BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sumber-sumber. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dicapai biasanya bersifat kualitatif, bukan laba yang diukur dalam rupiah. Baldric

BAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama mengelola sumber daya yang. perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat di dalam Undang Undang Dasar tahun 1945, yaitu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULIAN. dan penerimaan lainnya yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat. potensial yang digunakan oleh pemerintah sebagai sumber pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan antara pemerintah

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

I. PENDAHULUAN. pemerintahan dengan kewenangan otonomi daerah beserta perangkat

BAB I PENDAHULUAN. daerah membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengatur dan mengelola pembangunan di daerah tanpa adanya kendala struktural yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah pusat. Sejalan dengan kewenangan tersebut, pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangannya sendiri. Hal itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah memerlukan sumber penerimaan yang bersifat tetap dan dapat diandalkan. Terkait dengan hal itu, tuntutan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin besar sehingga pemerintah daerah harus lebih kreatif dalam menggali sumber penerimaan daerah. Sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus diupayakan untuk digali secara maksimal. Namun, tentunya upaya tersebut harus tetap berada didalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk peraturan perundang-undangan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menempatkan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah itu sejak lama telah menjadi unsur PAD yang utama. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menetapkan jenis Pajak Daerah yang dipungut oleh Provinsi dan jenis Pajak Daerah yang dipungut oleh Kabupaten atau Kotamadya. Undang-undang ini juga memberikan peluang kepada daerah untuk menggali potensi sumber-sumber keuangan di daerahnya masing-masing. Hal ini dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) yang berupaya menggali potensi sumber-sumber keuangannya dari Pajak Daerah. Namun, upaya tersebut dapat dikatakan belum berhasil karena kontribusi dari Pajak Daerah belum signifikan terhadap penerimaan daerah 1

2 secara keseluruhan, dimana penerimaan Pajak Daerah hanya sebesar 40% dari total pendapatan daerah. Salah satu faktor yang melatarbelakangi kecilnya kontribusi Pajak Daerah dalam total penerimaan daerah adalah kemampuan administrasi perpajakan di daerah yang masih belum optimal. Administrasi Pajak Daerah yang belum optimalnya penerapan target penerimaan terhadap Pajak Daerah. Daerah cenderung terfokus pada upaya untuk mencapai target yang telah ditetapkan daripada mengupayakan optimalisasi potensi penerimaan Pajak Daerah. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki potensi dalam optimalisasi penerimaan Pajak Daerah. Hal ini dikarenakan Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta selama enam tahun terakhir (2001-2007) tumbuh stabil di level 6,04 persen. (Pertumbuhan Ekonomi, 2008) Pertumbuhan tersebut ditopang oleh berkembangnya sentra-sentra bisnis dan perdagangan bertaraf internasional di Provinsi DKI Jakarta. Adanya sentra-sentra bisnis dan perdagangan yang bertaraf internasional tersebut membuka peluang bertambahnya jumlah penerimaan Pajak Daerah. Pada intinya, upaya pengawasan administrasi Pajak Daerah melalui sistem online ini ditujukan agar Provinsi DKI Jakarta mampu mencapai target penerimaan PAD yang sesuai dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Berikut ini terdapat tabel penerimaan DKI Jakarta per Agustus 2008:

3 Tabel 1.1 Penerimaan APBD DKI Jakarta per Agustus 2008 (dalam Triliun Rupiah) KOMPONEN JUMLAH TARGET Pendapatan Asli Daerah (PAD) 5,64 10,38 - Pajak Daerah 5,003 8,487 - Retribusi Daerah 0,221 0,363 - Laba Usaha Daerah 0,127 0,170 - Lain-lain PAD 0,289 1,36 Dana Perimbangan 3,06 8,38 Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 3,04 8,38 Dana Alokasi Umum (DAU) 0,017 0,00 Pendapatan Daerah yang Sah 0,019 0,029 Penerimaan APBD 11,776 27,169 Sumber: Telah diolah kembali oleh peneliti Dari tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa target penerimaan APBD DKI Jakarta per Agustus 2008 merupakan komponen penerimaan APBD yang cukup besar, yaitu sebesar 10,38 triliun Rupiah. Untuk mencapai target yang telah direncanakan tersebut, maka diperlukan suatu sistem pengawasan administrasi Pajak Daerah yang mampu menyesuaikan dengan pesatnya perkembangan bidang usaha dan teknologi yang berkembang saat ini. Provinsi DKI Jakarta berpotensi untuk melakukan optimalisasi penerimaan Pajak Daerah melalui bidang usaha yang berkembang cukup pesat dan berpotensi dijadikan sebagai obyek Pajak Daerah. Tiga bidang usaha yang berkembang cukup signifikan di Provinsi DKI Jakarta adalah usaha hiburan, hotel dan restoran. Hal itu terlihat dari jumlah unit tempat hiburan, hotel, dan restoran yang ada di Provinsi DKI Jakarta.

4 Diagram 1.1 Jumlah Tempat Hiburan, Hotel, dan Restoran di Provinsi DKI Jakarta Sumber: Kompas 19 Juli 2008, diolah kembali oleh peneliti Diagram 1.1 menunjukkan bahwa di Provinsi DKI Jakarta terdapat 5.040 unit restoran, 770 unit hotel, dan 983 tempat hiburan. Jumlah restoran terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan jumlah hotel dan tempat hiburan. Hal itu mengindikasikan adanya potensi yang lebih besar bagi perkembangan usaha restoran di Provinsi DKI Jakarta jika dibandingkan dengan bidang usaha hotel dan tempat hiburan. Perkembangan ketiga bidang usaha tersebut menjadi suatu potensi tersendiri untuk menyumbang bagi penerimaan pajak sehingga memerlukan suatu sistem pengawasan administrasi Pajak Daerah yang baik. Peluang inilah yang melatarbelakangi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan suatu sistem administrasi Pajak Daerah yang efektif dan efisien serta mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Hal ini merupakan suatu upaya dalam mengoptimalkan potensi Pajak Daerah yang ada, khususnya Pajak Restoran, Pajak Hotel, dan Pajak Hiburan. Tabel dibawah ini merupakan tabel perkembangan rencana dan realisasi penerimaan APBD Provinsi DKI Jakarta untuk penerimaan pajak hiburan, pajak hotel dan Pajak Restoran tahun anggaran 2006 dan 2007.

5 Tabel 1.2 Rencana dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2006 dan 2007 (dalam Rupiah) JENIS 2006 2007 PENERIMAAN Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Pajak Hiburan 150.000.000.000 168.150.758.722 112,10 200.000.000.000 168.220.209.404 84,11 Pajak Hotel 485.000.000.000 473.908.022.725 97,71 600.000.000.000 470.557.710.157 78,43 Pajak Restoran 415.000.000.000 427.933.278.649 103,12 600.000.000.000 440.745.272,510 73,46 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta, 2007. Dalam Tabel 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan Pajak Restoran merupakan yang terendah apabila dibandingkan dengan penerimaan yang berasal dari penerimaan Pajak Hiburan dan Hotel. Kondisi ini melatarbelakangi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melakukan upaya untuk meningkatkan realisasi penerimaan Pajak Restoran melalui pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online. Pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online ini dinilai cukup penting karena dapat mempermudah masyarakat dalam penghitungan Pajak Restoran dan juga mempermudah pengawasan administrasi Pajak Restoran tersebut. Hal ini dapat menciptakan kondisi penerimaan Pajak Daerah dari bidang usaha restoran menjadi lebih baik. Dalam rangka optimalisasi penerimaan Pajak Daerah, Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta melakukan pengawasan administrasi Pajak Daerah melalui sistem online yang sudah diujicobakan sejak Mei 2008 yang diterapkan pada 10 pengusaha dari 3 bidang usaha, yaitu restoran, hotel, dan tempat hiburan. ( Pajak Online Jadi Syarat Izin Usaha, 2008) Restoran yang diujicobakan pengawasan administrasi Pajak restoran melalui sistem online ini merupakan restoran-restoran yang dinilai telah menjadi Wajib Pajak Restoran yang memiliki potensi transaksi meningkat seiring denagan pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta. Proses pengaplikasian pengawasan administrasi Pajak Daerah melalui sistem online memerlukan

6 pengaturan manajemen sumber daya data yang cukup baik sehingga dengan digunakannya pengawasan administrasi Pajak Daerah melalui sistem online ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. Pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online juga terkait juga dengan E-Government yang saat ini marak digunakan dibanyak sektor publik, termasuk dalam sektor pajak. E-Government merupakan penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal yang berkenaan dengan pemerintahan. Untuk melihat kemungkinan tingkat keberhasilan pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online tersebut, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta sudah menerapkan uji coba sistem Pajak Restoran online di Provinsi DKI Jakarta. ( Pajak Online Jadi Syarat Izin Usaha, 2008) Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kontribusi pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online mampu mengoptimalkan penerimaan Pajak Daerah di Provinsi DKI Jakarta, maka diperlukan adanya penelitian dan pembahasan lebih lanjut bagaimana pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online di Provinsi DKI Jakarta tersebut. B. Permasalahan Penggunaan sistem online dalam pengawasan administrasi Pajak Daerah dipilih karena sistem ini dinilai efektif. Hal ini dikarenakan pengawasan administrasi Pajak Daerah melalui sistem online tersebut menggunakan suatu sistem yang menghubungkan komputer kasir tempat usaha dengan komputer Dipenda Provinsi DKI Jakarta. Kondisi seperti ini akan memudahkan pengawasan setoran Pajak Daerah dan meminimalkan tingkat kesalahan penghitungan dalam penyetoran Pajak Daerah. Sistem Pajak Daerah online juga mampu mengetahui besarnya jumlah Pajak Daerah yang harus dibayar oleh pemilik tempat usaha tepat pada saat pemilik usaha tersebut bertransaksi dengan pelanggan. Dalam upaya meningkatkan pengawasan administrasi

7 Pajak Daerah, Dipenda Provinsi DKI Jakarta mengefektifkan pengawasan melalui sistem online yang diterapkan untuk Pajak Hiburan, Pajak Hotel dan Pajak Restoran. Mengingat bahwa realisasi penerimaan Pajak Restoran merupakan yang terendah diantara bidang-bidang usaha lainnya yang sudah diterapkan pengawasan administrasi Pajak Daerah melalui sistem online, maka penelitian skripsi ini difokuskan pada permasalahan mengenai pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan yang ingin diangkat peneliti adalah : 1. Apakah proses pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online di Provinsi DKI Jakarta untuk periode Mei November 2008 berjalan baik? 2. Apakah pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online merupakan suatu sistem pengawasan yang tepat untuk diterapkan di Provinsi DKI Jakarta untuk periode Mei November 2008? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online di Provinsi DKI Jakarta untuk periode Mei November 2008 berjalan baik atau tidak berjalan baik. 2. Untuk mengetahui bahwa pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online merupakan suatu sistem pengawasan yang tepat untuk diterapkan di Provinsi DKI Jakarta untuk periode Mei - November 2008. D. Signifikansi Penelitian 1. Signifikansi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Pajak Daerah terutama mengenai pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online di Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan

8 dalam studi lebih lanjut bagi peneliti lainnya dan memberikan tambahan wawasan yang berkaitan dengan masalah perpajakan. 2. Signifikansi Praktis Untuk kepentingan praktis, kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa masukan kepada pihak pembuat kebijakan, yaitu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Dipenda Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, diharapkan bagi Wajib Pajak, khususnya para pengusaha dibidang usaha restoran, dapat mengetahui hak dan kewajibannya dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban Pajak Daerah. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab yang masing-masing terbagi menjadi beberapa sub-bab, agar dapat mencapai suatu pembahasan atas permasalahan pokok yang lebih mendalam dan mudah diikuti. Garis besar penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini peneliti menjabarkan latar belakang permasalahan, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini beserta pertanyaan penelitiannya, tujuan penelitian, signifikansi penelitian ynag ditinjau dari dari sisi akademis dan sisi praktis serta sistematika penelitian yang menjelaskan susunan bab per bab pada penelitian ini. BAB 2 KERANGKA TEORI DAN METODE PENELITIAN Dalam bab ini peneliti menjabarkan teori dari literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian, dalam tinjauan pustaka dan kerangka teori yang digunakan dalam penelitian mengenai pengawasan administrasi Pajak Restoran melalui sistem online di Provinsi DKI Jakarta. Serta dijabarkan mengenai metode penelitian yang digunakan peneliti.

9 BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGAWASAN ADMINISTRASI PAJAK RESTORAN MELALUI SISTEM ONLINE DI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE MEI NOVEMBER 2008 Dalam bab ini peneliti memberikan gambaran umum mengenai pengawasan administrasi Pajak Restoran di Provinsi DKI Jakarta yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Provinsi DKI Jakarta dan juga gamabaran umum mengenai Dipenda Provinsi DKI Jakarta. Gambaran yang ada akan menjadi data pendukung dalam pemaparan hasil penelitian dan penyajian data penelitian. BAB 4 ANALISIS PENGAWASAN ADMINISTRASI PAJAK RESTORAN MELALUI SISTEM ONLINE DI PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE MEI NOVEMBER 2008 Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai mekanisme pemungutan dan pengelolaan Pajak Restoran di Provinsi DKI Jakarta serta pengawasan administrasi Pajak Restoran tersebut. Analisis yang dilakukan didasarkan pada teori-teori yang berkaitan dan diperkuat dengan informasi yang didapat langsung dari wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait. BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta rekomendasi mungkin dapat dijalankan untuk perbaikan di masa yang akan datang.