BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

DINDING DINDING BATU BUATAN

Modul ini berisi teori tentang Hiperbola dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang.

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

KATA PENGANTAR. Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa harus banyak dibantu oleh instruktur.

Modul ini berisi teori tentang ELIPS dan praktek menggambarnya dengan bantuan lingkaran maupun dengan bantuan persegi panjang.

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyaratan. C. Petunjuk Penggunaan Modul

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON

MEMASANG KONSTRUKSI BATU BATA BENTUK BUSUR

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

A. Deskripsi Modul ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar, yaitu: 1. Menggambar sudut 2. Memindahkan sudut 3. Membagi sudut

A. Pasangan Dinding Batu Bata

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...6

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM:

Modul ini terdiri dari 1 Kegiatan Belajar yaitu: BGN.GGT. 001 A Menggambar garis tegak lurus dan garis sejajar

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

MENGGAMBAR TEKNIK DASAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI GEOMETRIS A.20.02

Struktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa

Dosen: Haryono Putro, ST.,SE.,MT. Can be accessed on:

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. Modul ini terdiri dari 1 Kegiatan Belajar yaitu: BGN.GGT. 002 A Membagi garis sama besar

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

MEMASANG KUSEN PADA DINDING PASANGAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DISPERINDAGSAR BOYOLALI (DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PASAR) PT WIDHA DYAH AYU PURBO SIWI 2B314953

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

MENGGAMBAR PROYEKSI AKSONOMETRI

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

MEMPLESTER PROFIL HIAS

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

TEKNIK JILID 2 SMK. Suparno

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL KEJURUAN

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi

MENGGAMBAR KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

DASAR-DASAR MENGGAMBAR TEKNIK

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

BABV MENGGAMBAR KONSTRUKSI DINDING DAN LANTAI BANGUNAN. 5.1 Menggambar Konstruksi Lantai dari Keramik / Ubin/ Parket

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PR 1 MANAJEMEN PROYEK

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk penggunaan modul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMELAJARA (RPP)

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

Tentang mata kuliah TEKNIK KOMUNIKASI

Teknis Menggambar Desain Interior

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

EBOOK PROPERTI POPULER

PERENCANAAN WAKTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI

MENGGAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

KISI-KISI SOAL PROFESIONAL UKG 2015

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PONDASI TELAPAK

JOBSHEET PRAKTIK KERJA BATU I

BAB. I PENDAHULUAN. A. Deskripsi

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

JOB SHEET Menggambar Proyeksi Isometrik. B. Kompetensi Dasar Menggambar perspektif, proyeksi, pandangan dan potongan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2011

HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

Denah Rencana Pembalokan Lantai 2 dan Peletakan Kolom

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

BAB X PINTU DAN JENDELA

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

KISI UJI KOMPETENSI 2014 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007

KISI UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 1

Transkripsi:

BAB. I PENDAHULUAN A. Deskripsi Dalam modul ini Anda akan mempelajari pekerjaan menggambar konstruksi dinding bata/bataco yang biasanya ada pada gambar denah dan potongan bangunan yang memakai kostruksi bata/bataco. Pada modul ini mencerminkan pemahaman tentang gambar konstruksi dinding dari bata/bataco, lengkap dengan persyaratan-persyaratan struktur maupun konstruksinya. Apabila Anda telah mempelajari dan menguasai modul ini, maka Anda diharapkan dapat melakukan penggambaran konstruksi bata/bataco yang dilakukan di studio gambar maupun di tempat lain. B. Prasyarat. Untuk mempelajari modul ini dalam proses pemelajaran siswa harus: Menguasai Modul sebelumnya, yaitu BGN.BPG.001.A Menggambar Gambar Proyeksi Bangunan Mempunyai modul Peralatan gambar yang memenuhi syarat untuk menggambar teknik Cakap jujur dan bertanggung jawab. C. Petunjuk Penggunaan Modul. Modul ini berisikan kigiatan-kegiatan pemelajaran atau informasi pengetahuan yang berkaitan dengan menggambar konstruksi bata/bataco. Untuk mempermudah didalam mempelajari modul ini, maka diharapkan siswa membaca dengan baik petunjuk penggunaan modul ini baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus, berikut ini: Modul BGN.GAR.002.A 1

1. Petunjuk Bagi Siswa. a. Pelajarilah daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat dan teliti. Pada skema modul akan terlihat kedudukan modul yang sedang dipelajari dengan modul-modul yang lain. b. Lengkapilah peralatan dan bahan yang akan dipakai serta persiapkanlah peralatan untuk dalam keadaan siap dipakai. c. Kerjakanlah soal-soal dalam cek kemampuan untuk mengukur pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa/pengguna modul. d. Pahamilah uraian materi yang akan menunjang dalam penguasaan suatu pekerjaan dengan membaca secara teliti. Kemudian kerjakan tes formatif. e. Apabila dari soal dalam tes formatif siswa/pengguna modul telah 70% menjawab dengan benar, maka siswa/pengguna dapat langsung mengerjakantugas selanjutnya. Tetapi apabila hasil jawaban siswa pengguna modul tidak mencapai 70% benar, maka siswa/pengguna harus mengikuti kegiatan pemelajaran dalam modul ini. f. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar. g. Kerjakanlah tugas tersebut dengan baik dan bilamana perlu konsultasikan hasil tersebut pada guru/ instruktur. h. Catatlah kesulitan yang ditemukan dalam modul ini untuk ditanyakan pada guru pada saat kegiatan tatap muka. Bacalah referensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul ini agar siswa/pengguna modul mendapatkan tambahan pengetahuan. Modul BGN.GAR.002.A 2

2. Petunjuk Bagi Guru/Tutor. Dalam penyelesaian modul ini, guru bertindak sebagai tutor yang mendampingi siswa dalam menyelesaikan modul ini, beberapa hal yang perlu dilakukan ialah: a. Membantu siswa membuat perencanaan kegiatan belajar. b. Membantu siswa bila mengalami kesulitan/hambatan dalam menyelesaikan modul ini. c. Membantu koordinasi siswa dalam mempergunakan fasilitas jurusan atau fasilitas yang lainnya. d. Sebagai tutor, guru jangan berlebihan dalam memberikan penjelasan, ingat kegiatan ini unttuk mengarahkan siswa dapat belajar mandiri. Penjelasan cenderung bersifat mengarahkan bukan menuntaskan sebagaimana saat mengajar. e. Merencanakan seorang ahli/pendamping guru dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan. f. Menjelaskan kepada siswa tentang sikap dan ketrampilan dari kompetensi yang perlu diadakan perubahan dalam rencana pemelajaran selanjutnya. g. Mencatat pencapaian kemajuan siswa. h. Setelah siswa selesai dan siap diuji, maka tugas guru/tutor adalah menguji kompetensi siswa sebagai wujud penguasaan materi modul. D. Tujuan Akhir Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat: Menggambar perkuatan dinding/pilaster. Menggambar isometri Ikatan Tegak. Menggambar isometriikatan Silang. Menggambar isometri Ikatan Vlaams. Menggambar isometriikatan Rantai. Modul BGN.GAR.002.A 3

E. Kompetensi KOMPETENSI KODE DURASI PEMELAJARAN : Menggambar Konstruksi Bata/Batako : BGN. GAR. 002 A : 120 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G 2 1 1 1 2 1 2 KONDISI KINERJA 1. Unit ini berlaku untuk penggambaran konstruksi bata/ batako yang dilakukan di studio gambar maupun di tempat lain. 2. Tersedia standar gambar yang berlaku di perusahaan. 3. Tersedia buku peraturan dan gambar bangunan terkait yang berlaku di perusahaan. 4. Tersedia peralatan gambar manual dan komputer. 5. Kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya: BGN. GPG. 001 A Menggambar Gambar Proyeksi Bangunan Modul BGN.GAR.002.A 4

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR 1. Melakukan pekerjaan persiapan menggambar konstruksi. Peralatan gambar yang akan dipakai disiapkan. Skala, ukuran kertas, dan format gambar dikenali. Jenis-jenis ikatan bata/ batako dipahami. Persyaratan perkuatan dinding dari bata/ batako (sloof, kolom praktis, balok cincin) dipahami. Konstruksi bukaan pada dinding, balok latai, rollaag dari bata dipahami. Dimensi bahan, persyaratan komposisi campuran aduk, persyaratan tebal siar dan tebal plesteran dipahami. Pamahaman tentang konstruksi dinding dari bata/ batako, lengkap dengan persyaratanpersyaratan struktur maupun konstruksinya. MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Bekerja dengan rapi dan bersih Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran Menghargai produktifitas dalam bekerja Efisien dan optimal dalam bekerja Menghargai mutu hasil pada setiap langkah kerjanya Bersikap positif dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan Memahami standar gambar yang berlaku di perusahaan. Memahami konstruksi ikatan bata/ batako. Memahami persyaratanpersyaratan struktur atau perkuatan dinding dari bata/batako. Memahami konstruksi bukaan pada dinding, balok latai, rollaag dari bata dipahami Memahami dimensi bata/batako, persyaratan komposisi campuran aduk, persyaratan tebal siar dan tebal plesteran. Memahami skala, ukuran kertas, dan format gambar. Memilih peralatan / perlengkapan dan media gambar untuk menggambar konstruksi dinding dari bata/ batako baik alat gambar manual atau digital/komputer. Melakukan pemeriksaan dan perbaikan peralatan / perlengkapan yang rusak bila diperlukan. Modul BGN.GAR.002.A 5

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR 2. Menggambar dinding dari bata/ batako untuk penggambaran denah bangunan. Garis dinding dari bata/ batako digambar pada denah sesuai tata letak yang diberikan atasan dengan ketebalan dinding 15 cm kecuali ada petunjuk lain atau menurut standar ketebalan yang berlaku. Garis dinding dibuat 4 garis lengkap dengan plesteran atau cukup 2 garis tergantung dari skala penggambaran yang dipakai (skala plotting) dan sesuai dengan standar perusahaan. Notasi dinding digambar dengan benar dan rapi. Kolom praktis digambar pada tiap-tiap ujung atau pertemuan dua bidang dinding atau lebih, dan/ atau sedemikian rupa sehingga membagi luas bidang dinding maksimal 12 m2 persegi atau maksimal jarak 3 m atau menurut petunjuk atasan. Pekerjaan menggambar dinding bata/ batako beserta kolom-kolom praktis sebagai perkuatan dinding pada gambar denah bangunan. MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Bekerja dengan rapi dan bersih Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran Menghargai produktifitas dalam bekerja Efisien dan optimal dalam bekerja Menghargai mutu hasil pada setiap langkah kerjanya Bersikap positif dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan Memahami konstruksi bata/ batako, lengkap dengan persyaratanpersyaratan struktur maupun konstruksinya. Memahami tata cara untuk menggambar dinding dari bata/ batako pada penggambaran denah bangunan. Memahami skala, ukuran kertas, dan format gambar. Menggambar dinding bata/ batako beserta kolom-kolom praktis sebagai perkuatan dinding pada gambar denah bangunan menggunakan alat gambar manual dan atau komputer. Modul BGN.GAR.002.A 6

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR 3. Menggambar potongan dinding dari bata/ batako pada gambar potongan bangunan. Potongan dinding dari bata/ batako digambar lengkap dengan ikatan beton bertulang di bagian bawah ( pondasi,balok sloof, lantai, trassraam) dan di bagian atas (balok ring, pelat lantai / langit-langit). Garis dinding dibuat 4 garis lengkap dengan plesteran atau cukup 2 garis tergantung dari skala penggambaran yang dipakai (skala plotting) dan sesuai dengan standar perusahaan. Notasi dinding digambar dengan benar dan rapi, termasuk notasi dan ketinggian adukan trasraam Pekerjaan menggambar konstruksi dinding bata/ batako pada gambar potongan bangunan. MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Bekerja dengan rapi dan bersih Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran Menghargai produktifitas dalam bekerja Efisien dan optimal dalam bekerja Menghargai mutu hasil pada setiap langkah kerjanya Bersikap positif dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan Memahami konstruksi bata/ batako, lengkap dengan persyaratanpersyaratan struktur maupun konstruksinya. Memahami tata cara untuk menggambar dinding dari bata/ batako pada gambar potongan bangunan. Memahami skala, ukuran kertas, dan format gambar. Menggambar konstruksi dinding bata/ batako pada gambar potongan bangunan. menggunakan alat gambar manual dan atau komputer. Modul BGN.GAR.002.A 7

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR 4. Menggambar aksonometri ikatan bata/ batako pada dinding setengah batu, dinding satu batu, kolom satu batu (pilaster), rollaag dan balok latai. Aksonometri ikatan bata/ batako pada dinding setengah batu, dinding satu batu, kolom satu batu (pilaster) digambar dengan ukuran bata standar dan dengan ikatan antar bata yang saling mengikat (tidak ada siar vertikal yang segaris) dengan tebal siar 1 cm atau sesuai arahan atasan. Aksonometri ikatan Pekerjaan menggambar aksonometri ikatan bata/ batako pada: Dinding setengah batu. Dinding satu batu. Pilaster / kolom satu batu. Rollaag Balok latai MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Bekerja dengan rapi dan bersih Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran Menghargai produktifitas dalam bekerja Efisien dan optimal dalam bekerja Menghargai mutu hasil pada setiap langkah kerjanya Bersikap positif Memahami konstruksi ikatan pasang bata/ batako. Memahami tentang pilaster, rollaag, dan balok latai. Memahami tentang sistem dimensi Mengenali istilahistilah arsitektural dan struktural Memahami tentang operasi matematika dasar Menggambar aksonometri konstruksi bata/ batako (sekaligus susunannya) dengan benar pada dinding setengah batu, dinding satu batu, kolom satu batu (pilaster), rollaag dan balok latai menggunakan alat gambar manual dan atau komputer. Modul BGN.GAR.002.A 8

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR bata/ batako pada rollaag digambar dengan posisi dan susunan yang benar dengan ikatan yang mengandalkan kekuatan geser adukan dengan bata. Aksonometri ikatan bata/ batako pada balok latai digambar dengan beberapa kemungkinan (sesuai dengan kebutuhan), baik lengkung maupun datar, dengan susunan bata dan tebal siar yang benar yang mengandalkan kekuatan geser adukan dengan bata. MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan Menghitung menggunakan pecahan, desimal, persen Mengkonversikan skala, pecahan dan desimal Menghitung luas dari berbagai bentuk/geometri Modul BGN.GAR.002.A 9

SUB KOMPETENSI KRITERIA KINERJA LINGKUP BELAJAR 5. Membereskan gambar. Garis-garis bantu penggambaran dibersihkan. Gambar detail dilengkapi dengan keterangan-keterangan tambahan seperti judul gambar dan skala. Kop gambar dibuat atau disesuaikan dengan isi gambar. Peralatan gambar dibereskan, dirapikan dan disimpan. Pemeriksaan hasil penggambaran, garisgaris bantu penggambaran dibersihkan, penulisan keterangan dan pembuatan kop gambar. Penyusunan dan penyimpanan hasil gambar. Pekerjaan membersihkan dan menyimpan peralatan kerja menggambar setelah digunakan. MATERI POKOK PEMELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN Bekerja dengan rapi dan bersih Bekerja dengan ketelitian dan ketepatan ukuran Menghargai produktifitas dalam bekerja Efisien dan optimal dalam bekerja Menghargai mutu hasil pada setiap langkah kerjanya Bersikap positif dan terbuka terhadap penilaian hasil pekerjaan oleh atasan Memahami sumber informasi yang berkenaan dengan membereskan pekerjaan setelah menggambar konstruksi lantai bangunan. Memeriksa hasil gambar, menghapus garisgaris bantu, penulisan keterangan dan pembuatan kop gambar. Menyusun dan menyimpan hasil gambar. Membersihkan merapikan kembali dan menyimpan peralatan menggambar setelah digunakan. Modul BGN.GAR.002.A 10

E. Cek Kemampuan. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah Anda miliki, maka isilah Cek Lis ( ) seperti pada tabel di bawah ini dengan sikap jujur dan dapat dipertanggungjawabkan: Saya dapat melakukan Bila jawaba ya Pertanyaan pekerjaan ini dengan kompeten kerjakan Apakah Anda memahami persyaratanpersyaratan struktur atau perkuatan Tes Formatif 2 Tes Fomatif 1 dinding dari bata/batako Apakah Anda memahami gambar konstruksi bukan pada dinding balok latei, roolag dari bata. Apakah Anda memahami penggambaran dimensi bata/batako, persyaratan komposisi campuran aduk, persyaratan tebal siar dan tebal plesteran. Apakah Anda memahami gambar konstruksi bata/batako, lengkap dengan persyaratan-persyaratan struktur maupun konstruksinya. Modul BGN.GAR.002.A 11

BAB. II PEMELAJARAN A. Rencana Belajar Siswa/Pengguna Modul. Kompetensi Sub Kompetensi : Menggambar Konstruksi Bata/Batako : 1. Melakukan pekerjaan persiapan menggambar Konstruksi. 2. Menggambar dinding dari bata/batako untuk penggambaran denah bangunan. 3. Menggambar potongan dinding dari bata/batako pada gambar potongan bangunan. 4. Menggambar aksonometri ikatan bata/batako pada dinding setengah batu, dinding satu batu, kolom satu batu (pilaster), rollag dan balok latai. Jenis Kegiatan Tanggal Waktu Tempat Belajar Alasan Perubahan Paraf Guru Modul BGN.GAR.002.A 12

B. Kegiatan Belajar Kegiatan Belajar 1: Melakukan Pekerjaan Persiapan Menggambar Konstuksi a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: - Menggambar perkuatan dinding/pilaster. b. Uraian Materi Pasangan Batu Bata Dinding dari tembok batu bata mempunyai keuntungan dari pada dinding dari papan, ia tidak mudah rusak karena dimakan rayap, rapat udara dan rapat pengaruh iklim. Sebaliknya kerugian dinding tembok batu bata ialah tidak dapat dipindah-pindah dan dapat menerima beban berat. Tembok batu bata dapat merupakan tembok pemikul maupun hanya merupakan pengisi dinding belaka. Pada gedung-gedung tua tembok-tembok bata merupakan tembok pemikul konstruksi juga. Untuk bangunan kuno bertingkat, tebal tembok tergantung pada banyaknya tingkat gedung. Bagian lantai terbawah biasanya 2 x 3 batu, lantai kedua 2 batu, lantai ketiga 1 batu dan seterusnya. Dengan beton bertulang dapat dicapai segala bentuk arsitektur yang kita kehendaki. Untuk tiap-tiap m³ pasangan dari bata diperlukan sebanyak 500-600 biji batu bata, sedangkan bobot isi bata adalah antara 1700 1800 kg per m³. Untuk memasang bata dihubungkan satu dengan lainnya dengan bahan perekat yang disebut luluh atau adukan atau mortel atau spesi, yang umumnya di Indonesia terdiri dari bahan kapur, semen merah dan pasir, Modul BGN.GAR.002.A 13

tau PC dan pasir dalam perbandingan tertentu setebal 1 cm, sihingga merupakan suatu kesatuan yang kokoh. I. PENGERTIAN DAN FUNGSI PASANGAN BATU BATA: 1.1. Pengertian Pasangan Batu Bata: Merupakan susunan batu bata yang teratur dan tertentu dalam arah memanjang, mendatar maupun vertical oleh spesi dengan perbandingan campuran tertentu. 1.2. Fungsi pasangan batu bata: a. Sebagai pondasi b. Sebagai dinding c. Sebagai lantai d. Sebagai pilar dan sebagainya. II. MENGGAMBAR PASANGAN BATU BATA SEBAGAI DINDING: 2.1. Syarat-syarat menggambar pasangan dinding batu bata: a. Menurut Fungsi dinding: Sebagai pemisah ruang jika tebalnya ½ bata dan untuk pemikul beban minimal tebal 1 bata atau tergantung pada besarnya beban. b. Batu bata harus dipasang dengan perbandingan yang baik. Pada konstruksi dinding, batu bata harus dipasang dengan baik. Dengan siar vertical tidak boleh ada yang menerus dalam dua lapisan bata, sedang siar yang datar harus lurus dengan tebal yang sama. c. Mortel untuk pasangan tembok kamar mandi, tempat cuci dan sebagainya harus rapat air dengan campuran mortel 1 PC : 3 PS, sedangkan untuk dinding bagian bawah mulai dari lantai hingga setinggi 0.20 m dibuat trasram dengan mortel rapat air 1 PC : 2 PS. Modul BGN.GAR.002.A 14

d. Lebar siar 0.8 1.2 cm pada pasangan biasa dan 2.00 cm pada pelengkung. e. Tebal plesteran rata-rata 2 cm setelah kering dengan campuran mortelnya 1 KP : 1 SM : 1 PS atau 1 PC : 3 PS. Untuk bak mandi dan saluran dipakai campuran 1 PC : 3 PS. f. Setiap hari tidak boleh dipasang lebih dari 1.2 m pasangan batu bata, karena bila tinggi pasangan lebih dari 1.2 m dengan siar yang masih basah maka pasangan tersebut akan rusak. 2.2. Ikatan Batu Bata: Mengingat tebal siar, maka perbandingan ukuran tebal, lebar dan panjang adalah sebagai berikut: Sebagai tebal bata = 5 cm Lebar menjadi : 2 x 5 + siar 1 cm = 11 cm Panjang bata ; 2 x lebar + siar 1 cm = (2 x 11) + 1 = 23 cm Untuk menyusun pasangan batu bata diperlukan beberapa bata potongan yang terdiri sebagai berikut: a. bata utuh = bujur = 2 kepala + siar tegak. b. ¾ bata = bata dengan panjang ¾ bata utuh. c. ½ bata = bata dengan panjang ½ bata utuh. d. ¼ bata = bata dengan panjang ¼ bata utuh. e. ½ kepala = bata panjang utuh lebar ½ nya. Modul BGN.GAR.002.A 15

Ada tiga macam siar untuk menyusun bata: 1. Siar lintang 2. Siar bujur, siar datar dan 3. Siar tegak yang sejenis siar lintang. Syarat-syarat siar (isian): 1. Siar datar dengan ukuran sebesar 1 1.5 cm. 2. Siar lintang tidak boleh segaris dari lapisan atas dan lapisan bawahnya. 3. Siar tegak juga tidak boleh terdapat segaris dari atas ke bawah. Akibat dari siar lintang dan siar tegak yang segaris ke bawah pada tembok dukung akan menjadi turun (melesak) ke bawah akibat beban dari atas GB. 2.1. Modul BGN.GAR.002.A 16

GB. 2.1. Adanya siar yang bergeser antara lapis atas dan di bawahnya, beban dibagi kepada lapisan di bawahnya menurut garis pancaran tegangan. GB. 2.2. Yang dimaksud dengan kekuatan tembok disini adalah kemampuan berdirinya tembok dengan ada muatan di atasnya tetap tegak dan kokoh serta mantap (stabil). Modul BGN.GAR.002.A 17

Kekuatan tembok diperoleh dari: 1. Cara menyusun bata dengan aturan yang telah ditentukan. 2. Adukan yang dipakai untuk melekatkan antara bata yang satu dengan yang lain yang akan mengeras menjadi sekeras seperti bata yang disusun. 3. Plesteran (lepa) yang menutup susunan batanya. Macam susunan bata yang biasa dipakai dan menurut Konstruksi bangunan terdiri dari: 1. Susunan tembok ½ bata (tembok lapis dan sebagai pengisi). 2. Susunan ikatan tegak/berdiri untuk tebal tembok 1 bata atau lebih. 3. Susunan ikatan silang untuk tebal tembok 1 bata atau lebih tebal. 4. Susunan ikatan rantai untuk tebal tembok tebal 1 bata. 2.3. Ikatan ½ Bata: Tembok dengan tebal lapisan ½ bata. Siar lintang lapisan bawah dan diatasnya meloncat atau menggeser ½ bata. GB. 2.3 Modul BGN.GAR.002.A 18

GB. 2.3. Modul BGN.GAR.002.A 19

Pada pemberhentian pasangan misalnya hari telah petang dan pasangan telah mencapai tinggi kurang lebih 1 m, maka pemberhentian ini berbentuk gigi bertangga atau menjatuh, dapat juga berbentuk gigi berdiri atau gigi tegak. Penyusunan bata pada denah rumah akan berbentuk sudut siku, sudut lancip, sudut tumpul. Disamping itu terdapat pertemuan siku, pertemuan miring dan berbentuk potongan siku atau potongan miring. GB 2.4 s/d GB. 2.7. Modul BGN.GAR.002.A 20

GB. 2.4. PASANGAN PADA PERSILANGAN TEMBOK Modul BGN.GAR.002.A 21

GB. 2.5. Modul BGN.GAR.002.A 22

GB. 2.6. Modul BGN.GAR.002.A 23

GB. 2.7. Tembok dengan tebal lapisan ½ bata tidak boleh sebagai tembok dukung. Karena itu tembok semacam ini harus dipertebal. Pertebalan tembok ditempatkan pada sudut, kurang lebih 12 m². Sehingga jarak pertebalan antara 2½ - 3½ m. Pertebalan tembok dibuat antara 1½ bujur = 3 k atau lebih. GB. 2.8. s/d gb. 2. 15. Modul BGN.GAR.002.A 24

GB. 2.8. Modul BGN.GAR.002.A 25

Modul BGN.GAR.002.A 26

GB. 2.9. Modul BGN.GAR.002.A 27

GB. 2.10. Modul BGN.GAR.002.A 28

GB. 2.11. Modul BGN.GAR.002.A 29

GB. 2.12. Modul BGN.GAR.002.A 30

GB. 2.13. Modul BGN.GAR.002.A 31

GB. 2.14. Modul BGN.GAR.002.A 32

GB. 2.15. Modul BGN.GAR.002.A 33

Lebih baik dan banyak dilaksanakan ialah dengan kolom beton bertulang. Kadang-kadang pada tembok dengan tebal lapisan 1 bata kalau diperlukan dapat dibuat dengan pertebalan pada tempat yang mendapat beban dari atas kuda-kuda misalnya. Akan tetapi pertebalan, semacam ini dibuat apabila dipandang sangat perlu. Kelemahan perkuatan tembok dengan pilar bata: 1. Bidang tembok tidak merupakan bidang yang rata. 2. Mengurang luas ruangan apabila pilar dibuat pada bagian dalam dan pada tembok dalam. 3. Dipandang mata tidak menyenangkan karena adanya bidangbidang yang menonjol. 4. Kurang dapat dipertanggungjawabkan kekuatannya sebagai tembok dukung. Dengan alasan tersebut di atas untuk menggantikan pilar dari bata dipergunakan beton bertulang sebagai perkuatan berdirinya tembok. Beton bertulang merupakan rangka yang dibuat bersamaan pengerjaan pasangan bata yang terdiri dari: 1. Balok sloof (praktis) terletak di atas pondasi di bawah lantai keliling tiap-tiap ruangan sepanjang tembok. 2. Kolom-kolom (praktis) didirikan setiap luas bidang tembok 12 m² dengan jarak kolom 3-4 m, sudut pertemuan dan persilangan. 3. Balok cincin pada tembok yang terletak pada tembok atas yang menghubungkan antara kolom, di bawah pemasangan kudakuda sekeliling tiap ruangan. 4. Balok cincin antara, apabila tinggi tembok lebih dari 4 m, yang diletakkan di atas pintu/jendela, yang merupakan balok latei. GB. 2.16. Modul BGN.GAR.002.A 34

balok cincin kolom (praktis) kolom (praktis) kolom (praktis) 3-4 m balok beton bertulang (sloof praktis) Beton bertulang baik berupa balok sloof, kolom, maupun balok cincin serta balok latei (praktis) berukuran setebal bata dan umumnya berbentuk bujur sangkar 12/12 s/d 15/15 cm. Tulang bujur menggunakan baja tulangan Φ 10 atau Φ 12 mm (⅜ atau ½ ) diikat dengan sengkang (begel) Φ 6 (½ ) jarak 15 sampai 20 cm. Campuran beton yang digunakan 1 pc : 2 ps : 3 kr. Modul BGN.GAR.002.A 35

Cara pelaksanaan dan pengejaan beton bertulang sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Balok sloof dicor setelah pondasi di bawahnya selesai. Sebelum dicor dan dipasang tulangan beton dibuat acuan (cetakan) terlebih dahulu. Konstruksi acuan dibuat sederhana terdiri dari dua lembar papan (2/15) dirangkai dengan papan kecil jarak 50-60 cm. Acuan tidak harus kuat, cukup apabila beton dicor tidak berubah dan bergeser. Acuan dapat dibongkar 2-3 hari setelah beton dicor. Pengecoran kolom beton bertulang dapat sesudah atau sebelum bata dipasang. Apabila batang dipasang terlebih dahulu, maka pemasangan bata juga dari sudut tembok disamping kolom. Mula-mula dipasang profil sebagaimana biasa yaitu dibuat tegak lurus sebagai tarikan benang. Tinggi pasangan bata kurang lebih 1 m, kemudian kolom dicor setinggi pasangan bata tersebut. Jika kolom dicor lebih dahulu, maka sebelumnya dimana tempat yang akan dipasang bata perlu dipasang angker (stek) dari baja beton Φ 6 mm (¼ ) keluar dari bidang sisi beton 20-25 cm. Jarak stek kurang lebih 50 cm. GB. 2.17. Modul BGN.GAR.002.A 36

GB. 2.17 Pada pertemuan tembok serta persilangan juga diperkuat dengan kolom. Pada tembok yang tingginya 4 m lebih perlu diletakkan balok cincin antara untuk memperkuat berdirinya tembok serta membagi beban dari atas keseluruh bidang tembok di bawahnya. Balok cincin antara diletakkan menjadi satu di atas pintu atau jendela sebagai balok latei. Bahkan pada bangunan yang menggunakan luifel beton bertulang balok latei juga sebagai balok luifel dengan menambah ukuran tinggi balok serta banyaknya tulangan. Balok cincin antara diletakkan keliling seluruh dinding. Penulangannya serupa dengan tulangan yang telah dijelaskan sebelumnya. Modul BGN.GAR.002.A 37

C. Rangkuman. Tembok dengan tebal lapisan ½ bata. Siar lintang lapisan bawah dan diatasnya meloncat atau menggeser ½ bata. d. Tes Formatif. Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, tampak depan, dan isometri di kertas HVS dengan Ikatan½ Bata cara 1, yaitu lapis 1 diawali dengan kop. Modul BGN.GAR.002.A 38

f. Kunci Jawaban. Modul BGN.GAR.002.A 39

g. Tugas. Dari sketsa gambar denah, tampak depan berikut, gambarkan: Penulangan Portal Gambar tersebut. Modul BGN.GAR.002.A 40

h. Lembar Kerja. 1) Alat Meja gambar 1 unit. Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh. Rapido 0,1, 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh. Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh. Jangka 1 set. Silet. 2) Bahan Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar. Tinta rapido warna hitam. Karet penghapus pensil-tinta 1 bh. Isolasi kertas. 3) Keselamatan Kerja Pergunakan peralatan sesuai fungsinya. Penerangan ruangan harus cukup. Kerjakan dengan hati-hati. 4) Langkah Kerja Menyiapkan segala peralatan dan bahan. Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar setengah bagian kiri untuk menggambar daun jendela dan di bagian kanan untuk menggambar detailnya. Tahap pertama membuat sumbu x, sumbu y dan sebagai pertolongan dalam menggambar. Menggambar sloof dengan ukuran 30/40, selimut beton 3 cm, jarak begel ¼l dekat tumpuan 10 cm dan jarak begel ¼l di lapangan (tengah) 15 cm. Modul BGN.GAR.002.A 41

Menggambar kolom dengan ukuran 30/30, selimut beton 3 cm, jarak begel ¼l dekat tumpuan 10 cm dan jarak begel ¼l di lapangan (tengah) 15 cm. Menggambar balok dengan ukuran 25/35, selimut beton 3 cm, jarak begel ¼l dekat tumpuan 10 cm dan jarak begel ¼l di lapangan (tengah) 15 cm. Gunakan diameter tulangan 12 mm dan diameter begel 6 mm. Lengkapilah dimensi tulangan dengan sablon yang sesuai. Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan keterangan yang diperlukan. Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama. Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan kotoran yang menempel. 5) Kunci Hasil Kerja. Modul BGN.GAR.002.A 42

Kegiatan Belajar 2: Menggambar Dinding dari Bata/Batako untuk Penggambaran Denah Bangunan a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: - Menggambar isometri ikatan tegak. b. Uraian Materi 2.4. Menggamabr Isometri Ikatan Berdiri/Ikatan Tegak. Salah satu cara yang banyak digunakan untuk membuat tembok adalah ikatan berdiri atau ikatan tegak. Tembok untuk ikatan berdiri mempunyai tebal lapisan 1 bata atau lebih dengan 2 macam lapisan ialah lapisan bujur dan lapisan kepala. Jika bata yang disusun tampak sisi muka bata yang tampak merupakan bata utuh disebut lapis bujur, dan bila tampak muka batu bata yang disusun menjadi ukuran lebarnya maka disebut lapisan kepala. Panjang tembok jika dibagi dengan lebar bata akan terdapat jumlah k (= kepala). Ini akan terdapat jumlah k genap dan jumlah k gasal, karena jumlah ini akan menentukan cara menyusunnya. GB. 2.5.1. Modul BGN.GAR.002.A 43

Jumlah - 13 k - Ganjil GB. 2.5.1 Modul BGN.GAR.002.A 44

Pada sudut tembok, pertemuan dan potongan pada lapisan bujur berjalan terus diawali dan diakhiri ¾ bata. Untuk lapisan kepala bata dipasang tegak lurus lapisan bujur di atasnya. Syarat-syarat tembok ikatan berdiri: a. Pada siar lintang dan tegak tidak boleh terdapat siar segaris dari atas ke bawah. b. Siar lintang pada gigi menjatuh membentuk tangga bergeser ¾ bata dan ¼ bata dari lapisan bawah dan atasnya. Pada lapis bujur dengan jumlah k gasal diawali ¾ bata selanjutnya bujur dan berakhir ¾ bata. Tetapi jika terdapat jumlah k genap, setelah dimulai ¾ bata ditambah 1 k selanjutnya bujur dan berakhir ¾ bata. GB. 2.5.2. Jumlah 12 k - genap Modul BGN.GAR.002.A 45

GB. 2.5.2. Begitu juga pada sudut dan pertemuan tembok. GB. 2.5.3 s/d GB. 2.5.5. Modul BGN.GAR.002.A 46

GB. 2.5.3. Modul BGN.GAR.002.A 47

GB. 2.5.4. Modul BGN.GAR.002.A 48

GB. 2.5.5. Jika lapis pertama merupakan lapisan bujur, maka lapisan di atasnya menjadi lapisan kepala. Juga pada sudut dan pertemuan tembok GB. 2.5.6. Modul BGN.GAR.002.A 49

GB. 2.5.6. c. Rangkuman. Siar lintang pada gigi menjatuh membentuk tangga bergeser ¾ bata dan ¼ bata dari lapisan bawah dan atasnya. Pada lapis bujur dengan jumlah k gasal diawali ¾ bata selanjutnya bujur dan berakhir ¾ bata. Tetapi jika terdapat jumlah k genap, setelah dimulai ¾ bata ditambah 1 k selanjutnya bujur dan berakhir ¾ bata. Modul BGN.GAR.002.A 50

d. Tes Formatif. Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan tampak depan di kertas HVS dengan ikatan Tegak. Modul BGN.GAR.002.A 51

e. Kunci Jawaban. f. Tugas. Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan : Isometri gambar tersebut. Modul BGN.GAR.002.A 52

g. Lembar Kerja. 1) Alat Meja gambar 1 unit. Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh. Rapido 0,1, 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh. Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh. Jangka 1 set. Silet. 2) Bahan Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar. Tinta rapido warna hitam. Karet penghapus pensil-tinta 1 bh. Isolasi kertas. Modul BGN.GAR.002.A 53

3) Keselamatan Kerja Pergunakan peralatan sesuai fungsinya. Penerangan ruangan harus cukup. Kerjakan dengan hati-hati. 4) Langkah Kerja Menyiapkan segala peralatan dan bahan. Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar. Tahap pertama membuat sumbu x = 30º, sumbu y = 30º dan sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri. Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1. Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya. Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai. Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan keterangan yang diperlukan. Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama. Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan kotoran yang menempel. Modul BGN.GAR.002.A 54

5) Kunci Hasil Kerja. Modul BGN.GAR.002.A 55

Kegiatan Belajar 3: Menggambar Potongan Dinding Dari Bata/Batako Pada Gambar Potongan Bagunan a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: - Menggambar isometri ikatan silang. a. Uraian Materi 2.5. Menggambar Isometri Ikatan Silang Cara lain untuk menyusun tembok ialah dengan nama ikatan silang atau hubungan silang. Ada lain di suatu daerah yang menamakan hubungan palang. Nama ini karena pada tampak sisi muka bata yang disusun merupakan bentuk silang-silang, atau palang-palang. Ikatan silang untuk tebal lapisan 1 bata atau lebih, yang terdiri dari 4 macam lapisan. Siar lintang pada lapisan bujur dari lapisan pertama dan lapisan ketiga yang terletak di atasnya menggeser ½ bata. Pada lapisan ke dua merupakan lapisan kepala dan sama dengan lapisan ke empat, begitu seterusnya. Dengan ketentuan seperti diatas maka menyusunnya sebagai berikut: a. Lapisan pertama terdiri dari lapisan bujur, diawali dan diakhiri ¾ bata. b. Lapisan kedua menjadi lapisan kepala. c. Lapisan ketiga menjadi lapisan bujur diawali dengan ¾ bata ditambah 1 kepala, selanjutnya bujur. d. Lapisan ke empat merupakan lapisan kepala seperti pada lapisan kedua. Dengan demikian akan tampak pada sisi muka bata yang telah disusun bergeser ¼ bata dan ¾ bata pada gigi menjatuh. Pada hubungan silang juga berlaku pada panjang tembok yang dinyatakan dengan Modul BGN.GAR.002.A 56

banyaknya kepala (k), dengan demikian pada suatu panjang tembok akan terjadi jumlah k yang genap dan gasal. GB. 2.6.1. Modul BGN.GAR.002.A 57

GB. 2.6.1. Pada tembok dengan jumlah k genap pada lapisan bujur diawali dengan ¾ bata + k kemudian bujur dan berakhir ¾ bata. Untuk lapisan bujur berikutnya yang menjadi lapisan ketiga merupakan kebalikan dari susunan diatas, sehingga setelah diawali ¾ bata lalu utuh lapisan bujur dan sebelum berakhir ¾ bata ditambah 1 k. Untuk lapisan kepala tidak terdapat kesukaran dalam menyusunnya, karena sepanjang tembok merupakan kepala-kepala yang menjadi lapisan 2, lapisan 4 dan seterusnya. Pada tembok dengan jumlah k gasal, pada lapisan pertama jika merupakan lapisan bujur maka setelah diawali ¾ bata kemudian bujur dan berakhir ¾ bata. Untuk lapisan bujur berikutnya setelah diawali ¾ bata ditambah 1 k, sedang di tengah merupakan bata-bata utuh. GB. 2.6.2. Modul BGN.GAR.002.A 58

Modul BGN.GAR.002.A 59

GB. 2.6.3. Selanjutnya pada sudut tembok, pertemuan akan terlihat cara menyusun, GB. 2.6.4. Modul BGN.GAR.002.A 60

GB. 2.6.4. Modul BGN.GAR.002.A 61

GB. 2.6.5. c. Rangkuman. Ikatan Silang, terdiri dari: a. Lapisan pertama terdiri dari lapisan bujur, diawali dan diakhiri ¾ bata. b. Lapisan kedua menjadi lapisan kepala. c. Lapisan ketiga menjadi lapisan bujur diawali dengan ¾ bata ditambah 1 kepala, selanjutnya bujur. d. Lapisan ke empat merupakan lapisan kepala seperti pada lapisan kedua. d. Tes Formatif. Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan tampak depan di kertas HVS dengan ikatan Silang. Modul BGN.GAR.002.A 62

Modul BGN.GAR.002.A 63

e. Kunci Jawaban. Modul BGN.GAR.002.A 64

f. Tugas. Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan : Isometri gambar tersebut. Modul BGN.GAR.002.A 65

g. Lembar Kerja 1) Alat Meja gambar 1 unit. Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh. Rapido 0,1, 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh. Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh. Jangka 1 set. Silet. 2) Bahan Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar. Tinta rapido warna hitam. Karet penghapus pensil-tinta 1 bh. Isolasi kertas. Modul BGN.GAR.002.A 66

3) Keselamatan Kerja Pergunakan peralatan sesuai fungsinya. Penerangan ruangan harus cukup. Kerjakan dengan hati-hati. 4) Langkah Kerja Menyiapkan segala peralatan dan bahan. Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar. Tahap pertama membuat sumbu x = 30º, sumbu y = 30º dan sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri. Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1. Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya. Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai. Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan keterangan yang diperlukan. Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama. Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan kotoran yang menempel. Modul BGN.GAR.002.A 67

5) Kunci Hasil Kerja Modul BGN.GAR.002.A 68

Kegiatan Belajar 4: Menggambar Akrosonometri ikatan Bata/Batako pada Dinding Setengah Batu, Dinding Roliag dan Balok Latai a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: - Menggambar isometri Ikatan Vlaams. b. Uraian Materi 2.6. Ikatan Vlaams. Cara lain untuk menyusun bata dengan bentuk yang disebut hubungan vlam atau ikatan vlam. Bata yang disusun seolah-olah gabungan dari lapisan bujur dan lapisan kepala. Tebal lapisan untuk ikatan vlam ialah 1 bata atau lebih. Untuk sudut dan pertemuan tembok digunakan bata panjang ¼ k lebar lebih kurang. GB. 2.7.1. Modul BGN.GAR.002.A 69

GB. 2.7. 1 Modul BGN.GAR.002.A 70

Ikatan vlam terdiri dari dua macam lapisan denga tebal lapisan 1 bata atau lebih. Pada potongan siku terdapat beberapa macam cara menyusun bata dalam ikatan vlam. GB. 2.7.2 GB. 2.7.2 Modul BGN.GAR.002.A 71

4) Rangkuman. Ikatan vlaams adalah : bata yang disusun seolah-olah gabungan dari lapisan bujur dan lapisan kepala. d. Tes Formatif. Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan tampak depan di kertas HVS dengan ikatan vlaams. Modul BGN.GAR.002.A 72

e. Kunci Jawaban. f. Tugas Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan: Isometri gambar tersebut. Modul BGN.GAR.002.A 73

g. Lembar Kerja 1) Alat Meja gambar 1 unit. Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh. Rapido 0,1, 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh. Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh. Jangka 1 set. Silet. 2) Bahan Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar. Tinta rapido warna hitam. Karet penghapus pensil-tinta 1 bh. Isolasi kertas. Modul BGN.GAR.002.A 74

3) Keselamatan Kerja Pergunakan peralatan sesuai fungsinya. Penerangan ruangan harus cukup. Kerjakan dengan hati-hati. 4) Langkah Kerja Menyiapkan segala peralatan dan bahan. Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar. Tahap pertama membuat sumbu x = 30º, sumbu y = 30º dan sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri. Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1. Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya. Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai. Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan keterangan yang diperlukan. Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama. Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan kotoran yang menempel. Modul BGN.GAR.002.A 75

5) Kunci Hasil Kerja Modul BGN.GAR.002.A 76

Kegiatan Belajar 5: Menggambar Aksonometri Ikatan Bata a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat: - Menggambar isometri Ikatan Rantai b. Uraian Materi 2.7. Ikatan Rantai. Hubungan rantai sebelumnya serupa dengam tembok dengan ikatan vlam. Pada hubungan rantai lebih sederhana cara menyusunnya, terutama pada sudut siku tidak lagi mempergunakan bata yang kecil seperti ½ bata atau ¼ bata dan sebagainya. Hubungan rantai juga untuk tembok dengan tebal lapisan 1 bata atau lebih. Pada pokoknya hubungan rantai juga terdiri dari 2 macam lapisan. Pada lapisan satu maupun bujur yang diseling dengan lapis kepala. Sebagai contoh pada gambar berikut. GB. 2.8.1. & GB. 2.8.2. Modul BGN.GAR.002.A 77

GB. 2.8.1. Modul BGN.GAR.002.A 78

GB. 2.8.2. c. Rangkuman. Ikatan Rantai rantai terdiri dari 2 macam lapisan, pada lapisan satu maupun bujur yang diseling dengan lapis kepala. d. Tes Formatif. Dari sketsa gambar lapis 1 dan lapis 2 berikut, gambar lapis 1, lapis 2, dan tampak depan di kertas HVS dengan ikatan rantai. Modul BGN.GAR.002.A 79

Modul BGN.GAR.002.A 80

e. Kunci Jawaban. f. Tugas Dari sketsa gambar lapis1 dan lapis 2 berikut, gambarkan: Isometri gambar tersebut. Modul BGN.GAR.002.A 81

g. Lembar Kerja. 1) Alat Meja gambar 1 unit. Pensil mekanik 0,5 HB 1 bh. Rapido 0,1, 0,3 dan 0,5 masing-masing 1bh. Sablon huruf 3 mm, 5 mm, 10 mm masing-masing 1 bh. Jangka 1 set. Silet. 2) Bahan Kertas kalkir ukuran A3, 80 gr, 1 lembar. Tinta rapido warna hitam. Karet penghapus pensil-tinta 1 bh. Isolasi kertas. 3) Keselamatan Kerja Pergunakan peralatan sesuai fungsinya. Penerangan ruangan harus cukup. Kerjakan dengan hati-hati. 4) Langkah Kerja Menyiapkan segala peralatan dan bahan. Kertas kalkir A3 yang telah ditempel di meja gambar. Tahap pertama membuat sumbu x = 30º, sumbu y = 30º dan sumbu z = 90º sebagai pertolongan dalam menggambar isometri. Menggambar lapis 1 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Menggambar lapis 2 dari soal tersebut di atas searah sumbu x, sumbu y dan sumbu z. Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 1. Menggambar lapis 3 sama dengan lapis 2, dan setrusnya. Modul BGN.GAR.002.A 82

Lengkapilah dimensi bata dengan sablon yang sesuai. Lengkapilah juga dengan simbol-simbol dan keterangan keterangan yang diperlukan. Buatlah garis tepi dan lengkapilah dengan kolom nama. Bersihkan lembar gambar dari coretan pensil yang tidak terpakai dan kotoran yang menempel. 5) Kunci Hasil Kerja Modul BGN.GAR.002.A 83

BAB. III EVALUASI A. Tes Tertulis 1. Jika ukuran tebal bata = 5 cm, Berapa ukuran lebar dan panjang bata tersebut! 2. Mortel untuk pasangan tembok kamar mandi, tempat cuci dan sebagainya harus rapat air dengan campuran mortel...sedangkan untuk dinding bagian bawah malai dari lantai hingga setinggi 0.20 m dibuat cementroom (trasram) dengan mortel rapat air... 3. Lebar siar untuk pasangan biasa adalah... dan siar pada pelengkung adalah... 4. Berapa tinggi pasangan setiap hari yang diperbolehkan? 5. Jika ukuran bata adalah tebal = 5 cm, lebar = 11 cm, panjang = 23 cm, dan tebal siar = 1 cm, berapa bata potongan ¾ bata, ½ bata dan ¼ bata? 6. Apa yang dimaksud dengan kekuatan tembok? 7. Kekuatan tembok deperoleh dari... 8. Sebutkan syarat-syarat siar! 9. Sebutkan kelemahan perkuatan tembok dengan pilar bata! 10. Sebutkan syarat-syarat ikatan berdiri! 11. Susunan ikatan silang menurut ketentuan ada 4 macam lapisan. Sebutkan susunan ikatan silang tersebut! Modul BGN.GAR.002.A 84

B. Tes Praktek 1. Gambarkan tampak depan lapisan pasangan dari gambar di bawah dengan skala 1 : 50. 2. Gambarkan detail dari masing-masing lapisan tersebut dengan skala 1 : 5. Keterangan: - Ukuran batu batang yang digunakan: Tebal batu bata = 5 cm Lebar batu bata = 11 cm Panjang batu bata = 23 cm - Siar pasangan = 1 cm - Digunakan ikatan silang Modul BGN.GAR.002.A 85

Modul BGN.GAR.002.A 86

KUNCI JAWABAN A. Tes Tertulis 1. Lebar bata = ( 2 x 5 ) + siar 1 cm = 11 cm Panjang bata = ( 2 x lebar ) + siar 1 cm = ( 2 x 11 ) + 1 = 23 cm 2. Mortel untuk kamar mandi, tempat cuci campuran mortel = 1pc : 3 ps Mortel untuk trasram = 1 pc : 2 ps 3. Lebar siar pada pasangan biasa adalah = 0.8 1.2 cm. Lebar siar untuk pelengkung adalah = 2.00 cm. 4. Setiap hari tinggi pasangan tidak boleh lebih dari 1.2 m. 5. Bata potongan : ¾ bata = (¾ x 23) - (¼ x 1) = 17 cm ½ bata = (½ x 23) - (½ x 1) = 11 cm ¼ bata = (¼ x 23) (¾ x 1) = 5 cm 6. Yang dimaksud dengan kekuatan tembok disini adalah kemampuan berdirinya tembok dengan ada muatan di atasnya tetap tegak dan kokoh serta mantap (stabil). 7. Kekuatan tembok diperoleh dari: 1. Cara menyusun bata dengan aturan yang telah ditentukan. 2. Adukan yang dipakai untuk melekatkan antara bata yang satu dengan yang lain yang akan mengeras menjadi sekeras seperti bata yang disusun. 3. Plesteran (lepa) yang menutup susunan batanya. 8. Syarat-syarat siar (isian): 1. Siar datar dengan ukuran sebesar 1 1.5 cm. 2. Siar lintang tidak boleh segaris dari lapisan atas dan lapisan bawahnya. 3. Siar tegak juga tidak boleh terdapat segaris dari atas ke bawah. 9. Kelemahan perkuatan tembok dengan pilar bata: a. Bidang tembok tidak merupakan bidang yang rata. Modul BGN.GAR.002.A 87

b. Mengurang luas ruangan apabila pilar dibuat pada bagian dalam dan pada tembok dalam. c. Dipandang mata tidak menyenangkan karena adanya bidang-bidang yang menonjol. d. Kurang dapat dipertanggungjawabkan kekuatannya sebagai tembok dukung. 10. Syarat-syarat tembok ikatan berdiri: a. Pada siar lintang dan tegak tidak boleh terdapat siar segaris dari atas ke bawah. b. Siar lintang pada gigi menjatuh membentuk tangga bergeser ¾ bata dan ¼ bata dari lapisan bawah dan atasnya. 11. Susunan ikatan silang: Lapisan pertama terdiri dari lapisan bujur, diawali dan diakhiri ¾ bata. Lapisan kedua menjadi lapisan kepala. Lapisan ketiga menjadi lapisan bujur diawali dengan ¾ bata ditambah 1 kepala, selanjutnya bujur. Lapisan ke empat merupakan lapisan kepala seperti pada lapisan kedua. Modul BGN.GAR.002.A 88

B. Tes Praktek. Modul BGN.GAR.002.A 89

B. Lembar Penilaian Tes Praktek Nama Peserta : No. Induk : Program Keahlian : Nama Jenis Pekerjaan : No. Aspek Penilaian PEDOMAN PENILAIAN Skor Maks. Skor Perolehan Keterangan 1 2 3 4 5 I. Persiapan dan mengakhiri pekerjaan. 1.1. Kelengkapan alat dan bahan. 1.2. Kesiapan alat dan bahan. 1.3. Membereskan gambar, alat, tempat. II. 3 2 2 Sub total 7 Membuat tata letak. 2.1. Tata letak gambar. 3 Sub total 3 III. Proses (Sistematika & Cara Kerja) 3.1. Urutan kerja penggambaran. 3.2. Kecepatan penggambaran. 3.3. Kebenaraan penggunaan peralatan. IV. Kualitas Produk Kerja 4.1. Kebenaran skala. 4.2. Kelengkapan penggambaran, simbol. 4.3. Kebenaran ukuran / dimensi. 4.4. Kebenaran konstruksi. 4.5. Kelengkapan pemberian keterangan. V. Sikap/Etos Kerja 5.1. Tanggung jawab. 5.2. Ketelitian. 5.3. Inisiatif. 5.4. Kemandirian. 5 5 5 Sub total 15 5 10 10 30 10 Sub total 65 Sub total 10 Total 100 2 3 3 2 Modul BGN.GAR.002.A 90

KRITERIA PENILAIAN No. Aspek Penilaian Kriteria Penilaian I. Persiapan dan mengakhiri pekerjaan. 1.1. Kelengkapan alat dan bahan. 1.2. Kesiapan alat dan bahan. 1.3. Membereskan gambar. Alat dan bahan disiapkan sesuai kebutuhan Alat dan bahan disiapkan tidak sesuai kualitas. Alat dan bahan disiapkan siap untuk bekerja. Peralatan, hasil dan tempat kerja dibersihkan dan ditata rapi kembali. II. Membuat tata letak 2.1. Tata letak gambar. Tata letak gambar teratur sesuai dengan ukuran kertas, tidak ada bidang kosong. Tata letak gambar tidak teratur, ada III. Proses (Sistematika & Cara Kerja) 3.1. Urutan kerja penggambaran. bidang kosong. Sesuai urutan penggambaran. Setiap gambar diselesaikan secara tuntas. 3.2. Kecepatan penggambaran Gambar diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia. IV. 3.3.Kebenaraan penggunaan peralatan. Kualitas Produk Kerja 4.1. Kebenaran skala. 4.2. Kelengkapan penggambaran, simbol. Peralatan digunakan sesuai dengan fungsinya. Peralatan digunakan sesuai dengan kemampuannya. Penentuan skala sesuai. Kebenaran skala pada gambar. Penerapan simbol sesuai. Kelengkapan simbol pada gambar. 4.3. Kebenaran ukuran / dimensi. Kelengkapan dimensi. Modul BGN.GAR.002.A 91

Kebenaran dimensi. 4.4. Kebenaran konstruksi. 4.5. Kelengkapan pemberian keterangan. V. Sikap/Etos Kerja 5.1. Tanggung jawab. 5.2. Ketelitian. 5.3. Inisiatif. 5.4. Kemandirian. Kebenaran konstruksi. Kebenaran dimensi konstruksi. Kelengkapan keterangan. Kebenaran keterangan. Mengerjakan dengan sungguh- sungguh sesuai ilmu pengetahuan. Pekerjaannya telah diperhitungkan secara teliti. Banyak ide. Memiliki inisiatif bekerja. Bekerja tanpa banyak diperintah Bekerja tanpa perlu diawasi. Modul BGN.GAR.002.A 92

BAB. IV PENUTUP Setelah menyelesaikan modul ini, maka Anda berhak untuk mengikuti tes praktik untuk menguji kompetensi yang telah dipelajari. Dan apabila Anda dinyatakan memenuhi syarat kelulusan dari hasil evalusi dalam modul ini, maka Anda berhak untuk melanjutkan ke topik/modul berikutnya. Mintalah pada pengajar/instruktur untuk melakukan uji kompetensi dengan sistem penilaiannya dilakukan langsung dari pihak dunia industri atau asosiasi profesi yang berkompeten apabila Anda telah menyelesaikan suatu kompetensi tertentu. Atau apabila Anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil yang berupa nilai dari instruktur atau berupa porto folio dapat dijadikan sebagai bahan verifikasi bagi pihak industri atau asosiasi profesi. Kemudian selanjutnya hasil tersebut dapat dijadikan sebagai penentu standard pemenuhan kompetensi tertentu dan bila memenuhi syarat Anda berhak mendapatkan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh dunia industri atau asosiasi profesi. Modul BGN.GAR.002.A 93

DAFTAR PUSTAKA Takeshi Sato, N Sugiarto. 1986. Menggambar Mesin Menurut Standar ISO. Jakarta: PT Pradnya Paramita, Yohannes suparyono, 1981. Konstruksi Perspektif. Yogyakarta: Penerbit Kanisius...., Ringkasan Ilmu Bangunan Gedung bagian A Jakarta: Penerbit: Erlangga. Modul BGN.GAR.002.A 94