BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan jumlah penduduk dan industri pada CAT Karanganyar-Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai geokimia air tanah adalah salah satu jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG PENDAYAGUNAAN AIR TANAH GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DI PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN KRITERIA WILAYAH SUNGAI DAN CEKUNGAN AIR TANAH 14 JULI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MEMTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup. Dalam. memenuhi kebutuhan dasar bagi manusia, lingkungan di sekitar kita,

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TENGAH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar

<Lampiran> KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

NOMOR 11 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. BAB I. Pendahuluan 1

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

2017, No bapaahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang P

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Sumber Daya Airtanah Dangkal Di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROYEKSI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR INDUSTRI DI KABUPATEN TANGERANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pertemuan 3. PSDA! Indradi Wijatmiko

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

This document has been created with TX Text Control Trial Version You can use this trial version for further 59 days.

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap sumberdaya air khususnya air tanah, maka menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas air tanah merupakan hal yang sangat penting. Kebutuhan akan air tanah sebagai salah satu sumberdaya geologi yang dikenal luas sebagai sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources) adalah suatu sumberdaya yang makin lama akan bernilai strategis. Penilaian mengenai sumberdaya tesebut bila melihat pada sisi kualitas, kuantitas dan kontinuitas air tanah (Kodoatie dan Sjarief, 2010). Kondisi seperti dijelaskan di atas, akan berdampak sangat buruk bila air tanah yang tercemar digunakan oleh masyarakat. Dimana secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas air tanah harus dapat dijaga. Hal itu guna menjaga ketersediaan dan keberlangsungan produksi air tanah yang dapat digunakan oleh masyarakat, khususnya di perkotaan. Bekasi merupakan salah satu wilayah perkotaan dengan tingkat penggunaan air tanah yang tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk Kota dan Kabupaten Bekasi pada tahun 2012 yang mencapai angka lebih dari lima juta penduduk (Kota Bekasi dan Kab. Bekasi dalam angka, 2012). Jumlah Industri yang terdapat di wilayah ini juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penggunaan air tanah, mulai dari industri dengan skala besar hingga industri rumah tangga. Pada tahun 2012 jumlah industri di Kabupaten Bekasi mencapai angka 864 perusahaan (Jakarta Bisnis, 2014). PT. X merupakan salah satu perusahaan dengan bahan baku air tanah yang beroperasi di Bekasi. Kualitas dan kuantitas serta kontinuitas air tanah merupakan hal penting yang diperhatikan perusahaan berkaitan dengan bahan baku produk perusahaan. Kualitas dan kuantitas yang baik pada air tanah akan berpengaruh pada mutu dari produk. 1

Untuk menjaga kualitas dan kuantitas serta kontinuitas air tanah yang digunakan sebagai bahan baku produksi maka diperlukan manajemen air tanah yang baik. Salah satu cara untuk melakukan manajemen air tanah yang baik adalah dengan menggunakan studi zona perlindungan sumber air baku (PSAB). Zona perlindungan sumber air baku (PSAB) dapat ditentukan salah satunya adalah dengan menggunakan metode pemodelan aliran air tanah. Dibandingkan dengan metode lainnya dalam penentuan zona perlindungan sumber air baku, metode ini lebih dapat memprediksi zona PSAB karena menghasilkan pemodelan aliran air tanah arah dan kecepatan aliran pemodelan air tanah berupa kecepatan dan aliran air tanah dapat digunakan untuk menentukan zona perlindungan sumber air baku (PSAB). Zona perlindungan sumber air baku (PSAB) dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan untuk melakukan pengelolaan air tanah yang bertujuan menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas air tanah. Oleh karena itu, maka penulis bermaksud melakukan penelitian tentang zona perlindungan sumber air baku pada sumur produksi PT. X dengan pemodelan aliran air tanah. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang perlu diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi hidrogeologi di sekitar sumur produksi PT. X? 2. Bagaimana konseptual model hidrogeologi berdasarkan kondisi alam di sekitar sumur Produksi PT. X? 3. Bagaimana pemodelan aliran air tanah yang dilakukan untuk menentukan zona perlindungan sumber air baku pada sumur produksi PT. X? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 2

1. Menentukan kondisii hidrogeologi di wilayah penelitian dan menentukan konseptual model hidrogeologi berdasarkan kondisi alam di sekitar sumur Produksi PT. X. 2. Melakukan pemodelan aliran air tanah pada sumur produksi PT. X. 3. Menentukan zona perlindungan sumber air baku pada sumur produksi PT. X menggunakan hasil pemodelan aliran air tanah. 1.4. Lingkup Penelitian 1.4.1. Lokasi Penelitian Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini adalah Cekungan Air Tanah Bekasi Karawang di sekitar Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Pemodelan aliran air tanah dilakukan pada sumur produksi PT. X berlokasi di Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. Pemodelan aliran air tanah dibatasi oleh batas-batas 3

hidrologi dan geologi diantaranya Sungai Cikarang yang berhulu di Sungai Cipamingkis di sebelah timur, Sungai Bekasi yang berhulu di Sungai Cikungsit di sebelah barat,batas aliran air tanah pada sistem air tanah tertekan dengan imbuhan (Dirks, 1988) di bagian tengah bekasi dan wilayah imbuhan air tanah pada dari Cekungan Air Tanah Bekasi Karawang sebagai batas sebelah selatan (Gambar 1.1). Gambar 1.1 memperlihatkan wilayah penelitian, model area dan interest area. Wilayah penelitian merupakan wilayah paling luas dibadingkan dengan model area dan interest area yang mencakup seluruh wilayah yang menjadi objek penelitian. Model Area merupakan wilayah di dalam wilayah penelitian yang dilakukan pemodelan aliran air tanah. Interest Area merupakan wilayah di dalam model area yang menjadi wilayah yang paling diperhatikan atas suatu fenomena (pengambilan air tanah dari sumur produksi PT. X) yang terjadi. 1.4.2. Lingkup Studi Penelitian ini fokus pada pemodelan air tanah pada lokasi penelitian untuk menentukan zona perlindungan sumber air baku. Langkah yang dilakukan pada penelitian ini antara lain: 1. Langkah pertama dari proses penelitian ini adalah dengan melakukan inventarisasi dari data hidrogeologi dan geologi di wilayah penelitian. 2. Kontur muka air tanah menggunakan data sekunder dari instansi (Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat) atau dibuat dengan melakukan interpolasi pada data ketinggian muka air tanah yang didapatkan. 3. Untuk menghasilkan ketinggian muka air tanah dilakukan sampling untuk validasi data yang sebelumnya didapat dengan pengambilan data langsung di lapangan (investigasi lapangan) dengan metode random sampling dimana akan diambil data secara acak di Wilayah penelitian pada batasan hidrogeologi yang ada. 4. Investigasi lapangan yang dilakukan juga berupa pemetaan geologi pada Wilayah penelitian untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam membuat suatu pemodelan air tanah serta melakukan pengukuran 4

tinggi muka pada batas-batas hidrologi cekungan air tanah seperti sungai pada wilayah penelitian. 5. Langkah berikutnya adalah melakukan simulasi pemodelan aliran air tanah dengan memasukkan data parameter hidrolika tersebut. 6. Hasil pemodelan aliran air tanah yang telah sesuai tersebut digunakan untuk menentukan zona perlindungan sumber air baku. 7. Memberikan rekomendasi konservasi air tanah dari zona perlindungan sumber air baku pada Wilayah penelitian. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui sistem hidrogeologi dengan pemodelan air tanah pada wilayah penelitian. Pemodelan air tanah yang digunakan untuk menentukan zona perlindungan sumber air baku juga diharapkan dapat bermanfaat untuk menghasilkan rekomendasi konservasi air tanah dari zona perlindungan sumber air baku pada sumur produksi PT. X sehingga dapat digunakan untuk pengelolaan yang dapat menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas air tanah. 1.6. Batasan Penelitian Beberapa hal yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Penelitian dan pengambilan data dilakukan wilayah penelitian seperti pada Gambar 1.1 berkaitan dengan parameter hidrolika. 2. Pengambilan data yang digunakan untuk pemodelan aliran air tanah diambil pada jangka waktu Bulan November 2014 hingga Bulan Januari 2015. Pengambilan data pada waktu yang berbeda dapat menghasilkan hasil pemodelan aliran air tanah yang berbeda 3. Keterbatasan pengambilan data penelitian ini diantaranya adalah pada pemetaan geologi, pengambilan data muka air tanah akuifer bebas, data bidang pisometrik akuifer tertekan dan pengambilan air tanah. 5

4. Keterbatasan pengambilan data untuk pemetaan geologi dikarekan ketersediaan singkapan batuan yang tidak tersedia pada seluruh wilayah melainkan hanya berada pada wilayah selatan penelitian. 5. Keterbatasan jumlah data muka air tanah akuifer bebas dikarenakan keberadaan sumur gali air tanah akuifer bebas yang sulit ditemui pada wilayah penelitian. 6. Keterbatasan jumlah data bidang pisometrik akuifer tertekan dikarenakan informasi mengenai keberadaan sumur untuk mengambil data ini termasuk rahasia untuk tiap lokasi (berbeda perusahaan), data yang lengkap hanya berada pada lokasi kawasan industry PT. X. 7. Keterbatasan data untuk pengambilan air tanah dikarenakan tiap lokasi dan pengambilan tiap sumur untuk perusahaan yang berbeda termasuk dalam data rahasia dari tiap perusahaan, hanya didapat data yang lengkap dari sumur produksi PT. X sehingga tidak semua sumur yang ada pada kondisi yang sebenarnya dapat dimodelkan. Oleh karena itu selain data sumur produksi PT. X juga digunakan data dari Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa Barat. 8. Untuk mengatasi keterbatasan data sumur pengambilan air tanah maka dilakukan beberapa asumsi yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah lokasi untuk tiap sumur produksi yang diasumsikan tersebar dan mengikuti perkembangan wilayah terbangun pada citra google earth dengan jumlah tiap sumur produksi sesuai tiap wilayah administrasi. 9. Metode yang digunakan untuk melakukan deliniasi zona perlindungan sumber air baku adalah menggunakan pemodelan air tanah dengan batasan model area pada Gambar 1.1 1.7. Keaslian Penelitian Penelitian yang secara spesifik mengangkat tema tentang pemodelan aliran air tanah untuk menentukan zona perlindungan sumber air baku PT. X yang berlokasi di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat belum pernah dilakukan. Terdapat 6

beberapa penelitian pernah dilakukan terkait tema yang serupa dan dilakukan di sekitar lokasi penelitian, yaitu antara lain adalah sebagai berikut: 1. Naryanto, (2008) telah melakukan penelitian mengenai Potensi Air Tanah dengan judul Potensi Air Tanah di Daerah Cikarang dan Sekitarnya, Kabupaten Bekasi berdasarkan Analisis Pengukuran Geolistrik. Dari penelitian ini didapat informasi mengenai potensi air tanah di lokasi penelitian di Cibitung Kabupaten Bekasi. 2. Rahardjo, (2002) telah melakukan penelitian mengenai dengan judul Analisis Sistim Akuifer dan Pemodelan Air Tanah dengan lokasi penelitian di DKI Jakarta. Dari penelitian ini didapat informasi mengenai sistim akuifer dan pemodelan air tanah di DKI Jakarta yang memiliki kemiripan karakter dengan Kabupaten Bekasi. 3. Syafalni dkk, (2001) telah melakukan penelitian mengenai dengan judul Penyelidikan Daerah Imbuhan Air Tanah Bekasi dengan Teknik Hidroisotop. Dari penelitian ini didapat informasi mengenai daerah imbuhan dari air tanah Bekasi yang dapat dimanfaatkan untuk zona perlindungan sumber air baku. 4. Dirks dkk, (1988) telah melakukan penelitian mengenai dengan judul Groundwater in Bekasi Regency, West Java. Dari penelitian ini didapat informasi mengenai sistem air tanah Bekasi yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi bahan acuan dalam penelitian ini. Penelitian yang dipaparkan diatas merupakan salah satu acuan pada studi area maupun tema yang terkait. Pada penelitian ini dilakukan penentuan zona perlindungan air baku untuk salah satu perusahaan di studi area dengan menggunakan metode pemodelan aliran air tanah. Zona perlindungan sumber air baku dapat digunakan sebagai salah satu bahan untuk melakukan rekomendasi pengelolaan air tanah di wilayah penelitian khususnya sumur produksi PT. X. Penelitian dengan tema ini belum pernah dilakukan pada studi area yang mengkhususkan pada salah satu perusahaan yang ada, yaitu PT. X, di wilayah ini. 7