JARINGAN CORS DI INDONESIA DAN DI BEBERAPA NEGARA LAINNYA DI DUNIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS. 4.1 Analisis Permasalahan Jaringan CORS IPGSN dan BPN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

KANAL TRANSISI TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTERIAL PADA ZONA LAYANAN IV, ZONA LAYANAN V, ZONA LAYANAN VI, ZONA LAYANAN VII DAN ZONA LAYANAN XV

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMK KABUPATEN/KOTA

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan

UPDATE HASIL MONITORING EL NINO DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN AGUSTUS DESEMBER 2015

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. tatanan tektonik yang kompleks. Pada bagian barat Indonesia terdapat subduksi

P E N G A N T A R. Jakarta, Maret 2017 Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA

MENTERI KEUANGAN, AGUS D.W. MARTOWARDOJO.

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

DAFTAR SATUAN KERJA TUGAS PEMBANTUAN DAN DEKONSENTRASI TAHUN 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

KAWASAN PERKEBUNAN. di sampaikan pada roundtable pengembangan kawasan Makasar, 27 Februari 2014

Jumlah No. Provinsi/ Kabupaten Halaman Kabupaten Kecamatan 11. Provinsi Jawa Tengah 34 / 548

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

BAB I PENDAHULUAN I-1

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.1361/AJ.106/DRJD/2003

2011, Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara R

Lampiran Surat No : KL /BIII.1/1022/2017. Kepada Yth :

UNDANGAN PEMASUKAN PENAWARAN Nomor : 005/PAN-PPBJ/KPAN/III/2011

TRIWULAN IV (Oktober-Desember 2014)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2011 NO PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JUMLAH

Nama Penyedia Alamat Penyedia Lokasi Pabrik (Provinsi) Merk : PT. LAMBANG JAYA : JL. RAYA HAJIMENA KM 14 NO. 165 NATAR - LAMPUNG SELATAN - LAMPUNG

C. REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN)

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Cakupan

STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo GEOMATIC ENGINEERING ITS

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI PADA MGMP PAI SMA KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013 JML. PESERTA PROVINSI

GERHANA MATAHARI CINCIN 1 SEPTEMBER 2016

EVALUASI KINERJA KOTA/KABUPATENI TRIWULAN-II 2014 PERIODE : APRIL-JUNI 2014

EVALUASI KINERJA KOTA/KABUPATEN TRIWULAN-II 2014 KINERJA FASILITASI PROGRAM PERIODE : APRIL-JUNI 2014

LAMPIRAN XV PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

RINCIAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA DALAM APBN T.A. 2018

ALOKASI TRANSFER KE DAERAH (DBH dan DAU) Tahun Anggaran 2012 No Kabupaten/Kota/Provinsi Jenis Jumlah 1 Kab. Bangka DBH Pajak 28,494,882, Kab.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 51/Menhut-II/2009 TENTANG

Lampiran 1 Nomor : 7569 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan

Nomor : 04521/B5/LL/ Maret 2018 Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Permohonan ijin

WILAYAH KERJA KANTOR PUSAT DAN KANTOR BANK INDONESIA. No Nama Kantor Alamat Kantor Wilayah Kerja

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia

WALIKOTA MADIUN, Menimbang

BAB I PENDAHULUAN I-1

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI KKG PAI KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013

Kode Lap. Tanggal Halaman Prog.Id. : 09 Maret 2015 KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 018 KEMENTERIAN PERTANIAN ESELON I : 04 DITJEN HORTIKULTURA

KABUPATEN - KOTA YANG MENGIRIM BUKU SLHD 2011 SESUAI JADWAL PENGIRIMAN 6 APRIL REGIONAL PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH Bali Nusa Tenggara

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

Nomor Propinsi/Kabupaten/Kota Jumlah T-15 T-17 T-19 Jumlah biaya

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

NO. JUMLAH PENCA BERAT NO. JUMLAH PENCA BERAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA

Program NIHONGO Partners Pedoman Pendaftaran bagi Sekolah (2018/2019) Deadline Aplikasi 8 September 2017

JURISDICTION OF BANK INDONESIA HEAD OFFICE AND BANK INDONESIA OFFICE (KBI)

WILAYAH KERJA KANTOR PUSAT DAN KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DALAM PELAKSANAAN PENITIPAN SEMENTARA SURAT YANG BERHARGA DAN BARANG BERHARGA

REKAPITULASI SK PPID KOTA SE INDONESIA PUSAT PENERANGAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2013

DAFTAR KUOTA PELATIHAN KURIKULUM 2013 PAI MGMP PAI SMP KABUPATEN/KOTA TAHUN NO Kabupaten/Kota Propinsi Kuota

LAMPIRAN XVII PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016

No. 11/ 7 /DPM Jakarta, 13 Maret 2009 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA

EVALUASI KINERJA KOTA/KABUPATEN TRIWULAN-II 2014 KINERJA OUTPUT PROGRAM PERIODE : APRIL-JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT

KABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012

WILAYAH KERJA KANTOR PUSAT DAN KANTOR BANK INDONESIA DALAM PELAKSANAAN PENYIMPANAN SEKURITAS, SURAT YANG BERHARGA DAN BARANG BERHARGA

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KINERJA PDAM Kantor BPPSPAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (MULTI)

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDOENSIA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

KEBUTUHAN FORMASI CPNS BNN TAHUN 2013

SISTEM DISEMINASI INFORMASI WRS CLIENT DVB DI SUMATERA BARAT DALAM PERINGATAN DINI BENCANA ALAM

SEKRETARIAT JENDERAL

Atika Sari, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION

Badan Pusat Statistik

DAFTAR UNDANGAN PENGADILAN TINGGI DAN PENGADILAN NEGERI YANG MENERIMA SERTIFIKAT AKREDITASI TAHUN 2017

Code Propinsi/Kabupaten/Kota (Province/Regency/Municipality) Code Propinsi/Kabupaten/Kota (Province/Regency/Municipality)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

UPAH MINIMUM TAHUN 2005 PROPINSI KABUPATEN - KOTAMADYA DI INDONESIA No Propinsi Kabupaten / Kotamadya Sektor Industri Upah Minimum 2005 (Rp)

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Pengendalian Pelaksanaan Program Hibah Air Minum APBN Tahun 2015

Kata Kunci : GPS, CORS, NTRIP, RTK, Provider

Struktur Organisasi Dinas Kimrum

Daftar Daerah yang Melaksanakan Pilkada Serentak Tahun 2018 (Masa Jabatan Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah Berakhir Tahun 2018 dan Tahun 2019)

JUMLAH DAN LOKASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN LOKASI

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

Transkripsi:

BAB 3 JARINGAN CORS DI INDONESIA DAN DI BEBERAPA NEGARA LAINNYA DI DUNIA 3.1 Aplikasi GPS di Indonesia Penggunaan GPS di Indonesia dimulai pada tahun 1989, dimana pada saat itu GPS digunakan untuk kepentingan survei dan pemetaan. Pada saat itu, penggunaaan GPS untuk studi geodinamika resmi dimulai pada saat dilakukan penanda tanganan perjanjian antara BIG dengan U.S. National Science Foundation (NSF) untuk melakukan investigasi terhadap pergerakan lempeng sepanjang sesar Sumatera dengan menggunakan teknik survei GPS [Rais, 1995; Kahar and Abidin, 1993]. Pengamatan GPS yang pertama dari proyek ini dilakukan selama sebulan dimulai pada bulan Agustus 1989 dan pengamatan kedua dilakukan pada tahun 1990 dan dilakukan didaerah yang sama, yaitu pada propinsi propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau. Masa pada tahun 1992, MoU tersebut diperbarui kembali dan ditandatangani oleh BIG, ITB, SUI, dan RPI. Pengamatan pada tahun 1992 berlangsung selama 13 minggu meliputi semua pulau pulau utama yang berada di Indonesia, dan masa pengamatan pada tahun 1993 dilakukan selama 3 bulan dengan melakukan pengamatan pada titik titik GPS di Sumatera dan pulau pulau lainnya. Pengamatan terakhir di tahun 1994 dilaksanakan sekitar 3 bulan dan meliputi semua pulau pulau utama kecuali pulau jawa. Hasil dari studi GPS yang telah dijelaskan diatas dapat dilihat di Steven dkk, 1993; Puntodewo dkk, 1994. Selain untuk keperluan survei, pada tahun 1992, GPS mulai digunakan untuk membangun kerangka dasar nasional orde-0 sampai orde-3. Dalam hal ini, BIG (dahulu Bakosurtanal) bertanggung jawab untuk membangun jaring kontrol geodetik nasional orde 0 dan orde 1. Sementara sejak 1997, data survei GPS yang diamati dalam rangka Asia Pasific Regional Geodetic Project (APRGP) dalam lingkup Permanent Committe on GIS Infrastructure for Asia and the Pacific (PC-GIAP) juga mulai digunakan untuk memperkuat kerangka dasar geodetik nasional di Indonesia [Subarya, 2004]. Saat ini, jaring kontrol tersebut sekarang terdiri dari lebih 950 titik 32

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yang didefinisikan dalam kerangka acuan ITRF2005. Selain survei GPS yang dilakukan BIG, Pada tahun 1994, Badan Pertanahan Nasional (BPN) juga mulai melakukan survei GPS untuk pembangunan kerangka dasar kadaster di Indonesia [Abidin dkk, 1998]. Kerangka dasar kadaster tersebut dapat disebut sebagai kerangka dasar geodetik orde 2 dan orde 3, dimana kerangka dasar tersebut merupakan hasil perapatan dari kerangka dasar geodetik orde 0 dan orde 1 milik BIG. Survei GPS yang dilakukan oleh BPN ini diantaranya bertujuan untuk penentuan titik titik dasar teknik pendaftaran tanah, penentuan posisi titik titik batsa persil tanah, perekonstruksian titik titik batas persih tanah, dan penentuan serta pencarian lokasi persil tanah. 3.2 Perkembangan CORS di Indonesia Jaringan CORS di Indonesia adalah jaringan yang dibangun oleh BIG [Subarya, 2004; Matindas and Subarya, 2009; Abidin dkk,2010]. Jaringan CORS BIG disebut juga Indonesia Permanent GPS Station Network (IPGSN). Tujuan utama dibangunnya IPGSN adalah untuk menjaga tingkat akurasi dan presisi dari kerangka dasar geodetik di seluruh wilayah Indonesia dan juga untuk membantu berbagai macam kegiatan kegiatan ilmiah maupun praktis di lapangan seperti survei geodinamika dan deformasi, studi ionosfer dan meteorologi, dan juga survei dan pemetaan berbasis real time. Pembangunan jaring IPGSN dimulai tahun 1996 dan awal pembangunannya dibangun 3 stasiun CORS di Cibinong, Sampali Medan, dan Parepare. Kemudian, secara bertahap jaringan ini diperkuat dengan penambahan stasiun stasiun baru dan setelah terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami di Pulau Sumatra pada tanggal 26 Desember 2004, jaringan IPGSN berkembang dengan sangat cepat. Salah satu penyebab berkembang IPGSN karena akan dibangunnya Indonesian Tsunami Early Warning System (InaTEWS). Setelah itu, BIG memperluas jaringan CORS dan pada April 2011 jaringan CORS yang dibangun oleh BIG telah mencapai 99 stasiun yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. 33

Selain CORS nasional yang dibangun dan dijalankan oleh BIG, beberapa instansi nasional lainnya seperti LIPI dan BPN juga mulai mengembangkan jaringan CORS milik mereka. LIPI, berkerjasama dengan California Institute of Technology (Caltech) dan Earth Observatory of Singapore (EOS), telah membangun jaringan GPS di Sumatera (SUGAR network) yang bertujuan untuk mempelajari potensi gempa di Pulau Sumatera [Caltech, 2010; Natawidjaja, 2010]. Semua stasiun CORS yang ada dilengkapi dengan receiver dual-frequency tipe geodetic yang dilengkapi dengan choke ring antenna dan radome dan perekaman data dilakukan dengan rate data 1Hz. Data yang didapatkan dari CORS milik LIPI ini telah banyak digunakan untuk pemantauan deformasi yang berhubungan dengan karakteristik dari gempa gempa besar yang terjadi di Pulau Sumatera. Mulai tahun 2009 BPN juga telah menjalankan percobaan untuk memungkinkan penggunaan CORS dengan mendirikan 3 buah stasiun di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor [Adiyanto dkk, 2009]. Stasiun CORS yang dibangun oleh BPN ini memiliki fungsi utama untuk mempercepat proses administrasi tanah di Indonesia. Stasiun CORS yang dimiliki oleh BPN dilengkapi dengan receiver GPS dualfrequency tipe geodetik. Stasiun CORS Class-A akan dibangun diatas tanah dan direncanakan untuk memiliki spesifikasi yang sebanding dengan stasiun IPGSN yang dimiliki oleh BIG. Stasiun CORS Class-B biasanya akan dipasang di kantor kantor BPN. Sampai dengan akhir tahun 2010, BPN telah mendirikan 40 stasiun CORS di Jawa dan Bali dan sampai dengan bulan April 2012, stasiun CORS milik BPN telah bertambah menjadi 93 stasiun yang tersebar di wilayah Indonesia, meskipun persebarannya masih banyak di Pulau Jawa dan Bali. 3.3 Prosedur pembangunan stasiun CORS BIG dan BPN Dalam pembangunan stasiun CORS, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar stasiun yang didirikan dapat memenuhi spesifikasi dan dapat berfungsi optimal. BIG maupun BPN memiliki prosedur yang hampir sama dalam pemasangan stasiun CORS karena keduanya menggunakan spesifikasi alat dengan ketelitian yang hampir sama. 34

3.3.1 Penentuan lokasi pendirian stasiun CORS Pada saat penentuan lokasi tempat berdirinya stasiun, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian, yaitu : - Diharuskan terbuka (Open View of Sky) - Tidak ada benda terdekat yang dapat menyebabkan efek multipath - Tidak ada Transmitter di area tersebut yang dapat menyebabkan halangan - Monumentasi yang stabil untuk pendirian antena dan penentuan panjang kabel antena yang digunakan. - Peletakan antena agar tetap aman meskipun berada ditempat terbuka - Ketersediaan akses internet untuk melakukan komunikasi data dengan pusat pengolahan data dan juga pengguna. Hal hal tersebut merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga agar kualitas data yang tetap baik dan juga menjaga keamanan infrastruktur stasiun. Beberapa faktor seperti ketersedian akses internet yang baik di Indonesia masih cukup sulit, sehingga hal tersebut benar benar harus diperhatikan agar stasiun CORS dapat berfungsi optimal. 3.3.2 Penempatan Antena CORS Sebuah antena GNSS Pada reference station dapat melakukan track down satelit jika ditempatkan pada sudut 10 o diatas garis horizontal (10 o cut-off angle). Adanya Obstruksi (halangan) diatas garis horizontal 10 o antena dapat menyebabkan hilangnya sinyal satelit dan juga efek multipath (pantulan sinyal). adanya Multipath menyebabkan dampak buruk pada kualitas data.yang didapatkan. Gambar 3.1 Tata cara penempatan antena CORS [ Adityo Susilo Nugroho, 2011] 35

Oleh karena itu, penempatan stasiun harus ditempatkan pada posisi dimana tidak ada obstruksi diatas 10 o diatas garis Horizontal dari antena seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Hal ini sangat diperlukan, agar reference station untuk mendapatkan akurasi yang baik karena adanya obstruksi akan mengurangi akurasi dari data yang didapatkan. Idealnya, penempatan antena yang terbaik adalah diletakkan pada tempat dimana tidak ada obstruksi sama sekali diatas garis horizontal 0 o antena. 3.3.3 Monumentasi stasiun CORS Hal - hal yang harus diperhatikan pada saat pemasangan pilar secara diantaranya ketersediaan arus listrik serta akses komunikasi, penempatan receiver dan Uniterruptible Power Suply (UPS), dan keamanan dari komponen - komponen stasiun CORS (antena, receiver, dan UPS). Pilar dibangun dari concrete atau besi sehingga dapat berdiri kokoh dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pembangunan pilar juga mempengaruhi keamanan dari stasiun CORS. Peletakan antena harus diletakan pada tempat yang tinggi atau dapt juga didirikan pagar sehingga dapat menjaga keamanan antena CORS. Pembuatan pilar penyangga stasiun CORS haruslah dikerjakan dengan cermat, karena akan mempengaruhi besar biaya yang dibutuhkan. Gambar 3.2 Bentuk pilar concrete dan besi stasiun CORS [Adityo Susilo Nugroho, 2011] Dapat dilihat pada Gambar 3.2 bentuk dari pilar CORS yang menggunakan bahan concrete dan besi. Dalam kegiatan praktisnya dilapangan, untuk menekan biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan pilar stasiun CORS, biasanya stasiun dapat diletakan 36

diatas gedung yang tinggi sehingga tidak perlu dibangun pilar yang terlalu tinggi, dengan catatan tidak ada halangan diatas garis horizontal 10 o antena. Selain itu juga harus dipastikan hanya orang orang tertentu yang dapat mendapat wewenang untuk mengakses peralatan CORS yang berada di gedung tersebut. 3.4 Status Jaringan CORS BIG dan BPN di Indonesia BIG saat ini telah memiliki 117 stasiun CORS sementara BPN memiliki 93 stasiun CORS yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Jaringan CORS yang dibangun oleh BIG dan BPN saat ini masih berdiri sendiri sendiri dan belum tersinkronisasi satu sama lain. 3.4.1 Jaringan CORS BIG (IPGSN) BIG mulai mengembangkan CORS sejak tahun 1996 dan sampai dengan tahun 2011 telah terpasang 117 stasiun CORS, dimana 99 stasiun CORS merupakan stasiun yang dibangun oleh BIG dan 18 stasiun merupakan stasiun hasil kerja sama dengan pemerintah negara Jerman sebagai bagian dari pembangunan proyek Germany Indonesia Tsunami Early Warning System (GITEWS). Persebaran dari stasiun CORS IPGSN ditunjukan pada Gambar 3.3. Dalam perkembangannya ada 3 hal yang menjadi aspek penting dalam perencanaan pembangunan stasiun stasiun CORS BIG yaitu jenis stasiun CORS, sistem komunikasi data yang digunakan, dan pusat pengolahan data yang dapat melakukan manajamen data secara otomatis. 3.4.1.1 Jenis Stasiun CORS BIG Stasiun CORS milik BIG memiliki 3 jenis stasiun, yaitu stasiun dengan tipe tower, stasiun yang terpasang dikantor milik Telkom, dan stasiun CORS yang merupakan bagian dari proyek GITEWS. Stasiun stasiun CORS tersebut menggunakan receiver GNSS tipe Geodetik L1/L2 dengan tingkat akurasi yang tinggi, seperti Ashtech UZ-12, Leica GRX1200 family, Topcon GB-100 dan NetG3 dan juga dilengkapi dengan meteorologi sensor untuk mengukur temperatur, tekanan, dan kelembapan [Subarya dkk, 2010]. Stasiun CORS juga dilengkapi dengan modem yang menggunakan radio atau VPN-IP untuk komunikasi data. Data yang didapatkan direkam pada dan dikirimkan secara real time ke pusat pengolahan data di kantor BIG, Cibinong. Selain itu, untuk menstabilkan stasiun stasiun CORS, maka dilakukan monumentasi di semua lokasi stasiun CORS, dengan jenis monumentasi yang berbeda beda bergantung pada kondisi dan kebutuhan dilapangan. 37

Gambar 3.3 Peta Persebaran Jaringan CORS IPGSN di Indonesia 38

3.4.1.1.1 Stasiun CORS tipe tower Stasiun CORS berbentuk tower pada umumnya ditempatkan didaerah yang tidak ada penduduk dan listrik (remote area). Pada stasiun dengan tipe ini komunikasi data dilakukan dengan menggunakan radio wireless 2.4 GHz. Komunikasi radio pada frekeunsi 2.4 GHz dipilih karena telah menjadi frekuensi strategis di Indonesia terutama yang dapat menyediakan akses Internet kecepatan tinggi. Akses internet ini sangat penting karena tanpa akses internet yang baik maka komunikasi data tidak dapat dilakukan. Gambar 3.4 menunjukan bentuk stasiun CORS tipe tower. Stasiun CORS berbentuk tower ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu : Tower berbentuk segitiga dengan dimensi ukuran panjang, lebar 30x30cm dan tinggi 12 meter. sebagai penyangga box panel, solar cell dan antena radio wireless Box panel (tempat Rec. GPS, Meteorologi Sensor, batterai, Radio wireless) Brace Monument (tempat antena GNSS) Gambar 3.4 Stasiun CORS tipe Tower [Dokumentasi BIG, 2009] Jumlah stasiun CORS berbentuk tower telah terpasang di 24 lokasi yang tersebar diberbagai wilayah di Indonesia seperti terlihat pada Tabel 3.1. 39

Tabel 3.1 Lokasi stasiun stasiun CORS tipe Tower di Indonesia. NO Kode Stasiun LOKASI Lintang Bujur 1 CKUR PULAU SUKUN NTT -8.121 122.110 2 CTOA KALATOA NTT -7.406 121.767 3 CBON BONERATE SULSEL -7.382 121.078 4 CDAI TANJUNG BUNGA NTT -8.068 122.867 5 CPBR PULAU PEMANA NTT -8.348 122.318 6 CLBR LEMBAR MATARAM -8.728 116.076 7 CPBI KLUNGKUNG BALI -8.543 115.471 8 CDNP DENPASAR BALI -8.818 115.146 9 CSRJ SINGARAJA BALI -8.149 115.058 10 CCAK PERANCAK BALI -8.393 114.628 11 CBRN BALURAN JATIM -7.838 114.440 12 CMCR MUNCAR JATIM -8.451 114.389 13 CPMK PAMENGPEUK JABAR -7.655 107.691 14 CLBG LEMBANG JABAR -6.824 107.616 15 CSGT SEGARANTEN JABAR -7.256 106.905 16 CLDO LIDO JABAR -6.767 106.830 17 CTVI SURANGGA KAB. SUKABUMI -7.121 106.597 18 CPTN CISOLOK P. RATU -6.961 106.411 19 CUJG UJUNG GENTENG SUKABUMI -7.382 106.405 20 CPSR PASAURAN BANTEN -6.226 105.833 21 CSBK PULAU SEBUKU LAMPUNG -5.902 105.505 22 CLGI PULAU LAGUNDI LAMPUNG -5.812 105.297 23 CUJK UJUNG KULON BANTEN -6.747 105.213 24 CTCN TANJUNG CINA LAMPUNG -5.913 104.727 3.4.1.1.2 Stasiun CORS di Kantor Telkom Stasiun CORS di kantor Telkom ditunjukan pada Gambar 3.5, terdiri dari peralatan sebagai berikut : Box panel peralatan (Receiver GPS, Meteorologi sensor) yang dipasang diruangan peralatan Telkom. Antena GNSS dan meteorologi sensor yang dipasang di atas pilar yang dibangun atau halaman STO Telkom. 40

Gambar 3.5 Bentuk stasiun CORS di kantor Telkom [Dokumentasi BIG, 2009] Stasiun CORS dikantor Telkom telah terpasang sebanyak 75 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, ditunjukan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Lokasi stasiun stasiun CORS yang berada di STO Telkom. No Kode Stasiun Lokasi Lintang Bujur 1 CANG SOREANG -7.02167 107.52500 2 CBLR BLORA -7.00472 111.31167 3 CBTL BANTUL -7.88667 110.32722 4 CCLP CILACAP -7.73750 109.00083 5 CGON CILEGON -5.94000 106.00306 6 CJEM JEMBER -8.17472 113.69306 7 CJPR JEPARA -6.59583 110.66667 8 CJUR CIANJUR -6.82734 107.13883 9 CKBN KEBUMEN -7.66778 109.65417 10 CLMG LAMONGAN -7.09278 112.32639 11 CLUM LUMAJANG -8.21361 113.11444 12 CMAG MOSPATI -7.60611 111.45111 13 CMGL MAGELANG -7.47583 110.21667 14 CMIS CIAMIS -7.32583 108.34333 15 CMJT MOJOKERTO -7.46556 112.44167 16 CMLG MALANG -7.97944 112.66250 17 CMLP MALIMPING -6.79194 105.90028 18 CNGA NGANJUK -7.60444 111.90500 19 CNYU BANYUWANGI -8.21222 114.37528 20 CPAC PACITAN -8.19556 111.09722 21 CPAI PAITON -7.71861 113.53028 22 CPAS PASURUAN -7.65111 112.90083 23 CPBL PURBALINGGA -7.38889 109.36417 24 CPES PESANGGARAN -8.53389 114.11000 25 CPKL PEKALONGAN -6.88361 109.67028 26 CPTU PELABUHAN RATU -6.90000 106.46659 27 CPWD PURWODADI -7.09611 110.91389 28 CPWK PURWAKARTA -6.54825 107.43781 41

No Kode Stasiun Lokasi Lintang Bujur 29 CRBT RANGKASBITUNG -6.36000 106.24611 30 CROL PATROL -6.31472 107.99111 31 CRUT GARUT -7.21167 107.92139 32 CSIT SITUBONDO -7.70333 114.01278 33 CSLO SOLO -7.57056 110.83083 34 CSMN SUMENEP -7.01806 113.87500 35 CSMP SAMPANG -7.19528 113.25194 36 CTAN TANGGEUNG -7.45061 107.13614 37 CSUM SUMEDANG -6.85889 107.92194 38 CTBN TUBAN -6.87222 111.98667 39 CTGL TEGAL -6.87111 109.13611 40 CTUL TULUNGAGUNG -8.06528 111.90583 41 CJKT JAKARTA -6.118 106.865 42 CMER MERAUKE -8.479 140.392 43 CUAL TUAL -5.664 132.736 44 CFAK FAKFAK -2.919 132.265 45 CSAU SAUMLAKI -7.989 131.307 46 CSOR SORONG -0.875 131.253 47 CAMB AMBON -3.639 128.200 48 CKDR KENDARI -4.085 122.391 49 CBKL BENGKULU -3.785 102.253 50 CSEL BALAI SELASA -1.806 100.855 51 CPAR PARIAMAN -0.620 100.120 52 CAIR AIR BANGIS 0.222 99.388 53 CSAB SABANG 5.831 95.347 54 CBTU CIBITUNG -6.308 107.096 55 CTGR TANGERANG -6.291 106.663 56 CTER TERNATE 0.788 127.382 57 CBIT BITUNG SULUT 1.4438 125.186 58 CMAK MAKASAR SULSEL -5.135 119.408 59 CSBY SURABAYA JATIM -7.334 112.724 60 CBAL BALIKPAPAN KALTIM -1.256 116.839 61 CPON PONTIANAK KALBAR 0.075 109.191 62 CBIK BIAK PAPUA -1.186 136.090 63 CMAN MANOKWARI PAPUA -0.859 134.072 64 CNAB NABIRE PAPUA -3.367 135.506 65 CKAL KALABAHI NTT -8.213 124.517 66 CKUP KUPANG NTT -10.169 123.597 67 CMRE MAUMERE NTT -8.627 122.219 68 CREO REO NTT -8.311 120.490 69 CLWB LEWOLEBA NTT -8.371 123.422 70 CTOL TOLI-TOLI SULTENG 1.042 120.817 71 CBKT BUKIT TINGGI SUMBAR -0.309 100.371 72 CPDG PADANG SUMBAR -0.954 100.363 73 CCIR CIREBON JABAR -6.716 108.561 74 CSEM SEMARANG JATENG -6.987 110.377 42

No Kode Stasiun Lokasi Lintang 106.849 75 BAK2 CIBINONG JABAR -6.491 106.849 3.4.1.1.3 Stasiun CORS Kerjasama Indonesia dan Jerman (GITEWS) Jumlah stasiun CORS yang merupakan hasil kerja sama dengan Jerman (Proyek GITEWS) adalah 18 stasiun. Stasiun CORS tersebut ditempatkan di stasiun Pasut dan Stasiun Seismograf. Lokasi dari stasiun CORS GITEWS dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Lokasi stasiun - stasiun CORS GITEWS No Kode Lokasi Bujur Lintang 1 GANO Sta. Pasut Enggano (GITEWS) 102,276126-5,347533 2 JOGS BMKG Geofisika Jogyakarta (GITEWS) 110,294809-7,816651 3 KAND Kandui (GITEWS) 99,295000-1,901000 4 LHMI BMKG Geofisika Lhokseumawe (GITEWS) 97,158477 5,120751 5 MEUL Sta. Pasut Meulaboh (GITEWS) 96,131852 4,127487 6 MMRI BMKG Geofisika Maumere (GITEWS) 122,237647-8,635648 7 NIAS BMKG Geofisika Nias (GITEWS) 97,575535 1,303710 8 PALE BMKG Geofisika Pelembang (GITEWS) 104,699541-2,902254 9 PANJ BMKG Geofisika Padang Panjang (GITEWS) 100,379000-0,466000 10 BANI BMKG geofisika BandaNaera (GITEWS) 129,904578-4,522337 11 BAK1 BIG (GTEWS) 106,848885-6,490705 12 PRAN Sta. Pasut Pangandaran (GITEWS) 108,490026-7,689001 13 SADE Sta. Pasut Sadeng (GITEWS) 110,799326-8,190510 14 SEBL Sta. Pasut Seblat (GITEWS) 101,599533-3,224102 15 TDAL Sta. Pasut Teluk Dalam Nias (GITEWS) 97,821710 0,554239 16 TJLS Sta. Pasut Tanjung Lesung (GITEWS) 105,658716-6,477703 17 TNBL Sta. Pasut Tanah Bala (GITEWS) 98,497035-0,532490 18 WAIK Sta. Pasut Waikelo (GITEWS) 119,218898-9,389937 3.4.1.2 Sistem Komunikasi Data Stasiun CORS BIG Komunikasi data dari stasiun CORS ke pusat pengolahan data di kantor BIG menggunakan 3 sistem yaitu komunikasi radio, VPN-IP Telkom, VSAT dan BGAN. 3.4.1.2.1 Sistem Point to Point Wireless Radio Sistem point to point wireless radio ini digunakan pada stasiun CORS tipe tower dan jalur komunikasinnya diilustrasikan pada Gambar 3.6 dan Gambar 3.7 yang menunjukan jalur komunikasi pada wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur Bali. 43

Gambar 3.6 Jalur point to point komunikasi radio data CORS Jawa Barat Gambar 3.7 Jalur point to point radio komunikasi data CORS Jawa Timur - Bali Kondisi saat ini, komunikasi data sistem radio ini sekitar 75% dalam kondisi tidak berfungsi karena kerusakan alat yang diakibatkan oleh petir. Gambar 3.6 44

dan Gambar 3.7 menunjukan bagaiman aliran komunikasi data pada stasiun stasiun CORS IPGSN di Jawa Barat dan Jawa Timur-Bali, dimana hubungan komunikasi data via radio antar stasiun-stasiun dengan pusat komunikasi data dapat terputus hanya karena satu stasiun mengalami kerusakan antena radio. 3.4.1.2.2 Sistem Komunikasi Data menggunakan Layanan VPN-IP Telkom Sistem ini digunakan pada stasiun CGPS yang terletak di kantor STO Telkom, sampai tahun 2011 jumlah stasiun CGPS yang telah terpasang komunikasi data VPN-IP sebanyak 74 stasiun, 3.4.1.2.3 Sistem Komunikasi Data Vsat dan Satelit Bgan Sistem komunikasi data Very Small Aperture Terminal (VSAT) atau disebut juga sistem komunikasi satelit bumi mikro merupakan stasiun bumi yang berfungsi untuk menerima atau mengirimkan data dan informasi dari dan ke satelit transponder. Broadband Global Area Network (BGAN) adalah sebuah jaringan satelit internet global yang menggunakan modem. Modem ini biasanya digunkana untuk menghubungan komputer ke broadband internet pada area yang terpencil meskipun tetap membutuhkan ke satelit. penggunaan komunikasi data ini dikarenakan pada sistem ina-tews, data data yang ada harus terhubung dengan baik ke BMKG, sehingga jika terjadi gempa bumi dapat segera dideteksi oleh BMKG. 3.4.1.3 Pusat Pengolahan Data Stasiun CORS IPGSN Data-data yang didapatkan dari stasiun tetap CORS tentu harus dilakukan pengelolaan data dan pengolahan data sehingga nantinya data yang telah diproses dapat disajikan untuk kepentingan masyarakat pengguna. Berdasarkan pada kebutuhan untuk memproses data, maka pusat pengolahan data CORS menjadi kebutuhan utama, karena merupakan suatu bagian yang sangat penting agar jaringan stasiun CORS yang sudah ada dapat digunakan dengan optimal. Data untuk kepentingan post-processing dalam format RINEX yang masuk dari stasiun-stasiun CORS IPGSN disimpan secara otomatis dengan menggunakan perangkat lunak tertentu. Sementara untuk layanan Network RTK, koreksi 45

dikirimkan terlebih dahulu ke pusat pengolahan data baru kemudian dikirimkan ke rover milik pengguna. Saat ini, pusat pengolahan data dilakukan di Pusat Geodesi dan Geodinamika, Gedung Q, BIG, Cibinong. Kegiatan pengolahan data masih dilakukan bersama dengan kegiatan lain. Pusat pengolahan data CORS sendiri masih dalam tahap pembangunan, baik itu infrastruktur maupun sistem pelayanan kepada masyarakat pengguna, dimana saat ini masih dilakukan pengembangan pengembangan agar lebih mudah diakses. 3.4.2 Jaringan CORS BPN Pada awal perencanaan pembangunan jaringan CORS tersebut, BPN membagi 2 jenis stasiun CORS yaitu stasiun kelas A dan kelas B. Stasiun CORS kelas A milik BPN, dibuat dengan fraksi jarak antar stasiun CORS yaitu 100-200 km dan juga stasiun tersebut harus didirikan diatas tanah seta dilengkapi dengan receiver GPS dual-frequency. sementara untuk stasiun CORS kelas B akan dibuat sebagai perapatan dari stasiun CORS kelas A dengan fraksi jarak 30-50 km dan dapat didirikan diatas atap gedung yang dengan konstruksi yang kuat. Dalam perkembangannya, pembangunan stasiun stasiun tersebut tidak mengikuti kaidah stasiun kelas A dan kelas B, tetapi BPN menentukan terlebih dahulu lokasi dari stasiun - stasiun yang akan dibangun dengan mengutamakan pendekatan pertumbuhan ekonomi. pertimbangan ini erat kaitannya dengan fungsi dari jaringan CORS milik BPN yang digunakan untuk mempercepat administrasi tanah sehingga akhirnya BPN memprioritaskan pembangunan stasiun CORS didaerah sentra ekonomi tiap propinsi yang biasanya ada dijalur pesisir pantai maupun di ibukota propinsi. 3 stasiun CORS pertama kali didirikan oleh BPN di 3 kota di besar yaitu Tangerang, Bekasi, dan Bogor pada tahun 2009. Pada tahun 2012, telah dibangun 93 stasiun CORS yang tersebar di wilayah Indonesia, meskipun masih terpusat di Jawa dan Bali.. 46

3.4.2.1 Jenis Stasiun CORS BPN Jika dibandingkan dengan CORS IPGSN milik BIG yang memiliki beberapa jenis stasiun CORS berdasarkan komunikasi data yang digunakan, maka BPN hanya memiliki satu jenis stasiun CORS yang dibangun di kantor kantor BPN yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, meskipun pada kenyataannya BPN awalnya membagi menjadi 2 tipe stasiun berdasarkan lokasi penempatan stasiun yaitu diatas tanah atau diatas atap. Stasiun CORS tersebut biasanya dibangun diatas bangunan atau diatas tanah, bergantung pada kondisi dilapangan. Gambar 3.8 menunjukan antena CORS yang dipasang di kantor pertanahan. Gambar 3.8 Antena CORS terpasang di kantor BPN di Bogor dan Tangerang [Dokumentasi BPN, 2011] Stasiun CORS BPN saat ini berjumlah 93 stasiun referensi dengan komposisi 70 stasiun berada di pulau Jawa dan Bali dan 23 lainnya berada di luar Jawa dan Bali. Stasiun-stasiun CORS BPN sebanyak 73 stasiun menggunakan receiver Leica dan 20 stasiun menggunakan receiver Topcon, serta sebanyak 22 stasiun yang direncanakan menggunakan receiver Javad. Tabel 3.4 menunjukan lokasi dari stasiun CORS milik BPN yang berada di Jawa dan Bali beserta koordinat lokasinya. Tabel 3.4 Lokasi stasiun CORS BPN No Lokasi Bujur Lintang 1 Kab Tangerang 106,48223-6,27467 2 Kab Pandeglang 106,10102-6,31260 3 Kab Bekasi 107,01013-6,25710 47

No Lokasi Bujur Lintang 4 Kota Bekasi 107,13397-6,33324 5 Kab Bogor 106,80145-6,57350 6 Kota Cilegon 106,06643-6,03306 7 Kab Cirebon 108,47983-6,76344 8 Kab Karawang 107,30334-6,30242 9 Kota Bogor 106,80145-6,57350 10 Kota Bandung 107,65749-6,94138 11 Kab Sukabumi 106,92828-6,91956 12 Kab Sumedang 107,91545-6,86078 13 Kab Purwakarta 107,44733-6,52591 14 Kab Grobogan 110,63482-7,07773 15 Kab Demak 110,91615-6,89802 16 Kab Gunung Kidul 110,60086-7,96191 17 Kab Kendal 110,19650-6,92119 18 Kab Temanggung 110,19435-7,32515 19 Kab Wonogiri 110,91615-7,81577 20 Kab Karang Anyar 110,59940-7,53956 21 Kab Semarang 110,41232-7,16872 22 Kab Boyolali 110,59940-7,53956 23 Kab Kulon Progo 110,16794-7,84648 24 Kab Bantul 110,34636-7,89548 25 Kab Sleman 110,34746-7,70699 26 Kab Bojonegoro 110,88414-7,15213 27 Kab Mojokerto 110,44031-7,48184 28 Kab Jombang 112,23638-7,54574 29 Kota Surabaya 112,64689-7,27537 30 Kab Lamongan 112,41928-7,12017 31 Kota Malang 112,61622-7,97366 32 Kab pasuruan 112,90855-7,64685 33 kabu Karangasem 115,60770-8,44871 34 kab Buleleng 115,08547-8,11441 35 Kab Klungkung 115,40380-8,52594 36 Kab Jembrana 114,63573-8,35065 37 Kab Tabanan 115,11953-8,53684 38 Kab Jakarta Utara 106,89258-6,12085 39 Kab Garut 107,90213-7,21454 40 Kab Subang 107,75152-6,55678 48

No Lokasi Bujur Lintang 41 Kab Tuban 112,04045-6,89261 42 Kab Purwodadi 110,91615-7,07773 43 Kab Lebak 106,27806-6,35558 44 Kab Tangerang 106,61811-6,19474 45 Kab Ciamis 108,36618-7,33043 46 Kab Canjur 107,15601-6,80821 47 Kab Indramayu 108,33692-6,33930 48 Kab Majalengka 108,24004-6,83789 49 Kab Blora 111,41047-6,97159 50 Kab Brebes 109,04661-6,87363 51 Kab Cilacap 109,00812-7,72643 52 Kab Jepara 110,67585-6,59006 53 Kab Kebumen 109,66862-7,66811 54 Kota Banyumas 109,23396-7,42636 55 Kota Magelang 110,21379-7,47344 56 Kota Tegal 109,13065-6,85821 57 Kab Pati 111,01320-6,76084 58 Kab Pekalongan 109,62220-6,89572 59 Kab Purbalingga 109,35171-7,38808 60 Kab Sragen 111,02373-7,43002 61 Kab Wonosobo 109,90566-7,35603 62 Kab Bangkalan 112,73753-7,04463 63 Kab Banyuwangi 114,37448-8,21361 64 Kab Jember 113,69236-8,18047 65 Kota Blitar 112,17382-8,09486 66 Kota Madiun 111,52456-7,62041 67 Kab Lumajang 113,21492-8,13474 68 Kab Nganjuk 111,90218-7,61148 69 Kab Sampang 113,23681-7,18521 70 Kab Situbondo 113,99864-7,70849 71 Kab Sumenep 113,87493-7,01456 72 Kab Trenggalek 111,71709-8,05822 Pada pembangunannya, infrastruktur stasiun-stasiun CORS BPN tersebut mengacu pada standar stasiun CORS IGS dan dapat dilihat pada situs http://igscb.jpl.nasa.gov/. Persebaran stasiun stasiun CORS BPN ditunjukan pada Gambar 3.9 dan data lokasi stasiun yang tersedia di BPN saat ini hanya stasiun stasiun CORS yang ada di Pulau Jawa. 49

Gambar 3.9 Persebaran Stasiun CORS BPN di Pulau Jawa 50

3.4.2.2 Sistem Komunikasi Data Stasiun CORS BPN Sistem komunikasi data dari jaringan CORS BPN ke server yang berada di pusat pengolahan data menggunakan VPN (virtual private network). Salah satu alasannya penggunaan VPN oleh BPN dibandingkan dengan sistem komunikasi data yang lain karena VPN lebih stabil untuk streaming data CORS real time yang digunakan dalam metode RTK untuk penentuan batas persil tanah. Selain itu, dengan pembangunan stasiun stasiun CORS BPN yang berada di kantor kantor BPN, maka dapat diasumsikan bahwa kantor kantor tersebut memiliki infrastruktur yang memadai untuk hubungan menggunakan VPN. Hal yang paling penting dalam sambungan menggunakan VPN adalah koneksi yang stabil dengan delay minimum agar data yang dikirimkan tidak terputus. Data CORS BPN tersedia dalam format RINEX (Receiver Independent Exchange) maupun Streaming NTRIP (Network Transport RTCM via Internet Protocol). NTRIP adalah sebuah metode untuk mengirim koreksi data GPS (dalam format RTCM) melalui internet. RTCM sendiri adalah kependekan dari Radio Technical Commission for Maritime Services yang merupakan komite khusus yang menentukan standard radio navigasi dan radio komunikasi maritim internasional. Data format RINEX disediakan untuk pengolahan data secara post-processing, sedangkan data NTRIP untuk pengamatan posisi secara real time. 3.4.2.3 Pusat Pengolahan Data Stasiun CORS BPN Stasiun stasiun CORS BPN mengirimkan data pada rate 1 Hz ke server data yang ditunjukan pada Gambar 3.10, yang berada di data center CORS di kantor Direktorat Pengukuran Dasar BPN, Jalan Kuningan Barat no 1, Jakarta. Sama seperti data center yang dimiliki oleh BIG, data center milik BPN juga berfungsi untuk melakukan pengorganisasian data dan pengolahan data. Saat ini penggunaan CORS milik BPN sebatas hanya untuk kepentingan BPN, sehingga belum ada permintaan dari masyarakat ataupun pengguna diluar BPN untuk data CORS BPN. Meskipun BPN merencanakan untuk menyediakan pelayanan data CORS kepada masyarakat melalui pelayanan berbasis web, tetapi saat ini masih dalam tahap perencanaan dan diperlukan waktu kurang lebih 2 tahun untuk menyelesaikan semua tahapan yang dibutuhkan. 51

Gambar 3.10 Server tempat penyimpanan data CORS di BPN [Dokumentasi Azmi, 2012] 3.5 Layanan Jaringan CORS di Indonesia Secara umum layanan layanan yang tersedia pada jaringan CORS adalah aplikasi penentuan posisi secara real time maupun penentuan posisi secara post processing. 3.5.1 Layanan Jaringan CORS IPGSN Jaringan CORS IPGSN yang dikelola oleh BIG direncanakan dapat melayani aplikasi real time dan post processing untuk berbagai aplikasi dan kebutuhan baik itu dari BIG sendiri maupun masyarakat luas. Pada kenyataanya, jaringan CORS BIG saat ini hanya dapat melayani layanan real time dengan format data RTCM pada 4 stasiun CORS secara bersamaan, 4 stasiun ini dapat ditentukan secara bebas lokasinya, karena tidak memiliki perangkat lunak yang mendukung layanan tersebut. Saat ini 4 stasiun yang dapat digunakan untuk layanan real time tersebut berada di wilayah jakarta dan sekitarnya. Sementara untuk aplikasi post processing, data tersedia dalam format data RINEX yang dapat diambil langsung ke kantor BIG. Walaupun begitu, tidak semua stasiun dapat menyediakan format data tersebut, karena masih banyaknya stasiun yang tidak dapat mengirimkan datanya ke pusat pengolahan data karena masalah komunikasi data ataupun masalah infrastruktur stasiun itu sendiri. 3.5.2 Layanan Jaringan CORS BPN Pada dasarnya, layanan yang terdapat pada jaringan CORS BPN diutamakan untuk aplikasi aplikasi yang berhubungan dengan administrasi pertanahan di Indonesia. Perangkat lunak untuk layanan penentuan posisi real time jaringan 52

CORS BPN sudah dapat menyediakan layanan untuk seluruh stasiun BPN yang terdapat di Pulau Jawa.. Sementara untuk aplikasi post processing menggunakan data RINEX sudah tersedia juga, meskipun belum digunakan karena BPN sendiri lebih mengutamakan penggunaan layanan real time. Walaupun demikian, layanan real time terkadang tidak dapat mengirimkan koreksi karena terkendala masalah infrastruktur jaringan ataupun masalah lainnya seperti komunikasi data dan layanan CORS BPN per Bulan Juli 2012 hanya digunakan untuk kepentingan BPN. BPN sendiri saat ini sedang mengembangkan layanan penentuan posisi berbayar baik itu untuk aplikasi real time maupun post processing yang dapat diakses melalui situs http://www.bpnri-cors.net/spiderweb/. Selain itu BPN juga sedang mengembangkan layanan post processing online melalui situs tersebut dimana nantinya pengguna layanan dapat mendapatkan koordinat data yang sudah diolah. Meskipun belum berjalan hingga saat ini karena masih merupakan percobaan dan membutuhkan perbaikan perbaikan lagi pada berbagai aspek. 3.6 Aplikasi Penggunaan CORS di Indonesia Jaringan CORS yang ada di Indonesia akan memiliki manfaat yang sangat banyak, karena Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas dan memiliki lebih dari 17.000 pulau dan jumlah masyarakat lebih dari 220 juta jiwa. Stasiun stasiun CORS akan berguna sebagai referensi untuk berbagai macam aplikasi berbasis GNSS seperti positioning dan kegiatan survey dan pemetaan. Penentuan posisi menggunakan prinsip diferensial GPS seperti pemetaan topografi, survey kelautan, fotogrametri, eksplorasi minyak dan gas, survey kadaster dan survei konstruksi akan menjadi lebih mudah dengan adanya jaringan CORS. CORS milik BIG dan BPN digunakan untuk aplikasi yang berbeda karena kedua instansi tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Jaringan CORS BIG dan BPN selain dapat digunakan untuk mempermudah aplikasi aplikasi berbasis GPS, nantinya dapat juga membentuk aplikasi aplikasi penggunaan yang baru baik itu secara real time maupun post-processing. 53

3.6.1 Aplikasi Penggunaan Jaringan CORS IPGSN Jaringan CORS akan memberikan manfaat yang besar untuk berbagai kepentingan yang berkaitan dengan penentuan posisi secara presisi seperti untuk melakukan. Negara Indonesia yang berada di pertemuan lempeng Eurasia, Australia, Pasifik, dan Filipina menghasilkan topografi yang sangat beragam, rentan terhadap gempa bumi dan juga banyak terdapat gunung berapi [Hamilton, 1979]. Selain itu, dengan tingkat curah hujan yang tinggi dan topografi yang beragam, tanah longsor dan banjir juga merupakan ancaman bencana alam yang dapat terjadi kapan saja di Indonesia. Beberapa kota besar di Indonesia juga mengalami penurunan muka tanah, dimana sampai sejak tahun 1992, survei GPS telah dilakukan untuk melakukan studi terhadapa karakteristik dan penyebab dari berbagai macam bencana alam yang terjadi seperti gempa bumi [e.g. Bock dkk, 2003; Subarya dkk, 2006; Abidin dkk, 2009], letusan gunung berapi [e.g. Abidin dkk, 2004; 2005; 2008c], penurunan muka tanah [e.g. Abidin dkk, 2008a; 2008b], dan landslide [e.g. Abidin dkk, 2007]. 3.6.1.1 Jaringan CORS IPGSN Sebagai Jaring Kontrol Geodetik Nasional Indonesia sebagai negara yang terletak pada pertemuan lempeng tektonik besar yang aktif bergerak mengakibatkan datum geodetik yang digunakan di Indonesia mengalami pergeseran sejalannya waktu. Dengan adanya jaringan CORS IPGSN, maka koordinat dari tiap tiap titik yang ada pada stasiun stasiun CORS akan terus dihitung dan stasiun stasiun tetap tersebut akan menjadi jaring orde 0 dari kerangka geodetik nasional, yaitu sebagai jaring fidusial nasional yang merupakan jaring kerangka paling teliti di Indonesia. Untuk menjadi kerangka dasar geodetik orde-0, stasiun stasiun CORS harus dikatkan ke kerangka ITRF yang diwakili oleh stasiun stasiun CORS IGS, yang tersebar di dunia. Dalam konteks realisasi kerangka dasar geodetik berorde lebih rendah, jaringan CORS dapat menjadi acuan untuk jaring kontrol geodetik orde-1 dan lebih rendah. Penggunaan CORS akan menghemat biaya yang besar dalam kaitannya dengan pembaruan jaring kontrol geodetik nasional yang mana jaring kontrol tersebut tidak perlu dihitung dengan menggunakan penggunaan pengukuran terestris. 54

Selain itu, adanya jaringan CORS yang terkelola dan berfungsi dengan baik sehingga jaringan tersebut jika terus dikembangkan akan menjadi sebuah kerangka geodetik nasional yang dapat menjadi referensi dari aplikasi aplikasi geodesi di Indonesia. 3.6.1.2 Jaringan CORS IPGSN Untuk Aplikasi Pemodelan Total Electron Content (TEC) di Indonesia Data data dari stasiun CORS di Indonesia juga digunakan untuk melakukan pemetaan Totel Electron Content di Indonesia yang ditunjukan pada Gambar 3.11. Model periodik dari TEC tersebut didapatkan dari data 10 stasiun CORS yang berada di dalam dan disekitar wilayah Indonesia, yaitu 6 stasiun CORS IPGSN (SAMP, BAKO, KOEP, TOLI, PARN dan BIKL) dan 4 stasiun IGS (NTUS, COCO, DARW, dan PIMO). Gambar 3.11Model TEC periodik di Indonesia dari data CORS [Muslim, 2009] 55

Selain itu, data yang didapatkan untuk pemodelan TEC tersebut dapat juga digunakan sebagai salah satu warning untuk gempa bumi, seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.12. Pada kasus ini, terlihat bahwa beberapa hari sebelum terjadinya gempa bumi pada 26 Desember 2006 di Aceh, terjadi anomali ionosfer yang didapatkan dari stasiun stasiun CORS untuk pemodelan TEC di Indonesia, yaitu SAMP, NTUS, dan IISC [Muslim, 2009]. Walaupun begitu, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk mengklarifikasi data CORS yang memunculkan anomali iosnofer. Gambar 3.12 Anomali ionosfer sebelum gempa bumi pada 26 Desember 2004)? [Muslim, 2009] 56

3.6.1.3 Jaringan CORS IPGSN sebagai bagian dari InaTEWS Beberapa stasiun CORS IPGSN juga menjadi bagian dari Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang saat ini sedang dibangun oleh pemerintah Indonesia. Sensor sensor yang terdapat di ITEWS sendiri meliputi seismometers, instrumen GPS, stasiun pasut, dan pelampung dan juga sensor tekanan bawah laut, dimana keseluruhan sistem tersebut ditunjukan pada Gambar 3.13. Gambar 3.13 Indonesia Tsunami Early Warning System Stasiun CORS pada ITEWS berperan penting, karena jika terjadi gempa bumi yang berpotensi terjadi tsunami, maka lokasi dari gempa dapat diperkirakan dengan adanya stasiun CORS. 3.6.2 Aplikasi Penggunaan Jaringan CORS BPN Penggunaan CORS untuk mempercepat pendaftaran tanah di Indonesia, sudah mulai dikembangkan oleh BPN sejak awal pembangunan jaringan CORS pada tahun 2009. Perhitungan persil tanah dengan menggunakan GPS akan memberikan hasil perhitungan dalam satu sistem koordinat nasional. Selain itu, proses rekonstruksi persil tanah jika diperlukan, dapat dilakukan dengan lebih mudah jika batas batas persil dihitung dengan menggunakan GPS karena akan 57

berada pada sistem koordinat yang sama. Sebagai contoh, masalah yang muncul pada proses rekonstruksi batas tanah di Aceh setelah peristiwa gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004 sebagian besar karena batas batas tanah yang ada disana menggunakan sistem koordinat lokal dan tidak dapat direkonstruksi menggunakan perhitungan metode GPS ( Benny dkk, 2006). Pada prinsipnya, penggunaan GNSS dalam penentuan koordinat koordinat batas persil tanah dapat dilakukan dengan menggunakan direct method maupun indirect method. Direct method atau pengukuran langsung pada dasarnya adalah pengukuran yang menggunakan prinsip diferensial GNSS dan dilakukan pada persil tanah yang berada pada wilayah dengan area yang terbuka yang dilakukan langsung dengan mengikatkan rover ke benchmark yang diilustrasikan pada Gambar 3.14. Sebelum adanya jaringan CORS, benchmark orde 2 dan orde 3 JRSP (Jaringan Referensi Satelit Pertanahan) terdekat digunakan sebagai referensi, maka saat ini stasiun staisun CORS BPN digunakan sebagai referensi dalam pengukuran batas persil tanah. Pengukuran persil tanah menggunakan CORS saat ini telah dilakukan dengan menggunakan metode RTK, dengan menggunakan stasiun stasiun CORS terdekat sebagai stasiun referensi. 58

Satelit GNSS Rover Persil Titik GNSS Referensi Gambar 3.14 Pengukuran koordinat persil dengan menggunakan pengukuran GNSS ( Direct Method ) [Abidin dkk, 2011] Jika pengamatan GNSS tidak dapat dilakukan secara langsung pada beberapa atau keseluruhan titik titik batas persil tanah, mungkin karena adanya obstruksi sinyal yang disebabkan oleh pepohonan, maka indirect method dapat dilakukan seperti diilustrasikan Gambar 3.15, dimana pada indirect method dibuat titik kontrol bantuan yang terikat ke benchmark orde 2 atau 3. Pada kasus ini, batas persil tanah dapat dapat diukur menggunakan metode terestrial dari titik kontrol bantuan sementara yang didirikan disekitar area persil tanah yang diukur. Titik kontrol sementara ini, didirikan dengan menggunakan metode survey GPS statis dari titik titik CORS terdekat. Pengukuran terestris batas batas persil tanah dari benchmark GPS dapat dilakukan dengan menggunakan ETS (Electronic Total Station). 59

Satelit GNSS Persil Titik GNSS Kontrol Sementara Titik GNSS Referensi Titik GNSS Kontrol Sementara 2 Gambar 3.15 Pengukuran koordinat persil dengan menggunakan pengukuran GNSS dan terestris ( Indirect Method ) [Abidin dkk, 2011] Perbandingan dari pengukuran batas persil tanah ditunjukan pada Tabel 3.5, menunjukan bahwa direct method lebih cepat dibanding indirect method pada jumlah persil perhari yang diukur. Hasil ini merupakan pengukuran yang dilakukan di kawasan perkotaan dan pedesaan di sekitar wilayah Jakarta dan Bali pada bulan November 2010 dengan luas area kurang dari 10.000 m 2 dan sekitar 40 persil tanah yang diukur. Tabel 3.5 Hasil pengukuran koordinat batas persil pada November 2010 di wilayah Jakarta dan Bali [Abidin dkk, 2011] Area Perkotaan Area Pedesaan Metode Persil per Persil per ketelitian hari hari ketelitian CORS-RTK 30 1-5 cm 20 10-20 cm GPS rapid static 5 1-5 cm 5 1-5 cm GPS rapid static dan menggunakan ETS 6 1-5 cm 6 1-5 cm 60

3.7 Jaringan CORS di Dunia Jaringan CORS telah dibangun dan dikembangkan diseluruh dunia, baik itu dalam skala global maupun regional. Jaringan tersebut digunakan untuk berbagai macam kepentingan kepentingan bergantung pada organisasi yang mengelola jaringan tersebut. 3.7.1 IGS (International GNSS Station ) IGS adalah jaringan stasiun GNSS permanen skala global yang terdiri dari stasiun stasiun GNSS permanen, pusat pengolahan data dan pusat analisis data yang menyediakan raw data GPS dengan kualitas yang baik dan juga layanan data real time untuk berbagai macam aplikasi ilmiah dan teknologi di dunia. IGS sendiri secara resmi didirikan pada bulan Januari 1994 oleh International Association of Geodesy (IAG). Jaringan IGS mengumpulkan, menyimpan, dan mendistribusikan data pengamatan GPS dengan tingkat akurasi yang cukup baik untuk berbagai macam aplikasi. Secara khusus, akurasi dari data data jaringan IGS ini digunakan untuk melakukan pengembangan dan perluasan dari International Terresstrial Reference Frame (ITRF), pengamatan deformasi, pengamatan rotasi bumi, penentuan orbit satelit secara ilmiah, dan pengamatan ionosfer. Saat ini stasiun stasiun IGS terdiri dari 440 stasiun yang tersebar diseluruh dunia dengan 368 diantaranya merupakan stasiun aktif. Persebaran stasiun stasiun IGS di dunia dapat terlihat pada Gambar 3.16. Gambar 3.16 Persebaran stasiun stasiun IGS di dunia [situs IGS, 2012] 61

IGS dioperasikan secara sukarela oleh badan badan non-profit yang terdiri dari 200 institusi di seluruh dunia dan diatur oleh anggotanya dengan Biro Pusat IGS sebagai penanggung jawab operasional tiap hari dari jaringan IGS. Tiap organisasi yang berpartisipasi memberikan kontribusinya masing masing untuk jaringan IGS dan tidak ada memiliki sumber pendanaan utama. Data data pada pusat data IGS yang didapatkan dari stasiun stasiun IGS dapat digunakan tanpa biaya. Walaupun memiliki kualitas data yang baik, IGS tidak menjamin akurasi dari data data yang ada sehingga hasil yang didapatkan dari penggunaan data data IGS sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna. Selain itu, IGS juga terus mengembangkan layanannya kepada user, baik itu layanan real time maupun layanan raw data untuk kepentingan post-processing user. Gambar 3.17 menjelaskan bagaimana data data dari stasiun stasiun IGS didistribusikan kepada usernya dengan format data RINEX dan RTCM. Data tersebut disimpan di pusat data regional ataupun global milik IGS. Guna mengurangi lalu lintas jaringan IGS, data dikirimkan terlebih dahulu ke pusat data regional sebelum dikirimkan ke pusat data global. Komunikasi data yang digunakan menggunakan layanan TCP/IP. IGS sendiri terus mengembangkan jaringannya agar bisa memberikan layanan real time disemua stasiun stasiunnya. Gambar 3.17 Diagram sistem kerja jaringan IGS [Situs IGS, 2012] Saat ini IGS terus mengembangkan standar stasiun stasiunnya dengan melakukan pembaruan secara berkala pada pedoman pembuatan stasiun CORS 62

yang menjadi standar diseluruh dunia. IGS sendiri tidak membagi tipe stasiunnya, tetapi IGS menentukan stasiun stasiun yang dapat masuk ke jaringan IGS berdasarkan lokasi dan infrastruktur stasiun tersebut. 3.7.2 EPN EUREF Permanent Network (EPN) adalah sebuah jaringan CORS yang dioperasikan oleh negara negara anggota EUREF dan biro pusat EPN dikelola oleh Royal Observatory of Belgium. Tujuan utama dari pembangunan jaringan EPN adalah untuk membangun dan memelihara European Terrestrial Reference System (ETRS). Saat ini, stasiun EPN terdiri dari 244 stasiun CORS yang tersebar di benua Eropa dan dilengkapi dengan receiver GPS dan GLONASS. Stasiun EPN dikategorikan berdasarkan kualitas dan lama waktu pengamatan yang dihitung [Kenveres, 2009]. Stasiun EPN terbagi menjadi dua yaitu stasiun tipe A yang memiliki ketelitian 1 cm pada semua epok dari rentang waktu pengamatan yang dihitung dan stasiun tipe B yang memiliki ketelitian 1 cm pada jumlah variansi epok terkecil dari tiap stasiun. Stasiun tipe A inilah yang digunakan sebagai referensi untuk pemeliharaan datum ETRS89 dan data data yang terkait dengan hal ini disediakan di Biro Pusat EPN. ETRS89 sendiri digunakan sebagai sistem koordinat standar GNSS di seluruh benua Eropa dan berasal dari kerangka ITRS. Persebaran dari stasiun stasiun EPN sendiri ditunjukan pada Gambar 3.18. Saat ini jaringan EPN terdiri dari 202 stasiun tipe A dan 66 stasiun tipe B. organisasi organisasi yang bergabung di jaringan EPN ini secara sukarela mendanai jaringan EPN. Organisasi tersebut biasanya merupakan institusi pemerintah ataupun swasta dan juga organisasi organisasi penelitian lainnya. Sistem yang seperti ini tentu membutuhkan komitmen dari tiap tiap anggotanya agar dapat mempertahankan keberadaan jaringan EPN. 63

Gambar 3.18 Persebaran stasiun EPN di Eropa. Warna hijau menandakan stasiun tipe A dan warna merah menandakan stasiun tipe B [Situs EPN, 2012] Jaringan EPN sendiri saat ini memiliki kebijakan untuk mengambil data data dari stasiun EPN. Semua data pengamatan tersedia dan dapat digunakan tanpa biaya dari pusat data dan biro pusat EPN. Meskipun begitu, jaringan EPN tidak memberikan jaminan bahwa data data yang digunakan dapat memberikan kelengkapan, akurasi, dan kegunaan dari informasi yang didapatkan pada tiap tiap stasiun [Bruyninx, 2004]. Sehingga tanggung jawab penggunaan dari jaringan EPN ini berada pada penggunannya. Saat ini jaringan EPN sedang mengembangkan aplikasi penetuan posisi real time dengan membangun infrastruktur GNSS real time berbasis web. Selain itu, jaringan EPN juga menyediakan raw data dengan format RINEX yang dapat digunakan dengan gratis dan analisis dari data data pengamatan pada stasiun stasiun EPN. Pengembangan jaringan EPN terus dilakukan karena EPN juga merupakan perapatan dari jaringan IGS yang tersebar diseluruh dunia. 3.7.3 SWEPOS SWEPOS adalah jaringan GNSS permanen di Swedia dan dioperasikan oleh badan pemetaan nasional Swedia. Jaringan SWEPOS pertama kali dibangun pada tahun 1994 yang terdiri dari 20 stasiun yang berada di wilayah Swedia dengan jarak antar stasiun kira - kira 200 km. Pembangunan stasiun stasiun SWEPOS 64

saat itu semuanya dilakukan diatas bedrock. Saat ini jaringan SWEPOS memiliki 249 stasiun dengan jarak antar stasiun sekitar 35 km. persebaran stasiun stasiun SWEPOS dapat terlihat pada Gambar 3.19. Pusat pengaturan jaringan SWEPOS terletak di kantor pusat badan survey pertanahan Swedia yang berada di Gävle, Swedia. Perkembangan jaringan SWEPOS semakin baik dengan dibangunnya stasiun stasiun baru yang bertujuan untuk membuat jaringan menjadi lebih rapat dan untuk kepentingan aplikasi network-rtk diseluruh wilayah negara Swedia. Pada tahun 1997, jaringan SWEPOS mulai dikembangkan untuk aplikasi real time dan pada tahun 1998 jaringan SWEPOS menyediakan layan data untuk aplikasi post-processing dan penentuan posisi secara real time. Jaringan SWEPOS dari awal mula direncanakan sampai realisasinya saat ini, didanai oleh berbagai badan badan usaha milik pemerintah seperti badan administrasi kereta api, badan administrasi jalan raya, badan penerbangan nasional Swedia, badan administrasi maritim, badan telekomunikasi, badan pertahanan nasional, dan badan suvey. Saat ini jaringan SWEPOS dioperasikan dan dikoordinasikan oleh badan survey nasional Swedia. Gambar 3.19 Persebaran stasiun - stasiun jaringan SWEPOS di Swedia [Jämtnäs dkk, 2010] 65

Semua stasiun stasiun SWEPOS dapat melakukan pengamatan GPS dan GLONASS dan terkoneksi dengan pusat pengaturan jaringan dengan menggunakan TCP/IP. Data dikirim ke server pusat pada rate 1Hz dengan format RTCM untuk kepentingan real time. Guna kepentingan post-processing, SWEPOS, data dalam format RINEX tersedia melalui koneksi FTP. Pusat pengaturan jaringan SWEPOS sendiri memiliki akses untuk menyediakan data data guna keperluan aplikasi real time maupun post-processing kepada user. Pusat pengaturan jaringan SWEPOS melakukan pengecekan kualitas raw data dan koreksi DGPS yang didapatkan dari stasiun stasiun SWEPOS untuk nantinya diberikan ke user. Software Teqc digunakan untuk melakukan kontrol kualitas dari raw data sementara software Network-RTK digunakan untuk kontrol kualitas data real time. Stasiun SWEPOS memiliki 2 jenis tipe stasiun, yaitu tipe A dan tipe B stasiun. Pada stasiun tipe A, dibangun diatas bedrock sementara stasiun tipe B biasanya dibangun diatas gedung dan bentuk stasiun terlihat pada Gambar 3.20. Posisi posisi dari stasiun tipe A dan tipe B jaringan SWEPOS dikontrol tiap hari dan data time series dari posisi stasiun tersebut ditampilkan pada website SWEPOS. Gambar 3.20 Stasiun CORS SWEPOS tipe A ( gambar kiri ) dan tipe B ( kanan) [Jämtnäs dkk, 2010] 66

40 stasiun SWEPOS dibangun diatas bedrock dan dapat terlihat pada gambar 1. Guna mendapatkan lokasi monumentasi yang baik dan juga untuk mendapatkan sinyal satelit yang baik, maka stasiun tipe A dibangun didaerah pinggiran Swedia. Tinggi pilar stasiun tipe A yaitu 3 M dan pada bagian atas dari pilar antenna Dorne Margolin dipasang dan dilindungi sebuah kubah berbahan akrilik. Selain itu, sebagai antisipasi udara dingin di Swedia, pilar tersebut dilengkapi dengan penghangat elektrik yang secara konstan menjaga temperatur pada suhu 15 o C. Guna mengetahui pergerakan dari pilar. Sebuah jaringan dibangun disekitar pilar, menggunakan baut baja sebagai penanda. Sebagai bagian dari pengembangan jaringan SWEPOS untuk layan Network- RTK, stasiun stasiun tipe B dibangun sebagai perapatan dari stasiun tipe A. Stasiun tipe B berjumlah 209 stasiun dan biasanya dibangun diatas gedung dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Layanan Jaringan SWEPOS saat ini sudah merupakan suatu layanan komersil, dimana untuk mendapatkan data data baik itu untuk real time ataupun postprocessing, user harus mendaftar dan membayar sesuai dengan ketentuan yang ada. Layanan yang disediakan oleh SWEPOS yaitu post-processing berbasis web dengan format data RINEX, layanan pengolahan data online melalui website SWEPOS, layanan penentuan posisi secara real time menggunakan metode Network-RTK dan Network-DGPS. Saat ini 2300 user telah menggunakan jaringan SWEPOS diantaranya adalah pemerintah daerah, perusahaan survey, perusahan konstruksi, badan pemerintah nasional, perusahaan energy, pertanian dan dan universitas. SWEPOS sendiri sudah memiliki standar biaya untuk dapat memanfaatkan jaringan SWEPOS. 3.7.4 TUSAGA-Aktif Network Jaringan TUSAGA-Aktif bertama kali didirikan dengan nama jaringan CORS-TR oleh Istanbul Kultur University bekerja sama dengan Direktorat Jendral Pendaftaran Tanah dan Kadaster Turki dan Dirjen Pemetaan Turki dan didanai oleh Turkish Scientifik and Technical Research Agency (TUBITAK). Sama seperti jaringan jaringan CORS lainnya, jaringan TUSAGA-aktif bertujuan untuk penentuan posisi dengan cepat dan baik serta dapat memberikan ketelitian sampai 67