BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, terutama ditingkat sekolah dasar (SD).

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

BAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. lebih maju dan lebih kompetitif baik dalam segi kognitif (pengetahuan), afektif

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran metamatika telah diperkenalkan sejak siswa menginjak kelas I. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran guru

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pendidikan. Menurut Sutawijaya bahwa matematika mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelajaran matematika dimata siswa kelas I MI Ittihadil Ikhwan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

I. PENDAHULUAN. Koballa dan Chiappetta (2010: 105), mendefinisikan IPA sebagai a way of

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 diberlakukan untuk meningkatkan mutu serta hasil pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa

BAGAIMANA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PAUD?

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mengembangkan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DI KELAS X MAN 3 BANDA ACEH. Suhartati Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjadi (dalam Heruman 1 ), hakikat Matematika adalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

Keterampilan proses sains menurut Rustaman (2003, hlm. 94), terdiri dari : melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah. mempunyai peran yang sangat penting, yaitu untuk

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. Salah satu yang ditekankan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan keilmuan (scientific

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

BAB I PENDAHULUAN. (tigabelas) tahun. Menurut Piaget sebagaimana dikutip Heruman lebih lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang tergolong ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB II Kajian Pustaka

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

2 matematika itu lebih mudah dipelajari dan lebih menarik (Soviawati, 2011:84). Pemberian materi pembelajaran kepada siswa, pertama harus melihat dan

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan orang yang akan melakukan pembelajaran. Belajar bukan hanya. sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia indonesia yang memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB II. Tinjauan Pustaka. perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar mata pelajaran matematika di MI adalah kurangnya pengetahuan bagi

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

PENGGUNAAN MEDIA TABEL BERPOLA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM KONSEP PENGUKURAN SATUAN LUAS BAKU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya bagi perkembangan

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran matematika sudah menjadi pembelajaran yang paling penting bila dibandingkan mata pelajaran lain. Selain diujikan dalam ujian nasional sebagai salah satu pedoman penentuan kelulusan, pembelajaran matematika secara tidak langsung sangat diutamakan hasilnya diberbagai tingkat pendidikan, terutama ditingkat sekolah dasar (SD). Matematika, menurut Ruseffendi, adalah bahasa simbol; ilmu deduktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefenisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil (Heruman 2010:1). Pendapat di atas menjelaskan bahwa matematika merupakan ilmu pasti, karena dalam menghitung secara detail dan benar membutuhkan pemikiran yang pasti pula. Sehingga dalam pembelajaran matematika, siswa perlu mengetahui proses dalam mengerjakannya, agarsiswa mudah dalam memahami dan mengerjakan persoalan matematika. Sedangkan hakikat matematika, menurut Soedjadi, yaitu memiliki objek tujuan abstrak bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif (Heruman 2010:1). Jadi, pembelajaran matematika bersifat abstrak, dimana tujuannya agar siswa mampu dalam menghitung dengan menggunakan rumus matematika. Siswa sekolah dasar (SD) berumur berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (dalam Heruman 2010:1), mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

2 kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Usia perkembangan kognitif siswa SD masih terikat dengan objek yang konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Sedangkan objek dasar yang dipelajari dalam matematika adalah abstrak. Keabstrakan dalam pembelajaran matematika dapat diwujudkan dengan yang lebih konkret agar siswa mudah memahami pelajaran. Pembelajaran matematika pada fase konkret, melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak. Tahapan konkret kegiatan yang dilakukan anak adalah untuk mendapatkan pengalaman langsung. Tahap semi konkret sudah tidak perlu memanipulasi konkret, tetapi melalui gambaran dari objek yang dimaksud. Kegiatan yang dilakukan anak pada tahap semi abstrak melihat benda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak. Sedangkan pada tahap abstrak anak sudah mampu berpikir tanpa kaitan dengan objek-objek konkret. Menurut teori Bruner dalam Aisyah, dalam Ula (2012:25) menyatakan anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan mental, yaitu: (1) Tahap enaktif, pada tahap ini dalam belajar anak menggunakan atau memanipulasi objek-objek konkret secara langsung. (2) Tahap ikonik, pada tahap ini kegiatan anak didik mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari objek-objek konkret. (3) Tahap simbolik, tahap ini merupakan tahap memanipulasi simbolsimbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan objek-objek. Aktifitas pendekatan scientific pada pembelajaran matematika yang terlihat yaitu kegiatan mengamati, mencoba, dan menalar. Masih belum terlihat aktifitas pendekatan scientific yang lain seperti menanya dan mengkomunikasikan.

3 Berdasarkan hasil observasi sejak tanggal 21 sampai dengan 25 April 2015 di kelas IV SDN Bedalisodo 03 Wagir menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah. Rendahnya aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV pada pembelajaran Matematika yang terlihat yaitu di awal pembelajaran guru menjelaskan materi dan meminta siswa untuk memperhatikan, banyak siswa yang tidak berani mengajukan pertanyaan, cara berpikir siswa masih terpacu pada buku paket dan apa yang sudah dijelaskan oleh guru, guru belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari pengetahuan sendiri dengan melakukan kegiatan mencoba, dan di akhir pembelajaran belum nampak kegiatan mempresentasikan hasil pekerjaan baik individu ataupun kelompok. Selama proses pembelajaran, guru dalam menyampaikan materi sudah menggunakan berbagai metode diantaranya yaitu, ceramah, tanya jawab dan penugasan. Namun, terlihat selama proses pembelajaran guru lebih aktif dibandingkan siswanya dan proses pembelajaran tersebut masih berpusat pada guru. Sehingga berbagai metode pembelajaran yang telah dilakukan guru mempengaruhi hasil belajar siswa yang belum optimal. Marlenawati (2014:4) menjelaskan, Banyak para ahli yang menyakini bahwa melalui pandekatan saintifik atau ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkontruksi pengetahuan dan keterampilan, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian, Penjelasan tersebut memperkuat bahwa pendekatan scientific bisa dijadikan metode untuk mengajarkan siswa untuk menemukan fakta-fakta yang

4 konkret dari beberapa aktifitas belajar yang ada. Penguatan proses pembelajaran matematika melalui pendekatan saintifik, mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mengeksplorasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan atau mempresentasikan (Triana, 2014). Kegiatan mengamati dalam pembelajaran hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan mencoba adalah kegiatan seperti melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian,/aktivitas, dan wawancara dengan nara sumber. Sedangkan Kegiatan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. (Permendikbud Nomor 81A/2013) Terdapat hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fatchurrozi (2015) menyimpulkan penerapan pendekatan saintifik di SMPN 11 Malang pada kelas VII-G aspek mengamati telah mendapat kriteria sangat baik. Aspek menanya pada hari pertama telah mendapat kriteria sangat baik, tetapi hari kedua

5 cukup baik. Aspek menalar mendapat kriteria sangat baik, aspek mencoba mendapat kriteria baik dan aspek membuat jejaring mendapat kriteria sangat baik. Pada aktivitas guru, kegiatan pendahuluan, inti dan penutup telah mencapai kriteria sangat baik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan pendekatan scientific dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Selain itu juga dapat memperbaiki aktivitas guru dalam mengajar di kelas. Maka dari itu peneliti perlu melakukan penelitian tindakan kelas mengenai PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC SISWA KELAS IV SDN BEDALISODO 03 WAGIR. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan pendekatan scientific untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas IV SDN Bedalisodo 03 Wagir? 2. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas IV di SDN Bedalisodo 03 Wagir? 1.3 Tujuan 1. Mendeskripsikan penerapan pendekatan scientific untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas IV SDN Bedalisodo 03 Wagir.

6 2. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas IV di SDN Bedalisodo 03 Wagir. 1.4 Hipotesis Tindakan Penerapan pendekatan scientific dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SDN Bedalisodo 03 Wagir Malang. 1.5 Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu: 1. Secara Teoristis Penelitian ini bermanfaat untuk peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan scientific. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan proses pembelajaran yang lebih bermakna dengan melibatkan siswa untuk melakukan aktivitas, sehingga akan menghasilkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif. 2. Secara Praktis a. Bagi siswa Siswa bisa mencari pengetahuan sendiri dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang didapat. b. Bagi guru Bisa dijadikan bekal untuk menerapkan pendekatan scientific nanti apabila sudah mulai diterapkan kembali kurikulum 2013.

7 c. Bagi sekolah Membantu sekolah dalam memberikan mutu pendidikan yang lebih baik. d. Bagi penelitian lanjut Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas IV SDN Bedalisodo 03 Wagir Malang dengan jumlah 20 siswa. 2. Penelitian ini menekankan penerapan pendekatan scientific dengan langkah pembelajarannya meliputi 5M, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. 3. Aspek yang diteliti adalah aktivitas belajar siswa meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan selama proses pembelajaran matematika. 1.7 Definisi Istilah dan Definisi Operasional 1. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. (Permendikbud Nomor 81A/2013) 2. Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang

8 diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). (Permendikbud Nomor 81A/2013) 3. Kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. (Permendikbud Nomor 81A/2013) 4. Kegiatan mencoba adalah kegiatan seperti melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian,/aktivitas, dan wawancara dengan nara sumber. (Permendikbud Nomor 81A/2013) 5. Kegiatan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. (Permendikbud Nomor 81A/2013) 6. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud terintegrasi pada keterampilan proses sains dan metode ilmiah yang meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran (Sudarwan, dalam Qomariyah, 2014). 7. Pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan (Heruman, 2010:4). 8. Aktivitas belajar adalah merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. (Dimyati dan Mudjiono dalam Isnaini, 2012)