Jurnal MIPA 38 (1) (2015): Jurnal MIPA.

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI KAWASAN TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC) TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) PESISIR BARAT LAMPUNG

Volume 12, Nomor 1, Juni 2013

PERSEBARAN DAN KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DALAM MENDUKUNG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KAMPUS SEKARAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

Keanekaragaman Jenis Kadal dan Ular (Squamata: Reptilia) di Sepanjang Sungai Code, Daerah Istimewa Yogyakarta

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

KEANEKARAGAMAN ANGGOTA ORDO ANURA DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANURA DIVERSITY IN YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY

Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram. Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati

JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.

KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL (SPTN) I, ALAS PURWO, BANYUWANGI, JAWA TIMUR

KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (ORDO ANURA) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SURANADI - LOMBOK BARAT*

Ular Welang, Bungarus fasciatus (Schneider, 1801), di Lereng Selatan Gunung Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Profil Marion Anstis : Guru Musik yang Mencintai Berudu

Achmad Barru Rosadi, Adeng Slamet, dan Kodri Madang Universitas Sriwijaya

JENIS-JENIS REPTILIA DI PPKA BODOGOL, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

Perum Bendo Permai no 28D, Bendo Pare, Kediri. Telp:

Jenis-Jenis Reptilia di PPKA Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Reptile species in PPKA Bodogol, Gunung Gede Pangrango National Park

Keanekaragaman Herpetofauna di Lahan Reklamasi Tambang Batubara PT Singlurus Pratama, Kalimantan Timur

HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

KEANEKARAGAMAN JENIS KATAK DAN KODOK (ORDO ANURA) DI SEPANJANG SUNGAI OPAK PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KERAGAMAN JENIS AMFIBI DAN REPTIL GUMUK PASIR, PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Keanekaragaman Jenis Herpetofauna di Kawasan Ekowisata Goa Kiskendo, Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Komunitas Herpetofauna dan Potensinya bagi Sektor Ekowisata pada Kawasan Ketenger-Baturraden di Selatan Kaki Gunung Slamet, Jawa Tengah

METODE CEPAT PENENTUAN KERAGAMAN, KEPADATAN DAN KELIMPAHAN JENIS KODOK

Komunitas Herpetofauna di Lereng Timur Gunung Slamet, Jawa Tengah

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN, JAWA BARAT

JENIS- JENIS AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KELAPA SAWIT KANAGARIAN KUNANGAN PARIK RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi Taksonomi Reptil Taksonomi Amfibi

Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNNA DI KECAMATAN GIRIMULYO KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.) Oleh :

Kepadatan Populasi dan Distribusi Kadal (Mabuya multifasciata. Kuhl) Di Pulau-pulau Kecil Kota Padang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak

Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies Anggota Ordo Anura di Lereng Selatan Gunung Merapi Tahun 2012

JURNAL HUTAN LESTARI (2015) Vol. 3 (1) : 30 34

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

Karakterisik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla Di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: SURVEI AMFIBI REPTILIA DI PROVINSI ACEH, PULAU SUMATERA. Mistar Kamsi ABSTRAK

Jurnal Ilmu Kehutanan Journal of Forest Science

EKOLOGI KUANTITATIF KOMUNITAS AMFIBI DI BEBERAPA SUNGAI PADA SUAKA MARGASATWA NANTU PROVINSI GORONTALO. Disusun oleh : RIZKI KURNIA TOHIR E

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

Tabel 1. Daftar spesies herpetofauna yang ditemukan di lokasi SCP

Keragaman Jenis Kadal Sub Ordo Sauria pada Tiga Tipe Hutan di Kecamatan Sungai Ambawang

BAB III METODE PENELITIAN

INVENTARISASI JENIS AMFIBI DAN REPTILIA DI KAWASAN HUTAN POHUWATO, GORONTALO, SULAWESI

TEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 (21 30)

PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF KATAK POHON BERGARIS (Polypedates leucomystax)

SURVEI AWAL KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI DESA KETENGER, BATU RADEN, JAWA TENGAH

INVENTARISASI ANURA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG SUKABUMI

Pengaruh Dinamika Faktor Lingkungan Terhadap Sebaran Horisontal dan Vertikal Katak

KEANEKARAGAMAN FLORA DAN FAUNA DAERAH ALIRAN SUNGAI PAKERISAN KABUPATEN GIANYAR

KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI DI KAWASAN HUTAN LARANGAN ADAT KENEGERIAN RUMBIO KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

KEANEKARAGAMAN SPESIES ULAR DI DESA PERING, KECAMATAN BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR, BALI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

Keywords: Herpetofauna, species diversity, TNBBBR

KEPADATAN KODOK FEJERVARYA CANCRIVORA DI PERSAWAHAN DAERAH KABUPATEN KERAWANG, JAWA BARAT PADA TAHUN 2016

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN SPASIAL REPTIL DI PULAU PEUCANG DAN CIDAON CATUR SOTARADU RADJA GULTOM

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Inventarisasi Jenis-jenis Amfibi (Ordo Anura) di Areal Lahan Basah Sekitar Danau Sebedang Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

Rencana Perkuliahan Taksonomi Vertebrata

I.PENDAHULUAN. Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang suhu tubuhnya tergantung pada suhu

Berry Fakhry Hanifa dkk. Kajian Keanekaragaman dan Kemelimpahan Ordo Anura Sebagai Indikator Lingkungan Pada Tempat Wisata di Karesidenan Kediri

KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PANAM PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN REPTIL DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN PESISIR BARAT (STUDI KASUS PLOT PERMANEN UNIVERSITAS LAMPUNG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JENIS-JENIS KATAK (AMPHIBI: ANURA) DI DESA KEPENUHAN HULU KECAMATAN KEPENUHAN HULU KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

LAPORAN GROUP PROJECT RESEARCH

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI AREAL SIBERUT CONSERVATION PROGRAM (SCP), PULAU SIBERUT, KEPULAUAN MENTAWAI, SUMATERA BARAT REZA WIDYANANTO

JURNAL HUTAN LESTARI (2015) Vol. 3 (1) : 15 20

Jenis-Jenis Anura (Amphibia) Di Hutan Harapan, Jambi. The Anuran species (Amphibia) at Harapan Rainforest, Jambi

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

BAB II AMFIBI, REPTIL & PENGETAHUAN ANAK-ANAK TENTANG AMFIBI DAN REPTIL

DAFTAR PUSTAKA. Alikodra HS Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

ABSTRACT PENDAHULUAN METODE PENELITIAN STRUKTUR DAN KOMPOSISI POHON PADA BERBAGAI TINGKAT GANGGUAN HUTAN 01 GUNUNG SALAK, JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

Transkripsi:

Jurnal MIPA 38 (1) (2015): 7-12 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm KEANEKARAGAMAN SPESIES AMFIBI DAN REPTIL DI KAWASAN SUAKA MARGASATWA SERMODAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DS Yudha 1 R Eprilurahman 1*, IA Muhtianda 2, DF Ekarini 2, OC Ningsih 2. 1 Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2 Kelompok Studi Herpetologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Februari 2015 Disetujui Maret 2015 Dipublikasikan April 2015 Keywords: diversity, herpetofauna, amphibian, reptile, Sermo wildlife sanctuary Abstrak Kawasan Suaka Margasatwa (SM) Sermo merupakan salah satu kawasan lindung yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan tersebut merupakan habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan, salah satunya adalah herpetofauna (amfibi dan reptil). Hutan di kawasan SM Sermo terdiri dari hutan sekunder yang umum dimasuki manusia dengan kerapatan vegetasi kurang dari 90%, dengan ketinggian antara 90-250 mdpl dan luas sekitar 181 ha. Sampling dilakukan selama dua hari tanggal 13-14 Januari 2013, dan dilakukan pada pagi dan malam hari dengan metode sampling perpaduan antara VES (Visual Encounter Survey), Time Search, dan Road Cruising. Hasil identifikasi diperoleh 5 (lima) spesies amfibi dan 13 (tiga belas) spesies reptil. Spesies amfibi yang ditemukan di kawasan SM Sermo adalah Fejervarya limnocharis, Duttaphrynus melanostictus, Ingerophrynus biporcatus, Polypedates leucomystax, dan Kaloula baleata. Reptil yang ditemukan terdiri atas dua Subordo, yaitu Subordo Serpentes (ular), dan Subordo Lacertilia (kadal). Subordo Serpentes yang ditemukan terdiri dari 4 (empat) spesies, yaitu Ahaetulla prasina, Rhabdophis subminiatus, Pareas carinatus, dan Rhamphotyphlops braminus. Subordo Lacertilia yang ditemukan terdiri dari 9 (sembilan) spesies, yaitu Draco volans, Dasia olivacea, Eutropis multifasciata, Eutropis rugifera, Hemidactylus frenatus, Gekko gecko, Cyrtodactylus marmoratus, Lygosoma quadrupes, dan Hemiphyllodactylus typus. Seiring berjalannya waktu, penambahan atau pengurangan jumlah spesies yang terdapat di kawasan SM Sermo dapat terjadi. Dengan demikian, monitoring jenis herpetofauna perlu dilakukan secara rutin untuk memantau keanekaragamannya di kawasan ini. Abstract Sermo is one of wildlife sanctuary which located in Daerah Istimewa Yogyakarta. It consists of several unique habitats for wildlife such as herpetofauna (amphibians and reptiles). Forest habitat mostly composed by secondary forest with the vegetation coverage less than 90% in 90-250 meters above sea level. This area is 181 ha in width. Sampling was done for two days (13-14 Januari 2013). Sampling was conducted during day and night using several methods viz. VES (Visual Encounter Survey), Time Search, and Road Cruising. Five species of amphibians and thirteen species of reptiles were identified. Amphibian species recorded in the sampling sites are Fejervarya limnocharis, Duttaphrynus melanostictus, Ingerophrynus biporcatus, Polypedates leucomystax, and Kaloula baleata. Reptile species are member of suborder Serpentes (snakes) and suborder Lacertilia (lizards). Snakes which found in Sermo wildlife sanctuary are Ahaetulla prasina, Rhabdophis subminiatus, Pareas carinatus, and Rhamphotyphlops braminus. While lizard species identified from the sampling sites are Draco volans, Dasia olivacea, Eutropis multifasciata, Eutropis rugifera, Hemidactylus frenatus, Gekko gecko, Cyrtodactylus marmoratus, Lygosoma quadrupes and Hemiphyllodactylus typus. Overtime, fluctuation of species richness is unavoidable. Monitoring species richness is needed to record the composition of amphibian and reptiles species in the area. 2015 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Bulaksumur, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281 E-mail: rurybiougm@ugm.ac.id ISSN 0215-9945 7

PENDAHULUAN Sebagian besar orang mengenali katak dan kodok sebagai amfibi, namun sebenarnya amfibi terbagi dalam 3 Ordo, yaitu Caudata (salamander), Anura (katak dan kodok) dan Gymnophiona (amfibi tak berkaki) (Pough et al. 1998; Zug 1993; Anonim 2003). Amfibi adalah vertebrata yang memiliki dua fase kehidupan pada dua lingkungan yang berbeda. Ketika menetas hidup di air dan bernafas dengan insang, kemudian saat dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru (Pough et al. 1998; Zug 1993; Vitt & Caldwell 2009). Reptil merupakan vertebrata yang bersisik, fertilisasi internal, telur bercangkang, dan kulit tertutup sisik. Kulit yang ditutupi sisik akan meminimalkan kehilangan cairan tubuh, sehingga reptil dapat bertahan di lingkungan darat yang kering. Secara umum habibat amfibi dan reptil terbagi menjadi 5 yakni terrestrial, arboreal, akuatik, semi akuatik, dan fossorial. Reptil dan amfibi menghuni hampir seluruh permukaan bumi, kecuali di antartika (Pough et al. 1998; Zug 1993) Kelompok hewan reptil dan amfibi lebih dikenal dengan herpetofauna. Kelompok hewan ini perlu dipelajari, karena manfaatnya bagi lingkungan dan manusia. Mitologi, budaya, seni dan sastra memandang kelompok hewan tersebut sebagai karakter menarik bahkan sering dijumpai dalam iklan komersial. Amfibi dan reptil juga sering dimanfaatkan sebagai makanan dan sumber senyawa obat. Selain itu, sebagian besar juga dimanfaatkan sebagai hewan coba dalam penelitian. Hal ini dikarenakan amfibi dan reptil merupakan organisme model yang sangat berguna bagi banyak studi lapangan perilaku, ekologi dan pengajaran. Amfibi dan reptil merupakan komponen utama dalam ekosistem dan sering digunakan sebagai indikator status suatu kerusakan lingkungan. Reptil memiliki peran penting dalam kehidupan manusia dan lingkungan, sebagai objek pertanian dan peternakan, dan dalam bidang pengobatan dijadikan suplemen (Pough et al. 1998; Zug 1993; Vitt & Caldwell 2009). Sermo merupakan salah satu Suaka Margasatwa (SM) yang bernaung di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta. Hutan di kawasan SM Sermo terdiri dari hutan sekunder yang umum dimasuki manusia dengan kerapatan vegetasi kurang dari 90%, dengan ketinggian antara 90-250 mdpl dan luas sekitar 181 ha. Sebagian besar wilayah SM Sermo didominasi dengan pohon produksi seperti jati dan kayu putih. Berdasarkan sejarahnya, hutan ini 8 merupakan hutan produksi yang akhirnya diubah menjadi kawasan suaka margasatwa. Wilayah di dalam SM Sermo tidak terdapat sumber air yang tetap. Sungai-sungai kecil dialiri air hanya pada saat musim penghujan. Selain itu, air di daerah SM Sermo berwarna putih susu, mengindikasikan adanya kandungan kapur. Wilayah SM Sermo merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan diantaranya herpetofauna. Keanekaragaman herpetofauna di wilayah ini belum diketahui dengan pasti sehingga diperlukan penelitian mengenai jenis-jenis herpetofauna dan sebarannya di dalam kawasan tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi di daerah Suaka Margasatwa (SM) Sermo, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan kerjasama antara Kelompok Studi Herpetologi (KSH) Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan selama dua hari yaitu tanggal 13-14 Januari 2013, menggunakan metode sampling perpaduan antara VES (Visual Encounter Survey), Time Search, dan Road Cruising (Crump & Scott 1994; Jaeger 1994; Kusrini 2009). Alasan pemilihan metode VES adalah agar herpetofauna lebih cepat ditemukan karena dilakukan pencarian secara aktif. Metode Time Search digunakan untuk membatasi waktu penelitian dan sumberdaya manusia dikarenakan kawasan SM Sermo sangat luas dan akan memakan waktu banyak untuk menjelajahi seluruh area. Metode Road Cruising, digunakan untuk menentukan arah penjelajahan, karena tidak semua area di SM Sermo dapat dijelajahi. Hal ini dikarenakan lebatnya semak yang ada atau karena memang tidak ada jalan ke daerah tertentu. Semua amfibi dan reptil ditangkap untuk diidentifikasi, dan masing-masing satu individu setiap spesies dijadikan voucher spesimen (Reynolds et al. 1994). Setiap satu spesies dilakukan morfometri, kemudian spesimen dilepas kembali ke tempat semula. Lokasi penelitian dibagi menjadi lima bagian, yaitu Hutan Sekunder I (HS I, berada di bagian utara dari pintu masuk waduk sermo), Hutan Sekunder II (HS II, berada di bagian utara dari pintu masuk Waduk Sermo), sungai besar di batas kawasan SM Sermo (berada di bagian selatan dari pintu masuk waduk sermo), ladang, dan jalan raya menuju SM Sermo (berada di bagian barat dari pintu masuk waduk sermo. Sampel diidentifikasi menggunakan beberapa

referensi buku. Untuk sampel amfibia, digunakan (1) McKay (2006) A Field Guide to the Amphibians and Reptiles of Bali; (2) Kurniati (2003) Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun National Park West Java, Indonesia; (3) Berry (1975) The Amphibian Fauna of Peninsular Malaysia; (4) van Kampen (1923) The Amphibians of the Indo-Australian Archipelago; (5) Iskandar (1998) Amfibi Jawa dan Bali. Sampel reptil diidentifikasi menggunakan: (1) Das (2010) Reptiles of South-East Asia; (2) McKay (2006) A Field Guide to the Amphibians and Reptiles of Bali; (3) de Rooij (1915) The Reptiles of the Indo- Australian Archipelago I; (4) de Rooij (1917) The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago II; (5) Manthey (2008) Agamid Lizards of Southern Asia: Draconinae 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampling herpetofauna dilakukan pada tiga titik yang berbeda, yaitu bagian selatan, utara, dan barat dari pintu masuk Waduk Sermo. Bagian selatan didominasi oleh pohon berkayu dengan sedikit semaksemak. Bagian ini memiliki kerapatan 60% dan penutupan batang 40%, dengan keadaan kering dan suhu udara yang panas pada siang hari dan hangat pada malam hari. Bagian utara didominasi oleh pohon kayu putih dengan lantai hutan ditutupi seresahan yang sangat tebal. Kerapatan pada bagian ini 60% sehingga keadaan cuaca relatif lebih sejuk dibandingkan bagian selatan, tidak ada semak-semak pada bagian ini. Pada bagian barat didominasi oleh pohon berkayu dan semak-semak, dengan penutupan 70%. Daerah ini merupakan daerah yang paling dekat dengan Waduk Sermo. Daerah ini juga memiliki beberapa aliran air kecil di bawah jalan. Hasil identifikasi herpetofauna terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil sampling herpetofauna (amfibi dan reptil) di kawasan SM Sermo No. Familia Spesies Lokasi Sampling H.S. I H.S. II Sungai Ladang Jalan Raya Kelas Amphibia 1. Bufonidae Duttaphrynus melanostictus - - 2. Ingerophrynus biporcatus - - - - 3. Dicroglossidae Fejervarya limnocharis - - - - 4. Microhylidae Kaloula baleata - - - - 5. Rhacophoridae Polypedates leucomystax - - - Kelas Reptilia (Subordo Lacertilia) 6. Agamidae Draco volans - - 7. Gekkonidae Cyrtodactylus marmoratus - - - - 8. Gekko gecko - - - - 9. Hemidactylus frenatus - - 10. Hemiphyllodactylus typus - - - - 11. Scincidae Dasia olivacea - - - 12. Eutropis multifasciata - - 13. Eutropis rugifera - - - 14. Lygosoma quadrupes - - - - Kelas Reptilia (Subordo Serpentes) 15. Colubridae Ahaetulla prasina - - - 16. Pareas carinatus - - - - 17. Rhabdophis subminiatus - - - - 18. Typhlopidae Ramphotyphlops braminus - - - - Total 8 0 6 2 14 Pada Tabel 1 terlihat bahwa jumlah individu ditemukan relatif berbeda-beda tergantung lokasi sampling, hal ini karena spesies amfibi dan reptil yang ditemukan bergantung pada kondisi dan tipe habitat. Pertemuan herpetofauna paling banyak adalah di jalan raya. Hal ini karena SM Sermo tidak memiliki sungai 9

permanen, sedangkan air dalam jumlah besar terdapat di Kawasan Waduk Sermo yang berada di luar wewenang BKSDA Yogyakarta. Antara SM Sermo dan Waduk Sermo dipisahkan oleh jalan raya, sehingga sebagian besar individu yang ditemukan sedang melintas (menyeberangi) jalan raya di antara kedua lokasi ini. Hasil tagging spesimen kemudian diplotkan berdasarkan koordinatnya ke dalam peta SM Sermo pada Gambar 1. Keterangan : 1 = Ahaetulla prasina 8 = Rhabdophis subminiatus 1-2= Draco volans + E. multifasciata 9 = Cyrtodactylus marmoratus 2 = Polypedates leucomystax 10 = Eutropis rugifera 3 = Duttaphrynus melanostictus 11 = Hemidactylus frenatus 3 = Ingerophrynus biporcatus 12 = Hemiphyllodactylus typus 4 = Kaloula baleata 13 = Dasia olivacea 5 & 6 = Gekko gecko 14 = Lygosoma quadrupes 7 = Pareas carinatus 15 = Ramphotyphlops braminus 16 = Fejervarya limnocharis Gambar 2. Persebaran amfibi dan reptil di Kawasan SM Sermo. Pada awal pembuatannya, kawasan hutan SM Sermo merupakan hutan negara dengan fungsi sebagai hutan produksi. Kemudian fungsi kawasan hutan dirubah menjadi hutan lindung. Vegetasi yang ada di hutan ini mulai ditanam dari tahun 1940-an sampai tahun 1990-an. Pada SM Sermo masih sering dijumpai penyerobotan lahan pada petak tertentu dan dijadikan areal tumpangsari. Perburuan satwa juga masih 10 terjadi karena keadaan SM Sermo sendiri yang sangat mudah dilalui oleh penduduk sekitar. Kondisi vegetasi pada SM Sermo menunjukkan bahwa tanaman yang ada di SM Sermo hampir homogen. Jenis tanamannya antara lain tanaman monokultur jenis jati, mahoni, akasia, eukaliptus dan kayu putih. Selain itu di dalam SM Sermo juga terdapat bangunan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan air (reservoir). Jenis

tanaman yang sama seperti yang ditemukan di hutan tropis dan keberadaan tempat penyimpanan air ini menyebabkan keberadaan amfibi dan reptil di kawasan ini patut untuk dikaji. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa amfibi dan reptil yang berada di lokasi ini sangat bergantung pada tipe habitatnya. Sehingga jika ada perubahan habitat maka jenis amfibi dan reptil yang ada di SM Sermo pun akan ikut mengalami perubahan. Kemungkinan jumlah dan keragaman amfibi dan reptil akan lebih banyak saat musim hujan. Hal ini dikarenakan saat musim hujan akan banyak sungaisungai kecil di dalam SM Sermo yang dialiri air dan menjadi habitat yang potensial bagi amfibi dan reptil. Gambar 3. Beberapa spesimen yang berhasil didokumentasikan. Searah jarum jam dari kiri atas; Hemidactylus frenatus, Eutropis rugifera, Fejervarya limnocharis, dan Ahaetulla prasina. PENUTUP Herpetofauna (amfibi dan reptil) yang dijumpai di kawasan SM Sermo yaitu lima jenis katak dan kodok anggota Ordo Anura, sembilan jenis kadal anggota Subordo Lacertilia, dan empat jenis ular anggota Subordo Serpentes. Data yang diperoleh dalam penelitian ini sudah cukup mewakili beberapa habitat di SM Sermo, namun masih diperlukan penelitian lanjutan dengan durasi yang lebih lama dengan minimal tiga kali ulangan untuk setiap kali sampling. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam 11 Yogyakarta, Masyarakat di sekitar SM Sermo, dan Kelompok Studi Herpetologi Fakultas Biologi UGM. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Grzimek s Animal Life Encyclopedia 2nd ed. Vol. 6. Amphibians. Michaels Hutchins, Series Editor. Gale Group Inc. Berry PY. 1975. The Amphibian Fauna of Peninsular Malaysia. Tropical Press. Kuala Lumpur. Crump ML & Scott Jr NJ. 1994. Visual Encounter Surveys in Measuring dan Monitoring Biological Diversity Standard Methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press. Washington. Pp. 84. Das I. 2010. A Field Guide to the Reptiles of South-east Asia. New Holland Publishers (UK) Ltd. De Rooij N. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia, Chelonia, Emydosauria. E. J. Brill Ltd.

De Rooij N. 1917. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. II. Ophidia. E. J. Brill Ltd. Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI. hal: 1-9 Iskandar DT. 2000. Kura-kura dan Buaya Indonesia dan Papua Nugini. PALMedia Citra, Bandung. Jaeger RG. 1994. Transect Sampling in Measuring dan Monitoring Biological Diversity Standard Methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press. Washington. Pp. 103. Kusrini MD. 2009. Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Kurniati 2003. Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun National Park West Java, Indonesia Manthey U. 2008. Agamid Lizards of Southern Asia; Draconinae 1. Edition Chimaira. McKay JL. 2006. A Field Guide to the Amphibians and Reptiles of Bali. Krieger Publishing Company. Florida. Pough FH, Andrew RM, Cadle JE, Crump ML, Savitzky AH, & Wells KD. 1998. Herpetology. Prentice-Hall, Inc. Upper Saddle River, New Jersey. Pp : 138, 169. Reynolds RP, Crombie RI & McDiarmid RW. 1994. Voucher specimens in Measuring dan Monitoring Biological Diversity Standard Methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press. Washington. Pp. 66. Van Kampen PN. 1923. The Amphibia of the Indo-Australian Archipelago. E. J. Brill Ltd. Vitt LJ & Caldwell JP. 2009. Herpetology: An Introductory Biology of Amphibians and Reptiles. 3rd ed. Elsevier, Academic Press, Inc. San Diego, California. Zug GR. 1993. Herpetology: An Introductory Biology of Amphibians and Reptiles. Academic Press Inc. San Diego, California. 12