Trend Pemberantasan Korupsi 20
Pembahasan. Sumber data dan periode pemantauan 2. Penindakan perkara korupsi 20. Pelaksanaan fungsi koordinasi dan supervisi 4. Kesimpulan 5. Rekomendasi
Waktu dan Metode Pemantauan Pemantauan dilakukan selama periode Januari 20 - Desember 20. Data bersumber dari: a. Media massa, online maupun cetak. b. Website aparat penegak hukum (Kepolisian Kejaksaan dan KPK). c. Permintaan informasi ke aparat penegak hukum. d. Laporan masyarakat serta informasi dari mitra lokal ICW Kasus yang terpantau adalah; a. Kasus dugaan korupsi yang berada pada tahap penyidikan (sudah ada penetapan tersangka). b. Kasus dugaan korupsi yang ditangani oleh Kepolisian, Kejaksaan dan KPK selama Januari s/d Desember 20.
Tujuan Pemantauan Menjelaskan kerja pemberantasan korupsi sepanjang 20, khususnya bidang penindakan oleh aparat penegak hukum (apgakum, yaitu: kepolisian Kejaksaan KPK). Memetakan perkara korupsi yang ditangani Apgakum selama 20. Pemetaan melingkupi: sektor korupsi, modus korupsi, klasifikasi jabatan pelaku (aktor), potensi kerugian, wilayah dan waktu terjadinya, serta aparat penegak hukum yang menanganinya. Memberikan catatan terhadap kerja-kerja pemberantasan korupsi Menghasilkan rekomendasi kepada apgakum.
Trend Pemberantasan Korupsi Selama tahun terakhir Periode Jumlah Kasus Kerugian Negara Jumlah Tersangka Smt I thn 200 76 kasus 2. triliun 44 orang Smt II thn 200 272 kasus.2 triliun 76 orang Tahun Tahun 20 202 46 40 kasus kasus 2. 0.4 triliun triliun 05 877 orang orang Smt I thn 20 29 kasus 5.7 triliun 677 orang Sem II thn 20 267 kasus.6 triliun 594 orang *Catatan: database korupsi Smt II thn 202 sedang diperbaharui kembali
tahun pemberantasan korupsi Pemberantasan korupsi selama tahun terakhir menunjukkan tren yang meningkat. Peningkatan terjadi pada jumlah kasus yang ditangani maupun aktor yang ditetapkan sebagai tersangka. Kerugian negara akibat penetapan tersangka korupsi menunjukkan peningkatan dibanding 2 tahun lalu. 600 400 200 0 500 000 500 0 5 0 5 0 448 Kasus 46 Kasus 40 Kasus 200 20 202 20 57 Tersangka 560 Kasus 27 05 Tersangka Tersangka 877 Tersangka 200 20 202 20. Triliun 2. Triliun 0.4 Triliun 7. Triliun 200 20 202 20
Trend Pemberantasan Korupsi 20 Hasil pemantauan terhadap penanganan kasus korupsi oleh aparat penegak hukum selama 20, terpantau 560 kasus korupsi dengan jumlah tersangka 27 orang dan potensi kerugian negara sebesar 7, Triliun rupiah. Jika dibandingkan dengan tren pemberantasan korupsi tahun sebelumnya, terjadi peningkatan pada sisi jumlah kasus dan penetapan tersangka, namun menunjukkan penurunan pada kerugian negara. (Dok. ICW 20)
Korupsi Berdasarkan Sektor Semester Thn 20 Korupsi Berdasarkan Sektor Semester 2 Thn 20 Pertambangan Perpajakan Sumberdaya Air Bersih Kelautan/ perikanan Pertanahan Perizinan Transportasi/perhubung Olahraga Peternakan Pemilu/pemilukada/Politik Energi Perbankan Peradilan Pertanian dan Perkebunan Kesehatan Sosial Kemasyarakatan Pendidikan Keuangan Daerah Infrastruktur 2 2 4 5 5 6 7 7 25 0 56 7 Telekomunikasi Perdagangan Peradilan Pemilu Keagamaan Transportasi Peternakan Pertambangan Pariwisata Pertanahan Kelautan dan Perikanan Pertanian dan Perpajakan Kesehatan Perbankan Sosial Kemasyarakatan Pendidikan Infrastruktur Keuangan Daerah 2 2 2 2 4 6 7 4 7 6 82 92 0 20 40 60 80 0 20 40 60 80 00
Korupsi Berdasarkan Sektor 20 Selama tahun terakhir, pemberantasan korupsi masih belum bergeser dari sektor infrastruktur, keuangan daerah dan pendidikan. Pada semester II thn 20 terjadi pertukaran peringkat. Sektor infrastruktur menggeser sektor keuangan daerah yang pada semester I thn 20 berada di peringkat pertama. Penegak hukum masih fokus pada korupsi Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ).
20: Masih Tahun Korupsi Pengadaaan Barang dan Jasa Periode/ keterangan Semester Semester 2 Jumlah kasus 29 kasus 267 kasus Jumlah tersangka Kasus PBJ 676 tersangka 594 tersangka 4 kasus (8,22%) 4 kasus (42,7%%) Tersangka PBJ 4 orang (46,8%) 29 orang (48,9%)
Tren Pemberantasan Korupsi 20 Fokus penegak hukum masih pada korupsi sektor pengadaan barang dan jasa. Sekurangnya 245 tersangka (semester : 56, semester 2: 89) berlatar belakang panitia pengadaan barang dan jasa/ PPK/ PPTK Terdapat kepala daerah dan 0 anggota DPR/D terjerat korupsi pengadaan barang dan jasa.
Jabatan Pelaku Korupsi Semester Thn 20 Lain - lain Mahasiswa Korporasi Ketua atau anggota koperasi Ketua Asosiasi Hakim Pegawai pajak Anggota KPU/ KPUD Pengurus organisasi profesi Fasilitator PNPM Sekretaris dewan Auditor Gubernur/ bupati/ walikota Masyarakat Anggota DPR/ DPRD Direktur/Komisaris/Karyawan BUMN/ BUMD Kepala Dinas Direktur, Komisaris, Konsultan dan Pegawai Swasta Pejabat atau pegawai Pemda/Kementrian 0 2 2 4 6 7 7 20 4 59 69 29 0 50 00 50 200 250 00 50
Jabatan Pelaku Korupsi Semester 2 Tahun 20 Auditor Anggota partai Sekertaris Dewan Anggota BNN Ketua dan anggota koperasi Rektor, dosen atau akademisi Ketua dan pengurus organisasi profesi Kepala atau pegawai BPN Aparat penegak hukum & pegawai di pengadilan Ketua atau anggota KPU/D Pejabat/pegawai Bank Kelompok masyarakat & kelompok tani Kepala Daerah Lain - lain Anggota DPR/D Direktur, pejabat dan pegawai BUMN/D Kepala Dinas Direktur, Komisaris, Konsultan dan Pegawai Swasta Pejabat atau pegawai Pemda/Kementrian 2 5 6 6 8 9 0 2 2 24 27 42 42 49 05 228 0 50 00 50 200 250
Korupsi Berdasarkan Pelaku (Aktor) 20 Perbandingan pelaku korupsi antara Semester I dan Semester II masih cenderung sama. Tersangka masih didominasi kalangan:. Pegawai Pemda/kementrian (557 tersangka) 2. Direktur/pegawai swasta (274 tersangka). Kepala dinas (08 tersangka) 4. Direktur/pejabat/ Pegawai BUMN/D (85 tersangka) 5. Anggota DPR/D (62 tersangka) Menariknya, khusus di Semester II tahun 20, dari 228 yang ditetapkan tersangka, 9,0% merupakan penyelenggara pengadaan barang dan jasa seperti panitia lelang, PPK, PPTK dll. Aktor berlatar belakang kepada daerah dan anggota DPR/D meningkat. Tahun 20, kepala daerah 5 tersangka dan anggota DPR/D 62 tersangka. Tahun 202, kepala daerah 4 tersangka, dan anggota DPR/D 8 tersangka. Terdapat korporasi yang menjadi tersangka kasus korupsi (IM2). Pada pengadilan tingkat pertama dihukum membayar uang pengganti Rp, triliun. Namun, pada tingkat banding divonis bebas. *Catatan: terdapat kepala daerah yang dihitung ulang karena tersangka korupsi di 2( dua) kasus atau lebih.
Modus Korupsi Semester Tahun 20 Pencucian Uang Mark Down Pungutan Liar Suap/gratifikasi 5 Proyek/laporan fiktif 44 Mark Up 50 Penyalahgunaan Anggaran 75 Penggelapan 04 0 20 40 60 80 00 20
Modus Korupsi Semester 2 Tahun 20 Pencucian Uang 2 Pungutan Liar Penyalahgunaan wewenang 6 6 Suap/ gratifikasi 5 Proyek/Laporan fiktif 9 Markup Penyalahgunaan Anggaran 47 50 Penggelapan 04 0 20 40 60 80 00 20
Modus Korupsi 20 Selama tahun terakhir, penggelapan masih menjadi modus paling sering digunakan oleh tersangka korupsi. Modus korupsi yang diungkap aparat penegak hukum masih modus-modus konvensional. Tidak terjadi perubahan modus antara Semester dan Semester 2 tahun 20.
Lokasi Pemberantasan Korupsi Semester 2 Tahun 20 Upaya penindakan kasus korupsi di daerah cukup tinggi. 98,% pemberantasan korupsi dilakukan di daerah. Pusat Provinsi Kota Kabupaten 5 4 64 94 0 50 00 50 200
Gorontalo Sulawesi Barat Bali Sulawesi Selatan NTB Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Bangkabelitung Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Papua Kalimantan Barat DIY Banten Maluku Utara Maluku Kepulauan Riau Jambi DKI Jakarta Lampung Papua Barat Sumatera Barat Kalimantan Tengah Sumatera Selatan NTT Jawa Timur Bengkulu Sulawesi Utara Nasional NAD Riau Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera Utara 2 2 5 5 5 5 5 5 Korupsi Berdasarkan Tempat Terjadinya Korupsi Semester Tahun 20 6 6 6 6 6 7 8 9 9 0 0 2 4 4 5 2 22 6 0 5 0 5 20 25 0 5 40
Sulawesi Barat Gorontalo Kalimantan Utara Kalimantan Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Papua Maluku Utara Maluku Kepulauaun Bangka Belitung Sumatera Selatan Jambi Sulawesi Utara Kalimantan Tengah Bali Kepulauan Riau Kalimantan Timur Pusat Papua Barat Aceh DKI Jakarta DI Yogyakarta Sumatera Barat Kalimantan Selatan Bengkulu Riau Banten Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Lampung Jawa Barat Jawa Tengah Sumatera Utara Jawa Timur 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 Korupsi Berdasarkan Tempat Terjadinya Korupsi Smt 2 thn 20 5 5 5 5 6 6 6 7 8 8 9 9 9 0 4 8 22 2 0 5 0 5 20 25 0 5
Korupsi Berdasarkan Wilayah 20 Menguatkan dugaan terjadinya desentralisasi korupsi: dari 267 kasus korupsi, 262 kasusnya terjadi di daerah (98.2%). Terjadi perubahan peringkat penganganan korupsi di daerah. Sumatera Utara yang selama ini mendominasi digeser oleh Jawa Timur.
Penanganan Aparat Penegak Hukum Tahun 20 KPK SMT Kepolisian 74 Kejaksaan 206 0 50 00 50 200 250 SMT 2 KPK Kepolisian 4 80 Kejaksaan 7 0 50 00 50 200
Perkara Korupsi Berdasarkan Tahun Kejadian yang Diproses Tahun 20 90 80 70 76 60 50 52 40 0 5 8 20 0 0-0 20 4 4 6 8 0 2002 200 2004 2005 2006 2007 2008 2009 200 20 202 20-20
Kinerja Aparat Penegak Hukum Bidang Penindakan Tahun 20 Tidak ada perubahan peringkat semester I dan semester II 20 Penananan kasus korupsi 20 mayoritas ditangani kejaksaan Kepolisian sudah masuk ke kasus sektor penerimaan negara (kasus pajak) Kepolisian sudah mulai melakukan OTT (operasi tangkap tangan).
Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dan Supervisi KPK
Capaian Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dan Supervisi (Korsup) KPK 90 80 70 89 60 50 50 40 0 25 2 20 0 0 Kepala daerah/ Wakil Kepala Daerah DPR/ DPD/ DPRD Eselon I, Eselon II, Eselon III Aparat penegak hukum Swasta lain-lain NB: Hasil sampling di 5 daerah : Riau - Kaltim Sulsel Jogja - NTB
Aktor yang Terjerat Dalam Pelaksanaan Koordinasi-Supervisi (Korsup) 42,7% 40 4 20 00 80 60 40 20 4 9 7 24 2 4 7 6 5 0 0 NB: Hasil sampling di 5 daerah : Riau - Kaltim Sulsel Jogja - NTB
Kesimpulan Pemberantasan korupsi tahun 20 menunjukkan peningkatan secara kuantitas dan kualitas. Kasus-kasus yang tergolong penerimaan negara masih jarang ditangani aparat penegak hukum. Apgakum masih fokus menangani kasus sektor pengeluaran/ belanja negara. Sedangkan korupsi pada sektor penerimaan belum mendapat perhatian. Ada problem serius dalam proses sistem pengadaan barang dan jasa. Korupsi pada sektor pengadaan barang dan jasa tidak terbatas pada pemerintah dan swasta, tetapi juga aktor berlatar belakang politik. Sulit mempercayakan pemberantasan korupsi di daerah pada kepala daerah, mengingat banyaknya kepala daerah yang menjadi tersangka. Korupsi di sektor pendidikan masih mengkhawatirkan dan selalu masuk besar tempat terjadinya korupsi.
Rekomendasi KPK harus kembali fokus pada kasus dugaan korupsi sektor sumber daya alam dan sektor-sektor strategis lainnya 98,2% penanganan perkara terjadi di Daerah. KPK harus: Perkuat fungsi kooridinasi dan supervisi, agar kepolisian dan kejaksaan bisa makin optimal. Memberdayakan aktor-aktor potensial di dalam pemerintahan untuk memperkuat pencegahan korupsi. Kepolisian dan kejaksaan harus meningkatkan kinerja, khususnya pada penganganan kasus korupsi di daerah. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) dan aparat penegak hukum melakukan evaluasi soal peraturan dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa baik pusat maupun di daerah. Perlu ada keseriusan dalam melakukan reformasi birokrasi di tingkat daerah.
Terimakasih