BAB I PENGANTAR. dewasa ini yaitu: kemiskinan, pengangguran, dan penciptaan lapangan kerja (Ali,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, termasuk koperasi berupa

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

ANALISIS PEMBIAYAAN MITRA USAHA DENGAN AKAD MUDHARABAH DI BMT BISMILLAH KANTOR CABANG CEPIRING

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. menopang keberlangsungan hidup sehari-hari. Bahkan dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pinjaman tergolong rumit. pembiayaan atau peminjaman yang akan dipilih. Dari teori Essael 1 dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan, seperti: produksi, distribusi, sewa-menyewa, berwirausaha

HILMAN FAJRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada fungsi sosial LAZ, Baznas, dan lembaga pengelola wakaf.

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAITUL MAAL: SOLUSI KONKRIT PENGENTASAN MASALAH KEMISKINAN INDONESIA. Oleh: Abdul Jalil Mursyid 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan berbeda. lembaga pembiayaan biasa juga disebut dengan financing

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan nonbank yang berbentuk koperasi berbasis syariah. BMT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan sebuah aspek yang sangat penting, dimana. keberadaannya digunakan untuk mengatur segala urusan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7

BAB I PENDAHULUAN. terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi sha>h{ib al ma>l

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN A. Sejarah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan syariah baik lembaga perbankan syariah, maupun lembaga

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan sektor usaha yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi Negara dimana dengan memberdayakannya secara efektif dapat menanggulangi masalah pokok dewasa ini yaitu: kemiskinan, pengangguran, dan penciptaan lapangan kerja (Ali, 2008: 5). Hal ini menurut Ali bukan hanya karena secara teoritis UMKM memiliki keunggulan tetapi di atas itu semua, UMKM memang pantas untuk diandalkan antara lain karena ketangguhan dan kelenturannya dalam merespon perubahan pasar. Secara praktek, usaha mikro dan kecil yang menjadi bagian dari UMKM merupakan kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pertumbuhan pembangunan daerah (BPS, 2012: 19). Hasil survey BPS (2012: 19-20) menunjukkan bahwa jumlah industri mikro dan kecil di Indonesia mencapai 3.218.043 usaha dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9.087.606 orang. Pendapatan usaha mikro dan kecil terbesar ada di pulau jawa yaitu sebesar 69,16 persen dari total pendapatan usaha mikro dan kecil triwulan I tahun 2012, sedangkan pendapatan usaha mikro dan kecil di luar jawa hanya sebesar 30,84 persen. Dari data yang ada dapat dilihat bagaimana kontribusi usaha mikro dan kecil dalam pembangunan di Indonesia. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala dalam rangka pemberdayaan usaha mikro dan kecil di 19

antaranya yang paling utama yaitu masalah permodalan. Dari data BPS Triwulan I 2012 menunjukkan bahwa 79,29 persen usaha mikro dan kecil mengalami kesulitan dimana 33,13 persennya mengalami kesulitan dalam permodalan. Pada umumnya 93,86 persen dari usaha mikro dan kecil tidak pernah menerima bantuan dari lembaga non koperasi. Kebanyakan alasan utama usaha mikro dan kecil tidak menerima bantuan dari koperasi maupun non koperasi adalah karena tidak tahu ada bantuan (sebesar 55,95 persen), tidak tahu prosedur (13,99 persen), dan proposal ditolak (1,45 persen). Dari data yang ada ini dapat dilihat bahwa peran lembaga keuangan dalam menyediakan dana dalam rangka pengembangan usaha mikro dan kecil masih belum bisa terlihat. Salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah BMT. BMT merupakan lembaga keuangan non bank dan lebih berorientasi pada pemberdayaan (Ridwan, 2004: 125). Lembaga ini sebenarnya merupakan lembaga swadaya masyarakat yang didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat (Rizki, 2007: 3). Dari situs berita online Tempo (November, 2012) dilaporkan bahwa asset BMT tumbuh tiap tahun. Ketua umum dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan BMT Indonesia, Joelarso, mengatakan, pertumbuhan aset BMT tersebut seiring tumbuhnya jumlah BMT di daerahdaerah. Joelarso juga menambahkan bahwa hingga akhir tahun 2012, sudah ada 3.900 BMT dengan pertumbuhan aset sebagai berikut: 20

Tabel 1. 1. Pertumbuhan Aset BMT di Indonesia, Tahun 2005-2011 Tahun Jumlah Aset (Rp Miliar) 2005 364 2006 458 2011 3600 Sumber data: Bisnis, Tempo, http://www.tempo.co/read/news/2012/11/07/089440268 Skema pembiayaan musyarakah telah banyak diterapkan di Indonesia. Meskipun demikian, dari total pembiayaan yang ada, penyaluran dana untuk pembiayaan musyarakah masih tergolong kecil. Data penyaluran dana melalui pembiayaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2. berikut ini: Tabel 1. 2. Penyaluran Dana melalui Pembiayaan, bulan Oktober 2012 Jenis akad Jumlah (Triliun) Persentase (%) Murabahah 80,95 59,71 Musyarakah 25,21 18,59 Mudharabah 11,44 8,44 Piutang Qardh 11,19 8,25 Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2013 Menurut Zahra (2010 : 2), pembiayaan dengan skema musyarakah yang diterapkan berdasar sistem kerjasama dan tolong-menolong merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh lembaga keuangan Islam dalam rangka pemberdayaan usaha mikro dan kecil melalui penguatan modal. Dalam dunia usaha / bisnis, prinsip saling tolong-menolong dalam kebaikan ini dapat diterapkan guna meningkatkan usaha / bisnis yang dijalankan salah satunya dengan kerjasama di bidang permodalan. Rasulullah saw. Pernah menyampaikan sistem kerjasama melalui kemitraan dalam sebuah hadits: عن اىب ىريرة رفعو, قال: أن اهلل تعاىل يقول: انا ثالث الشريكني, ما مل خين أحدمها صاحبو, فإن خانو خرجت من بينهما Diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam bentuk Hadits marfu, yang mengatakan bahwa Allah SWT. Berfirman: Aku adalah Orang ketiga dari dua orang yang bermitra, selama salah satu 21

dari kedua orang itu tidak mengkhianati yang lainnya. Bila salah satu berkhianat, Aku keluar dari kedua orang itu. Modal merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kegiatan usaha / bisnis. Dalam kegiatan bisnis Islami, perlu diperhatikan aspek kehalalan modal dimana salah satunya tidak boleh mengandung unsur riba. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT yaitu: ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا ات ق وا الل و و ذ ر وا م ا ب ق ي م ن اليرب ا إ ن ك ن ت م م ؤ م ن ني Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Dengan adanya kerjasama di bidang permodalan secara Islami diharapkan dapat membawa berkah yang dapat berdampak pada peningkatan usaha yang dijalankan. Terkait dengan hal ini, secara praktek, belum berubahnya iklim usaha secara umum memberi tanda bahwa kondisi perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih dari krisis. Data mengenai perubahan kondisi usaha dapat dilihat pada Tabel 1.3. berikut ini: Tabel 1. 3. Perubahan Kondisi Usaha dari Triwulan IV Tahun 2011 ke Triwulan I Tahun 2012 Perubahan Kondisi Usaha Jumlah Persentase (%) Sama Baik 39,49 Lebih baik 24,42 Lebih buruk 18,50 Sama buruk 7,17 Tidak dapat dibandingkan 10,42 Sumber data: Katalog BPS, Triwulan I Tahun 2012 Dari Tabel 1.3. dapat dilihat bahwa hanya sebesar 24,42 persen saja yang kondisi usahanya lebih baik dari triwulan sebelumnya. Sedangkan yang lainnya (kecuali yang tidak dapat dibandingkan) yaitu sebesar lebih dari 50 persen (50,09 22

persen) belum mengalami perubahan yang lebih baik. Oleh karena itu perlu adanya upaya dalam rangka mendorong usaha mikro dan kecil tersebut ke kondisi iklim usaha yang lebih baik, di antaranya yaitu dengan saluran dana dalam rangka penguatan modal usaha. Skema musyarakah dapat sekaligus menjadi wahana lembaga penyedia modal yaitu BMT dalam memaksimalkan perannya sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat serta mencapai tujuan awal dari BMT tersebut. Menurut Ridwan (2011: 127), titik tekan perumusan visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang professional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah (dalam arti luas). Dari tujuan awal ini, BMT dapat berperan sebagai mitra usaha yang sekaligus dapat menanamkan nilai-nilai Islam kepada mitra terutama dalam pengembangan usaha yang ada baik untuk mencapai keuntungan (profit) usaha, manfaat (benefit) dari usaha tersebut, serta pengalokasian dari pendapatan (keuntungan) yang telah didapat. Yogyakarta merupakan salah satu propinsi dengan potensi usaha mikro dan kecil yang besar. Dari data BPS triwulan I tahun 2012 tercatat bahwa jumlah usaha mikro dan kecil di Yogyakarta adalah sebesar 65.442 usaha (2,03 persen dari total usaha mikro dan kecil di Indonesia) yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1,91 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Dari segi pendapatan, usaha mikro dan kecil di Yogyakarta menyumbang 1,97 persen dari total pendapatan usaha mikro dan kecil di Indonesia. Sebesar 56,34 persen pendapatan per bulan usaha mikro dan kecil di Yogyakarta adalah kurang dari Rp 5.000.000,00. 23

Dari data BPS tahun 2012, didapat bahwa secara umum sebesar 76,82 persen dari total usaha mikro dan kecil mengalami kesulitan dan sisanya sebesar 23,18 persen tidak mengalami kesulitan. Jenis kesulitan utama yang dihadapi dalam proses pengembangan usaha adalah masalah pemasaran dan modal yaitu masing-masing sebesar 36,36 persen dan 28,47 persen dari total jenis kesulitan yang ada. Dari segi pemanfaatan pinjaman, sebesar 67,89 persen dari total usaha mikro dan kecil yang ada tidak memanfaatkan pinjaman dan hanya 32,11 persen dari total usaha mikro dan kecil saja yang memanfaatkan pinjaman. Sebesar 16,92 persen dari usaha mikro dan kecil yang memanfaatkan pinjaman meminjam ke Bank dan sisanya yaitu sebesar 83,08 persen meminjam ke selain bank. Alasan utama tidak / belum pernah meminjam ke bank dapat dilihat pada Tabel 1.4. berikut ini: Tabel 1. 4. Alasan Utama Usaha Mikro dan Kecil di Yogyakarta Tidak / Belum Pernah Meminjam dari Bank Alasan Utama Persentase (%) Tidak tahu prosedur 10,99 Prosedur sulit 0,62 Tidak ada agunan 14,77 Suku bunga tinggi 9,69 Usulan ditolak 0,04 Tidak berminat 63,89 Sumber data: Katalog BPS Triwulan I Tahun 2012 Salah satu lembaga keuangan mikro Islam yang berorientasi pada pemberdayaan usaha mikro dan kecil di Yogyakarta adalah Koperasi Syariah. Pertumbuhan Koperasi Syariah di Yogyakarta pada tahun 2012 cukup signifikan yaitu mengalami pertumbuhan sebesar 19 persen sehingga tercatat sebesar 32 koperasi Syariah yang ada di wilayah ini (Nurwahid, Antara News, 2013). Menurut Nurwahid, sebagian besar koperasi Syariah yang ada berbentuk Baitul 24

Maal wat Tamwiil (BMT) yaitu sebanyak 30 unit sedangkan 2 unit lainnya adalah Koperasi Syariah Serba Usaha (KSU). Meskipun demikian, menurut Nurwahid, sebagian besar dari Koperasi Syariah yang ada tersebut masih bergerak di bidang konsumtif yaitu sebesar 70 persen dan hanya sebesar 30 persen saja yang bergerak di sektor produktif. Salah satu Koperasi Syariah di Yogyakarta yang banyak bergerak di sektor produktif adalah BMT Beringharjo Yogyakarta. Sebesar 62,79 persen dari total pembiayaan BMT Beringharjo merupakan pembiayaan produktif dengan skema musyarakah (data BMT, bulan Maret tahun 2013). Lokasi BMT Beringharjo yang berada di kawasan Pasar Beringharjo dan Malioboro memungkinkan lembaga keuangan ini untuk berperan dalam pengembangan usaha mikro dan kecil yang ada di Yogyakarta. Bantuan modal yang diberikan oleh BMT melalui pembiayaan musyarakah diharapkan dapat memberikan dampak positif pada pendapatan nasabah. Dengan demikian manfaat dari adanya pembiayaan musyarakah tersebut tidak hanya dapat dirasakan oleh nasabah pembiayaan tetapi juga oleh orangorang di sekitarnya. 1.2 Rumusan Masalah Dari data penyaluran dana melalui pembiayaan musyarakah pada outlook perbankan syariah tahun 2013 didapat bahwa persentase penyaluran dana dengan skema musyarakah pada perbankan syariah masih tergolong kecil yaitu sebesar 18,59 persen dari total pembiayaan. Padahal Skema musyarakah merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan lembaga keuangan Islam dalam rangka pengembangan usaha terutama usaha mikro dan kecil. BMT Beringharjo Cabang 25

Pabringan Yogyakarta merupakan salah satu lembaga keuangan mikro Islam yang bergerak di bidang pemberdayaan usaha kecil. Letak BMT Beringharjo Cabang Pabringan Yogyakarta yang strategis dekat dengan para pedagang di kawasan Pasar Beringharjo diharapkan dapat memberi dampak positif pada UMKM terutama usaha mikro dan kecil di kawasan tersebut. Dengan peningkatan modal diharapkan kegiatan usaha yang dijalankan oleh mitra bukan hanya bermanfaat dalam pencapaian keuntungan saja tetapi lebih dari itu yaitu membawa mashlahah bagi umat untuk mencapai tujuan utama seorang muslim yaitu menggapai falah. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah yang ada maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimana modal, omset, laba, pendapatan, serta profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)) responden berdasarkan ukuran usaha sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah? 2. Bagaimana modal, omset, laba, pendapatan, serta profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)) responden berdasarkan sektor usaha sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah? 3. Bagaimana perbedaan antara pendapatan nasabah sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah? 4. Bagaimana pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap pendapatan nasabah pembiayaan musyarakah? 26

1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang ada, tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk menganalisis modal, omset, laba, pendapatan, serta profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)) responden berdasarkan ukuran usaha sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah. 2. Untuk menganalisis modal, omset, laba, pendapatan, serta profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)) responden berdasarkan ukuran usaha sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah. 3. Untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan antara pendapatan nasabah sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah. 4. Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap pendapatan nasabah pembiayaan musyarakah. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis bagi kalangan akademisi, praktisi, maupun pemegang kebijakan yaitu pemerintah. Adapun beberapa manfaat penelitian yang diharapkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Bagi Ilmu Pengetahuan: - Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi Islam khususnya terkait dengan dampak pembiayaan musyarakah yang disalurkan oleh lembaga keuangan mikro Islam berupa BMT terhadap 27

pendapatan pada usaha mikro dan kecil yang dapat dijadikan referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya. - Dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dalam hal pembiayaan musyarakah pada BMT dan pengembangan Usaha Mikro dan Kecil. b. Bagi praktisi: 1) Dapat menjadi sumbangan penting bagi para pengkaji dan praktisi lembaga keuangan mikro Islam khususnya BMT terkait dengan hal pembiayaannya. c. Bagi BMT Beringharjo: 1) Menjadi motivasi bagi BMT Beringharjo untuk terus meningkatkan kinerja pembiayaannya agar benar-benar dapat memberdayakan umat melalui kegiatannya sesuai dengan syariah Islam. d. Bagi Pemerintah: 1) Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam hal kebijakan guna meningkatkan produktifitas masyarakat melalui pembiayaan produktif terutama pada usaha mikro dan kecil. 2) Dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan yaitu pemerintah untuk memberikan dukungan melalui kebijakan khusus terkait dengan pengembangan lembaga keuangan mikro Islam seperti Baitul Mal wa Tamwil (BMT). 1.6 Batasan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan di atas, maka kegiatan dari penelitian dan penyusunan tesis ini diberikan batasan antara lain: 28

1. Lingkup penelitian ini terbatas pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Beringharjo cabang Pabringan Yogyakarta. 2. Penelitian ini menggunakan data nasabah pembiayaan musyarakah BMT Beringharjo Cabang Pabringan Yogyakarta bulan Mei tahun 2013. 3. Jumlah responden dari nasabah yang digunakan dalam penelitian ini (dengan menggunakan metode purposive sampling) adalah 58 orang. 4. Analisis terkait dengan dampak pembiayaan musyarakah terhadap pendapatan pada penelitian ini meliputi kondisi usaha responden sebelum dan sesudah menerima pembiayaan musyarakah ditinjau dari segi modal, omset, laba, profitabilitas usaha (dalam hubungannya dengan investasi (modal)), alokasi pendapatan untuk tabungan dan sedekah responden, serta pengaruh satu variabel independen yaitu besar pembiayaan terhadap variabel dependen pendapatan nasabah pembiayaan musyarakah. 5. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah cross-sectional data dimana data dikumpulkan dalam satu kurun waktu yang singkat. 1.7 Keaslian Penelitian Untuk memastikan apakah kajian ini sudah diteliti atau belum dan untuk memposisikan diri dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, peneliti berusaha menghimpun buku-buku, disertasi, jurnal, dan thesis yang berkenaan dengan pembiayaan musyarakah pada lembaga keuangan mikro Islam berupa BMT serta implementasinya dalam meningkatkan pendapatan pada usaha mikro dan kecil. Adapun penelitian ini merupakan penelitian analitis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 29

Beberapa penelitian terdahulu tersaji pada Tabel 1.5. berikut ini: Tabel 1. 5. Penelitian Terdahulu No Peneliti, Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian dan Hasil Penelitian 1. Wrih Puji Pemberdayaan fakir Metode Penelitian: Rarasati, 2007, miskin melalui Penelitian menggunakan metode kualitatif Tesis: Universitas Lembaga Keuangan dengan menggunakan purposive sampling Gadjah Mada. Mikro (LKM)- dengan unit analisis KUBE BMT Sejahtera Kelompok Usaha Tlogoadi, Mlati sleman Yogyakarta.. Teknik Bersama (KUBE):: analisa data yang dipakai adalah reduksi data, Studi di Lembaga penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keuangan Mikro (LKM)-BMT Sejahtera Hasil Penelitian: di tlogoadi, Mlati, Proses pelaksanaan pemberdayaan fakir Sleman. miskin melalui Lembaga Keuangan Mikro ini berjalan cukup baik dan sesuai dengan rencana yang ditentukan serta mampu 2. Abdul Rahman Abdul Rahim,, 2010, Article: International Journal Emerald. Islamic Microfinance: an Ethical Alternatif to Poverty Alleviation meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Desain / metodologi / pendekatan: Makalah ini berpendapat bahwa keuangan Islam memiliki peran penting untuk memberikan kontribusi untuk memajukan social-ekonomi pengembangan (mikro) pengusaha miskin dan kecil tanpa adanya bunga (baca: riba) 3. Handoko, 2012, Tesis: Universitas Gadjah Mada. Penerapan Akad Musyarakah Dalam Pembiayaan Pada usaha Mikro dan kecil (Studi Kasus BMT Harapan Ummat Sidoarjo) Hasil penelitian: Keuangan Islam menawarkan skema etika berbagai instrument yang dapat maju dan disesuaikan untuk tujuan keuangan mikro. Skema partisipatif seperti mudarabah dan musharakah, di sisi lain, memiliki potensi besar untuk tujuan keuangan mikro dimana implementasi dari skema ini dapat memenuhi kebutuhan berbagi risiko para pengusaha mikro. Metode Penelitian: Penelitian menggunakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif berdasar pengumpulan data dengan cara wawancara. Hasil Penelitian: Kebijakan BMT Harapan Ummat Sidoarjo menggunakan realisasi laba kotor usaha sebagai dasar perhitungan bagi hasil sesuai ketentuan syari ah Islam, namun metode penghitungan untuk nasabah yang tidak memiliki catatan keuangan dengan menggunakan estimasi laba tidak sesuai dengan fiqh mu amalah yang disepakati oleh jumhur ulama. 30

Beberapa penelitian yang ada membahas tentang akad musyarakah dan implementasinya dalam meningkatkan pendapatan usaha mikro dan kecil. Adapun perbedaan penelitian terdahulu tersebut dengan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bahwa penelitian ini membahas mengenai dampak pembiayaan musyarakah terhadap pendapatan pada usaha mikro dan kecil di lembaga keuangan mikro Islam tepatnya di BMT Beringharjo Cabang Pabringan Yogyakarta yang terletak di kawasan pasar beringharjo Yogyakarta. 31