Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

dokumen-dokumen yang mirip
Berbagi Pengalaman, Maju Bersama Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

Berbagi Pengalaman, Maju Bersama Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

Berbagi Pengalaman, Maju Bersama Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

Best Practices Anggota APKASI 2003

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PENGELOLAAN KOMPOS DI TPA BOJONEGORO

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

NOTULENSI KOORDINASI DAN PENDATAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BELAWAN NO SUMBER INFORMASI HASIL KOORDINASI

l. PENDAHULUAN Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

DESAIN MESIN KOMPOSTER SKALA INDUSTRI KECIL

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi

LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dokumentasi Best Practises Pendidikan (Tentang Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan yang Baik dalam Pengelolaan Pendidikan)

V ANALISIS HASIL STUDI AHP

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN KOMPOSTER SEDERHANA

PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SAMPAH PASAR MENJADI KOMPOS

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan, penegakan sanksi, serta menyediakan sarana dan prasarana.

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMANFAATAN KULIT SINGKONG MENJADI PAVING BLOCK SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TIMBULAN SAMPAH

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

PROFIL KABUPATEN / KOTA

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan I.1. Umum. I.2. Latar Belakang.

BAB IV POTENSI DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG PENGELOLAAN SAMPAH DI METROPOLITAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bahan-bahan : 1) Bahan-bahan organik 2) Mikro Organisme Lokal (MOL) 3) Larutan gula merah / gula pasir 4) Dedak / bekatul

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

Dokumentasi Best Practises Pendidikan (Tentang Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan yang Baik dalam Pengelolaan Pendidikan)

APLIKASI DAN UJI KINERJA DISKSAW CHOPPER UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang.

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

PROFIL KABUPATEN / KOTA

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA COW S URINE PUMP POMPA PEMERCEPAT PENGOLAHAN URINE SAPI MENJADI PUPUK CAIR

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Transkripsi:

Best Practice : Pengelolaan Sampah Organik Kota Tangerang Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD) Jl. Tebet Barat Dalam III A no 02 Jakarta 12810, Indonesia Phone: +62-21-83794469 Fax: +62-21-83791270 E-mail: resourcenter@yipd.or.id Clearinghouse YIPD - 1

Pengelolaan Sampah Organik Kota Tangerang Kota Tangerang Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang memiliki pertumbuhan yang pesat. Karena posisinya itu, Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di Ibu Kota Negara. Di sisi lain, Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah yang memiliki sumber daya alam yang produktif Gambaran singkat Kota Tangerang Letak geografis : 6 6-6 LS dan 106 36-106 42 BT Luas wilayah Batas Wilayah : : 164,31 km² Utara Kabupaten Tangerang Timur DKI Jakarta Selatan Kabupaten Tangerang Barat Kabupaten Tangerang Jumlah Penduduk: 1.416.842 (2002) Jumlah kecamatan: 13 Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan bandara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang. Keberadaan bandara internasional membuka peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Tangerang. Penduduk Kota Tangerang Menurut Jenis Kelamin pada Tahun 1998 2002 Tahun Laki-laki Perempuan Total 1998 594.103 629.819 1.223.922 1999 631.843 635.704 1.267.547 2000 653.566 658.180 1.311.746 2001 674.731 679.495 1.354.226 2002 707.007 709.835 1.416.842 Latar Belakang Volume sampah Kota Tangerang saat ini mencapai 3.138 m 3 per hari, terdiri dari 2.763 m 3 sampah domestik dan 375 m 3 sampah nondomestik. Produksi sampah ini memiliki kecenderungan terus meningkat, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan aktivitas masyarakat. Menghadapi kenyataan tersebut, Pemerintah Kota Tangerang dihadapkan pada kendala keterbatasan lahan tempat pembuangan akhir (TPA). Kota Tangerang hanya memiliki satu TPA, yaitu TPA Rawa Kucing seluas 8 hektar. Oleh karena itu, salah satu upaya Pemerintah Kota Tangerang dalam mengatasi masalah sampah adalah berinisiatif untuk memperpanjang usia pakai TPA Rawa Kucing. 1. Situasi Sebelum Inisiatif Clearinghouse YIPD - 2

Sampah organik yang dibuang ke TPA Rawa Kucing tak diolah menjadi kompas, sehingga turut mempersingkat usia pakai TPA Rawa Kucing. Pemerintah Kota Tangerang belum memiliki peralatan untuk mempercepat proses pembuatan kompos. Proses pembuatan kompos secara alami membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 3-6 bulan. 2. Inisiatif Salah satu alternatif penanggulangan sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang adalah mengolah sampah organik menjadi pupuk (kompos dan pupuk cair) agar tidak menumpuk di TPA Rawa Kucing. Tujuan utamanya adalah untuk memperpanjang usia pakai TPA. Untuk mendukung tujuan tersebut, Pemerintah Kota Tangerang bekerja sama dengan salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM (bernama Koperi) mengembangkan peralatan dan metode yang mampu mempercepat proses pembuatan kompos. 3. Strategi Yang Diterapkan Pengembangan Teknologi Upaya pengolahan sampah di Kota Tangerang merupakan suatu proses pembelajaran yang mulai dirintis tahun 1999 di TPA Rawa Kucing. Pada saat itu Pemerintah Kota Tangerang bekerja sama dengan salah satu LSM melakukan upaya rekayasa peralatan dan metode pengolahan sampah organik. Kegiatan pengembangan teknologi menghasilkan alat dan metode pengolahan sampah organik yang inovatif. Sampah organik dihaluskan dengan menggunakan mesin pengolah sampah yang dapat mencacah sampah menjadi faksi-faksi dengan ukuran tertentu sesuai keinginan (sekitar 5-10 mm). Sampah yang sudah dicacah halus ini kemudian difermentasi dengan cara mencampurnya dengan dedak, bioaktifator sejenis mikro organisme, dan gula merah. Dengan memanfaatkan teknologi bio-inokulasi ini maka proses ferementasi dapat berlangsung lebih cepat (hanya 7-14 hari) dibandingkan dengan proses pengomposan secara alami, sehinga produktivitas relatif lebih tinggi. Kapasitas producksi awal mencapai 10 m 3 /hari. Optimalisasi Peralatan dan Diversifikasi Produk Kapasitas produksi yang hanya 10 m 3 /hari masih sangat kecil bila dibandingkan dengan produksi sampah di Kota Tangerang, sehingga upaya pengembangan peralatan pengolahan sampah diarahkan pada penambahan kapasitas produksi. Mulai pertengahan tahun 2002, Pemerintah Kota Tangerang berupaya menambah kapasitas produksi dengan mengembangkan bangunan dan peralatan pengolahan sampah organik di TPA Rawa Kucing. Bangunan dan peralatan yang berhasil dikembangkan ini mulai dioperasikan pada awal tahun 2003. Secara garis besar, proses pengembangan teknologi dan metode pengolahan sampah organik di Kota Tangerang adalah sebagai berikut: - Tahap 1: Mengoptimalkan penggunaan mesin-mesin yang sudah ada di TPA Rawa Kucing sehingga kapasitas pengolahannya dapat ditingkatkan secara bertahap dari 10 m 3 /hari menjadi 30 m 3 /hari, sejak Juli 2002. Termasuk dalam tahap ini adalah rehabilitasi mesin-mesin yang sudah ada untuk mendukung peningkatan kapasitas produksi. - Tahap 2: Peningkatan kapasitas pengolahan secara bertahap sampai mencapai 150 m 3 /hari. Mulai dilakukan awal tahun 2003, pelaksanaan tahap ini didukung oleh pengadaan mesin Clearinghouse YIPD - 3

pengolah sampah dengan kapasitas besar dan pembangunan hanggar/bangunan pengolahan sampah di TPA Rawa Kucing yang dilaksanakan melalui Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Tahun 2002. - Tahap 3: Diversifikasi produk pengolahan sampah organik (seperti pembuatan pupuk cair), sejalan dengan pengembangan kapasitas produksi kompos. Pemilahan Sampah Saat ini sampah yang diolah menjadi sampah organik baru ditujukan pada sampah pasar. Sampah beberapa pasar seperti Pasar Cikokol, Ciledug, dan Pasar Tanah Tinggi dipilah di lokasi pasar masing-masing oleh petugas kebersihan pasar dan para pedagang. Sampah-sampah pasar ini kemudian diangkut ke TPA Rawa Kucing dengan 4-6 truk per harinya. Pemasaran OZER-RK adalah merek dagang dari produk-produk hasil olahan Unit Pengolahan Sampah Organik (UPSO) TPA Rawa Kucing yang diproduksi oleh Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Tangerang. Semua hasil produk secara rutin diuji coba secara klinis pada Laboratorium Uji Tanah Institut Pertanian Bogor (IPB). OZER-RK dipasarkan oleh UPSO-TPA Rawa Kucing ke para toko-tokopertanian di sekitar Jabodetabek hingga ke luar Jawa. Pada tahun 2002, UPSO-TPA menerima pesanan dari daerah pertanian di Sumatera Utara. 4. Hasil Yang Dicapai Melalui proses pengomposan, sampah organik dapat direduksi sampai dengan 90 dari volume awalnya sehingga dapat menghemat penggunaan lahan TPA. Proses pengolahan sampah organik menjadi kompos dan pupuk cair memberi nilai ekonomi pada sampah organik tersebut. Harga jual sekarung kompos seberat 20 kg bernilai sekitar Rp 10.000, sedangkan harga jual pupuk cair mencapai Rp 25,000 per liter. Namun, sayangnya UPSO-TPA Rawa Kucing masih menghadapi masalah pemasaran produk-produk sampah organik tersebut. Melalui pengembangan yang terus-menerus, kini kapasitas mesin pengolah sampah mencapai 100-150 m 3 /hari. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar TPA. Saat ini, UPSO- TPA Rawa Kucing mempekerjakan 18 orang. Kedelapan belas orang tersebut direktrut dari masyarakat sekitar TPA. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas anggaran daerah, karena dengan memperpanjang usia pakai TPA maka pengadaan TPA baru setidaktidaknya dapat ditunda. 5. Pelajaran Yang Dapat Diambil Usia pakai TPA dapat diperpanjang melalui kegiatan pengolahan sampah organik menjadi produk yang bernilai ekonomi, seperti pupuk kompos dan pupuk cair. Sebab melalui proses pengomposan, sampah organik dapat direduksi sampai dengan 90% dari volume awalnya. Sampah yang selama ini menjadi permasalahan bagi kota-kota di Indonesia memiliki potensi ekonomi yang dapa tdimanfaatkan menjadi salah satu pendapatan bagi epemerintah daerah. Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang tepat guna, serta melibatkan stakeholder kota lainnya. Clearinghouse YIPD - 4

6. Keberlanjutan Seiring dengan pengembangan kapasitas produksi kompos dan peningkatan kemampuan pemasaran untuk menjual hasil produksi (kompos), maka Pemerintah Kota Tangerang telah mengeluarkan investasi yang cukup bear, yaitu Rp 1 miliar yang digunakan untuk pengadaan bangunan dan alat pengolah sampah organik. Diharapkan kegiatan pengolahan sampah organik ini nantinya dapat menghasilkan pendapatan daerah dan dapat membiayai dirinya sendiri (self financing) yang akan menjamin keberlanjutan program. Keberlanjutan program pengolahan sampah organik di Kota Tangerang terbentur pada beberapa kendala, antara lain: Aspek Kelembagaan Bentuk kelembagaan yang cocok bagi UPSO-TPA Rawa Kucing masih perlu dirumuskan kembali, apakah akan berdiri secara independen atau tetap bergabung dalam dinas teknis. Sebab, hal tersebut sangat terkait dengan masalah wewenang, tanggung jawab, mekanisme pembiayaan dan sumber pendanaan. Sampai saat ini, unit pengelolaan sampah organik TPA Rawa Kucing masih merupakan salah satu komponen dari Sub Dinas Kebersihan yang berada dalam kewenangan Dinas Pekerjaan Umum. Unit ini dipimpin oleh seorang kepala unit yang dibantu oleh beberapa pelaksana bagian. Aspek Pembiayaan Sampai saat ini, investasi dan biaya operasional pengolahan sampah masih bersumber dari kegiatan rutin Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD). Pengembangan kapasitas produksi kompos sangat tergantung dari ketersediaan dana APBD, sementara hasil penjualan kompos belum dapat diharapkan menjadi sumber pembiayaan kegiatan pengembangan, pemeliharaan dan perawatan. Aspek Pemasaran Dengan kapasitas produksi yang ada, penyerapan hasil produksi yang dilakukan baru sebagas pada pemenuhan kebutuhan sendiri (uji coba) dan kebutuhan instansi terkait di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang. Pengembangan kemampuan pemasaran harus terus dilakukan agar nantinya kompos dapat menjadi sumber pendapatan bagi Pemerintah Kota Tangerang. 7. Kemampuan Untuk Ditransfer Hampir setiap kota menghadapi masalah penganggulangan sampah. Oleh karena itu, inisiatif Kota Tangerang untuk memperpanjang usia TPA Rawa Kucing sangat mungkin untuk diterapkan pada kota-kota yang juga mengalami masalah serupa. Tahun 2003 lalu, Apeksi menyelenggarakan pelatihan best practice bagi pemerintah kota yang salah satu agendanya berkunjung ke TPA Rawa Kucing. Clearinghouse YIPD - 5

DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN LEACHATE ORGANIK MENJADI PUPUK CAIR SAMPAH Pencacahan dengan Mesin Pengolah Sampah Proses Fermentasi (7-14 hari) Proses Pengeringan (1-14 hari) Bak Fermentasi Bak Pengumpul Leachate Pengendapan Aerasi Proses lanjutan sampai menjadi pupuk cair siap pakai KOMPOS Alamat Kontak PEMERINTAH KOTA DENPASAR Ir. Engkan Lengkana, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Widi Hastuti, Kasi Pembinaan dan Pendataan Dinas Pekerjaan Umum Alamat : Jl. K.S. Tubun No. 96 Tangerang Telepon : 62 21 553 4067 Fax : 62 21 5577 1508 APEKSI Ngayadi Sumono Alamat : Wisma Dharma Niaga Lt. 3 Jalan Abdul Muis No. 6-10, Jakarta Pusat 10160 Telepon : 62 21 344 8201 Fax : 62 21 344 8183 email : ngayadi@apeksi.or.id Clearinghouse YIPD - 6