BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III 1 METODE PENELITIAN

BAB IV STUDI ALIRAN DAYA

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI KESTABILAN TEGANGAN SISTEM JAWA BALI 500KV MENGGUNAKAN METODE CONTINUATION POWER FLOW (CPF)

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

BAB III METODE PENELITIAN. Data-data historis beban harian yang akan diambil sebagai evaluasi yaitu

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci Operasi ekonomis, iterasi lambda, komputasi serial, komputasi paralel, core prosesor.

BAB III METODE PENELITIAN

Penentuan MVar Optimal SVC pada Sistem Transmisi Jawa Bali 500 kv Menggunakan Artificial Bee Colony Algorithm

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI

PENGEMBANGAN KURVA P-V UNTUK GI 500 kv DALAM RANGKA MENGANTISIPASI VOLTAGE COLLAPSE. Rusda Basofi

Optimisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik dengan Konstrain Kapabilitas Operasi Generator dan Kestabilan Steady State Global

OPTIMASI PENEMPATAN DAN KAPASITAS SVC DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY ALGORITHM

PERHITUNGAN BIAYA SEWAJARINGAN TRANSMISI 500 KV JAWA- BALI DENGAN METODE MW-MILE BIALEK TRACING

Evaluasi Kestabilan Tegangan Sistem Jawa Bali 500kV menggunakan Metode Continuation Power Flow (CPF)

OPERASI EKONOMIS PEMBANGKIT THERMAL SISTEM 500 KV JAWA BALI DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA FUZZY LOGIC

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) B-34

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER

OPTIMASI PENJADWALAN PEMBANGKIT TERMAL SISTEM 500 KV JAWA BALI BERBASIS KOMPUTASI CERDAS

2015 APLIKASI ALGORITMA SIMULATED ANNEALING PADA SISTEM KOORDINASI PEMBANGKITAN UNIT THERMAL

KOORDINASI HIDRO THERMAL UNIT PEMBANGKITAN JAWA BALI MENGGUNAKAN METODE DYNAMIC PROGRAMMING

Riski Cahya Anugrerah Haebibi

Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomposition

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

LAMPIRAN 1 : Konfigurasi Jaringan Sistem Jawa-Bali 500 kv

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisis Kontingensi Sistem Jawa-Bali 500KV Untuk Mendesain Keamanan Operasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Studi Perbaikan Stabilitas Tegangan Kurva P-V pada Sistem Jawa-Bali 500kV dengan Pemasangan Kapasitor Bank Menggunakan Teori Sensitivitas

PERHITUNGAN BIAYA SEWA JARINGAN TRANSMISI 500 KV JAWA- BALI DENGAN METODE MW-MILE

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

Pendekatan Dengan Cuckoo Optimization Algorithm Untuk Solusi Permasalahan Economic Emission Dispatch

PERHITUNGAN CCT (CRITICAL CLEARING TIME) UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIENT PADA SISTEM KELISTRIKAN 500KV JAWA-BALI

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

Aplikasi Micro-Genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV

Aplikasi micro-genetic Algorithm ( -GA) untuk Penyelesaian Economic Dispatch pada Sistem Kelistrikan Jawa Bali 500 KV

IMPLEMENTASI METODA TAGUCHI UNTUK ECONOMIC DISPATCH PADA SISTEM IEEE 26 BUS

Dynamic Economic Dispatch Menggunakan Pendekatan Penelusuran Ke Depan

Dynamic Optimal Power Flow Arus Searah Menggunakan Qudratic Programming

PERANCANGAN SOFTWARE APLIKASI UNTUK PERKIRAAN STABILITAS TRANSIEN MULTIMESIN MENGGUNAKAN METODE KRITERIA SAMA LUAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

OPTIMISASI BIAYA PEMBANGKITANPADA SISTEM 500 KV JAWA-BALI MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

STUDI PERHITUNGAN PEMBEBANAN EKONOMIS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP DI PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

Gambar 3.1 Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali

OPTIMASI RATING SVC DAN TCSC UNTUK MENGURANGI RUGI-RUGI DAYA PADA SISTEM 500 kv JAMALI MENGGUNAKAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

1 BAB III 2. 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem

OPTIMISASI PENGATURAN DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN PADA SISTEM INTERKONEKSI JAWA-BALI 500 KV MENGGUNAKAN QUANTUM BEHAVED PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya

Dynamic Optimal Power Flow dengan kurva biaya pembangkitan tidak mulus menggunakan Particle Swarm Optimization

Penalaan Parameter Superconducting Magnetic Energy Storage (SMES) menggunakan Firefly Algorithm (FA) pada Sistem Tenaga Listrik Multimesin

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan bahan dan software yang digunakan

OPTIMISASI PARAMETER PSS BERBASIS MULTI MESIN MENGGUNAKAN MODIFIED DIFFERENTIAL EVOLUTION (MDE) PADA SISTEM JAWA BALI 500 KV

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

PENDEKATAN DENGAN CUCKOO OPTIMIZATION ALGORITHM UNTUK SOLUSI PERMASALAHAN ECONOMIC EMISSION DISPATCH

OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

BAB III METODE PENELITIAN

SIMULASI OPTIMASI DAYA REAKTIF DAN TEGANGAN PADA SISTEM JAMALI 500 kv MENGGUNAKAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 1, April 2012 ISSN

METODE KOLONI SEMUT PADA DOMAIN KONTINU UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN EKONOMIS UNIT PEMBANGKIT PLTG DI PLTGU PT INDONESIA POWER TAMBAK LOROK

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Pengaruh Penggunaan TCSC dan SVC terhadap Biaya Operasi Tahunan di Sistem Jawa Bali 500 kv

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-479

ANALISIS KONTINGENSI GENERATOR PADA SISTEM TRANSMISI 500 KV JAWA BALI

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 EVALUASI RUGI-RUGI D AYA TEGANGAN SISTEM TRANSMISI 150 KV REGION II JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

SIMULASI PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION )

Studi Perbaikan Stabilitas Tegangan Sistem Jawa-Madura- Bali (Jamali) dengan Pemasangan SVC Setelah Masuknya Pembangkit 1000 MW Paiton

OPTIMASI PEMBANGKITAN EKONOMIS PADA UNIT-UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL TELAGA MENGGUNAKAN MODIFIKASI PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (MPSO).

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

ALOKASI PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT TERMAL DENGAN MEMPERHITUNGKAN RUGI-RUGI SALURAN TRANSMISI DENGAN ALGORITMA GENETIKA PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

1.2 Tujuan Memberikan solusi dalam optimalisasi penempatan dan rating SVC untuk memperbaiki profil tegangan pada Sistem Tenaga Listrik 500 kv Jamali.

STUDI PERFORMANSI SISTEM PENGENDALIAN TEMPERATUR, RELIABILITY DAN SAFETY PADA HEAT EXCHANGER PT. PETROWIDADA GRESIK

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DENGAN TOURNAMENT SELECTION SEBAGAI SOLUSI ECONOMIC DISPATCH

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN IMPERIALIST COMPETITIVE ALGORITHM (ICA) PADA SISTEM KELISTRIKAN LOMBOK

Koordinasi Pembangkit Hidro-Termal di Sistem Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

PERHITUNGAN BIAYA SEWA JARINGAN TRANSMISI 500 KV JAWA- BALI DENGAN METODE BASIS ARUS

Transkripsi:

24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pengumpulan Data Pembangkit Suralaya Cibinong Cilegon 7 1 6 Gandul 2 4 Balaraja 3 Kembangan Muaratawar 5 Depok 9 Bekasi 8 11 Tasikmalaya Cirata 10 Cawang 12 Pedan 16 Saguling 15 17 Bandung Selatan 14 Cibatu 13 Mandirancan 18 Paiton Ungaran 19 20 21 Kediri 25 Ngimbang Tanjung Jati Surabaya Barat 24 23 Grati Gresik 22 Gambar 3.1. Pemodelan Sistem Interkoneksi 500 KV Jawa-Bali Data yang digunakan dalam menentukan koordinasi pembangkit adalah data heat rate pembangkit thermal sistem 500kV Jawa-Bali dan data pembebanan (Logsheet) pada tanggal 7 mei 2013. Data-data tersebut akan dijadikan variabel input untuk pengujian algoritma BP untuk optimasi dalam koordinasi pembangkitan unit thermal dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB R2010a.

25 Tabel 3.1 Data heat rate pembangkit thermal sistem 500kV Daya Pembangkitan (MW) Heat Rate (Mbtu/kWh) Pembangkit 1 2 3 4 1 2 3 4 Suralaya 1703 2221 2561 3247 76,49 74,49 73,45 71,79 Muaratawar 666 826 993 1140 112,58 112,25 100,78 98,18 Tanjungjati 1227 1525 1812,8 1982,8 28,8 28,48 28,19 27,97 Gresik 1061 1355 1675 1993 224.04 222.57 221,87 221,26 Paiton 2071,5 2792,5 3358,75 4005 76,16 73,01 70,84 68,89 Grati 330 402 527 746,6 105,51 95,37 92,91 91,10 Tabel 3.2 Data biaya bahan bakar masing-masing pembangkit Pembangkit Biaya Bahan bakar ($/Jam) Suralaya 296,1916 Muaratawar 475,3932 Tanjungjati 158,4425 Gresik 323,4908 Paiton 333,3285 Grati 335,2737 Tabel 3.1 merupakan data heat reat (laju panas) pembangkit thermal sistem 500 KV Jawa-Bali. Setiap unit pembangkit terdiri dari empat titik heat rate yang diperoleh dari hasil percobaan. Apabila data tersebut didekati dengan fungsi polynomial maka akan diperoleh persamaan laju panas dari pembangkit thermal dalam MMbtu/h. Perkalian persaman laju panas dengan biaya bahan bakar akan menghasilkan persamaan baru yang menggambarkan karakteristik biaya bahan bakar pembangkit thermal. Tabel 3.2 merupakan harga biaya bahan bakar dari masing-masing pembangkit ($/jam). Untuk mendapatkan biaya bahan bakar pembangkit yang akan dikalikan dengan persamaan laju panas dapat digunakan rumus berikut ini :

26 FC = (3-1) Dimana : FC BB Q : Biaya bahan bakar ($/MMbtu) : Biaya bahan bakar ($/jam) : Hasil kali antara heat rate dengan daya pembangkitan (MWbtu/Wh) Tabel 3.3 Biaya bahan bakar masing-masing pembangkit ($/MMbtu) Pembangkit Biaya bahan bakar ($/MMbtu) Suralaya 0,4131 Muaratawar 1,25199 Tanjungjati 0,854832 Gresik 0,2392 Paiton 0,3807 Grati 1,7632 Salah satu tujuan dari operasi sistem tenaga listrik yaitu sistem harus mempunyai keandalan yang memenuhi standar dan dapat memenuhi permintaan secara continue sepanjang waktu, maka dalam mengoperasikan pembangkit listrik haruslah memperhatikan batas-batas dari pembangkit tersebut agar sistem tetap dalam keadaan stabil. Salah satu batas-batas yang harus diperhatikan dalam mengoperasikan pembangkit listrik adalah batas daya minimum dan daya maksimum yang dimiliki oleh pembangkit tersebut, yang berarti bahwa suatu pembangkit listrik tidak dapat dioperasikan dibawah daya minum dan juga diatas daya maksimum dari pembangkit listrik tersebut.

27 Tabel 3.4 Batas pengoperasian daya pembangkit Pembangkit Pmin Pmaks Suralaya 1600 3400 Muaratawar 600 1400 Tanjungjati 1200 2700 Gresik 900 2100 Paiton 1800 4300 Grati 290 800 Dalam optimasi pada sistem tenaga listrik khususnya pada masalah koordinasi pembangkit, diharuskan mencari kombinasi dari beberapa unit pembangkit dengan biaya yang paling murah tersebut. Salah satu cara untuk mencari biaya termurah tersebut dapat dilakukan dengan membuat urutan prioritas, yang akan merepresentasikan pembangkit-pembangkit dari biaya yang paling murah hingga biaya yang paling mahal. Urutan prioritas diurutkan berdasarkan biaya rata-rata beban maksimum (full load average) yang paling murah. Cara untuk mendapatkan biaya rata-rata yang paling murah dapat dilakukan dengan mengalikan persamaan laju pertambahan biaya bahan bakar (incremental fuel cost) masing-masing unit pembangkit dengan daya maksimum dari pembangkit tersebut (Abdellah & Djamel, 2012). Urutan prioritas pembangkit sistem 500kV Jawa-Bali dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.5 Urutan prioritas pembangkit sistem 500kV Jawa-Bali Pembangkit Harga produksi ($/kwh) Urutan Suralaya 0,0265871 3 Muaratawar 0,0553004 5 Tanjungjati 0,021724 2 Gresik 0,0523438 4 Paiton 0,0216168 1 Grati 0,1818127 6

28 Data uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Logsheet pada hari selasa tanggal 7 mei 2013 yang diperoleh dari PT.PLN (Persero) P3B Gandul-Depok, grafik pembebanan pada gari tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 1-3 4-6 7-9 10-12 13-15 16-18 19-21 22-24 Gambar 3.2 Grafik beban unit thermal sistem 500kV selasa, 7 mei 2013 Beban pembangkit unit thermal sistem 500kV Jawa-Bali terdiri dari 24 jam yang kemudian dibagi menjadi 8 periode, dimana tiap periodenya merupakan beban rata-rata selama 3 jam. Dari grafik beban tersebut dapat dilihat bahwa beban berubah-ubah tiap periodenya, oleh sebab itu diperlukan koordinasi dari pembangkit unit thermal untuk mensuplai kebutuhan daya tetapi dengan harga minimum. Data riil sistem dapat dilihat pada tabel dibawah ini yang merupakan pembebanan pembangkit unit thermal yang dimana pembebanan tersebut telah dibagi kedalam 8 periode.

29 Tabel 3.6 Penjadwalan pembangkit unit thermal sistem500kv sebelum optimasi Pukul Suralaya M. Tawar T. Jati Gresik Paiton Grati total 01-03 2985 926 2416 1327 2915 392 10961 04-06 2996 992 2216 1393 2863 394 10854 07-09 2978 1214 2225 1422 3009 406 11254 10-12 2974 1338 2358 1584 2980 403 11637 13-15 2866 1307 2370 1493 3008 401 11445 16-18 2903 1075 2544 1335 3055 402 11314 19-21 3005 1317 2631 1536 3056 414 11959 22-24 2950 956 2550 1420 3060 407 11343 3.2. Tahap Perhitungan Fungsi Bahan Bakar Dalam penjadwalan pembangkit termal dengan metode BP diperlukan penentuan persamaan biaya bahan bakar terlebih dahulu yang diperoleh dengan mengolah data heat rate dari masing-masing unit pembangkit. Di bawah ini adalah tahapan-tahapan untuk menentukan persamaan biaya bahan bakar (Harun, 2011) : Mulai Baca Menghitung konstanta a, b, dan c Membentuk karakteristik I/O Menghitung incremental fuel cost Optimasi Penjadwalan Pembangkitan Unit A Thermal Dengan Memperhitungkan Rugi-Rugi

30 A Menghitung fungsi biaya bahan bakar / persamaan incremental fuel cost unit pembangkit termal F i (P it ) = a i + b i P it + c i P it 2 x incremental fuel cost Keluaran fungsi biaya bahan Selesai Gambar 3.2 flow chart perhitungan fungsi bahan bakar 1. Membaca data heat rate pembangkit pada tabel 3.1 2. Menghitung konstanta α, β,dan γ input/output dari tiap unit pembangkitdengan mengolah data heat rate dan daya pembangkit dan membentuk matriks seperti dibawah ini : n n 1 n 2 i i i i1 i1 i1 n P P F a n n n n 2 3 b Pi Pi Pi PF i i i1 i1 i1 i1 c n n n n 2 3 4 2 Pi Pi Pi Pi Fi i1 i1 i1 i1 (3-2) Dimana : n = Jumlah data daya (4) = Jumlah daya output = Jumlah dari hasil kali daya output dengan heat rate

31 Penentuan parameter α i, βp i, γ i dapat ditemukan dengan cara eliminasi 3. Membuat persamaan input/output dari konstanta α, β,dan γ 4. Menghitung persamaan biaya bahan bakar dari masing-masing pembangkit dengan perkalian antara persamaan input/output pembangkit dengan harga biaya bahan bakar pembangkit. Persamaan biaya bahan bakar F i (P i ) = α i + βp i + γ i 2 (3-3) 3.3. Penjadwalan Pembangkit Thermal dengan algoritma back propagation Dalam algoritma penjadwalan pembangkit termal dengan kekangan transmisi menggunakan metode back propagation harus terlebih dahulu menentukan data yang digunakan sebagai data training yang digunakan sebagai data pembanding sehingga dapat dihasilkan keluaran dengan error yang terkecil (Mohatram & Kumar, 2006). Berikut ini adalah diagram alir (flow chart) yang digunakan dalam penjadwalan unit thermal menggunakan algoritma back propagation : Mulai Inisialisasi persamaan biaya bahan bakar, batas operasional pembangkit dan permintaan daya Tentukan state awal, Hitung pembebanan dengan lamda, Hitung Total Cost (TCi) dan simpan sebagai data training Membangun Jaringan syaraf tiruan dengan menggunakan algoritma BP A

32 A Menentukan maksimum epoh, learning rate dan target error Tetapkan bobot Hitung Prediksi Error Error 0.0005 Tidak Ya Masukkan hasil dari algoritma BP ke permaan losses Selesai Gambar 3.3 Flowchart Algoritma Back Propagation Penjadwalan Pembangkit Termal 1. Menentukan kombinasi awal pembangkit 2. Menghitung pembebanan unit pembangkit dengan lamda dan dengan kekangan: n Pi Pd Pl (3-4) 1 k P ci B iit bi λ 2c λ B T n T n it k t1 i1 t t1 i1 i t iit 2 (3-5)

33 3. Evaluasi pembebanan unit pembangkit dengan persamaan kekangan untuk Pimin < Pi < Pimax λ untuk Pi = Pmax λ untuk Pi = Pmin n t t 4. Hitung total biaya kombinasi F T = [ uifi Pi ] (3-6) i1 5. Simpan kombinasi dan pembebanan unit pembangkit tersebut sebagai Data training 6. Masukan data permintaan beban dan batas minimum dan maksimum generator sebagai input dari jaringan BP. 7. Menentukan parameter-parameter untuk pelatihan jaringan BP diantaranya adalah parameter maximum pelatihan (max epochs), parameter kinerja tujuan (target error), parameter learning rate, dan parameter momentum yang fungsinya akan memperbaiki bobot-bobot jaringan. 8. Simulasi jaringan dilakukan untuk mengetahui error dan unjuk kerja. Gunakan perintah sim untuk melakukan simulasi jaringan sehingga dapat ditemukan outputnya. 9. Analisis hasil pelatihan menggunakan fungsi postreg sehingga dapat dievaluasi hasil pelatihannya. 10. Hitung Rugi transmisi yang terjadi dengan memasukan hasil dari pembebanan menggunakan algoritma BP ke persamaan losses sehingga dapat diketahui rugi transmisi yang terjadi dengan menggunakan persamaan (Nagaraja, 2011): T n n T n (3-7) P Lt = Pit B Pjt B ij t 0it Pit B00t t1 i1 j1 t1 i1