Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DAN KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI DI PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTAMADYA SURAKARTA. Artikel Publikasi Ilmiah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

Keanekaragaman Burung di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan Jawa Tengah

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

5-048 KOMUNITAS BURUNG DI PESISIR KABUPATEN KULON PROGO. ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN JENIS AVIFAUNA DI CAGAR ALAM KELING II/III KABUPATEN JEPARA JAWA TENGAH

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Burung di Kawasan Mangrove Center Tuban. Diversity and Abundance of Bird in Mangrove Center Tuban

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu)

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

Keanekaragaman Jenis Burung pada Areal Tambak Intensif di Sumatera Selatan dan Lampung

III. METODE PENELITIAN

EKOLOGI. KOMUNITAS bag. 2 TEMA 5. Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember

BAB III METODE PENELITIAN

Keanekaan jenis burung di Taman Kota Bandung, Jawa Barat

IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DI DESA SUNGAI DERAS KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE HABITAT BESERTA GANGGUANNYA DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

BAB IV METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA PERKEBUNAN KOPI DI KECAMATAN BENER KELIPAH KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

Nama Daerah Nama Inggris Nama Ilmiah. 2 Bentet * Long Tailed Shrike Lanius schach - Tidak Umum 3 Bondol Dada Sisik/petingan ***

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Yuni Wibowo Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

9-075 KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN MANGROVE GILI SULAT LOMBOK TIMUR. Diversity of Birds Species in Mangrove Area Gili Sulat East Lombok

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI AREA KEBUN BUAH, TAMAN BUAH MEKARSARI ISMI NURFAIZAH

KEBERADAAN JENIS BURUNG PADA LIMA STASIUN PENGAMATAN DI SEPANJANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG, DEPOK-JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

Jenis-Jenis Burung Air Di Hutan Mangrove Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

Transkripsi:

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 5, Agustus 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 1045-1049 DOI: 10.13057/psnmbi/m010514 Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang Diversity of birds in the neighborhood Indonesia Power Generating Unit (UP IP) Tambak Lorok, Semarang DYNA OKTIANA, WEDI ANTONO PT. Indonesia Power UP Semarang. Jl. Ronggowarsito Komplek Pelabuhan Tanjung Mas, Jawa Tengah. Tel. +62-24-3518371, email: dyna.oktiana@indonesiapower.co.id; wedi.antono@indonesiapower.co.id Manuskrip diterima: 28 April 2015. Revisi disetujui: 28 Mei 2015. Oktiana D, Antono W. 2015. Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1: 1045-1049. Burung merupakan salah dari komponen ekosistem yang mempunyai interaksi dan saling tergantung dengan lingkungan, sehingga keberadaan burung dalam ekosistem perlu dipertahankan. Tujuan penelitian adalah mengetahui keanekaragaman jenis burung di lingkungan sekitar pembangkit Indonesia Power (IP) Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah. Pengamatan dilakukan dengan survei dan observasi (sensus) di wilayah IP Tambak Lorok. Variabel pengamatan, yaitu: jumlah jenis dan jumlah individu burung yang teramati. Pengamatan dilakukan pada tahun 2013 dan 2014. Pada tahun 2013, teramati 23 jenis burung dengan nilai Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener sebesar 2,713, sedangkan pada tahun 2014 teramati 28 jenis burung dengan nilai Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener sebesar 2,652. Telah terjadi peningkatan jenis burung yang hadir atau ditemukan di sekitar pembangkit IP dari 23 jenis menjadi 28 jenis, namun untuk nilai Indeks Keanekaragaman burung sedikit menurun seiring penurunan nilai Indeks Kemerataannya, di antaranya karena kehadiran burung walet linchi ( Collocalia linchi) yang cukup banyak dan dominan ditahun 2014 sedangkan ditahun 2013 tidak ditemukan. Diperlukan perhatian dan kerjasama yang lebih nyata sehingga sebagai suatu lingkungan industri lingkungan pembangkit Indonesia Power (IP) Tambak Lorok Semarang cukup nyaman dan sesuai sebagai habitat untuk fauna termasuk burung-burung yang terdapat di sekitar kawasan. Kata kunci: Collocalia linchi, Indonesia Power, keanekaragaman, pembangkit, Walet Linchi Oktiana D, Antono W. 2015. Diversity of birds in the neighborhood Indonesia Power Generating Unit (UP IP) Tambak Lorok, Semarang. Pros Sem Nas Biodiv Indon 1: 1045-1049. Birds are one of the components of ecosystem that have interaction and interdependence with the environment, so the existence of birds in the ecosystem needs to be maintained. The objective of this research was to determine the diversity of bird species in the environment around Indonesia Tambak Lorok power plant, Semarang, Central Java. Investigation was made through survey and observation (census) in the area of Indonesia Tambak Lorok power plant. Two variables, namely: the number of species and the number of individual birds were monitored. Observation was conducted in 2013 and 2014. In 2013, 23 species of birds having Shannon Wiener Diversity Index value of 2.713 were observed, while in 2014, 28 species of birds with Shannon Wiener Diversity Index value 2.652 were observed. There has been increased of bird species within 1 year in the environment around Indonesia tambak lorok power plant, from 23 types to 28 types, However the bird diversity index value has been decreased slightly due to the decline of Evenness index value. It is happened because the presence of swallow Linchi (Collocalia linchi) was good enough and dominant in the year of 2014, whereas in 2013 was not found. Attention and cooperation are required to make Indonesia Power Tambak Lorok plant environment more tangible, so that this power plant becomes a comfortable and ecofriendly habitat for fauna including birds which are found around the area. Keywords: Collocalia linchi, Indonesia Power, diversity, power plant PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan potensi sumberdaya alam yang sangat melimpah. Luas daratan Indonesia 1,32% dari seluruh luas daratan dunia yang merupakan habitat bagi 10% jenis tumbuhan berbunga, 12 % binatang menyusui, 15% serangga, 16% reptilia dan amphibia, 17% burung, serta 25% ikan yang ada di dunia (BAPPENAS, 1993). Daratan Indonesia 59% berupa hutan hujan tropis yang setara dengan 10% luas hutan dunia. Hutan hujan tropis Indonesia diperuntukkan hutan lindung seluas 100 juta hektar dan kawasan konservasi seluas 18,7 hektar Indonesia seperti yang dijelaskan Prawiladilaga et al. (2002) memiliki sekitar 1.539 jenis burung dan 488 jenis menghuni Pulau Jawa dan Pulau Bali. Burung adalah salah satu komponen dalam ekosistem dimana kehadirannya memiliki arti penting bagi kelangsungan siklus kehidupan. Burung berperan penting dalam membantu regenerasi hutan secara alami seperti penyebar biji, penyerbuk bunga dan pengontrol serangga

1046 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (5): 1045-1049, Agustus 2015 hama. Arumsari (1989) menyatakan bur ung ialah bagian dari komponen ekosistem yang mempunyai interaksi dan saling tergantung dengan lingkungan, sehingga keberadaan burung dalam ekosistem perlu dipertahankan. Diperlukan perhatian dan peran serta yang aktif segenap pihak sehingga kondisi ini tetap terjaga dan berkelanjutan. PT. Indonesia Power (IP) adalah anak perusahaan PT. PLN Persero yang bergerak dibidang pembangkitan dengan salah satu unitnya adalah PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan (PT. IP UP) Semarang Tambak lorok yang berlokasi di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas. Terdiri dari 2 jenis pembangkit yaitu PLTU dan PLTGU dengan kapasitas 1333,9 MW. PLTU beroperasi sejak tahun 1976 sedangkan PLTGU sejak tahun 1994. Sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan yang dikelolanya, IP juga berkomitmen untuk melestarikan keanekaragaman hayati di lingkungan pembangkit maupun di sekitarnya. Oleh karena itu perusahaan menetapkan area konservsi di dalam maupaun diluar unit pembangkit. Dalam upayaupaya untuk pelestarian ini dilakukan memonitoring dan mengembangkan status keanekaragaman hayati serta pelaksanaan program-program untuk peningkatanya. Dalam kegiatan monitoringnya bekerja sama dengan pihak eksternal dilakukan berkala setiap 6 bulan sekali dengan fokus terhadap flora dan fauna darat dan air. Dengan monitoring rutin ini bisa dilihat status indeks keanekaragaman hayati untuk flora dan fauna darat dan air meningkat selain itu dengan monitoring juga akan dapat dilakukan evaluasi untuk peningkatan program berkelanjutan. Salah satu kegiatan monitoring yang disajikan dalam makalah ini adalah hasil monitoring burung yang dilakukan tahun 2013 dan 2014, sehingga tujuan penelitian ini menyampaikan keanekaragaman burung yang berhasil ditemukan di lingkungan pembangkit IP Tambak Lorok Semarang pada periode monitoring tahun 2013 dan 2014. BAHAN DAN METODE Area kajian Pada penelitian ini, area pengamatan burung dilakukan di sekitar pembangkit IP dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1. Cara kerja dan analisis data Dasar pertimbangan penentuan lokasi pengambilan sampel hayati adalah pada daerah yang akan terkena aktifitas proyek langsung maupun tidak langsung. Lokasi penelitian burung dilakukan sesuai dengan penyebaran flora. Stasiun pengamatan burung ditentukan secara purposive, yaitu dengan melihat sebaran pengelompokan lahan untuk penghijauan. Pengamatan dengan metode sensus, yaitu mencatat jumlah dan jenis burung yang ditemukan di stasiun yang telah ditentukan. Adapun stasiun pengamatan flora dan fauna darat ditunjukkan pada Gambar 2: Stasiun 1 = Sekitar Gedung Administrasi (30 m x 5 m) Stasiun 2 = Halaman depan (150m x 15 m) Stasiun 3 = Kolam (175 m 2 ) Stasiun 4 = Sekitar kantor pegawai (2m x 20 m) Stasiun 5 = Parkir belakang (30 m x 12 m) Stasiun 6 = Area dekat pembangkit Stasiun 7 = Sekitar Lapangan (200 m x 200 m) Gambar 1. Lokasi Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang

OKTIANA & ANTONO Keanekaragaman burung di UP IP Tambak Lorok, Semarang 1047 2 3 4 5 7 1 6 Stasiun 1 = Sekitar Gedung Administrasi Stasiun 2 = Halaman Depan Stasiun 3 = Kolam Stasiun 4 = Sekitar Kantor Pegawai Stasiun 5 = Parkir Belakang Stasiun 6 = Sekitar Pembangkit Stasiun 7 = Sekitar Lapangan Gambar 2. Lokasi stasiun pengamatan burung di sekitar Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang Pengamatan burung menggunakan teropong (binokuler), kamera, handycam, roll meter, dan GPS. Identifikasi jenis burung dilakukan dengan menggunakan buku panduan lapangan ( field guide) burung-burung di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali (Mackinn on, 1993; Mackinnon et al. 2000). Data diamati tahun 2013 (Juni dan Desember) serta 2014 (Mei dan Oktober). Data dianalisis secara deskriptif dan analisis kuantitatif menggunakan indeks dominansi Simpson (D), indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H ) dan in deks pemerataan (E). Program PAST ( PAleontological Statistics) Version 3.06-2015 digunakan dalam membantu penghitungan nilai indeks. Penghitungan ketiga indeks tersebut adalah sebagai berikut: Indeks Dominansi (D) suatu jenis dihitung dengan rumus: D = Indeks dominansi-simpson; Ni = Jumlah individu jenis ke-i; N = Jumlah total individu; s = jumlah jenis Indeks dominansi-simpson ini bernilai antara 0 1 dengan kriteria sebagai berikut: D = 0 berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi stabil D = 1 berarti terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi labil karena terjadi tekanan ekologis Indeks keanekaragaman menggunakan rumus Shannon- Wiener (H ) dengan rumus: H = Indeks Shannon-Wiener; ni = Jumlah individu masing-masing jenis; N = Jumlah total individu semua jenis Tingkat keanekaragaman ditentukan berdasarkan nilai indeks keanekaragaman jenis (H ) dengan kriteria Barbour et al., (1987) sebagai berikut: Tinggi jika H > 3; Sedang jika 2 < H < 3, dan Rendah jika 0 < H < 2 Indeks pemerataan (E) dengan rumus: H E = --------- log s E = Indeks kemerataan jenis- Pielou; H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener; s = Jumlah jenis Nilai indeks kemerataan jenis ini berkisar antara 0-1 dengan deskripsi kondisi sebagai berikut: E = 0, kemerataan spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda E = 1, kemerataan spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama

1048 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (5): 1045-1049, Agustus 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan pengamatan dan identifikasi burung didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1. Nama spesies dan jumlah individu spesies burung yang ditemukan di sekitar pembangkit IP Nama lokal Nama spesies Jumlah Individu tahun 2013 2014 Alap-alap sapi Falco moluccensis 4 4 Blekok Ardeola speciosa 5 5 Bondol haji Lonchura maja 16 20 Bondol rawa Lonchura malacca 40 46 Bondol peking Lonchura punctulata 14 17 Burung gereja Passer montanus 40 45 Cekakak sungai Todirhamphus chloris 2 5 Cinenen biasa Orthotomus sutorius 9 10 Cinenen kelabu Orthotomus sepium 15 17 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 65 84 Derkuku Streptopilia chinensis 63 73 Emprit Lonchura leucogastra 17 20 Jantingan Nectarinia jugularis 5 7 Jantingan merah Aethopyga siparaja 7 8 Kekep babi Artamus leucorhynchus 7 8 Kuntul kerbau Bubulcus ibis 7 11 Layang-layang batu Hirundo tahitica 9 14 Parkit Psitaculla sp 7 5 Pentet Lanius schah 0 55 Perkutut Geopilia striata 11 9 Prenjak coklat Prinia polychroa 15 8 Tengkek biru Halcyon chloris 5 6 Tengkek kecil Alcedo caerulescens 5 16 Terucuk Pycnonotus goaivier 14 18 Walet linchi Collocalia linchi 0 188 Cabai jawa Dicaeum trochilium 0 8 Bangau bluwok Mycteria cinerea 0 1 Lovebird Agapornis sp. 0 2 Tabel 2. Nilai indeks berdasarkan jumlah jenis dan jumlah individu burung yang ditemukan di sekitar pembangkit IP Nilai Tahun 2013 2014 Jumlah Spesies 23 28 Jumlah Individu 382 710 Indeks Dominansi Simpson 0.9083 0.8854 Indeks Shannon-Wiener 2.713 2.652 Indeks Kemerataan-Pielou 0.6556 0.5066 Pembahasan Hasil pengamatan di 7 titik pengamatan habitat sekitar pembangkit IP telah ditemukan 23 jenis burung dengan 382 individu (2013) dan 28 jenis burung dengan 710 individu (2014). Kekayan jenis burung maupun jumlah individu yang ditemukan di tahun 2014 lebih tinggi dibandingkan tahun 2013. Kekayaan jenis burung di suatu kawasan menurut Soendjoto dan Gunawan (2003), dipengaruhi oleh lima faktor yaitu lingkungan fisik, faktor sejarah, keragaman struktur habitat, keragaman bunga dan tipe pakan. Hal ini didukung oleh kondisi yang semakin rindang di lingkungan IP yang telah mengadakan program penghijauan dengan tanaman sawo kecik (Manilkara kauki), cemara udang (Casuarina equisetifalia) dan mangrove ( Sonneratia alba) sejak tahun 2012 sampai sekarang, sehingga menciptakan suasana yang nyaman bagi burung-burung untuk singgah. Kondisi ini sesuai pendapat Hadinoto dkk. (2012) yang menyatakan bahwa kehadiran jenis burung disebabkan oleh bervariasinya jenis tumbuhan, kenyamanan dan habitat pendukung. Selanjutnya faktor keamanan dari berbagai gangguan, struktur dan komposisi jenis vegetasi dan luas lokasi dapat mempengaruhi jumlah jenis burung pada suatu kawasan. Beberapa jenis burung yang umum dan banyak dijumpai pada musim kemarau (Juni 2013 dan Mei 2014) serta pada musim penghujan (Desember 2013 dan Oktober 2014), jenis burung yang dijumpai pada ekosistem lahan di sekitar IP relatif sama. Beberapa jenis burung yang umum dan banyak dijumpai adalah Burung Gereja (Passer montanus), Derkuku ( Streptopelia chinensis), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), dan Prenjak ( Prinia familiaris). Jenis burung yang dijumpai cukup banyak adalah Cinenen biasa (Orthotomus sutorius), Cinenen kelabu ( Orthotomus sepium), Emprit (Lonchura leucogastra), Emprit dada sisik (Lonchura punctulata), Jantingan ( Nectarinia jugularis), Pentet (Lanius schah), Sriti (Hirundo tahitica) dan Terucuk (Pycnonotus goaivier). Adapun jenis burung yang dijumpai tidak banyak adalah Blekok ( Ardeola speciosa), Emprit haji ( Lonchura maja), Jantingan merah ( Aethopyga siparaja), Kokokan laut ( Nycticorax nycticorax), Kuntul (Ardea cinerea), Perkutut ( Geopilia striata), Sribombok (Amaurornis phoenicurus), Tengkek biru (Halcyon chloris) dan Tengkek kecil (Alcedo caerulescens). Berdasarkan indeks keanekaragamannya, maka komunitas burung yang ditemukan 2013 yang termasuk kriteria sedang dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 2.713. Sementara nilai indeks dominansi Simpsonnya 0.9083 menunjukkan ada beberapa jenis yang kehadirannya lebih menonjol, yaitu Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Derkuku ( Streptopilia chinensis) dibanding jenis yang lain. Hal ini didukung oleh indeks kemerataan sebesar 0.6556 yang menunjukkan kemerataan spesies kriteria sedang yang artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem secara ekologis tidak berada dalam kondisi yang labil. Sedangkan pada tahun 2014 nilai indeks keanekaragamannya sedikit menurun yaitu 2.652, namun jumlah spesies yang ditemukan mengalami kenaikan menjadi 28 jenis dengan jumlah individu dua kali lipat daripada di tahun 2013. Sementara nilai indeks dominansi Simpson-nya 0.8854 ditandai oleh kehadiran Walet linchi (Collocalia linchi) yang muncul dan mendominasi dimana sebelumnya tidak ditemukan di tahun 2013, serta beberapa jenis yang kehadirannya juga masih lebih menonjol, yaitu cucak kutilang ( Pycnonotus aurigaster), derkuku (Streptopilia chinensis) dan pentet ( Lanius schah) dibanding jenis-jenis yang lain. Demikian juga indeks

OKTIANA & ANTONO Keanekaragaman burung di UP IP Tambak Lorok, Semarang 1049 kemerataan juga sedikit menurun dengan nilai 0.5066 yang menunjukkan bahwa ekosistem secara ekologis berada dalam kondisi lebih labil. Alikodra (1990) menjelaskan bahwa pergerakan burung berhubungan erat dengan sifat individu dan kondisi lingkungan seperti ketersediaan makanan, fasilitas untuk berkembang biak, pemangsaan kondisi cuaca, sumber air dan adanya perusakan lingkungan. Hal ini sesuai pendapat Gonzales (1993) yang menyatakan bahwa keanekaragaman dan tingkat kualitas habitat secara umum di suatu lokasi akan semakin majemuk habitatnya maka cenderung semakin tinggi keanekaan jenis burungnya. Keadaan ini disatu sisi menguntungkan karena kekayaan jenis burung bertambah sehingga akan semakin beranekaragam burung yang nyaman untuk singgah dan harapannya berkembangbiak di lingkungan pembangkit IP. Hal ini juga berarti bahwa program konservasi sumber daya hayati yang diterapkan IP sejauh ini berjalan dengan baik dan memberi nilai positif bagi kelangsungan lingkungan dan sumber daya hayati di dalamnya. Namun disisi lain perlu usaha peningkatan yang signifikan sehingga jenis-jenis yang hadir cukup banyak dengan individunya yang juga bertambah sehingga nilai indeks dominasi semakin menurun dan nilai indeks kemerataanya semakin tinggi. Kondisi yang demikian sangat ideal karena indeks keanekagaman semakin tinggi didukung oleh kemampuan lingkungan untuk menyediakan sumber-sumber yang dibutuhkan jenis-jenis burung untuk berkembangbiak sehingga jumlah jenis maupun individunya juga semakin meningkat. Diperlukan segenap perhatian dan kerjasama yang lebih nyata baik internal maupun eksternal sehingga sebagai suatu lingkungan industri lingkungan pembangkit Indonesia Power (IP) Tambak Lorok Semarang menjadi lebih nyaman dan bersahabat sebagai habitat untuk fauna termasuk burung-burung yang terdapat di sekitar kawasan. Dengan demikian pembangunan yang berwawasan lingkungan yang berkesinambungan tidak hanya menjadi wacana namun juga bisa diwujudkan dalam segenap aspek kehidupan. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada jajaran Pimpinan PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Semarang Tambak Lorok yang telah memberikan kesempatan dan dana penelitian dalam Program Konservasi Kehati Indonesia Power. Terima kasih juga disampaikan kepada temanteman Universitas Diponegoro Semarang yang telah mendampingi dalam monitoring dan publikasi Kehati Indonesia Power. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor. Bogor. pp.182 Arumsari R. 1989. Komunitas Burung pada Berbagai Habitat di Kampus UI Depok. [Skripsi]. Jurusan Biologi FMIPA UI, Depok. Bappenas. 1993. Strategi Nasional Pengelolaan Keanekaragaman Hayati. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Gonzalez JCT.1993. The Birds of the Philippines and Japan: An overview of migratory species. Bull Japanese Bird Banding Assoc 8 (2): 49-52. Hadinoto, Mulyadi A, Siregar YI. 2012. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Kota Pekanbrau. Jurnal. Ilmu Lingkungan. 6 (1): 25-42. MacKinnon J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press. Jogyakarta. MacKinnon J, Phillipps K, van Balen B. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. LIPI dan BirdLife IP. Bogor. ISBN 979-579-013-7. Prawiradilaga DM, Wijamukti S, Marakarmah A. 2002. Monitoring the birds community at G. Kendeng-Gunung Halimun National Park. Berita Biologi 6 (1): 57-66. Soendjoto MA, Gunawan. 2003. Keragaman burung di enam tipe habitat PT Inhutani I Labanan, Kalimantan Timur. Biodiversitas 4 (2): 103-111.