Daya hambat ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

Uji daya hambat anti jamur ekstrak minyak atsiri Cinnamomun burmanii terhadap pertumbuhan Candida albicans

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL TANAMAN YODIUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM (KHM) BUAH BELIMBING. WULUH (Averrhoa bilimbi L) TERHADAP PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman kayu manis (Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu. Minyak atsiri banyak terdapat di bagian kulit kayu manis.

IV. Hasil dan Pembahasan. A. Hasil penelitian. kamboja putih (Plumeria acuminataw.t.ait ) terhadap hambatan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

karena itu, beberapa penelitian dikembangkan untuk terus menemukan bahan yang dapat menghambat pertumbuhan C.albicans dengan memanfaatkan bahanbahan a

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. adalah bakteri. Penyakit karena bakteri sering terjadi di lingkungan sekitar, salah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIFUNGI AIR PERASAN LOBAK (Raphanus sativus L.) TERHADAP Candida albicans SECARA In Vitro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama resin akrilik kuring panas memenuhi syarat sebagai bahan basis gigi

UJI DAYA HAMBAT PERASAN BUAH JERUK PURUT CITRUS Hytrix TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB I PENDAHULUAN. secara mental dan merupakan sesuatu hal yang penting karena dengan kesehatan

Transkripsi:

Ilyas: Daya hambat ekstrak buah mengkudu 7 Daya hambat ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans Muhammad Ilyas Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia ABSTRACT Mengkudu contains saponin, flavanoid, atsiri oil and alkaloid that stated as antibacterial and antifungal. This study was a laboratory experimental with time series design that used rejuvenatal Candida albicans as subjects and was held in Microbiology Laboratory of Medical Faculty of UNHAS. This study was to find out the minimal inhibiting concentration and force of mengkudu based on growth concentration of Candida albicans. SPSS program version 11.5 with Kruskal-Wallis test and Mann Witney test are used for data analysis. The result was Candida albicans had minimal inhibiting concentration at 12% and the maximal at 16%. Key word: Mengkudu, Candida albican, minimal inhibition concentrations. ABSTRAK Mengkudu mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri dan alkaloid yang dinyatakan sebagai antibakteri dan antijamur. Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium dengan rancangan time series design, dengan menggunakan isolat Candida albicans yang telah diremajakan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi hambat minimal dan daya hambat sari buah mengkudu berdasarkan konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans. Analisis data memakai program SPSS versi 11,5 dengan Kruskal-Wallis test dan Mann Whitney test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari buah mengkudu 12% mempunyai daya hambat minimal terhadap pertumbuhan Candida albicans dan terbesar pada konsentrasi 16 %. Kata kunci: Mengkudu, Candida albicans, konsentrasi hambat minimal. Koresponden: Muhammad Ilyas, Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10, Tamalanrea, Makassar 90245, Indonesia. PENDAHULUAN Mengkudu (Morinda citrifolia linn) merupakan tanaman daerah tropis yang sejak ribuan tahun dimanfaatkan manusia untuk mengobati berbagai penyakit. Mengkudu sudah diakui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai tanaman obat. Mengkudu termasuk dalam tujuh komoditi unggulan dalam pengembangan jangka pendek (5 tahun), selain tem ulawak, kunyit, jati belanda, sambiloto, daun salam, dan cabe jawa. 1-3 Bagian tanaman mengkudu yang paling banyak dimanfaatkan adalah buahnya, sedangkan sediaannya yang paling popular adalah dalam bentuk jus. 2,4,5 Penelitian sebelumnya manyatakan bahwa buah mengukudu mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri dan alkaloid yang dapat digunakan sebagai bahan kosmetik, perawatan

8 Dentofasial, Vol.7, No.1, April 2008:7-12 kulit dan rambut. Adapun efek farmakologis yang telah terbukti yaitu imunomodulasi, reparasi dan peremajaan sel, vasoproteksi, antioksidan, hepatoproteksi, antibiotik dan anti jamur. 3,4 Infeksi jamur pada rongga mulut yang paling sering terjadi disebabkan oleh Candida sp. dan spesies Actinomycetes. Candida albicans adalah salah satu spesies Candida yang merupakan organisma komensal dalam rongga mulut, merupakan jamur dimorfik yaitu patogen oportunistik dan merupakan flora normal di rongga mulut. Dilaporkan adanya Candida albicans sebanyak 5,7% dari 140 bayi umur 1 hari, 14,2% pada umur 7 hari dan sebanyak 82% pada umur 4 minggu. Prevalensi tersebut selanjutnya menurun menjadi 50% pada bayi umur 1 tahun. Candida albicans dapat menimbulkan kelainan atau infeksi di dalam rongga mulut yang tampak dalam beberapa bentuk, yang sering disebut sebagai moniliasis, kandidiasis, atau kandidosis. 5-8 Candida albicans adalah suatu ragi lonjong dan bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Ragi ini adalah anggota flora normal selaput mukosa, saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita. 9-11 Walaupun Candida albicans merupakan komponen normal dari flora rongga mulut, kadang-kadang pada suatu waktu bisa menimbulkan penyakit. Faktor predisposisi infeksi Candida albicans adalah diabetes melitus, kelemahan menyeluruh, imunodefisiensi, kateter intravena atau air kemih yang terpasang terus menerus, penyalahgunaan narkotika intravena, pemberian antimikroba (yang mengubah flora bakteri normal) dan kortikosteroid. Faktor-faktor lain yang juga memicu pertumbuhan Candida adalah kehamilan, defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B12, penggunaan kemoterapi pada kanker, dan pada keadaan stres dan depresi. 9,12 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka timbul pertanyaan tentang konsentrasi hambat minimal ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans, dan tentang daya hambat ekstrak buah mengkudu berdasarkan konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans. Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang peran mengkudu sebagai anti jamur sehingga dapat dijadikan terapi alternatif dalam bidang kedokteran gigi untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi hambat minimal ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans, dan daya hambat ekstrak buah mengkudu berdasarkan konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dengan rancangan time series design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas pada bulan Desember 2006. Subjek penelitian yaitu isolat Candida albicans yang telah diremajakan dengan jumlah perlakuan dalam 20 pencadang silinder dengan 4 kali replikasi. Setiap cawan petri berisi 5 pencadang yang masing-masing berisi 10%, 12%, 14%, 16%, dan povidone iodine 10% sebagai kontrol positif. Kriteria penilaian penilaian konsentrasi hambat minimal ekstrak buah mengkudu dapat dilihat pada tabung dengan konsentrasi terendah yang pertama kali terlihat jernih. Sedangkan uji daya hambat ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans diukur dari luas zona inhibisi. Luas zona inhibisi merupakan diameter daerah yang bening. Pengukuran dilakukan 3 kali dari arah yang berbeda dengan

Ilyas: Daya hambat ekstrak buah mengkudu 9 menggunakan kaliper. Luas zona inhibisi sebagai berikut terlihat pada gambar 1. A B Gambar 1. Luas A: luas daerah berwarna bening. Luas B: luas pencadang yang berisi larutan uji (diameter 6 mm). Luas zona inhibisi: diameter (A + B). Analisis data Menggunakan program SPSS versi 11,5 dengan analisis Kruskal-Wallis test untuk mengetahui perbedaan daya hambat dan Mann Whitney test untuk mengetahui perbedaan daya hambat berdasarkan konsentrasi. HASIL Dari penelitian mengenai daya hambat ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans diperoleh hasil bahwa konsentrasi hambat minimal sari buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans adalah 12%. Penentuan konsentrasi hambat minimal (KHM) dapat kita lihat pada gambar 2 dan 3. Konsentrasi hambat minimal yang diperoleh kemudian dilanjutkan dengan uji daya hambat bakteri menggunakan pencadang dengan metode difusi dalam cawan petri untuk melihat luas daerah zona inhibisi dengan mengambil KHM (12%), satu konsentrasi di bawah KHM (10%), dan dua konsentrasi di atas KHM (14% dan 16%) serta kontrol positif (tabel 1). Tabel 1. Hasil dari uji konsentrasi hambat minimal (KHM) ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans. Konsentrasi (%) Tidak KHM Ya 2% - 4% - 6% - 8% - 10% - 12% - Gambar 3. Hasil uji daya hambat ekstrak buah mengkudu pada konsentrasi 10%, 12%, 14%, 16% dan kontrol positif. Gambar 2. Hasil uji penentuan konsentrasi hambat minimal ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans. Dari hasil uji daya hambat yang dilakukan, maka dilakukan analisis data untuk membedakan apakah perbedaan daya hambat tersebut bermakna atau tidak dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil yang diperoleh terlihat pada tabel 2.

10 Dentofasial, Vol.7, No.1, April 2008:7-12 Tabel 2. Hasil pengamatan zona inhibisi ekstrak buah mengkudu terhadap Candida albicans setelah 24 jam dan 48 jam. Konsentrasi 24 Jam 48 Jam N Mean SD P N Mean SD P 10% 4 12,49 0,43 4 12,87 0.48 12% 4 13,83 1,38 4 14,12 1,31 14% 4 14,93 1,22 0,010* 4 15,25 1,26 0,006* 16% 4 16,54 0,83 4 17 0,57 Kontrol 4 15,95 0,93 4 16,25 0,86 Keterangan: Uji Kruskal-Wallis * = signifikan P < 0,05 Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh hasil yang signifikan (p<0,05) pada pengamatan 24 jam dan 48 jam. Ini berarti ada perbedaan yang bermakna berbagai konsentrasi sari buah mengkudu dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Untuk mengetahui pasangan perlakuan yang bermakna dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney yang terlihat pada tabel 3 dan 4. Tabel 3. Perbedaan daya hambat sari buah mengkudu dalam berbagai konsentrasi dan obat kumur betadine setelah 24 jam. Perlakuan 10% 12% 14% 16% Kontrol 10% - 0,059 0,021* 0,021* 0,021* 12% - - 0,248 0,043* 0,043* 14% - - - 0,083 0,386 16% - - - - 0,468 Kontrol - - - - - Keterangan: Uji Mann-Whitney * = signifikan P <0,05 Dari tabel 3 dan 4 terlihat bahwa pada seluruh pasangan perlakuan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,005), kecuali perbandingan antara konsentrasi 10% dengan 12%, konsentrasi 12% dengan 14%, konsentrasi 14% dengan 16%, konsentrasi 14% dengan kontrol, dan konsentrasi 16% dengan kontrol. Tabel 4. Perbedaan daya hambat ekstrak buah mengkudu dalam berbagai konsentrasi dan obat kumur betadine setelah 48 jam. Perlakuan 10% 12% 14% 16% Kontrol 10% - 0,078 0,019* 0,019* 0,019* 12% - - 0,189* 0,019* 0,042* 14% - - - 0,078 0,294 16% - - - - 0,215 Kontrol - - - - - Keterangan: Uji Mann-Whitney *= signifikan P <0,05 PEMBAHASAN Pada gambar 2 dapat dilihat hasil dari uji KHM sari buah mengkudu yang digunakan. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa KHM dari sari buah mengkudu adalah 12%, yaitu kekeruhan tidak terlihat pada konsentrasi tersebut. Setelah memperoleh KHM tersebut kemudian dilakukan uji daya hambat dengan menggunakan KHM, 1 konsentrasi di bawah KHM, dan 2 konsentrasi di atas KHM, serta kontrol positif (betadine kumur). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sari buah mengkudu dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans yang disebabkan oleh adanya kandungan senyawa kimia yaitu flavonoid, minyak atsiri, dan saponin. Senyawa kimia flavonoid, minyak atsiri dan

Ilyas: Daya hambat ekstrak buah mengkudu 11 saponin berfungsi sebagai antibakteri dan antijamur. 5,13,14 Flavonoid yang merupakan senyawa fenol dapat menyebabkan kerusakan membran sel sehingga terjadi kebocoran isi sel dan berakibat lisis. Sedangkan saponin bersifat sebagai surfaktan yang berbentuk polar yang dapat memecah lapisan lemak pada membran sehingga menyebabkan gangguan permeabilitas membran sel kuman. Hal tersebut menyebabkan pemasukan bahan atau zatzat yang diperlukan dapat terganggu akhirnya sel membengkak dan pecah. Minyak atsiri menyebabkan denaturasi protein, yaitu merubah molekul protein atau asam lemak, menghambat kerja enzim dan mengganggu sintesis asam nuklaet. 3.10,15,16 Pada gambar 3 memperlihatkan luas zona inhibisi dimana yang terbesar pada konsentrasi 16 % dan yang terkecil pada konsentrasi 10 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan maka luas zona inhibisinya semakain luas, hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat kimia yang digunakan maka mempunyai kemampuan lebih besar dibanding yang endah dalam menghambat zat organik 17 Pada tabel 2 terlihat bahwa kelima konsentrasi yang digunakan memiliki daya hambat yang berbeda-beda. Pada pengamatan terlihat rata-rata luas zona inhibisi terkecil pada konsentrasi 10% (12,49 mm) dan terbesar pada konsentrasi 16% (16,54 mm). Sedangkan pada pengamatan 48 jam, rata-rata luas zona inhibisi terkecil pada konsentrasi 10% (12,87 mm) dan terbesar pada konsentrasi 16% (17 mm). Zona hambatan yang terbentuk semakin besar bila konsentrasi sari buah mengkudu yang digunakan juga semakin besar. Perbedaan daya hambat tersebut diuji secara statistik menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil uji tersebut menunjukkan perbedaan daya hambat yang bermakna. Pada tabel 3 dan 4 memperlihatkan perbandingan antara seluruh konsentrasi sari buah mengkudu dan kontrol (betadine kumur) dengan menggunakan uji Mann-Whitney. Diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 14% dan 16% setelah 24 jam tidak ada perbedaan yang bermakna. Artinya diantara konsentrasi tersebut sama efektifnya dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaaan konsentrasi yang kecil yaitu 2%. Konsentrasi 10% dan 12% bila dibandingkan dengan kontrol memiliki perbedaan yang bermakna tetapi pada konsentrasi 14% dan 16% dengan kontrol tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Hal ini berarti bahwa betadine kumur yang digunakan sebagai pembanding lebih efektif dibandingkan sari buah mengkudu pada konsentrasi 10% dan 12% tetapi sama efektifnya dengan sari buah mengkudu pada konsentrasi 14% dan 16% dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. 1 SIMPULAN Dari penelitian mengenai daya hambat ekstrak buah mengkudu terhadap pertumbuhan Candida albicans dapat disimpulkan bahwa konsentrasi hambat minimal ekstrak buah mengkudu yang dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans adalah 12%, yang meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi. Selain itu, didapatkan daya hambat ekstrak buah mengkudu terbesar pada konsentrasi 16% dan terkecil pada konsentrasi 10%. SARAN Perlu dilakukan uji klinis lebih lanjut untuk mengetahui efek antimikroba dari sari buah mengkudu di dalam rongga mulut.

12 Dentofasial, Vol.7, No.1, April 2008:7-12 DAFTAR PUSTAKA 1. Indiani SR, Soeprapto H. Efek perasan buah mengkudu sebagai perendam resin akrilik terhadap keberadaan Candida albicans. Majalah Kedokteran Gigi FKG Unair. Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III; 2003. p.13. 2. Toni H. Mengkudu; khasiat dan peluang usahanya. Semarang: CV. Aneka Ilmu; 2003. p. 1, 5, 6, 22-3. 3. Boedirahardjo R, Dewanti I. Kemampuan Morinda citrifolia L dalam menurunkan sel radang pada rongga mulut mencit yang diinduksi luka tusuk. Majalah Kedokteran Gigi FKG Unair. Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional IV; 2005. p. 321-5. 4. Sjabana D, Bahalwan RR. Pesona tradisional dan ilmiah mengkudu. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2002. p. 2, 4, 6, 7, 9-11, 37-8, 45. 5. Nasution MA. Beberapa macam infeksi jamur pada rongga mulut, kulit dan kelamin.wahana Medik 1990; 4 (9): 14. 6. Rahayu RP, Rahardjo MB. Prevalensi infeksi Candida pada penderita diabetes mellitus. Majalah Kedokteran Gigi. Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional IV; 2005. p. 218. 7. Winasa IG. Prevalensi Candida albicans pada Panti Werda di Bali. Majalah Kesehatan Gigi Indonesia 1997 ; 1(4): 24. 8. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 20. Alih Bahasa: Nugroho E, Maulani RF. Jakarta: EGC ; 1997. p.627. 9 Zhang W. Tahitian noni juice is Included. Available at: http://www.prweb.com/releases. Diakses: 14 Juli 2005. 10. Sabir A. Pemanfaatan flavonoid di bidang kedokteran gigi. Majalah Kedokteran Gigi. Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional IV; 2005; p.81. 11. Anonim. Tanaman obat Indonesia. Available at : http://www.iptek.net.id. Diakses : 17 Maret 2005. 12. Ying WM, West BJ, Jensen CJ, Nowicki D, Chen SU, Palu AK. Morinda citrifolia (Noni): A literature review and recent advances in noni research. Available at: http://www.noniland.com. Diakses: 7 Maret 2005. 13. Lestari RP, Regina TC, Tandelilin, Handajani J. Efektifitas minyak atsiri lengkuas putih (Alpinia galanga) terhadap pertumbuhan Candida albicans 302 yang resisten multiantibiotik. Indonesian J Dent 2005; 12 (1): 25. 14. Anonym. Mengkudu ( Morinda citrifolia L.). Available at: http://www.tempointeraktif.com/kliniknet/ artikel/mengkudu. Diakses: 7 Maret 2005. 15. Siswomihardjo W. Saponin getah Plumeria acuminate ait. Sebagai alternatif bahan devitalisasi jaringan pulpa gigi. Majalah Kedokteran Gigi. Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional IV; 2005. p.13. 16. Anonym. Saponin. Available at: http//www.micro.magnet.fsu.edu/phytochemic al/ pages/saponin.html. Diakses: 3 Agustus 2005.