PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Mengingat ketentuan-ketentuan yang relevan dari Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982,

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

INSTRUMEN EKONOMI UNTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KOMENTAR UMUM 7 (1997) Hak atas Tempat Tinggal yang Layak: Pengusiran Paksa (Pasal 11 [1]

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

PB 3. Pembangunan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.73.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HUKUM LAUT BAB VII LAUT LEPAS BAB IX LAUT TERTUTUP ATAU SETENGAH TERTUTUP.

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

UNOFFICIAL TRANSLATION

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN DENMARK MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

AGENDA PIAGAM GLOBAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI KOTA

Deklarasi Dhaka tentang

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

K87 KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA PARIWISATA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK PERANCIS

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI ACEH

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

Transkripsi:

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21, yang dideklarasikan pada Konferensi PBB tahun 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan, atau KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil; merupakan cetak biru untuk keberlanjutan pada abad ke-21. Agenda 21 disepakat oleh banyak Negara dan pemerintah di dunia yang dipantau oleh Komisi Internasional tentang Pembangunan Berkelanjutan. Agenda ini membahas pembangunan masyarakat dan ekonominya dengan berfokus pada konservasi dan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Prinsip-prinsip yang digariskan dalam Deklarasi RIO tentang Lingkungan dan Pembangunan dapat diikhtsarkan sebagai berikut: Prinsip 1. Manusia menjadi pusat perhatan dalam pembangunan berkelanjutan. Manusia berhak atas kehidupan yang sehat dan produktf, selaras dan harmoni dengan alam. Prinsip 2. Negara memiliki, sesuai dengan Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional, hak berdaulat untuk memanfaatkan sumberdaya mereka sendiri sesuai dengan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan dan pembangunan ekonominya sendiri- sendiri; dan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan di dalam yurisdiksi atau kontrolnya tidak menyebabkan kerusakan lingkungan negara lain atau kawasan di luar batas yurisdiksi nasional. Prinsip 3. Hak atas pembangunan harus dilaksanakan secara berkeadilan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dan lingkungan bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Prinsip 4. Dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan harus menjadi bagian integral dari proses pembangunan dan tidak boleh dianggap terpisah dari nya. Prinsip 5. Semua Negara dan semua orang akan bekerja sama dalam tugas penting untuk memberantas kemiskinan sebagai kebutuhan yang mutlak bagi pembangunan berkelanjutan, dalam rangka mengurangi kesenjangan standar hidup dan untuk memenuhi kebutuhan mayoritas penduduk dunia. Prinsip 6. Situasi khusus dan kebutuhan negara-negara berkembang, khususnya negara-negara yang kurang berkembang dan mereka yang paling rentan terhadap gangguan lingkungan, harus diberikan prioritas khusus. Tindakan internasional di bidang lingkungan dan pembangunan juga harus mengutamakan kepentngan dan kebutuhan semua negara. Prinsip 7. Negara-negara harus bekerjasama dengan semangat kemitraan global untuk melestarikan, melindungi dan memulihkan kesehatan dan keutuhan ekosistem bumi. Mengingat kontribusi yang berbeda terhadap degradasi lingkungan global, negara memiliki tanggung-jawab yang bersifat Common but diferentated. Negara-negara maju mengakui tanggung-jawab nya dalam upaya internasional untuk

pembangunan berkelanjutan dengan memperhatkan tekanan masyarakatnya terhadap lingkungan global, serta teknologi dan sumberdaya keuangan yang mereka kuasai. Prinsip 8. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang lebih tnggi bagi seluruh rakyatnya, negara harus mengurangi dan menghilangkan pola-pola produksi dan konsumsi yang tdak berkelanjutan dan mempromosikan kebijakan demograis yang lebih sesuai. Prinsip 9. Negara-negara harus bekerjasama untuk memperkuat pembangunan kapasitas endogen untuk pembangunan berkelanjutan dengan meningkatkan pemahaman ilmiah melalui pertukaran pengetahuan ilmiah dan teknologi; peningkatan pengembangan, adaptasi, difusi dan transfer teknologi, termasuk teknologi baru dan inovatf. Prinsip 10. Isu-isu lingkungan paling bagus ditangani dengan partsipasi seluruh warga masyarakat, sesuai dengan tngkatannya. Di tngkat nasional, setap individu harus memiliki akses yang tepat terhadap informasi tentang lingkungan yang diselenggarakan oleh otoritas publik, termasuk informasi mengenai bahanbahan dan aktvitas yang berbahaya dalam komunitasnya, dan kesempatan untuk berpartsipasi dalam proses pengambilan keputusan. Negara harus memfasilitasi dan mendorong kesadaran masyarakat dan partsipasinya dengan menyediakan informasi seluas-luasnya. Akses yang efektf terhadap proses peradilan dan administratf, termasuk gant rugi dan remediasi, harus disediakan sebaik-baiknya. Prinsip 11. Negara-negara harus memberlakukan undang-undang lingkungan yang efektf. Standar lingkungan, tujuan pengelolaan dan prioritasnya harus mencerminkan konteks lingkungan dan pembangunan yang mereka terapkan. Standar yang diterapkan oleh suatu negara mungkin tdak sesuai bagi negara lain, dan menimbulkan biaya ekonomi dan biaya sosial bagi negara-negara lain, khususnya di negara berkembang. Prinsip 12. Negara-negara harus bekerjasama untuk mempromosikan sistem ekonomi internasional yang mendukung dan terbuka yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan di semua negara; untuk lebih baik mengatasi masalah kerusakan lingkungan. Langkahlangkah kebijakan perdagangan untuk tujuan lingkungan tdak harus merupakan sarana diskriminasi sewenang-wenang atau pembatasan terselubung terhadap perdagangan internasional. Tindakan sepihak untuk menghadapi tantangan lingkungan di luar yurisdiksi negara pengimpor harus dihindari. Langkahlangkah untuk menangani masalah lingkungan lintas batas atau global sejauh mungkin harus didasarkan pada konsensus internasional. Prinsip 13. Negara-negara harus mengembangkan hukum nasional tentang kewajiban dan kompensasi bagi para korban pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya. Negara-negara juga harus bekerjasama secara cepat dan lebih terukur untuk mengembangkan hukum internasional tentang kewajiban dan kompensasi akibat dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan di dalam kawasan yurisdiksi suatu Negara terhadap kawasan di luar yurisdiksinya. Prinsip 14.

Negara-negara harus bekerjasama secara efektf untuk menghapus atau mencegah relokasi dan transfer ke Negara lain sesuatu kegiatan dan substansi (materi, zat) yang menyebabkan degradasi lingkungan yang parah atau berbahaya bagi kesehatan manusia. Prinsip 15. Dalam rangka untuk melindungi lingkungan, pendekatan kehat-hatan harus diterapkan secara luas oleh Negara sesuai dengan kemampuannya. Dimana ada ancaman kerusakan serius atau tdak dapat diperbaiki, kurangnya pengetahuan ilmiah (IPTEK) tdak boleh digunakan sebagai alasan untuk menunda langkah-langkah efektf guna mengatasi dan mencegah degradasi lingkungan. Prinsip 16. Otoritas nasional harus berusaha untuk mempromosikan internalisasi biaya lingkungan dan penggunaan instrumen ekonomi, dengan mempertmbangkan pendekatan bahwa pencemar pada prinsipnya harus menanggung biaya pencemaran, dengan memperhatkan kepentngan publik dan tanpa distorsi terhadap perdagangan internasional dan investasi. Prinsip 17. Penilaian dampak lingkungan, sebagai instrumen nasional, harus dilakukan untuk kegiatan-kegiatan yang diusulkan dan mungkin memiliki dampak negatf signiikan terhadap lingkungan, dan tunduk pada keputusan otoritas nasional yang kompeten. Prinsip 18. Negara-negara harus segera memberitahukan kepada Negara lainnya informasi tentang setap bencana alam atau keadaan darurat lainnya, yang cenderung menghasilkan efek berbahaya bagi lingkungan di negara-negara lain tersebut. Setap upaya harus dilakukan oleh masyarakat internasional untuk membantu negara-negara yang sangat menderita akibat bencana alam itu. Prinsip 19. Negara harus memberikan pemberitahuan terlebih dahulu dan tepat waktu, kepada Negara (tetangga) yang berpotensi terkena dampak, informasi tentang kegiatan yang mungkin memiliki dampak lingkungan lintas batas yang signiikan dan harus berkonsultasi dengan Negara-negara lain tersebut pada tahap awal dan dengan itkad yang baik. Prinsip 20. Perempuan memiliki peran pentng dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan. Partsipasi penuh mereka sangat pentng untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Prinsip 21. Kreatvitas, cita-cita dan keberanian para pemuda dunia harus dimobilisasi untuk menempa kemitraan global guna mencapai pembangunan berkelanjutan dan menjamin masa depan yang lebih baik bagi semua. Prinsip 22. Masyarakat adat dan komunitasnya, serta masyarakat lokal lainnya memiliki peran pentng dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan karena mereka mempunyai pengetahuan dan praktekpraktek tradisional (kearifan lokal). Negara harus mengakui dan sepatutnya mendukung identtas, budaya dan kepentngannya dan memungkinkan partsipasi efektf mereka dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan.

Prinsip 23. Lingkungan dan sumberdaya alam orang (masyarakat) yang mengalami penindasan, dominasi dan pendudukan harus dilindungi. Prinsip 24. Perang mengakibatkan kehancuran pada pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, Negara harus menghormat hukum internasional, memberikan perlindungan bagi lingkungan di masa konlik bersenjata dan bekerja sama dalam pengembangan lebih lanjut, jika diperlukan. Prinsip 25. Perdamaian, pembangunan dan perlindungan lingkungan saling bergantung dan tidak dapat dipisahkan. Prinsip 26. Negara harus menyelesaikan semua sengketa lingkungan secara damai dan dengan cara yang tepat sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Prinsip 27. Negara dan rakyat harus bekerja sama dengan itkad baik dan dalam semangat kemitraan dalam pemenuhan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Deklarasi ini dan dalam pengembangan lebih lanjut dari hukum internasional di bidang pembangunan berkelanjutan. Sumber : Earth Summit Agenda 21, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan.

Please download full document at www.docfoc.com Thanks