BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

ANALISIS KEPRIBADIAN TOKOH PEREMPUAN DALAM KUMPULAN CERPEN LELAKI YANG MEMBELAH BULAN KARYA NOVIANA KUSUMAWARDHANI ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. menyertakan emosinya saat melihat isi berita yang dimuat oleh surat kabar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB I PENDAHULUAN. menyalakan lampu sen bagian kanan yang berarti memberikan isyarat atau tanda

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggambarkan representasi diskriminasi agama Islam di balik teks media yang

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam bermasyarakat, namun juga dengan lingkungan. aikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang artinya ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian FANNY MARINI TIARA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketika menyuguhkan suatu karya sastra, dia akan memilih kata-kata yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang spesifik. Paradigma ini meliputi asumsi asumsi tentang berbagai hal dari

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun lakon. Karya sastra mengungkapkan makna secara tidak langsung. Karya sastra merupakan sistem tanda tingkat kedua dan bahasa merupakan sistem tanda tingkat pertama. Makna dalam karya sastra bukan semata-mata berdasarkan arti bahasanya. Makna dalam karya sastra juga berasal dari arti tambahan atau konotasinya. Karya sastra mengungkapkan suatu hal melalui tanda-tanda dalam teks. Karya sastra memuat tanda denotatif yang dimaknai sehingga menghasilkan tanda konotatif. Karya sastra ada yang menampilkan hal-hal yang nyata dan ada pula yang menciptakan dunianya sendiri. Hal tersebut merupakan cara setiap karya sastra menyampaikan cerita, ide, maupun tema. Karya sastra yang memiliki dunianya sendiri tidak lantas jauh dari kenyataan yang ada. Ia tetap memiliki penanda dari kenyataan yang ada karena tanda denotatif dan konotatif memiliki hubungan yang cukup erat dalam teks. Kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan karya Noviana Kusumawardhani merupakan kumpulan cerpen yang memuat banyak tanda-tanda. Kumpulan cerpen ini berisi delapan cerpen, yaitu Rongga, Perempuan Senja, Lampion Merah Bergambar Phoenix, Lelaki yang Membelah Bulan, Peti Mati, Penari Hujan, Sebuah Pagi dan Seorang Lelaki Mati, dan Pemburu 1

2 Air Mata. Delapan cerpen dalam kumpulan cerpen ini pernah dimuat di koran Kompas dan kemudian diterbitkan oleh Gramedia pada bulan Juni 2011 menjadi satu kumpulan cerpen yang berjudul Lelaki yang Membelah Bulan. Judul dari kumpulan cerpen ini diambil dari salah satu cerpennya yang menceritakan tentang seorang pelacur yang bertemu lelaki dengan separuh cahaya di tubuhnya. Delapan cerpen dalam kumpulan cerpen ini memiliki dunia yang menarik karena jarang ditemui bahkan beberapa di antaranya tidak pernah ditemui di dunia nyata. Misalnya, pada cerpen yang berjudul Rongga menceritakan sebuah desa yang seluruh warganya dilarang untuk menangis karena dengan adanya kesedihan akan ada lubang di kerongkongan mereka. Pada cerpen Pemburu Air Mata juga dihadirkan masyarakat yang memiliki kebiasaan unik. Masyarakat di cerpen tersebut berburu air mata untuk diolah menjadi potongan balok kristal dan dijadikan benda apa pun. Selain kedua cerpen tersebut, keseluruhan cerpen dalam kumpulan cerpen ini juga memuat keunikan-keunikan yang serupa. Bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen ini merupakan bahasa simbolis yang penuh tanda-tanda. Jadi, makna yang dihadirkan bukanlah semata-mata yang terlihat melalui cerpen-cerpen tersebut. Keunikan-keunikan yang terjadi dalam cerpen-cerpen tersebut membuat kumpulan cerpen ini semakin menarik. Kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan merupakan sebuah karya sastra yang banyak memuat tanda-tanda. Tandatanda tersebut perlu dianalisis lebih lanjut untuk menemukan makna dalam kumpulan cerpen tersebut. Makna yang muncul melalui tanda-tanda tersebut

3 membuat kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan ini menarik untuk dikaji. Tanda-tanda yang hadir dalam struktur kumpulan cerpen tersebut dihadirkan secara tersembunyi sehingga membutuhkan teori semiologi untuk menginterpretasi makna dari tanda-tanda tersebut. Tanda-tanda tersebut memiliki hubungan dengan spiritualitas. Jadi, penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Setelah itu, teori semiologi Roland Barthes dimanfaatkan untuk menginterpretasi makna dari tanda-tanda spiritualitas yang muncul dalam struktur kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Pada penelitian ini digunakan keseluruhan cerpen dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan karena cerpen-cerpen tersebut memuat tanda-tanda yang perlu diidentifikasi lebih dalam. Tanda-tanda tersebut dimaknai dengan memanfaatkan teori semiologi Roland Barthes. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.2.1 Tanda-tanda spiritualitas apa sajakah yang muncul dalam struktur kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan? 1.2.2 Bagaimanakah makna dari tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan?

4 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Menemukan tanda-tanda spiritualitas yang muncul dalam struktur kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. 1.3.2 Menemukan makna dari tanda-tanda spiritualitas yang muncul dalam struktur kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut: 1.4.1 Bagi dunia akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pemanfaatan teori semiologi Roland Barthes terhadap karya sastra terutama mengenai makna tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. 1.4.2 Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam strategi membaca kumpulan cerpen dan mengungkapkan makna di dalamnya. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang makna tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. 1.4.3 Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya terutama yang tertarik menganalisis kumpulan cerpen Lelaki yang

5 Membelah Bulan, menginterpretasi makna pada suatu karya, maupun tertarik terhadap kajian semiologi Roland Barthes. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian ini memanfaatkan teori semiologi Roland Barthes untuk mengungkap makna tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti telah menelusuri penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya dan memantapkan landasan sebagai pegangan teori yang akan dimanfaatkan. 1.5.1 Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan peneliti baik dengan cara mencari di ruang baca Fakultas Ilmu Budaya, perpustakaan Unair kampus B, H.B. Jassin, perpustakaan nasional, maupun dengan cara mengakses internet, penelitian mengenai spritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan belum pernah dilakukan. Namun sebelumnya sudah ada penelitian lain yang memanfaatkan teori semiologi Roland Barthes atau menginterpretasi makna yang berhubungan dengan spiritualitas dari karya-karya yang lain. Pada tahun 2009, Liya Maifudah dalam skripsinya yang berjudul Dari Petani Ke Priyayi: Kajian Atas Novel Para Priyayi Berdasar Perspektif Semiologi Barthes memanfaatkan perspektif semiologi Roland Barthes dan menemukan adanya unsur struktur yang mengeksistensikan budaya petani dan priyayi Jawa (Madiun) meliputi latar, penokohan, dan gaya bahasa. Selain itu, ia

6 juga menemukan makna konotasi yang muncul pada novel Para Priyayi. Makna konotasi tersebut menunjukkan karakter masyarakat Jawa, adanya tingkatantingkatan status sosial yang memiliki jarak, keyakinan masyarakat Jawa kejawen, budaya keratin yang dianggap tinggi, pendapat orangtua paling benar, dan tradisi yang menimbulkan kekhawatiran dalam hidup. Pada tahun 2010, Laksmi Eko Safitri dalam skripsinya yang berjudul Perspektif Struktural-Semiotik Terhadap Novel Dewi Kawi Karya Arswendo Atmowiloto juga menemukan makna yang berhubungan dengan spiritualitas. Ia menganalisis novel Dewi Kawi karya Arswendo Atmowiloto dalam perspektif struktural-semiotik. Pada skripsinya tersebut, ditemukan hubungan antara pemakaian nama dan karakter atas Eling, Waspodo, dan Kawi dengan Serat Kalatidha, novel The Godfather, konsep perempuan yang memiliki makna ambivalen, dan situs Pesarean Gunung Kawi. Simpulan yang ia dapatkan adalah novel Dewi Kawi merupakan bentuk dari kritik terhadap realitas sosial. Realitas sosial yang dikritik merupakan realitas sosial yang cenderung mengagungkan kesenangan duniawi dan mengabaikan aspek spiritual. Pada tahun 2010 dan 2011, ada dua peneliti yang menganalisis spiritualitas dalam novel Bilangan Fu karya Ayu Utami melalui perspektif yang berbeda. Adil Sastrawan dalam tesisnya yang berjudul Spiritualitas dalam Novel Bilangan Fu menganalisis spiritualitas melalui perspektif tematik-filologis. Adil sastrawan melihat novel Bilangan Fu sebagai kritik cara pandang terhadap masyarakat modern. Simpulan yang ia dapatkan adalah novel Bilangan Fu memiliki nilai spiritualitas yang mengarah kepada penghormatan atau

7 pelestarian terhadap alam. Sedangkan Difana Jauharin dalam skripsinya yang berjudul Spiritualitas dalam Novel Bilangan Fu Karya Ayu Utami menganalisis spiritualitas melalui perspektif hermeneutika. Ia menganalisis bentuk-bentuk spiritualitas dari tokoh-tokoh dalam novel tersebut sehingga ia menemukan bahwa spiritualitas yang berasal dari kepercayaan lokal berperan menjaga tatanan sosial dan pelestarian lingkungan. Novel Bilangan Fu secara implisit juga mengemukakan tentang pentingnya penghargaan terhadap spiritualitas yang bermakna positif. Selain itu, kerusakan alam yang digelisahkan oleh Parang Jati dalam novel Bilangan Fu merupakan kritik terhadap bangunan modernitas masyarakat yang rasional. Berdasarkan penelusuran tersebut, spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan karya Noviana Kusumawardhani belum pernah dianalisis. Penelitian ini akan memanfaatkan perspektif semiologi Roland Barthes. Berikut ini adalah tabel dari penelitian terdahulu yang dapat memperlihatkan kedudukan penelitian ini dari penelitian sebelumnya. Tabel 1. Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Perspektif Temuan 1. Liya Maifudah Dari Petani Ke Priyayi: Kajian Atas Novel Para Priyayi Berdasar Perspektif Semiologi Barthes (2009) Semiologi Roland Barthes 1. Pada novel Para Priyayi terdapat unsur struktur yang mengeksistensikan budaya petani dan priyayi Jawa (Madiun) meliputi latar, penokohan, dan gaya bahasa. 2. Makna konotasi yang muncul pada novel Para Priyayi

8 2. Laksmi Eko Safitri 3. Difana Jauharin Perspektif Struktural- Semiotik Terhadap Novel Dewi Kawi Karya Arswendo Atmowiloto (2010) Spiritualitas dalam Novel Bilangan Fu Karya Ayu Utami (2010) Struktural- Semiotik menunjukkan karakter masyarakat Jawa, adanya tingkatan-tingkatan status sosial yang memiliki jarak, keyakinan masyarakat Jawa kejawen, budaya keratin yang dianggap tinggi, pendapat orangtua paling benar, dan tradisi yang menimbulkan kekhawatiran dalam hidup. 1. Pemakaian nama dan karakter atas Eling, Waspodo, dan Kawi dalam novel Dewi Kawi dilatarbelakangi oleh keberadaan Serat Kalatidha, novel The Godfather, konsep perempuan yang memiliki makna ambivalen, dan situs Pesarean Gunung Kawi. 2. Novel Dewi Kawi merupakan bentuk dari kritik terhadap realitas sosial yang cenderung mengagungkan kesenangan duniawi dan mengabaikan aspek spiritual. Hermeneutika 1. Novel Bilangan Fu mengungkapkan bahwa bentuk spiritualitas yang berasal dari kepercayaan lokal

9 4. Adil Sastrawan 5. Aisyah Yusdiyani Spiritualitas dalam Novel Bilangan Fu (2011) Spiritualitas dalam Kumpulan Cerpen Lelaki yang Membelah Bulan (2014) Tematik- Filologis Semiologi Roland Barthes berperan dalam menjaga tatanan sosial dan pelestarian alam. 2. Novel Bilangan Fu secara implisit mengemukakan tentang pentingnya penghargaan terhadap spiritualitas yang bermakna positif. 3. Kerusakan alam yang digelisahkan oleh Parang Jati dalam novel Bilangan Fu merupakan kritik terhadap bangunan modernitas masyarakat yang rasional. 1. Novel Bilangan Fu merupakan kritik cara pandang masyarakat modern yang cenderung antroposentris dan anti ekologi. 2. Nilai yang terkandung dalam novel Bilangan Fu adalah mengajak untuk menghormati alam. 1. Kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan sarat akan tandatanda spiritualitas yang muncul melalui tokoh, latar, dan tema. 2. Tanda-tanda spiritualitas melalui tokoh, latar, dan

10 tema dapat dimaknai sebagai bentuk dari hubungan manusia dengan pribadi manusia, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan. 1.5.2 Landasan Teori Penelitian ini memanfaatkan teori semiologi Roland Barthes. Teori tersebut dapat membantu mengungkap makna yang ada dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Semiologi adalah ilmu tentang tanda. Makna bisa ditemukan melalui identifikasi unsur-unsur dan relasi antarunsur-unsur dalam karya sastra. Melalui relasi antarunsur dapat ditemukan penanda dan petanda yang selanjutkan akan menghasilkan makna. Pada pencarian makna melalui semiologi ini, pengarang dianggap sudah mati. Jadi, analisis dengan memanfaatkan teori semiologi ini tidak lagi menghubungkan antara karya dengan pengarangnya. Semiologi menghubungkan tanda-tanda dalam teks dengan konteks yang ada. Pemaknaan ini berdasarkan dari pembacaan seorang pembaca. Sebuah teks tidak hanya menghasilkan satu makna saja. Satu teks bisa saja menghasilkan banyak makna tergantung dari pembacanya sendiri. Luasnya pembacaan seorang pembaca membuat teks menjadi kaya makna. Pada saat teks sudah ditangan pembaca, pemaknaan adalah milik pembaca, bukan lagi milik pengarang.

11 Barthes (2007b: 303) mengatakan bahwa tanda merupakan totalitas asosiatif antara konsep dan citra, antara penanda (signified) dan petanda (signifier) dalam sistem yang pertama, kemudian menjadi penanda dalam sistem yang kedua. Barthes menciptakan model hubungan antara tanda denotasi dan konotasi, sebagai berikut: Tabel 2. Hubungan Tanda Denotasi dan Konotasi 1. Penanda 2. Petanda 3. Tanda denotasi 4. Penanda konotasi 5. Petanda konotasi 6. Tanda konotasi Tabel hubungan tanda denotasi dan konotasi Roland Barthes tersebut membantu dalam analisis hingga tatanan mitos. Namun, mitos sebagai isi dari sistem pemaknaan kedua tidak dimanfaatkan dalam skripsi ini. ini hanya memanfaatkan teori semiologi Roland Barthes hingga tatanan tanda konotasi yang merupakan bentuk dari sistem pemaknaan kedua. Penanda (1) dan petanda (2) merupakan tatanan pertama dalam semiologi, yaitu denotasi. Tanda denotasi (3) tersebut juga menjadi penanda konotasi (4). Barthes (2007b: 300) menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.

12 Barthes (2007a: 84-87) mengatakan bahwa signifiant sistem kedua dibangun oleh signe-signe sistem pertama. Pada semiologi, menganalisis objekobjek hanya dalam hubungannya dengan makna yang dimiliki oleh objek-objek tersebut. Makna yang dihasilkan melalui semiologi Roland Barthes ini harus berpedoman dari teks. Walaupun pembaca memiliki pemaknaan sendiri-sendiri, makna tidak bisa dihasilkan begitu saja. Pencapaian makna harus melalui proses pemaknaan tanda-tanda dalam teks. Pada penelitian ini, terlebih dahulu diidentifikasi keanehan-keanehan yang muncul dalam struktur kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Analisis melalui perspektif semiologi membantu dalam menginterpretasi makna spiritualitas yang muncul melalui keanehan-keanehan tersebut. 1.5.3 Batasan Konseptual Pada penelitian ini diidentifikasi tanda-tanda spiritualitas dalam struktur kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan dan diinterpretasi makna melalui tanda-tanda spiritualitas tersebut. Ada banyak pengertian tentang spiritualitas. Oleh karena itu, peneliti telah melakukan penelusuran tentang konsep spiritualitas melalui buku acuan yang sesuai dengan konsep spiritualitas yang diungkap dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Frager (2003: 69) mengatakan bahwa definisi spiritual lebih sulit dibandingkan dengan kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi spiritual, Pada dasarnya spiritual mempunyai beberapa arti, di luar dari konsep

13 agama. Kebanyakan spirit selalu dihubungkan sebagai faktor kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi baik secara fisik maupun psikologi. Hasan (2008: 288) mengatakan bahwa spiritual dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan dengan spirit, sesuatu yang spiritual memiliki kebenaran yang abadi dan berhubungan dengan tujuan hidup manusia, sering dibandingkan dengan sesuatu yang bersifat duniawi dan sementara. Di dalamnya mungkin terdapat kepercayaan terhadap kekuatan supranatural seperti dalam agama, tetapi memiliki penekanan terhadap pengalaman pribadi. Hasan juga memaparkan tentang perbedaan spiritualitas dan religiusitas. Spiritualitas ádalah kesadaran diri dan kesadaran individu tentang asal, tujuan, dan nasib. Agama adalah kebenaran mutlak dari kehidupan yang memiliki manifestasi fisik diatas dunia. Agama merupakan praktik perilaku tertentu yang dihubungkan dengan kepercayaan yang dinyatakan oleh institusi tertentu dan dianut oleh anggota-anggotanya. Agama memiliki kesaksian iman, komunitas, dan kode etik. Dengan kata lain spiritual memberikan jawaban siapa dan apa seseorang itu (keberadaan dan kesadaran), sedangkan agama memberikan jawaban apa yang harus dikerjakan seseorang (perilaku atau tindakan). Seseorang bisa saja mengikuti agama tertentu, namun memiliki spiritualitas. Orang-orang dapat menganut agama yang sama, namun belum tentu mereka memiliki jalan atau tingkat spiritualitas yang sama. Piliang (2011: 27) mengatakan bahwa spiritualitas adalah sesuatu yang mempunyai kekuatan otonom dan mampu menghidupi atau menggerakkan

14 sesuatu yang lain di luar dirinya, baik yang bersifat ketuhanan maupun yang bukan. Jadi, yang dimaksudkan dengan spiritualitas dalam penelitian ini adalah sesuatu yang berasal dari jiwa seseorang dan memuat tujuan hidup seseorang tersebut. Spiritualitas tidak hanya didapatkan dari hal-hal yang bersifat ketuhanan saja. Spiritualitas berasal dari seluruh pemikiran dan kehidupan yang dijalani oleh manusia. Spiritualitas tidak selalu berkaitan dengan agama. Tingkat spiritualitas seseorang tidak dapat dinilai dari agama yang dianut dan bagaimana ritual peribadatan yang dilakukan. Spiritualitas merupakan dorongan bagi seluruh tindakan manusia yang pencapaiannya berdasarkan bagaimana pengalaman pribadi yang dialami oleh manusia dan menjadi sebagai tujuan hidup bagi manusia. 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang dimanfaatkan adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Jadi, terlebih dahulu penelitian ini mengidentifikasi tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Setelah itu, teori semiologi Roland Barthes dimanfaatkan untuk menginterpretasi makna yang muncul melalui tanda-tanda spiritualitas tersebut. Langkah-langkah analisis tersebut dipaparkan secara deskriptif.

15 1.6.1 Tahap Penentuan dan Pemahaman Objek Objek yang digunakan dalam skripsi ini adalah keseluruhan cerpen dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan karya Noviana Kusumawardhani. Kumpulan cerpen ini diterbitkan pertama kali pada bulan Juni 2011 oleh penerbit Gramedia di kota Jakarta. Di dalam kumpulan cerpen tersebut ada delapan cerpen, yaitu: Rongga, Perempuan Senja, Lampion Merah Bergambar Phoenix, Lelaki yang Membelah Bulan, Peti Mati, Penari Hujan, Sebuah Pagi dan Seorang Lelaki Mati, dan Pemburu Air Mata. Dipilihnya keseluruhan cerpen karena cerpen-cerpen tersebut memuat tanda-tanda spiritualitas yang dapat memunculkan makna dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan karya Noviana Kusumawardhani. 1.6.2 Tahap Pengumpulan Data Setelah menentukan aspek yang menarik untuk diteliti dari delapan cerpen tersebut, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data penelitian. Penelitian ini memiliki dua jenis data, yaitu primer dan sekunder. Data yang dikumpulan pertama kali adalah data primer, yaitu keseluruhan cerpen dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah hasil dari penelitian terdahulu, artikel dan buku yang memuat tentang konsep tentang spiritualitas, serta buku acuan mengenai teori semiologi Roland Barthes.

16 1.6.3 Tahap Analisis Data Analisis terhadap delapan cerpen dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama mengidentifikasi tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Setelah itu, tahap kedua adalah analisis dengan memanfaatkan teori semiologi Roland Barthes. Pada tahap ini diinterpretasi makna melalui tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. 1.7 Sistematik penyajian ini tersusun dari empat bab. Bab I pendahuluan. Bab ini berupa tujuh subbab, yaitu latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian; tinjauan pustaka yang berisi penelitian terdahulu, landasan teori yang berisi tentang teori semiologi Roland Barthes, dan batasan konseptual yang berisi tentang konsep spiritualitas; metode penelitian; dan sistematik penyajian. Bab II identifikasi tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Bab ini diuraikan dalam tiga subbab. Subbab pertama berisi tanda-tanda spiritualitas dalam tokoh yang meliputi penggunaan nama tokoh, karakter tokoh, dan kepercayaan tokoh dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Subbab kedua berisi tanda-tanda spiritualitas dalam latar yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Subbab ketiga berisi tanda-tanda spiritualitas dalam tema yang meliputi tema utama dan tema sampingan. Ketiga subbab tersebut membantu menemukan makna yang muncul

17 melalui tanda-tanda spiritualitas dalam struktur kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Bab III pemaknaan atas tanda-tanda spiritualitas dalam kumpulan cerpen Lelaki yang Membelah Bulan. Bab ini diuraikan menjadi empat subbab yang berisi spiritualitas melalui hubungan manusia dengan pribadi manusia, spiritualitas melalui hubungan manusia dengan sesama manusia, spiritualitas melalui hubungan manusia dengan alam, dan spiritualitas melalui hubungan manusia dengan Tuhan. Bab IV penutup yang berisi dua subbab, yaitu simpulan dan saran. Simpulan merupakan hasil dari penelitian dalam skripsi ini, sedangkan saran ditujukan bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.