operasi TNI AU I Markas Komando Lanud Soewondo, Informasi yang diperoleh bukan hanya hasil riset akan wawancara kepada pihak TNI AU saja melainkan juga melakukan riset di berbagai tempat, seperti pihak-pihak yang menjadi korban kecelakaan pesawat Hercules tersebut, yaitu penduduk setempat tempat kejadian jatuhnya pesawat Hercules tersebut, pihak PT Asuransi Bumiputera guna memperoleh data jumlah asuransi yang diberikan kepada korban TNI AU yang meninggal dalam menjalankan tugas kemiliterenya, pihak rumah sakit H. Adam Malik guna memperoleh data-data korban serta keluarga korban yang ikut serta dalam penyelenggaraan penerbangan pesawat Hercules yang sedang beroperasi. Skripsi dengan judul PERTANGGUNGJAWABAN HAK ASURANSI SIPIL DALAM KECELAKAAN PESAWAT HERCULES TNI AU C.130 JALAN JAMIN GINTING PADANG BULAN KOTA MEDAN SUMATERA

11 UTARA telah diperiksa melalui Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum. Judul skripsi ini belum pernah ditulis oleh siapapun di Fakultas Hukum dan jika ada kemiripan maupun hampir sama, tetapi memiliki data yang berbeda dari subtansi maupun bentuknya. Skripsi ini untuk mengetahui tentang pertanggungjawaban hak asuransi sipil dalam kecelakaan pesawat Hercules TNI AU C.130. penulisan skripsi ini disusun berdasarkan literatur yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang membahas mengenai pertanggungjawaban hak asuransi korban sipil dalam kecelakaan jatuhnya pesawat Hercules C.130. Oleh karena itu penulisan skripsi ini asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.