PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU )

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3892

1.1. Latar Belakang Setiap ruangan harus memiliki 3 aspek yang harus diperhatikan, akustik, thermal dan pencahayaan. Aspek-aspek ini memiliki

PENGARUH PENAMPANG ASIMETRIS TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDIO VISUAL GEDUNG S2 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TELKOM

DENDY D. PUTRA 1, Drs. SUWANDI, M.Si 2, M. SALADIN P, M.T 3. Abstrak

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI KINERJA PARAMETER AKUSTIK DENGAN MEMODIFIKASI KONFIGURASI DISTRIBUSI SPEAKER PADA MASJID SYAMSUL ULUM

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA


Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

PERANCANGAN ULANG RUANG AULA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO DARI SEGI AKUSTIK

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

BAB IV HASIL PENGUKURAN PARAMETER AKUSTIK DAN ANALISA

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

PENILAIAN KUALITATIF KONDISI AKUSTIK RUANG KONFERENSI ASIA AFRIKA

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

Perancangan Ulang Akustik pada Auditorium STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL

Keadaan Akustik Ruang TVST 82

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU

OPTIMALISASI PERFORMA AKUSTIK RUANG PADA RUANG IBADAH UTAMA DI GEREJA KATHOLIK PAROKI SANTO THOMAS KELAPA DUA DEPOK JAWA BARAT

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

PERBAIKAN KUALITAS AKUSTIK RUANG MENGGUNAKAN PLAFON VENTILASI BERDASARKAN WAKTU DENGUNG STUDI KASUS RUANG KELUARGA PADA RUMAH TIPE 70

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( )

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif

UTS TF-3204 AKUSTIK. Analisis Karakteristik Akustik Pada Ruang secretariat unit Marching Band Waditra Ganesha (MBWG) ITB. Oleh: Ade husni

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9231 GKU TIMUR

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

METODE PENELITIAN. A. Bahan dan Materi Penelitian. Dikarenakan objek studi masih dalam rupa desain prarancangan maka bahan

LATAR BELAKANG UTS TF AKUSTIK [NARENDRA PRATAKSITA ]

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

TF4041- TOPIK KHUSUS A

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Listener. Source. Space. loudness level pitch frequency time spatial spectral temporal. absorption diffraction reflection diffusion

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

Kata kunci: Transmission Loss

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

UTS TF-3204 AKUSTIK PENILAIAN DAN OBSERVASI RUANG TVST C ITB

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

PENDEKATAN AKUSTIK ADAPTIF DALAM OPTIMALISASI WAKTU DENGUNG PADA GEREJA KATOLIK DI JAKARTA

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian

Optimalisasi Kenyamanan Akustik Ruang pada JX International Surabaya

TAKE HOME TEST TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG KULIAH 9212 GEDUNG KULIAH UMUM ITB

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium

RUANG 9231 GKU TIMUR ITB

Kondisi Akustik TVST B

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Analisis Karakteristik Akustik Pada Ruang Peribadatan Masjid : Studi Kasus Masjid Istiqamah

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

PENILAIAN KUALITAS AKUSTIK AUDITORIUM MULTIFUNGSI : BALAIRUNG UTAMA UKSW. Oleh. Christina Deasy Octavianti Paroke NIM :

PERANCANGAN SISTEM TATA SUARA MASJID AL AQSHA SUKODONO-SIDOARJO

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME)

APLIKASI VARIABEL PENYERAP BUNYI SEDERHANA UNTUK WAKTU DENGUNG FREKUENSI MENENGAH ATAS PADA AUDITORIUM FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

MATERIAL PEREDAM SUARA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI DAMEN, SERABUT KELAPA, DAN DINDING BATA

Penilaian Kondisi Akustik Di Dalam Ruang Kelas Melalui Program Simulasi Odeon 5.0 (Studi Kasus: SMP Negeri 4 Banda Aceh)

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi

HUBUNGAN ANTARA SPEECH INTELLIGIBIITY SUARA WANITA DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI BACKGROUND NOISE

UJIAN TENGAH SEMESTER TF3204 AKUSTIK

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK AKUSTIK RUANG PADA GEDUNG INDOOR DAGO TEA HOUSE BANDUNG OLEH: NAMA : SITI WINNY ADYA M NIM:

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

STUDI PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG KULIAH AUDIO VISUAL

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

Perancangan Tata Suara Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

ABSTRAK PENELITIAN POST-DOCTORAL REKAYASA ARSITEKTUR

Kondisi akustik ruangan 9231 GKU Timur ITB

Alexander Christian Nugroho

PEMBUATAN KOTAK AKUSTIK KEDAP SUARA YANG DIGUNAKAN UNTUK KALIBRASI SOUND LEVEL METER

ANALISIS KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI Studi kasus: Auditorium Universitas Kristen Petra, Surabaya

Transkripsi:

PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM THE EFFECT OF CEILING ABSORBER INSTALLATION TO ACOUSTIC PERFORMANCE IN MEETING ROOM P213 P BUILDING TELKOM UNIVERSITY Fatma Junita 1, Drs. Suwandi, M.Si 2, Muh. Saladin P, M.T 3 1 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 2 Dosen Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 3 Dosen Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 1 fatmajunita@students.telkomuniversity.ac.id, 2 suwandi@telkomuniversity.ac.id, 3 bibinprawirasasra@telkomuniversity.ac.id Abstrak Penyampaian secara lisan membutuhkan penekanan dan kejelasan pengucapan kata. Ruang rapat merupakan tempat yang berfungsi untuk menyampaikan informasi melalui percakapan atau disebut dengan room for speech. Kinerja akustik pada suatu ruang ditentukan oleh medan suara yang dihasilkan oleh ruangan tersebut. Pembentukan medan suara dipengaruhi oleh bentuk geometri, dimensi ruang, material penyusun ruangan serta noise. Sebagai evaluasi, maka ruang rapat harus memiliki kinerja akustik yang baik dan dinilai melalui parameter Listening Level (LL), Reverberation Time (RT), RASTI (Rapid Speech Transmission Index), dan ambient noise dengan nilai yang direkomendasikan. Pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui pengaruh treatment akustik berupa pemasangan absorber di langit-langit terhadap pembentukan medan suara dan kinerja parameter akustik. Ada beberapa modifikasi yang dilakukan yaitu koefisien absorpsi, posisi, luas permukaan dan ketinggian dari absorber yang dikombinasikan satu sama lain. Dari hasil simulasi, pemasangan absorber pada langit-langit dengan nilai koefisien absorpsi rata-rata 0,13-0,15 belum mampu memperoleh nilai parameter akustik ruang P213 sesuai nilai rekomendasi untuk room for speech. Kata kunci : medan suara, RT, LL, RASTI, absorber, langit-langit Abstract Verbal delivery needs emphasis and clarity of word pronunciation. The conference room is a place to deliver information through conversation or called room for speech. Acoustic performance in a room is determined by the sound field generated by the room. The sound field formation is affected by the geometry dimension, and the consisting material of the room and noises. For evaluation, the meeting room should have good acoustic performance judged by several parameters such as Listening Level (LL), Reverberation Time (RT), Rasti (Rapid Speech Transmission Index), and ambient noise. Those parameters must have values within the range of recommendation. In this research, the author wants to determine the effect of acoustic treatment in the form of absorber installation at the ceiling on the formation of the sound field and acoustic parameter performance. Those modifications are basically combination of the absorption coefficient, position, surface area and the height of the absorber. From the simulation result, absorber installation in ceiling with average absorption coefficient of 0,13 0,15 has not yet procure the acoustic parameter in room P213 agree with the recommendation value for room for speech. Keywords: sound field, RT, LL, Rasti, absorber, ceiling 1. Pendahuluan Ruang rapat merupakan tempat yang berfungsi untuk menyampaikan informasi melalui percakapan atau disebut dengan room for speech. Percakapan yang dilakukan harus tersampaikan dengan baik kepada pendengar. Kinerja akustik pada suatu ruang ditentukan oleh medan suara yang dihasilkan oleh ruangan tersebut.. Medan suara yang dihasilkan harus memiliki parameter akustik sesuai dengan rekomendasi yang telah ditentukan. Sebagai evaluasi, maka ruang rapat harus memiliki kinerja akustik yang baik dan dinilai melalui parameter Listening Level (LL), Reverberation Time (RT), RASTI (Rapid Speech Transmission Index), dan ambient noise dengan nilai tertentu yang direkomendasikan agar ruangan tersebut berjalan sesuai dengan fungsinya. Rekomendasi untuk room

for speech adalah Listening Level (LL) dengan selisih tingkat pendengaran antara sumber suara dengan titik pendengar terjauh harus kurang dari 10 db [1], RT dengan nilai antara 0,6 0,8 detik [2], RASTI dengan kriteria nilai baik [3], dan ambient noise dengan nilai tidak melebihi 60 db [4]. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan software DSSF3 untuk mencari nilai kondisi existing ruangan. Hasil dari perngukuran diperoleh nilai untuk RT yaitu 0,5-0,73 detik sedangkan nilai LL dan RASTI yaitu 78 88 db dan kategori Baik hampir pada semua titik. Dari pengukuran juga diperoleh nilai Noise Criteria (NC) sebesar 36,2 untuk kondisi AC dinyalakan dan 28,7 untuk kondisi AC dimatikan. Agar diperoleh nilai rekomendasi yang sesuai untuk room for speech, dilakukan treatment akustik dengan menambahkan material absorber pada bagian langit-langit ruangan. Langit-langit yang lebih rendah dapat mengurangi nilai Reverberation Time (RT) [5]. Langit-langit pada ruangan yang diatur dengan baik dapat menyerap noise dengan frekuensi sedang atau tinggi [6]. Tahap selanjutnya dilakukan pemodelan ruangan menggunakan software CATT Acoustic untuk validasi dengan data lapangan sebagai validator. Setelah dilakukan validasi, modifikasi parameter seperti koefisien absorpsi, posisi dan luas permukaan akan dilakukan pada model untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembentukan medan suara. Parameter akustik dari ruangan akan diperoleh dari hasil akhir simulasi. 2. Dasar Teori 2.1 Reverberation Time (RT) Ketika terdapat sumber suara di dalam sebuah ruangan, terdapat dua medan suara yang diterima oleh pendengar yaitu direct sound dan indirect sound. Direct sound merupakan suara yang langsung datang dari sumber ke penerima tanpa terjadi pantulan. Apabila sumber dinyalakan secara terus menerus, suara akan memantul di dalam ruangan. Setelah waktu tertentu ketika sumber dimatikan, suara yang masih tersisa di dalam ruangan tersebut disebut indirect sound. Suara yang terjadi akibat akumulasi suara yang terbentuk oleh indirect sound saat terdengar oleh penerima disebut dengung. Dengung dipengaruhi oleh volume ruangan, fungsi ruang, penyerapan bunyi oleh bahan bangunan ruang dan jumlah manusia pemakai ruang [7]. Reverberation Time atau dapat disebut sebagai waktu dengung adalah waktu yang dibutuhkan dari sumber bunyi meluruhkan suara sebanyak 60 db. Reverberation Time atau Waktu Sabine suatu ruangan dapat diukur dengan rumus : dengan : V : volume ruangan S : luas permukaan ruangan : rata-rata koefisien absorpsi : koefisien absorpsi bahan ke-i : luas permukaan bahan ke-i 2.2 Listening Level (LL) Listening Level merupakan parameter yang dinyatakan dengan nilai kekerasan suara dalam skala desibel (db). Dalam perancangan akustik ruang, selisih tingkat pendengaran antara sumber suara dengan titik pendengaran antara sumber suara dengan titik pendengar terjauh harus kurang dari 10 db [1]. Pada ruangan yang cukup besar, terdapat permasalahan yang umum terjadi yaitu suara yang cukup dan merata. Yang dimaksud cukup adalah apabila tekanan suara yang diterima memiliki nilai lebih besar dibandingkan bising latar belakang, minimal selisih tekanan suara antara listening level dan bising latar belakang adalah 10 db Merata adalah apabila perbedaan tingkat tekanan suara yang diterima oleh pendengar yang jauh dan yang dekat dengan sumber tidak jauh berbeda. Faktor yang mempengaruhi adalah jarak antara sumber dan penerima serta pantulan suara. [8] 2.3 Ambient Noise Noise berarti suara yang tidak diinginkan. Contoh noise suara keras yang mengganggu orang lain atau membuat jadi sulit mendengar suara yang diinginkan. Speech atau musik juga bisa dikatakan noise apabila memang tidak diinginkan untuk didengar. Ambient noise merupakan noise yang disebabkan oleh lingkungan sekitar seperti suara angin dan suara daun yang berjatuhan dari pohon. Ambient noise pada umumnya yang paling sering menyebabkan gangguan, terlebih bila sumber kebisingan yang jaraknya dekat merupakan kebisingan tetap dengan tingkat melebihi 50 db. Ambient noise yang melebihi 60 db akan menyebabkan percakapan atau komunikasi menjadi sulit untuk dilakukan [4]. Berdasarkan nilai background noise, yang merupakan faktor utama dalam ambient noise, didapatlah sebuah nilai yang disebut Noise Criteria (NC). NC merupakan nilai yang ditentukan berdasar kurva standar dari background noise yang terukur dalam suatu ruangan.

RT (s) Gambar 1 Kurva Noise Criteria (NC )[9] 2.4 RASTI (Rapid Speech Transmission Index) Merupakan metode yang digunakan untuk memberikan penilaian terhadap kejelasan percakapan. Kejelasan percakapan dinilai dengan index 0 (kejelasan percakapan sangat buruk) dan 1 (kejelasan percakapan sempurna) RASTI dikembangkan dari STI (Speech Transmission Index). Perbedaan RASTI dengan STI adalah bahwa pada RASTI hanya digunakan dua pita oktaf antara 500 Hz dan 2 khz [3]. Persamaan RASTI dapat ditulis sebagai berikut : dengan : SNR : Signal to Noise Ratio 3. Pembahasan 3.1. Simulasi Model Existing Simulasi model existing merupakan simulasi model ruangan tanpa adanya modifikasi. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi validitas pemodelan yang dibuat. Pemodelan dikatakan valid apabila error pada nilai RT bernilai kurang dari 5%. Error yang diperoleh memiliki nilai paling besar 3,69% pada frekuensi 4000 Hz. Perbandingan nilai pengukuran dan simulasi model existing dapat dilihat pada gambar 2. 0.85 0.75 0.65 0.55 0.45 125 250 500 100020004000 Pengukuran Existing Gambar 2. Grafik perbandingan nilai RT Pengukuran dan model existing 3.2 Simulasi Model Modifikasi Setelah model dinyatakan valid, kemudian dilakukan simulasi model modifikasi sebagai simulasi treatment akustik ruangan. Model modifikasi dilakukan dengan menambahkan material absorber dengan koefisien absorpsi yang ditentukan menggunakan pendekatan Sabine. Absorber yang digunakan merupakan produk dari OWAAcoustic dengan nama absorber α 1 (Cosmos), α 2 (Sandila), α 3 (Plain). Berikut tabel koefisien absorpsi dari absorber yang digunakan dalam simulasi model modifikasi :

LL (db) RASTI RT (s) Tabel 2. Koefisien Absorpsi Absorber Nama Absorber α125 Hz α250 Hz α500 Hz α1000 Hz α2000 Hz α4000 Hz α 1 0,25 0,20 0,15 0,10 0,10 0,10 α 2 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 α 3 0,15 0,15 0,10 0,15 0,15 0,10 Kemudian dilakukan beberapa model simulasi dengan pemasangan absorber pada langit-langit ruangan. Absorber dipasang pada langit-langit dengan beberapa karakteristik yang divariasikan antara lain, koefisien absorpsi, luas permukaan, ketinggian, dan posisi. 3.2.1 Simulasi Luas Permukaan Simulasi dilakukan dengan melakukan perhitungan terlebih dahulu dengan menggunakan pendekatan Sabine dengan ketinggian 3,21 meter dan nilai RT pada rentang rekomendasi sehingga diperoleh luas permukaan dari setiap absorber yang digunakan. Selain itu, absorber juga diletakkan pada 6 posisi yang berbeda yaitu depan, belakang, tengah, samping, gabungan dan scattering untuk melihat pengaruh dari posisi absorber terhadap parameter akustik ruangan. Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa luas maksimum terdapat pada RT senilai 0,74. Karena itu simulasi dilakukan pada nilai RT minimum, maksimum, dan pertengahan. Tabel 2. Luas permukaan absorber pada ketinggian 3,21 meter Nama Absorber Luas (m2) 0.6 0.67 0.74 29.85 44.75 56.83 32.83 49.22 62.51 32.83 49.22 62.51 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 125 250 500 1000 2000 4000 8000 (a) 85 32.83 49.22 62.51 88.00 83.00 78.00 (b) 80 75 70 Gambar 3. Perbandingan nilai (a) RT (b) LL (c) RASTI pada luas permukaan yang berbeda Nilai LL dan RT semakin besar seiring dengan meningkatnya luas permukaan absorber karena nilai koefisien absorpsi absorber bernilai kecil sehingga energi yang diserap pun kecil. Hal ini menyebabkan banyak terjadi pantulan di dalam ruangan. Akibat banyak pantulan di dalam ruangan, kejelasan suara menjadi berkurang sehingga nilai RASTI menurun. (c)

LL (db) RASTI RT (s) 3.2.2 Simulasi Ketinggian Sama seperti simulasi luas, simulasi ketinggian juga dilakukan dengan melakukan perhitungan terlebih dahulu dengan menggunakan pendekatan Sabine. Ketinggian yang digunakan dalam perhitungan awal adalah sama dengan akustik tile yaitu 63,8 meter 2. Nilai RT yang digunakan adalah 0,6, 0,67, dan 0,74 seperti pada simulasi luas. Tabel 3. Ketinggian absorber dengan luas permukaan 63,09 m 2 Nama Tinggi (m) Absorber 0.6 0.67 0.74 2.13 2.54 2.96 2.32 2.75 3.19 2.32 2.75 3.19 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 125 250 500 1000 2000 4000 8000 (a) 2.32 2.75 3.19 90.00 85.00 85 80 75 80.00 70 (b) (c) Gambar 4. Perbandingan nilai (a) RT (b) LL (c) RASTI pada ketinggian yang berbeda Dari seluruh simulasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pengaruh ketinggian terhadap RT adalah berbanding lurus. Hal ini karena semakin tinggi absorber, maka volume ruangan akan semakin besar sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa meluruhkan energi suara sebesar 60 db. Semakin tinggi absorber diletakkan, nilai LL semakin rendah. Hal ini berhubungan dengan pembentukan medan suara. Medan jauh dari suara akan diserap lebih banyak karena jarak absorber yang jauh akibat penambahan ketinggian, karena itu suara yang diterima adalah suara langsung saja. Nilai RASTI menurun karena semakin tinggi absorber maka terjadi banyak pantulan. Untuk mengetahui pengaruh posisi absorber terhadap parameter akustik, maka dilakukan simulasi dengan meletakkan absorber pada 6 posisi yaitu depan, belakang, samping, tengah, gabungan, dan scattering.

LL (db) RASTI RT (s) 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 125 250 500 1000200040008000 (a) Depan Belakang Tengah Samping Gabungan Scattering 94.00 89.00 84.00 79.00 74.00 90 85 80 75 70 (b) Gambar 5. Perbandingan nilai (a) RT (b) LL (c) RASTI pada posisi yang berbeda Sedangkan untuk pengaruh posisi, nilai RT dan LL terkecil ada pada posisi absorber di belakang. Hal ini dikarenakan ketika suara sampai pada absorber, kondisi suara telah teredam oleh udara sepanjang perjalanan menuju absorber sehingga nilai RT menjadi kecil. Nilai LL menjadi kecil karena absorber akan menyerap energi suara yang sudah rendah pada posisi belakang. Nilai RASTI terkecil pada posisi tengah karena terjadi banyak pemantulan pada ruangan. 4. Kesimpulan Dari beberapa simulasi yang dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa nilai RT dan LL berbanding terbalik dengan nilai koefisien absorpsi. Koefisien absorpsi yang besar akan membuat energi suara yang datang diserap lebih banyak yang berakibat pada berkurangnya energi pantul pada ruangan. Ketinggian absorber berbanding lurus dengan nilai RT dan berbanding terbalik dengan nilai LL dan RASTI. Pada simulasi luas permukaan, diperoleh bahwa semakin luas absorber maka nilai RT juga akan semakin besar namun nilai LL dan RASTI akan menurun. Nilai RASTI (Rapid Speech Transmission Index) akan mengalami penurunan apabila diberikan absorber dengan koefisien absorpsi yang lebih kecil, dan sebaliknya. Berdasarkan hasil simulasi, pemasangan absorber pada langitlangit dengan nilai koefisien absorpsi rata-rata 0,13 0,15 belum mampu menyesuaikan nilai parameter akustik ruang P213 dengan nilai rekomendasi untuk room for speech. Dari hasil auralisasi, dapat disimpulkan bahwa untuk ruangan rectangular pemasangan absorber terbaik adalah menggunakan absorber dengan posisi belakang pada ketinggian 3,21 meter dengan luas absorber 32,83 m 2. Daftar Pustaka: [1] ASTM International. (2011). Standard Test Method for Measurement of Airborne Sound Attenuation between Rooms in Buildings. ASTM E336-11. [2] Marshall Day Acoustic Ltd. (2008). Acoustic Design Rooms For Speech. Acoustic, 1. [3] Bruel & Kjaer Booklet. (1988). RASTI Measurements. Denmark: Bruel & Kjaer DK-2850 Naerum. [4] Christina E.Mediastika, P. (2009). Material Akustik Pengendali Kualitas Bunyi pada Bangunan. Yogyakarta: ANDI. [5] Carvalho, A. P., Gonçalves, H. J., & Garcia, L. M. (2013). Acoustics of Modern and Old Museums. noise control, 7. [6] Bradley, J. S., Sato, H., & Picard, M. (2003). On the importance of early reflections for speech in rooms. acoustic, 10. [7] Leslie L. Doelle, E. M. (1972). Enviromental Acoustic. New York: McGraw-Hill, Inc. [8] Sabine. (1993). Design for Good Acoustic. Los Altos: Trade Cloth ISBN 0-9321 Peninsula Publishing. [9] RPG Diffusor Systems, Inc. (n.d.). Acoustical Design of Speech Rooms using the Complete Acoustical Palette : Absorption, Reflection, Diffusion and Isolation. Acoustic, 1. (c)