BAB 1 PENDAHULUAN. global dan merupakan penyebab kecacatan yang paling banyak. Penderita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN TINDAKAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN STROKE DIRUANG ASTER RSUD dr.

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit stroke. Menurut Muttaqin (2008), stroke merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

STUDI DISKRIPTIF PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PENDERITA STROKE DI RSUD KAJEN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius dan masalah ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

ABSTRACT. Oleh : FAHRUN NUR ROSYID S.Kep Ns M.Kes STAF PENGAJAR PADA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut, termasuk pada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke dalam bahasa inggris berarti pukulan. Ada

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis. lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) adalah penyakit neurogenik yang menyebabkan gangguan fungsi otak baik fokal maupun global dan merupakan penyebab kecacatan yang paling banyak. Penderita dapat mengalami berbagai masalah diantaranya gangguan kesadaran, gangguan mobilitas fisik, gangguan menelan dan gangguan perawatan diri (Syaiful Islam, 2009). Gangguan kesadaran akan menyebabkan ketidakmampuan penderita untuk mempertahankan patensi jalan napas, pemasangan alat-alat artificial airway (jalan napas buatan), oro-pharyngeal airway (mayo) sangat dibutuhkan ataupun nasogastric tube pada penderita yang mengalami gangguan menelan makanan sehingga ludah jarang mengalami pergantian hal ini merupakan sarana mikroorganisme, menyebabkan peningkatan simulasi sekresi mucus, menghambat fungsi fisiologis saluran napas bagian atas seperti menghangatkan, melembabkan dan filtrasi. Begitu pula mekanisme proteksi antara lain mengeluarkan sekret, gerakan mukosilia, kemampuan batuk efektif akan terganggu atau menurun (Barbara, 1989). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syaify (2006) menyatakan bahwa oral hygiene perlu dilakukan pada kondisi penyakit stroke, karena pada pasien stroke dapat mengalami gangguan perawatan diri oral hygiene menyebabkan bakteri yang ada pada mulut meningkat 2 10 kali lipat sehingga peluang terjadinya bakteriemia juga 1

2 lebih besar, menjadi sangat jelas bahwa gigi dan rongga mulut dapat menjadi tempat asal bagi desiminasi mikroorganisme penyebab penyakit kebagian tubuh lain. Selama ini pasien stroke yang ada di Rumah sakit kurang mendapatkan perhatian tentang oral hygiene sehingga oral hygiene merupakan tindakan yang mutlak dilakukan oleh perawat (Wolf, 1992).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agus (2009) DI RSUD Labuang Baji tindakan tersebut belum dilakukan dengan optimal, sehingga peran perawat sebagai pemberi pelayanan dan pendidik belum terlaksana dengan baik, hal ini kemungkinan karena pengetahuan dan sikap yang kurang baik. Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang stroke. Dalam skala global, berdasarkan data Word Health Organisation (WHO) stroke diseluruh dunia tahun 2002 diperkirakan 5,5 juta orang meninggal akibat stroke dan diperkirakan tahun 2020 penyakit jantung dan stroke menjadi penyebab utama kematian di dunia. Awalnya stroke cenderung menyerang usia di atas 40 tahun, namun kini stroke juga telah menyerang orang dengan usia yang lebih muda. Data stroke yang dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa penderita stroke di Indonesia jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun (Jurnal Stroke, 2010). Berdasarkan penelitian Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 di 33 provinsi dan 440 kabupaten di Indonesia diperoleh hasil bahwa penyakit stroke merupakan pembunuh utama di kalangan penduduk perkotaan (Riskesdas, 2007). Angka kejadian stroke tertinggi ditemukan di Nangroe Aceh Darusalam (16,6 per 1000 penduduk) dan terendah di Papua (3,8 per

3 1000 penduduk). Data tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia, jumlah rata-rata dalam setiap 1000 penduduk, terdapat 8 orang yang menderita stroke. Hal ini merupakan angka yang cukup besar dan mengkhawatirkan (Widyanto dan Tribowo, 2013). Tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke dan 15% kasus terjadi pada usia muda dan produktif. Prevalensi stroke di Kabupaten Jember menduduki peringkat ke-10 dari 38 Kabupaten di Jawa Timur dengan prevalensi 0,9 % (Dinkes Jember, 2007). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember pada tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah kasus stroke di Jember mencapai 972 kasus dengan peringkat ke- 6 adalah Kecamatan Tanggul dengan jumlah kasus 48 penderita dengan prevalensi 0,13 % (Dinkes Jember, 2011). Berdasarkan data rekam medis RSUD Dr. Hardjono Ponorogo jumlah kasus stroke Januari-Desember 2012 sebanyak 814 kasus dan pada tahun 2013 sebanyak 988 kasus dan pada tahun 2014 pada bulan Januari-Juli jumlah penderita stroke sebanyak 701 kasus. (Data Rekam Medis RSUD Dr. Harjono Ponorogo 2014). Tanda utama stroke atau cerebrovascular accident (CVA) adalah munculnya secara mendadak satu atau lebih defisit neurologik fokal. Defisit tersebut mungkin mengalami perbaikan dengan cepat, mengalami perburukan progresif, atau menetap. Gejala umum berupa mual atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh; gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata,bingung mendadak, tersandung selagi berjalan, pusing bergoyang, hilangnya keseimbangan atau koordinasi, dan nyeri kepala

4 mendadak tanpa kausa yang jelas. Dari tanda-tanda stroke atau cerebrovaskular accident (CVA) tersebut masih banyak pasien CVA yang mengalami gangguan oral hygiene (Price dan Wilson, 2006). Oral Hygiene dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting, beberapa masalah mulut dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kesadaran menjaga oral hygiene sangat perlu dan merupakan obat pencegah terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling manjur (Perry dan Potter, 2005). Gangguan menelan makanan lewat mulut dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya peradangan selaput lendir mulut (Stevens, 1999). Pada penderita yang mengalami gangguan menelan makanan diberikan melalui selang, sehingga ludah jarang mengalami pergantian yang memudahkan terbentuknya koloni mikroflora oral komensal, apabila dibiarkan keadaan tersebut dapat mendorong terjadinya infeksi rongga mulut (Tasota. 1998).Oral hygiene merupakan salah satu tindakan yang diperlukan untuk menjaga agar mulut terhindar dari infeksi, membersihkan dan menyegarkan mulut (Clark, 1993). Juga berdasarkan pengalaman pribadi banyak orang, menurut Wolf (1994), tidak ada obat pencuci mulut, penyegar nafas, salep atau pasta yang dapat menggantikan usaha membersihkan rongga mulut secara menyeluruh dan sistematis. Pada penderita tersebut juga disertai defisit neurologis dari yang ringan sampai yang berat termasuk gangguan pemenuhan kebutuhan diri (Activity Daily Living). Berdasarkan fakta diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Penerapan tindakan oral hygiene pada pasien stroke, Untuk

5 mengoptimalkan pelaksanaan oral hygiene tersebut perlu diberlakukan prosedur tetap pelaksanaan oral hygiene, menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pelaksanaan oral hygiene, penyegaran tentang oral hygiene dan penyajian kasus secara rutin untuk mengetahui berbagai kekurangan dalam pemberian asuhan keperawatan. sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tanpa mengabaikan hal-hal sederhana dalam memberikan asuhan keperawatan. Sehingga peran perawat sebagai pemberi pelayanan dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga penderita untuk perawatan penderita sepulang dari rumah sakit. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan Bagaimana penerapan tindakan perawat dalam pelaksanaan oral Hygiene pada pasien stroke di ruang Aster RSUD dr. Harjono Ponorogo 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui penerapan tindakan perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke di ruang Aster RSUD dr. Harjono Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis 1. Bagi Iptek Dapat dijadikan sebagai data dasar dalam pengembangan penelitian selanjutnya tentang bagaimana penerapan tindakan perawat dalam pelaksanaan oral hygiene.

6 2. Bagi Profesi Sebagai bahan sumber data untuk penelitian berikutnya khususnya yang berkaitan dengan profesi keperawatan yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 3. Bagi Institusi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Penelitian diharapkan bermanfaat dan untuk Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo sebagai hasil dari pelaksana riset keperawatan serta dapat dijadikan salah satu sumber dari mahasiswa dan dosen tentang penerapan tindakan perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke. 1.4.2 Manfaat Praktis Bagi Rumah Sakit Sebagai pemasukan bagi rumah sakit guna pelaksanaan yang efektif dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke yang dirawat di ruang Aster RSUD dr. Hardjono Ponorogo. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Sulistianingrum, Mila (2009), meneliti tentang Gambaran pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke Di RSUD Massenrempulu Kabupaten Enrekang. Penelitian ini mengunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode observasional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan Accidental Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner observasi check list, dianalisa dengan menggunakan program SPSS 16. Hasil analisa

7 menunjukkan Sebagian besar tindakan perawat dalam memberikan oral hygiene sudah dilakukan secara tepat didukung dengan adanya data sebesar 60,0%, dan Sebagian besar pasien memiliki gigi dan mulut yang bersih, pernyataan ini didukung dengan adanya data sebesar 60,0%. Dapat disimpulkan bahwa tindakan perawat dalam memberikan oral hygiene sudah dilakukan secara tepat dan Sebagian besar pasien memiliki gigi dan mulut yang bersih, kesamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan desian deskriptif dan menggunakan kuesioner observasi chek list. 2. Nur rosyid, fahrun (2009), meneliti tentang berhubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke di RSI Darus Syifa Surabaya. Design penelitian menggunakan design Cross Sectional. Populasi responden adalah sebagian perawat yang bekerja di ruang interna, kelas II dan Vip RSI Darus Syifa Surabaya yang memberikan perawatan langsung kepada pasien. Sampling yang digunakan adalah Purposive sampling berjumlah 29 responden yang masuk dalam kriteria inklusi. Variabel independenya adalah pengetahuan perawat dalam pelaksaan oral hygiene pada pasien stroke. Variabel dependennya adalah sikap perawat dalam pelaksanaan oral hygiene. Data dikumpulkan menggunakan quesioner menggunakan Uji Rank Spearmans dengan tingkat kemaknaan ρhasil > ρtabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap perawat dalam pelaksanaan oral hygine ada hubungan ρhitung (0,7734) > ρtabeln

8 pengetahuan perawat ada hubungan dengan sikapnya dalam melaksanakan oral hygiene pada penderita stroke. 3. Nosi, Hasnah (2013), meneliti tentang Hubungan pengetahuan dan sikap dengan peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada penderita stroke di Ruang Perawatan RSUD Labuang Baji Makassar. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Hasil penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi, dengan tehnik pengambilan sampel total sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 30 orang. Dari hasil penelitian diperoleh ada hubungan antara pengetahuan (p= 0,045) dan sikap (p= 0,035) dengan peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada penderita stroke. Dari hasil penelitian diperoleh ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada penderit stroke. Saran peneliti yaitu perlu ditingkatkan lagi pengetahuan yang dimiliki perawat melalui pendidikan berkelanjutan, media informasi dan lain lain dan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Labuang Baji Makassar dapat mempertahankan sikap yang positif, kesamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling.