BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup. karena selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

Peningkatan Kemampuan Menyusun Kalimat pada Anak Tunarungu Dengan Media I-Chat (I Can Hear And Talk)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intan Mara Mutiara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan alat komunikasi dengan sesama manusia. Sementara bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. eksternal diantaranya adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau ide yang sedang mereka. muka bumi ini harus diawali dengan bahasa.

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amilia Wahyuni, 2014 Analisis kemampuan berbahasa anak tunarungu ditinjau dari peran orang tua

BAB I PENDAHULUAN. sosial masyarakat yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

Penerapan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Pada Siswa Tunarungu

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk penguasaan konsep sepanjang kehidupan mereka. Semua indera yang

2014 PENGARUH METODE FIELD TRIP TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan software kamus tematik bergambar Untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SISTEM KOMUNIKASI TUNARUNGU

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus menjadi alat pemersatu bangsa. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reza Febri Abadi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI PENILAIAN PRESTASI KERJA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

MENGANALISIS TEORI DAN ASPEK-ASPEK DALAM KETERAMPILAN BERBICARA. Siti Reski Nanda. Pendidikan Bahasa Inggris. Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA TAMAN KANAK-KANAK KOTA A DISUSUN OLEH: MARYANI.M SEMESTER 4 PROGRAM STUDI S1 PAUD

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

CARA MENJALANKAN PROGRAM

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rifki Arif Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saling belajar dengan yang lain, baik komunikasi secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini di kenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB II LANDASAN TEORI. menyimak atau mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI PENILAIAN PRESTASI KERJA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan. komunikasi harus mampu mengekspresikan konsep-konsep yang ada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH BINA BICARA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR TEMAN PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB B/C LEBO SIDOARJO

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

APLIKASI KAMUS ELEKTRONIK BAHASA ISYARAT BAGI TUNARUNGU DALAM BAHASA INDONESIA BERBASIS WEB

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

PENDAHULUAN. dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak tuna rungu atau anak dengan gangguan pendengaran merupakan anak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis dan bahasa lisan. Variasi bahasa tulis tidak sedinamis variasi bahasa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri karena selalu membutuhkan orang lain dalam setiap kegiatannya. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai makhluk sosial, manusia dituntut memiliki berbagai keterampilan, salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Untuk dapat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Melalui bahasa manusia bisa bersosialisasi dengan lingkungannya, melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya, dan segala aktivitas dalam masyarakat selalu melibatkan bahasa. Setiap bahasa mempunyai aturan atau kaidah-kaidah tertentu, baik mengenai tata bunyi, tata bentuk maupun tata kalimat. Tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat seperti pada bahasa Inggris tentunya berbeda dengan bahasa Indonesia, karena setiap bahasa mempunyai kaidah-kaidah yang tersendiri. Kaidah-kaidah dalam bahasa itu penting dikuasai agar terdapat kesepakatan antara sesama pemakai bahasa, dengan demikian dapat dihindari kesalahan dalam penggunaannya. Kaidah-kaidah dalam bahasa dinamakan tata bahasa dan salah satu subahasan tata bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia adalah bidang sintaksis atau tata kalimat. Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari

2 dasar-dasar dan proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa (Keraf, 1984: 137). Sintaksis mempunyai beberapa aspek pembahasan, salah satunya adalah struktur dan pola kalimat. Penguasaan struktur dan pola kalimat akan menjadi hal yang sangat penting bila kita sedang berkomunikasi, dengan dikuasainya struktur dan pola kalimat, setiap pesan yang disampaikan dalam bentuk kalimat baik secara lisan maupun tulisan akan mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain, karena kata-kata dalam kalimat yang dibuat sesuai dengan struktur dan pola kalimat akan runtut atau sistematis. Sebagai contoh adalah kalimat-kalimat dibawah ini: 1. Iwan sedang membaca koran 2. Andi bola sedang bermain S k.s P O S O k.s P Pada contoh, kalimat pertama meski sekilas langsung dapat memahami maksudnya, karena kalimat pertama itu sudah berstruktur dan berpola. Sedangakan pada kalimat kedua untuk dapat memahami maksudnya butuh waktu dan pemikiran yang cukup lama, karena kalimat kedua tidak berstruktur dan berrpola. Berdasarkan penjelasan dan contoh kalimat diatas menegaskan bahwa pentingnya penguasaan struktur dan pola kalimat dalam proses komunikasi. Karena disamping pesan yang disampaikan mudah dipahami, proses komunikasi juga akan lebih efektif dan efisien. Ketunarunguan berdampak kepada kemiskinan bahasa yang diverbalkan dan menghambat keterampilan berkomunikasi, khususnya dengan orang-orang mendengar. Hambatan komunikasi yang terjadi pada anak tunarungu disebabkan

3 oleh ketidak berfungsiannya pendengaran yang akhirnya menuntut anak tunarungu hanya menggunakan penglihatan saja dalam pemerolehan bahasa reseptifnya, hal ini berdampak pada pemerolehan bahasa reseptif anak tunarungu yang tidak sempurna atau sepotong-sepotong, karena tidak semua yang dilihatnya dapat dimengerti dan dipahami. Akibatnya ketika anak tunarungu menuangkan bahasa reseptifya kedalam bentuk bahasa ekspresif baik secara verbal (berbicara) maupun non verbal (menulis) menjadi tidak sempurna pula dan tidak dipahami oleh orang-orang mendengar. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa tunarungu kelas 1 SMPLB, ditemukan beberapa hambatan yang umumnya terjadi dalam hal bahasa ekspresif non verbal (menulis) diantaranya adalah: Kalimat tidak beraturan (tidak berstruktur) sehingga sulit untuk dipahami. Contoh : Saya makan sudah. Penempatan dan pemilihan kata kurang tepat, sehingga kalimat menjadi kurang dipahami. Contoh : Wulan sedang mau makan ikan. Kata-kata dalam kalimat tidak berhubungan sehingga alur kalimat menjadi tidak jelas. Contoh : Saya sedang dibantu kebersihkan. Cara guru berkomunikasi dengan siswa tunarungu juga tdak menggunakan kalimat yang benar (tidak berstruktur), sehingga siswa tunarungu menjadi terbiasa berbicara atau menulis dengan menggunakan kalimat tidak berstruktur. Contoh : Buku bahasa Indonesia bawa besok. Seringnya penggunaan kalimat yang tidak berstruktur dan berpola seperti diatas, mengakibatkan pesan yang disampaikan anak tunarungu ketika berkomunikasi tidak dapat dipahami oleh orang-orang mendengar. Jika hal ini

4 tidak segera dicarikan jalan keluarnya, maka komunikasi anak tunarungu di masyarakat akan terputus dan pada akhirnya terisolasi. Hal ini sangat berpengaruh pada karir dan masa depan anak tunarungu itu sendiri. Dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki anak tunarungu, dalam hal ini adalah kemampuan membuat kalimat berstruktur dan berpola, maka dalam pendidikannnya anak tunarungu perlu mendapatkan pembelajaran bahasa yang seoptimal mungkin, salah satunya didukung oleh media yang sekiranya dapat membantu meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam membuat kalimat berstruktur dan berpola. Karena dengan meningkatnya kemampuan anak tunarungu dalam membuat kalimat berstruktur dan berpola akan semakin memperlancar proses komunikasi antara anak tunarungu dengan orang-orang mendengar pada umumnya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengenalkan salah satu media pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam membuat kalimat berstruktur dan berpola. Media pembelajran tersebut adalah Communication Services For People With Disabilities (3GPD). Peneliti berasumsi bahwa media 3GPD ini dapat membantu meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam membuat kalimat berstruktur dan berpola. Karena media 3GPD ini akan melatih anak tunarungu bagaimana menyusun kata-kata dari gambar kedalam beberapa pola kalimat hingga terbentuk kalimat berstruktur. Disamping itu media 3GPD ini juga melatih anak tunarungu dalam artikulasi serta pengenalan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI), karena setelah selesai

5 menyusun kalimat berstruktur dan berpola anak dapat melihat video artikulasi dan bahasa isyarat dari kalimat tersebut. Atas dasar itulah, peneliti mengambil judul Pengaruh Media Communication Services For People With Disabilities (3GPD) dalam Meningkatkan Kemampuan Membuat Kalimat pada Anak Tunarungu. B. IDENTIFIKASI MASALAH Banyak permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam meningkatkan kemampuan membuat kalimat pada anak tunarungu, dari banyaknya permasalahan yang ada, peneliti melakukan identifikasi masalah. Adapun indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemerolehan bahasa reseptif pada anak tunarungu yang tidak sempurna atau sepotong-sepotong akan mempengaruhi kemampuan dalam membuat kalimat. 2. Seringnya guru dan orang-orang mendengar berkomunikasi dengan anak tunarungu yang singkat, tidak berstruktur dan berpola, mengakibatkan anak tunarungu terbiasa membuat kalimat tidak berstruktur dan berpola 3. Saat ini masih banyak metode pembelajaran yang sering digunakan dalam mengajar anak tunarungu yang belum mampu meningkatkan kemampuan membuat kalimat. 4. Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kemampuan dalam membuat kalimat pada anak tunarungu, salah satunya adalah media 3GPD.

6 C. BATASAN MASALAH Agar penelitian tidak keluar dari tujuan atau meluas pada hal-hal yang tidak perlu, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut : 1. Struktur dan pola kalimat anak tunarungu sebelum menggunakan media 3GPD. 2. Struktur dan pola kalimat anak tunarungu setelah menggunakan media 3GPD. D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dalam penelitian ini akan dibuat rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah media 3GPD berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan membuat kalimat pada anak tunarungu? E. VARIABEL PENELITIAN 1. Definisi Konsep Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah subjek yang sifatnya berhubungan, yang satu mempengaruhi yang lainnya. Adapun variabel dalam penelitian ini, terdiri dari dua variabel yaitu : a. Variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2008 : 39). Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah media 3GPD, yang dimaksud

7 media 3GPD adalah jenis media proyeksi, dimana penggunaan media ini melalui komputer dalam bentuk kombinasi gambar, kata-kata dan video b. Variabel terikat, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008 : 39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan membuat kalimat, yang dimaksud kemampuan membuat kalimat disini adalah kemampuan dalam membuat kalimat berstruktur dan berpola secara tertulis sehingga makna dan maksudnya dapat dipahami oleh orang lain dan pada akhirnya akan memperlancar proses komunikasi. 2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas Adapun langkah-langkah penggunaan media 3GPD ini adalah sebagai berikut : 1) Aplikasi Inti. Bentuk ini digunakan untuk memilih struktur bahasa Indonesia yang dipelajari. Pada kasus ini kalimat-kalimat ini dibangun dengan cara yang termudah yaitu (SP-Subjek Predikat/Kata Kerja)

8 2) Pengguna dapat memilih gambar pada bagian kiri untuk mempelajari bagaimana mengeja kata dan memeriksa kalimat yang benar. Pengguna hanya perlu menarik dan menurunkan gambar ditempat yang disukainya. 3) Pengguna perlu melengkapi semua kotak tanda tanya pada tampilan sebelum mereka mempelajari bagaimana mereka mengejanya. 4) Pengguna dapat memilih berbagai struktur yang berbeda yang mereka ingin pelajari, dari format SP hingga format SPOK hanya dengan mengklik banner.

9 5) Setelah mereka selesai melengkapi kalimat, pengguna dapat mengklik tombol Signlanguange atau Speechreading untuk melihat cuplikan film yang mengajarkan mereka bagaimana mengekspresikan kalimat pada bahasa isyarat atau bahasa bicara (speech reading). 6) Untuk memperkaya data, administrator memiliki kapabbilitas untuk memutakhirkan (update) basis data (database) dengan menggunakan sistem manajemen isi khusus. Pada menu ini mereka dapat menambah, menghapus, atau memutakhirkan kata subjek, predikat, objek, dan keterangan. Basis data yang lebih lengkap akan berdampak lebih pada pemahaman pengguna. 7) Mereka dapat menggunakan tombol Hapus untuk menghapus. edit untuk memutakhirkan atau Tambah Data untuk menambah basis data.

10 b. Variabel Terikat Kalimat berstruktur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan membuat kalimat yang mengikuti pola-pola kalimat dalam tata bahasa Indonesia. Dimana kata-kata yang disusun dalam satu kalimat harus diletakan sesuai fungsinya, dengan kata lain anak harus menyusun kata-kata secara runtut atau sistematis sehingga membentuk suatu pola kalimat. Contoh kata subjek Petani harus diletakan diawal kalimat, karena pada dasarnya subjek pada kalimat selalu diawal. Jika kata subjek diletakan di predikat atau di objek atau di keterangan atau juga sebaliknya, itu artinya kalimat yang di buat tidak berstruktur dan berpola karena penempatan kata-katanya tidak sesuai dengan fungsinya. F. HIPOTESIS Menurut Arikunto (2002 : 64) Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Media 3GPD berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan membuat kalimat pada anak tunarungu.

11 G. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media 3GPD dalam meningkatkan kemampuan membuat kalimat anak tunarungu kelas 1 SMPLB di SLB-B YP3ATR 1 Cicendo Bandung. b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui struktur dan pola kalimat anak tunarungu sebelum diberikan pembelajaran dengan media 3GPD. 2) Untuk mengetahui struktur dan pola kalimat anak tunarungu setelah belajar dengan menggunakan media 3GPD. 2. Kegunaan Penelitian Penulis berharap hasil dari penelitian ini ada kegunaannya, diantaranya yaitu: a. Secara keilmuan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan media pembelajaran bahasa Indonesia bagi anak tunarungu. b. Memberikan masukan pada pihak sekolah dan guru-guru SLB bagian tunarungu tentang peranan media 3GPD sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia dalam mengajarkan kalimat yang berstruktur dan berpola. c. Media 3GPD diharapkan dapat membantu siswa tunarungu dalam belajar membuat kalimat yang berstruktur dan berpola.