Karakterisasi Suseptibilitas Magnet Barium Ferit yang Disintesis dari Pasir Besi dan Barium Karbonat Menggunakan Metode Metalurgi Serbuk

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK MINERAL MAGNETIK PASIR BESI SISA PENDULANGAN EMAS DI KABUPATEN SIJUNJUNG SUMATERA BARAT

Hubungan Ukuran Butir Terhadap Suseptibilitas Magnetik dan Kandungan Unsur Mineral Magnetik Pasir Besi Pantai Sunur Kabupaten Padang Pariaman

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

KARAKTERISASI SIFAT MAGNET DAN KANDUNGAN MINERAL PASIR BESI SUNGAI BATANG KURANJI PADANG SUMATERA BARAT

PENGARUH PENAMBAHAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) TERHADAP SIFAT MAGNETIK MAGHEMIT (γ-fe 2 O 3 ) YANG DISINTESIS DARI MAGNETIT BATUAN BESI (Fe 3 O 4 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

I. PENDAHULUAN. karakteristik dari pasir besi sudah diketahui, namun penelitian ini masih terus

Afdal, Elio Nora Islami. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang

PENGARUH OKSIDASI TERHADAP KONSENTRASI BULIR SUPERPARAMAGNETIK PADA MAGNETIT PASIR BESI PANTAI SUNUR KOTA PARIAMAN SUMATERA BARAT

ANALISIS SUSEPTIBILITAS MAGNETIK HASIL OKSIDASI MEGNETIT MENJADI HEMATIT PASIR BESI PANTAI SUNUR KOTA PARIAMAN SUMATERA BARAT

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pembuatan Hybrid Magnet Berbasis NdFeB / BaFe 12 O 19 dan Karakterisasinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Lenny Marcillina, Erwin, dan Tengku Emrinaldi

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

PENGUKURAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ELEMEN ENDAPAN PASIR BESI DI PANTAI BAGIAN SELATAN KOTA PADANG SUMATERA BARAT

PENENTUAN TINGKAT KEMAGNETAN DAN INDUKSI MAGNETIK TOTAL ENDAPAN PASIR LAUT PANTAI PADANG SEBAGAI FUNGSI KEDALAMAN

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

KAJIAN SIFAT STRUKTUR KRISTAL PADA BAHAN BARIUM HEKSAFERIT YANG DITAMBAH VARIASI Fe2O3 MENGGUNAKAN ANALISIS RIETVELD

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMETAAN PERSENTASE KANDUNGAN DAN NILAI SUSEPTIBILITAS MINERAL MAGNETIK PASIR BESI PANTAI SUNUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo

DAFTAR PUSTAKA. Dermawan, Herwan. Uji Kompaksi ASTM D698 dan ASTM D1557. Universitas Pendidikan Indonesia : Laboratorium Mekanika Tanah, 2009.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

BAB III METODE PENELITIAN

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

Analisa Mineral Magnetik Pasir Sisa Pendulangan Intan di Cempaka, Kota Banjarbaru Berdasarkan Nilai Suseptibilitas Magnetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

Bahan Listrik. Bahan Magnet

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

IDENTIFIKASI PENCEMARAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BY PASS KOTA PADANG DENGAN METODE SUSEPTIBILITAS MAGNET

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

Bab 4 Data dan Analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

Metodologi Penelitian

PENGARUH LAMA MILLING TERHADAP SUSEPTIBILITAS MAGNETIK DAN MORFOLOGI TONER BERBAHAN BAKU ABU RINGAN (FLY ASH ), KARBON DAN POLIMER

Bab 3 Metodologi Penelitian

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSTRAKSI RUTILE (TiO 2 ) DARI PASIR BESI MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO DENGAN VARIABEL WAKTU PENYINARAN GELOMBANG MIKRO

BAB III METODE PENELITIAN. Tahapan Penelitian dan karakterisasi FT-IR dilaksanakan di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab III Metodologi Penelitian

Identifikasi Polutan Dalam Air Permukaan Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

SIDANG TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Pembuatan dan karakterisasi magnet komposit berbahan dasar barium ferit dengan pengikat karet alam

PENENTUAN NILAI SUSEPTIBILITAS MAGNETIK GUANO YANG BERASAL DARI GUA BABA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

Analisis Sifat Magnet Dan Mekanik Pada Permanent Bonded Magnet Pr-Fe-B Dengan Matriks Bakelit

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL MAGNETIT (Fe 3 O 4 ) BERBASIS BATUAN BESI. Skripsi. Program Studi Fisika. Jurusan Fisika

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

Pengaruh temperatur sintering terhadap struktur dan sifat magnetik La 3+ - barium nanoferit sebagai penyerap gelombang mikro

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND

Unnes Physics Journal

EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

PENENTUAN NILAI TINGKAT KEMAGNETAN DAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK PASIR DAN DEBU SEPANJANG JALAN UTAMA DI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

Transkripsi:

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 ISSN 2302-8491 Karakterisasi Suseptibilitas Magnet Barium Ferit yang Disintesis dari Pasir Besi dan Barium Karbonat Menggunakan Metode Metalurgi Serbuk Rahmatil Hayati*, Arif Budiman, Dwi Puryanti Jurusan Fisika Universitas Andalas *yatrahmatil93@gmail.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang karakterisasi suseptibiltas magnet barium ferit yang disintesis dari pasir besi dan barium karbonat menggunakan metode metalurgi serbuk. Pasir besi diperoleh dari Sungai Sukam, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Magnet barium ferit dibuat dengan mencampurkan Fe 2 O 3 hasil oksidasi magnetit pasir besi dan BaCO 3. Kemudian campuran tersebut dikalsinasi pada suhu 1000 o C, lalu dikompaksi dan kemudian disintering pada temperatur 1000 o C. Karakterisasi magnet barium ferit dilakukan dengan mengukur suseptibilitas magnetik menggunakan Bartington MS2 Magnetic susceptibility meter. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai suseptibilitas yang diperoleh dari enam variasi persentase massa yaitu 5, 10, 15, 20, 25 dan 30% berturut-turut adalah 262,6 10-8, 438,0 10-8, 516,1 10-8, 549,9 10-8, 422,8 10-8 dan 429,9 10-8 m 3 /kg. Dengan nilai suseptibilitas tertinggi pada persentase massa 20% sebesar 549,9 10-8 m 3 /kg. Tingginya nilai suseptibilitas dikarenakan ion Fe 3+ yang seimbang pada komposisi barium ferit. Nilai suseptibilitas magnetik barium ferit naik dengan kenaikan persentase massa BaCO 3 5 hingga 20%, dan menurun untuk persentase massa BaCO 3 besar dari 20%. Kata kunci: barium ferit, barium karbonat, pasir besi, suseptibilitas ABSTRACT The research on the characterization of susceptibility of barium ferrite magnets synthesized from iron sand and barium carbonate using powder metallurgy method has been done. Iron sand was obtained from the River Sukam, Sijunjung district, West Sumatra. Iron sand was obtained from River Sukam, Sijunjung district, West Sumatera. Barium ferrite magnet was made by mixing Fe 2 O 3 magnetite oxidation results and BaCO 3. Then, the mixture was calcinated at 1000 o C, then compacted and sintered at 1000 o C temperature. Characterization of barium ferrite magnet was done by measuring magnetic susceptibility using Bartington MS2 Magnetic Susceptibility Meter. Results show that susceptibility of the sample with six variations of the mass percentage 5, 10, 15, 20, 25 and 30% respectively are 262,6 10-8, 438,0 10-8, 516,1 10-8, 549,9 10-8, 422,8 10-8 and 429,9 10-8 m 3 /kg. The high value of susceptibility is 549,9 10-8 m 3 /kg at sample with 20% mass percentage. The value of susceptibility was high because Fe 3+ of ion was balance in the composition of barium ferrite. The addition of BaCO 3 with mass percentage of 5 to 20% increase the value of barium ferrite magnetic susceptibility, and start to decrease when mass percentage of BaCO 3 larger than 20%. Keywords: barium carbonate, barium ferrite, barium carbonate, susceptibility, iron sand I. PENDAHULUAN Magnet menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia masa kini. Mulai dari peralatan listrik sampai dengan peralatan non listrik memanfaatkan magnet tetap. Contohnya loudspekaer, meteran air, KWH-meter, rice cooker, transformer dan generator. Karakterisitik bahan-bahan magnetik ditentukan oleh besaran-besaran magnetik seperti suseptibilitas, magnetisasi remanen, magnetisasi saturasi dan medan koersivitas. Jenis magnet yang sering digunakan adalah magnet ferit. Magnet ferit terdiri dari ferit keras dan ferit lunak. Magnet jenis ini disintesis dengan menggunakan bahan dasar besi oksida yaitu hematit (α- Fe 2 O 3 ) ditambah dengan zat aditif. Ferit keras menggunakan zat aditif seperti BaCO 3, SrCO 3 dan PbCO 3 untuk pembuatannya. Sedangkan ferit lunak menggunakan zat aditif berupa ZnO, MnO 2, MgO dan lain-lain. Salah satu jenis ferit yang banyak dimanfaatkan adalah barium ferit (BaFe 12 O 19 ). Pembuatan barium ferit dilakukan dengan pencampuran hematit (α-fe 2 O 3 ) dengan barium karbonat (BaCO 3 ). Magnet barium ferit mempunyai medan koersivitas yang tinggi dan tahan terhadap korosi. Meskipun karakteristik energinya lebih rendah dibandingkan dengan magnet 187

ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 keras lainnya seperti magnet neodymium iron boron (NdFeB), samarium-cobalt (Sm-Co), dan alnico (Al-Ni-Co), tetapi magnet keras ferit masih banyak digunakan untuk aplikasi magnet permanen karena bahannya yang melimpah dan murah (Irasari dan Idayanti, 2009). Bahan dasar pembuatan magnet barium ferit adalah hematit (α-fe 2 O 3 ) yang didapatkan dari proses oksidasi magnetit (Fe 3 O 4 ) pada temperatur 700 o C selama 3 jam yang ditandai dengan perubahan warna menjadi kecoklatan (Basith, dkk, 2012). Magnetit (Fe 3 O 4 ) banyak terkandung di alam, salah satunya yaitu pasir besi. Dalam pasir besi terkandung beberapa anggota besi oksida, yaitu magnetit (Fe 3 O 4 ), ilmenite (FeTiO 3 ) dan hematit (α-fe 2 O 3 ) (Zulkarnain, 2000). Sintesis Barium ferit dari hematit (α-fe 2 O 3 ) dan barium karbonat (BaCO 3 ) dapat dilakukan menggunakan beberapa metode seperti sol gel, kopresipitasi, pemaduan mekanik, metalurgi serbuk, dan solid state reaction. Metode diatas dipengaruhi oleh persentase campuran bahan, proses kalsinasi, kompaksi dan sintering. Peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian yang berhubungan dengan pembuatan magnet barium ferit yaitu Nugraha, dkk (2015). Nugraha, dkk (2015) melakukan penelitian tentang sintesis magnet barium ferit dari pasir besi Pantai Cilacap dan BaCO 3 dengan variasi massa 15%, 30% dan 45%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan BaCO 3 berpengaruh pada pembentukan multi fasa kristal barium ferit dan memperlebar distribusi ukuran kristalit, serta menurunkan remanensi dan saturasi bahan tersebut. Komposisi terbaik magnet barium ferit diperoleh untuk konsentrasi BaCO 3 sebanyak 15%, dengan suseptibilitas massa tertinggi yaitu 2,4 10-6 m 3 /kg. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan karakterisasi magnet barium ferit yang disintesis dari pasir besi dan barium karbonat menggunakan metode metalurgi serbuk, karena lebih mudah dan ekonomis karena tidak ada material yang terbuang selama pembuatan. Pasir besi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari sungai Batang Sukam di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Pasir besi ini memiliki mineral magnetik dengan suseptibilitas relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral magnetik yang berasal dari pasir besi dari pantai (Siregar, 2015). Karakterisasi magnet dilakukan dengan mengukur nilai suseptibilitas menggunakan alat Bartington magnetic susceptibility tipe MS2B. II. METODE Bahan-bahan yang digunakan yaitu pasir besi, barium karbonat (BaCO 3 ), aquades, alkohol, polivinil Alcohol (PVA) dan plasticine atau lilin mainan. Adapun alat yang digunakan adalah Bartington MS2 Magnetic Susceptibility Meter dan sensor MS2B, komputer, magnetic stirrer, alat pencetak tablet, separator magnetik, timbangan digital, ayakan 200 mesh, lumpang dan alu, furnace, gelas ukur 100 ml, sample holder dan magnet permanen. 2.1 Pemisahan Sampel Pemisahan sampel dilakukan dalam beberapa tahap yaitu, pertama pasir besi dicuci dengan aquades, kemudian dikeringkan menggunakan oven pada temperatur 4 o C selama 1 jam. Setelah dikeringkan, mineral magnetik dan non-magnetik pasir besi dipisahkan dengan magnet permanen sebanyak 7 kali dan hasilnya digerus selama 2 jam. Pasir besi yang sudah digerus dipisahkan kembali dengan magnet permanen sebanyak 3 kali dan digerus selama 2 jam. Untuk mendapatkan magnetit, hasil penggerusan dipisahkan dengan separator magnetik. Hasilnya kemudian diayak dengan ayakan 200 mesh. Selanjutnya digunakan alat difraktometer sinar-x untuk memastikan bahwa sampel mengandung mineral magnetit. 2.2 Sintesis Hematit Serbuk magnetit yang diperoleh di atas dioksidasi menggunakan furnace pada temperatur 700 o C selama 3 jam untuk mengubah magnetit menjadi hematit. 2.3 Sintesis Magnet Barium Ferit Sintesis magnet barium feri adalah sebagai berikut: 188

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 ISSN 2302-8491 1. Hematit (α-fe 2 O 3 ) hasil oksidasi dicampur dengan barium karbonat (BaCO 3 ). Agar bahan baku tercampur dengan rata, campuran hematit dan barium karbonat digerus menggunakan lumpang, kemudian dilarutkan menggunakan alkohol. Penambahan alkohol yang digunakan dengan persentase 40% padatan dan 60% alkohol teknis 96% dan dipanaskan menggunakan oven dengan temperatur 110 o C selama 1 jam. Setelah itu hasilnya digerus dengan lumpang agar tidak menggumpal. Pencampuran bahan baku dilakukan dengan variasi persentase massa yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Variasi persentase massa barium ferit Persentase (%) BaCO 3 BaCO 3 (gr) α-fe 2 O 3 (gr) 5 1 19 10 2 18 15 3 17 20 4 16 25 5 15 30 6 14 2. Campuran α-fe 2 O 3 dan BaCO 3 kemudian dikalsinasi dalam furnace pada temperatur 1000 o C ditahan selama 3 jam. Hasil yang diperoleh dari proses kalsinasi berbentuk gumpalan sehingga harus digerus kembali menggunakan lumpang. 3. Serbuk barium ferit hasil kalsinasi dicampur dengan PVA kemudian dibentuk menjadi pelet dengan diameter 1,24 cm dan ketebalan 0,5 cm. 4. Pelet hasil kompaksi masing-masing variasi campuran bahan baku kemudian disintering dalam furnace pada temperatur 1000 o C dan setelah mencapai suhu tersebut ditahan selama 2 jam. 2.4 Pengukuran Suseptibilitas Pengukuran nilai suseptibilitas dilakukan menggunakan Bartington MS2 Magnetic Susceptibility Meter menggunakan sensor MS2B dan software multisus. Nilai suseptibilitas dilakukan dengan 15 arah pengukuran dan data diolah menggunakan software MATLAB R2012b dan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Implementasi dari pola putar pengukuran 15 arah III. HASIL DAN DISKUSI Hasil difraktogram sinar-x sampel dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat bahwa mineral magnetik yang terkandung dalam sampel adalah magnetit. Puncak-puncak energi pada difraktoram terlihatnya hanya puncak-puncak magnetit. Biasanya mineral magnetik 189

ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 yang terkandung dalam pasir besi selain magnetit terdapat juga hematit. Hal ini menunjukkan bahwa mineral magnetik pasir besi sungai Batang Sukam di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat hanya mengandung magnetit. Oleh karena itu diperoleh hasil perhitungan nilai suseptibilitas magnetik mineral magnetik tersebut relatif tinggi yaitu 10971 10-8 m 3 /kg (Siregar, 2015). 190 Gambar 2 Hasil difraktometer sinar-x serbuk magnetit Selanjutnya magnetit dioksidasi menggunakan furnace pada temperatur 700 o C selama 3 jam sehingga diperoleh serbuk berwarna kecoklatan. Salah satu tanda bahwa hematit telah terbentuk yaitu dengan terjadinya perubahan warna sampel dari hitam sebelum oksidasi menjadi kocoklatan setelah oksidasi. Perubahan warna sampel hasil oksidasi magnetit menjadi hematit tidak diuji menggunakan alat difraktometer sinar-x karena telah dibuktikan oleh beberapa peneliti sebelumnya yaitu Yulianto, dkk (2003), Basith, dkk (2012), Pratapa (2014) dan Kartika, dan Trilismana (2015) yang telah berhasil melakukan oksidasi magnetit mejadi hematit. Hasil perhitungan nilai suseptibilitas dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 untuk massa barium ferit 5% memiliki nilai suseptibilitas rata-rata 262,6 10-8 m 3 /kg dengan nilai suseptibilitas tertinggi 265,7 10-8 m 3 /kg pada sampel ke empat dan terendah 249,9 10-8 m 3 /kg pada sampel pertama. Sampel ini memiliki nilai suseptibilitas yang rendah dibandingkan dengan sampel yang lain. Pada persentase massa 10% nilai suseptibilitas berkisar antara 412,1 10-8 m 3 /kg sampai dengan 454,6 10-8 m 3 /kg dengan nilai rata-rata 438,0 10-8 m 3 /kg. Nilai suseptibilitas ini lebih tinggi dibandingkan dengan sampel dengan persentase massa 5%. Tabel 2 Hasil perhitungan nilai suseptibilitas magnetik masing-masing variasi persentase massa barium ferit No. Sampel Nilai Suseptibilitas ( 10-8 m 3 /kg) Variasi Persentase Massa Barium Ferit 5% 10% 15% 20% 25% 30% 1 249,9 448,8 509,7 585,2 427,2 427,0 2 251,9 423,1 506,6 560,5 434,3 417,9 3 263,5 412,1 509,0 556,7 460,0 453,3 4 265,7 454,6 523,4 520,0 428,2 429,7 5 282,1 451,4 531,7 527,0 464,4 421,4 Rata-rata 262,6 438,0 516,1 549,9 442,8 429,9 KK (%) 4,9 4,3 2,1 4,8 4,1 3,2 Sampel selanjutnya dengan persentase massa bahan baku Fe 2 O 3 dan BaCO 3 15% menghasilkan nilai suseptibilitas yang lebih tinggi dengan rata-rata 516,1 10-8 m 3 /kg. Dengan nilai suseptibilitas tertinggi pada sampel kelima dengan nilai suseptibilitas 531,7 10-8 m 3 /kg dan terendah 506,6 10-8 m 3 /kg pada sampel kedua. Nilai suseptibilitas tertinggi terdapat pada

Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 ISSN 2302-8491 sampel dengan persentase massa 20% Fe 2 O 3 dengan BaCO 3, dengan rata-rata 549,9 10-8 m 3 /kg. Sampel pertama memiliki nilai suseptibilitas tertinggi yaitu 585,2 10-8 m 3 /kg dan terendah pada sampel ke lima 527,0 10-8 m 3 /kg. Sampel dengan persentase massa 25% memiliki nilai suseptibilitas tertinggi 464,4 10-8 m 3 /kg dan terendah 427,2 10-8 m 3 /kg. Sampel ini memiliki rata-rata suseptibilitas 442,8 10-8 m 3 /kg. Sedangkan untuk sampel dengan massa 30%, didapatkan nilai suseptibilitas tertinggi sebesar 453,3 10-8 m 3 /kg dan terendah 417,9 10-8 m 3 /kg dengan suseptibilitas rata-rata 429,9 10-8 m 3 /kg. Setiap variasi persentase massa, pengukuran nilai suseptibilitas dilakukan sebanyak lima kali. Kelima masing-masing sampel tersebut memiliki nilai suseptibilitas yang berbedabeda. Dilihat dari nilai koefisien keragaman (KK), penyimpangan terbesar terdapat pada sampel dengan persentase 5% dengan nilai KK yaitu 4,9 % dan yang terkecil 2,1% pada sampel dengan persentase 15%. Walaupun memiliki nilai KK yang tinggi, namun nilai tersebut masih dapat digunakan dalam pengukuran fisika karena masih dibawah 5%. Berdasarkan perhitungan, hubungan nilai suseptibilitas terhadap variasi persentase massa barium ferit dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Grafik hubungan nilai suseptibilitas terhadap variasi magnet barium ferit Dari Gambar 3 terlihat hubungan nilai suseptibilitas terhadap variasi persentase massa barium ferit, dari persen massa barium ferit 5% hingga 20% mengalami kenaikan nilai suseptibilitas. Sedangkan dari persen massa 25% hingga 30% terjadi penurunan nilai suseptibilitas. Penurunan ini karena massa BaCO 3 yang lebih banyak akibat dari ion Ba 2+ sebagai ion non-magnetik lebih banyak daripada ion Fe 3+ yang bersifat magnetik. Barium ferit terdiri dari ion O -2, ion Ba 2+ dan ion Fe 3+. Dalam barium ferit ion O -2, ion Ba 2+ jumlah momen magnetnya nol dan hanya ion Fe 3+ yang bersifat magnet. Momen magnet dari ion-ion Fe 3+ tidak dapat dijumlahkan begitu saja karena arah momen magnet material ferimagnetik adalah antiparalel sehingga tidak bisa dijumlahkan karena tidak dapat saling menghilangkan. Makanya muncul momen magnetik netto yaitu momen yang tidak saling menghilangkan. Momen magnetik netto yang menyebabkan senyawa ferit memiliki magnetisasi permanen tanpa pengaruh medan luar H (Rohman, 2010). Jika massa BaCO 3 bertambah banyak, maka ion Ba 2+ melebihi ion Fe 3+ sehingga menyebabkan ion yang bersifat magnet pada barium ferit berkurang dan mengakibatkan penurunan nilai suseptibilitas. Seperti yang disebutkan pada pendahuluan, peneliti sebelumnya (Nugraha, 2015) juga menentukan nilai suseptibilitas magnet barium ferit dan didapatkan nilai suseptibilitas sebesar 240,0 10-8 m 3 /kg pada persentase massa 15%. Nilai rata-rata suseptibilitas yang didapatkan pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yaitu sebesar 549,9 10-8 m 3 /kg pada massa 20%. Pada penenlitian ini nilai suseptibilitas tertinggi diperoleh pada persentase massa 20%, sedangkan pada penenelitian sebelumnya pada persentase massa 15%. Persentase massa 15% pada penelitian ini memiliki nilai suseptibilitas yang lebih tinggi 191

ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 2, April 2016 dari penelitian sebelumnya. Hal ini dikarenakan mineral pasir besi yang digunakan berasal dari hasil pendulangan emas dan memiliki nilai suseptibilitas yang tinggi (Siregar, 2015). IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan nilai suseptibilitas magnet barium ferit dapat disimpulkan bahwa, Nilai suseptibilitas rata-rata yang diperoleh dari persentase massa 5, 10, 15, 20, 25 dan 30% berturut yaitu 262,6 10-8, 438,0 10-8, 516,1 10-8, 549,9 10-8, 422,8 10-8 dan 429,9 10-8 m 3 /kg. Nilai suseptibilitas tertinggi pada persentase massa 20% yaitu 549,9 10-8 m 3 /kg. Tingginya nilai suseptibilitas dikarenakan ion Fe 3+ yang seimbang pada komposisi barium ferit. Nilai suseptibilitas menurun seiring dengan bertambahnya massa BaCO 3 diatas persentase massa barium ferit 20%. DAFTAR PUSTAKA Basith, A., Taufiq, A., Sunaryono dan Darminto, Jurnal Fisika dan Aplikasinya 8, 120205-1 - 120205-3 (2012). Irasari, P dan Idayanti, N., Jurnal Sains Material Indonesia 11, 38-41 (2009). Kartika, L.K dan Pratap, S., Jurnal Sains dan Seni Pomits 3, 33-35 (2014). Nugraha, P.R., Widanarto, W., Cahyanto, W.T. dan Kuncoro, H.S., Jurnal Berkala Fisika 18, 43-50 (2015). Rohman, L.H.K., Fabrikasi dan Karakterisasi Sifat Mekanik Kaca Magnetik Berbasis Barium Ferit, Skripsi S1, Universitas Negeri Semarang, 2010. Siregar, S., Penentuan Nilai Suseptibilitas Magnetik Pasir Besi Sisa Pendulangan Emas di Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat, Skripsi S1, Universitas Andalas, 2015. Trilismana, H., Budiman, A., Jurnal Fisika Unand 4, 150-156 (2015). Yulianto, A., Bijaksan, S., Loeksmanto, W., Kurnia, D., Indonesia Journal of Material Science 5, 51-54 (2003). Zulkarnain, Kemungkinan Pemanfaatan Pasir Besi Pesisir Pantai Aceh untuk Fabrikasi Magnet, Prosiding Seminar Nasional Bahan Magnet I, 2000. 192